ASURANSI
Disusun Oleh :
SERLYANA 20150100189
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA
TANGERANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini penulis
membahas seputar asuransi.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Akuntansi Keuangan Lanjutan II. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca. Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan
makalah. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu, penulis berharap kepada para pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun. Kritik yang membangun
dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Tidak seorang pun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa
yang akan datang secara sempurna, meskipun dengan menggunakan berbagai alat
analisis. Setiap ramalan yang dilakukan tidak akan terlepas dari kesalahan
perhitungan yang telah dilakukan. Risiko di masa yang akan datang dapat terjadi
terhadap kehidupan seseorang, mislanya kematian, sakit atau risiko dipecat dari
pekerjaannya. Dalam dunia bisnis, risiko yang dapat dihadapi berupa risiko akibat
kebakaran, kerusakan atau kehilangan ataupun risiko lainnya. Oleh karena itu,
setiap risiko yang akan dihadapi harus ditanggulangi sehingga tidak menimbulkan
kerugian yang lebih besar lagi.
Untuk mengurangi risiko yang tidak kita inginkan di masa yang akan
datang, seperti risiko kehilangan, risiko kebakaran, risiko macetnya pinjaman
kredit bank atau risiko lainnya, maka diperlukan perusahaan yang mau
menanggung risiko tersebut. Adalah perusahaan asuransi yang mau dan sanggup
menanggung setiap risiko yang bakal dihadapi nasabahnya baik perorangan
maupun badan usaha. Hal ini disebabkan perusahaan asuransi merupakan
perusahaan yang melakukan usaha pertanggungan terhadap risiko yang akan
dihadapi oleh nasabahnya.
Jasa produk asuransi memberikan proteksi kepada individu maupun
organisasi dari kemungkinan kerugian finansial akibat terjadinya resiko yang
mereka pertanggungkan pada perusahaan asuransi. Artinya, perusahaan asuransi
menjual janji atau jaminan untuk membayar kerugian keuangan bila resiko
tersebut terjadi pada tertanggung. Perusahaan asuransi mempertimbangkan untuk
membayar penuh klaim sesuai dengan janji yang disepakati ketika polis
ditawarkan dan disepakati. Membayar segera dengan cara yang baik pada setiap
klaim yang valid berefek pada kepuasan peserta yang selanjutnya berefek
terhadap kesuksesan perusahaan dalam jangka panjang.
Manajemen klaim merupakan fungsi yang sangat penting dalam bisnis
asuransi. Unit inilah yang sangat berperan pada kehidupan perusahaan yang
menentukan apakah suatu klaim harus dibayar segera, ditunda atau ditolak. Secara
langsung unit ini juga berpengaruh dalam nenetukan arus kas keuangan
perusahaan. Yang juga sangat penting adalah unit ini sangat berperan dalam
membangun citra perusahaan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang tersebut adalah:
1. Apakah pengertian asuransi?
2. Bagaimanakah sejarah berdirinya asuransi?
3. Apa sajakah manfaat asuransi?
4. Bagaimanakah penggolongan asuransi?
5. Apakah manajemen risiko dalam asuransi?
6. Bagaimanakah perhitungan premi asuransi?
7. Apakah pengertian Manajemen Klaim Asuransi
C. Tujuan
Tujuan yang dapat diambil dari rumusan masalah tersebut adalah untuk
mengetahui:
1. Pengertian asuransi;
2. Sejarah asuransi;
3. Manfaat asuransi;
4. Penggolongan asuransi;
5. Manajemen risiko dalam asuransi;
6. Perhitungan premi asuransi.
7. Pengertian Manajemen Klaim Asuransi dan Penerapannya
E. Manfaat
1. Bagi pembaca
Agar dapat mengerti dan memahami seputar lingkup asuransi mengenai
pengertian, sejarah, manfaat, penggolongan hingga perhitungan premi asuransi
dan memahami klaim asuransi.
2. Bagi penulis
Menambah wawasan seputar asuransi dan ruang lingkupnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asuransi
Asuransi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tindakan, sistem,
atau bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk
jiwa, properti, kesehatan dan lain sebagainya mendapatkan penggantian dari
kejadian-kejadian yang tidak dapat diduga yang dapat terjadi seperti kematian,
kehilangan, kerusakan atau sakit, dimana melibatkan pembayaran premi secara
teratur dalam jangka waktu tertentu sebagai ganti polis yang menjamin
perlindungan tersebut.
Menurut Ketentuan Pasal 246 KUHD, Asuransi atau Pertanggungan adalah
Perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin
dideritanya akibat dari suatu evenemen(peristiwa tidak pasti).
Menurut Ketentuan Undang–undang No.2 tahun 1992 tertanggal 11 Pebruari
1992 tentang Usaha Perasuransian (“UU Asuransi”), Asuransi atau pertanggungan
adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Berdasarkan definisi tersebut di atas maka asuransi merupakan suatu bentuk
perjanjian dimana harus dipenuhi syarat sebagaimana dalam Pasal 1320 KUH
Perdata, namun dengan karakteristik bahwa asuransi adalah persetujuan yang
bersifat untung-untungan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1774 KUH
Perdata.
Perusahaan asuransi mempunyai perbedaan karaketeristik dengan perusahaan
nonasuransi seperti kegiatan Underwriting – akutaria, klaim, dan reasuransi –
retrosesi. Penjaminan (underwriting) adalah Proses penaksiran/penilaian dan
penggolongan derajad risiko yang terkait pada calon tertanggung, serta pembuatan
keputusan untuk menerima atau menolak risiko tersebut.
Aktuaria (actuarial) adalah Fungsi pada suatu perusahaan asuransi yang
menerapkan prinsip-prinsip matematika pada asuransi, termasuk mengkalkulasi/
memperhitungkan daftar harga premi serta memastikan kesehatan perusahaan dari
segi keuangan.
Klaim adalah beban yang menjadi kewajiban perusahaan asuransi terhadap
pemegang polis sehubungan dengan perjanjian asuransi antara perusahaan
asuransi dengan konsumen (pemegang polis) akibat terjadi peristiwa yang di
asuransikan atau yang jatuh tempo.
Reasuransi adalah pihak yang menerima pertanggungan ulang dari suatu
penutupan asuransi. Retrosesi adalah Pelimpahan risiko dari perusahaan
reasuransi kepada perusahaan reasuransi lain.
B. Sejarah Asuransi
1. Awal Sejarah Asuransi
Asuransi berasal mula dari masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang
dikenal dengan perjanjian Hammurabi. Kemudian pada tahun 1668 M di
Coffee House London berdirilah Lloyd of London sebagai cikal bakal
asuransi konvensional. Sumber hukum asuransi adalah hukum positif,
hukum alami dan contoh yang ada sebelumnya sebagaimana kebudayaan.
Asuransi membawa misi ekonomi sekaligus sosial dengan adanya
premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi dengan jaminan
adanyatransfer of risk, yaitu pengalihan (transfer) resiko dari tertanggung
kepada penanggung. Asuransi sebagai mekanisme pemindahan resiko
dimana individu atau business memindahkan sebagian ketidakpastian
sebagai imbalan pembayaran premi. Definisi resiko disini adalah
ketidakpastian terjadi atau tidaknya suatu kerugian (the uncertainty of loss).
Asuransi di Indonesia berawal pada masa penjajahan Belanda, terkait
dengan keberhasilan perusahaan dari negeri tersebut di sektor perkebunan
dan perdagangan di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan jaminan
terhadap keberlangsungan usahanya, tentu diperlukan adanya asuransi.
Perkembangan industri asuransi di Indonesia sempat vakum selama masa
penjajahan Jepang.
2. Sejarah Asuransi di Indonesia
Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda dan
negara kita pada waktu itu disebut Nederlands Indie. Keberadaan asuransi di
negeri kita ini sebagai akibat berhasilnya Bangsa Belanda dalam sektor
perkebunan dan perdagangan di negeri jajahannya.
Untuk menjamin kelangsungan usahanya, maka adanya asuransi mutlak
diperlukan. Dengan demikian usaha perasuransian di Indonesia dapat dibagi
dalam dua kurun waktu, yakni zaman penjajahan sampai tahun 1942 dan
zaman sesudah Perang Dunia II atau zaman kemerdekaan. Pada waktu
pendudukan bala tentara Jepang selama kurang lebih tiga setengah tahun,
hampir tidak mencatat sejarah perkembangan.
Perusahaan-perusahaan asuransi yang ada di Hindia Belanda pada
zaman penjajahan itu adalah:
a. Perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh orang Belanda.
b. Perusahaan-perusahaan yang merupakan Kantor Cabang dari
Perusahaan Asuransi yang berkantor pusat di Belanda, Inggris dan di
negeri lainnya.
Dengan sistem monopoli yang dijalankan di Hindia Belanda,
perkembangan asuransi kerugian di Hindia Belanda terbatas pada kegiatan
dagang dan kepentingan bangsa Belanda, Inggris, dan bangsa Eropa lainnya.
Manfaat dan peranan asuransi belum dikenal oleh masyarakat, lebih-lebih
oleh masyarakat pribumi.
Jenis asuransi yang telah diperkenalkan di Hindia Belanda pada waktu
itu masih sangat terbatas dan sebagian besar terdiri dari asuransi kebakaran
dan pengangkutan.
Asuransi kendaraan bermotor masih belum memegang peran, karena
jumlah kendaraan bermotor masih sangat sedikit dan hanya dimiliki oleh
Bangsa Belanda dan Bangsa Asing lainnya. Pada zaman penjajahan tidak
tercatat adanya perusahaan asuransi kerugian satupun. Selama terjadinya
Perang Dunia II kegiatan perasuransian di Indonesia praktis terhenti,
terutama karena ditutupnya pemsahaan- perusahaan asuransi milik Belanda
dan Inggris.
Setelah Perang Dunia usai, perusahaan-perusahaan Belanda dan Inggris
kembali beroperasi di negara yang sudah merdeka ini. Sampai tahun 1964
pasar industri asuransi di Indonesia masih dikuasai oleh Perusahaan Asing,
terutama Belanda dan Inggris.
Pada awal mulanya beroperasi di Indonesia mereka mendirikan sebuah
badan yang disebut “Bataviasche Verzekerings Unie” (BVU) pada tahun
1946, yang melakukan kegiatan asuransi secara kolektif. Dengan demikian
dari setiap penutupan, masing-masing anggota BVU memperoleh share
tertentu. Cara ini dilakukan mengingat keadaan pada waktu itu belum teratur
dan tenaga asuransi masih kurang sekali.
Pada tahun 1950 berdiri sebuah perusahaan asuransi kerugian yang
pertama, yakni NV. Maskapai Asuransi Indonesia yang kemudian pada awal
2004 sudah menjadi PT MAI PARK. Pada saat itu, sebagai perintis
perusahaan asuransi kerugian nasional yang pertama, maka perusahaan ini
harus bersaing dengan perusahaan asuransi asing yang unggul baik dalam
faktor permodalan maupun pengetahuan teknis.
Dengan berdirinya perusahaan asuransi kerugian nasional tersebut,
keberanian pengusaha nasional dipacu untuk mendirikan perusahaan-
perusahaan asuransi kerugian. Keberanian ini didukung pula oleh Peraturan
Pemerintah bahwa semua barang impor hams diasuransikan di Indonesia.
Pengaturan ini dimaksudkan untuk menanggulangi pemakaian devisa untuk
membayar premi asuransi di luar negeri.
Pada tahun 1953 berdiri pula perusahaan swasta nasional yang bergerak
dalam bidang reasuransi Belanda dan Inggris di Indonesia, pemakaian
devisa untuk membayar premi reasuransi ke luar negeri juga masih tetap
besar. Untuk menanggulangi hal ini, didirikanlah pada tahun 1954 sebuah
perusahaan reasuransi profesional, yakni “PT. REASURANSI .UMUM
INDONESIA” yang mendapat dukungan dari bank-bank pemerintah.
Lembaga yang tersebut terakhir ini mengeluarkan peraturan-peraturan
yang mengikat untuk perusahaan-perusahaan asuransi asing untuk
menggunakanjasa perusahaan reasuransi nasional. Langkah-langkah yang
diambil pemerintah dalam hal ini memberikan hasil yang diharapkan.
Kegiatan PT. Reasuransi Umum Indonesia pada tahun 1963 diperluas
dengan kegiatan reasuransi jiwa.
Pada saat PT. Reasuransi Umum Indonesia didirikan, banyak
perusahaan-perusahaan asuransi kerugian nasional bermunculan, tetapi
perkembangannya masih terhambat oleh persaingan yang berat dari
perusahaan-perusahaan asuransi swasta asing. Pada waktu perjuangan
mengembaiikan Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia, pemerintah
melakukan nasionalisasi perusahaan milik Belanda. Perusahaan-perusahaan
Inggris dinasionalisasi dalam peristiwa konfrontasi.
C. Manfaat Asuransi
Bagi nasabah
Masyarakat yang menolak konsep asuransi, biasanya disebabkan
karena kurangnya pengetahuan mereka pada keuntungan asuransi. Selain
itu, ada sebuah stigma tradisional yang menyebabkan seseorang sudah
merasa apriori pada kata asuransi. Beberapa stigma negatif seperti telah
disebutkan sebelumnya semakin diyakini sebagai sebuah kebenaran ketika
pihak perusahaan asuransi sendiri misalnya tidak memberikan edukasi
secara jelas dan tepat. Terlepas dari itu semua, beberapa keuntungan
asuransi yang bisa didapatkan seseorang ketika menjadi nasabah
perusahaan asuransi antara lain :
a) Memberikan rasa aman dan ketenangan hidup.
b) Merupakan simpanan yang pada saat jatuh tempo dapat ditarik
kembali.
c) Terhindar dari risiko kerugian atau kehilangan.
d) Memperoleh penghasilan di masa yang akan datang.
e) Memperoleh penggantian akibat kerusakan atau kehilangan.
f) Menjadikan seseorang bisa lebih tertib dalam mengatur keuangan
mereka.
g) Memudahkan urusan.
7. MANAJEMEN RESIKO
8. MANAJEMEN KLAIM
Klaim adalah suatu permintaan salah satu dari dua pihak yang mempunyai
ikatan, agar haknya terpenuhi. Satu dari dua pihak yang melakukan ikatan tersebut
mengajukan klaimnya kepada pihak lainnya sesuai dengan perjanjian provisi polis
yang disepakati bersama oleh kedua pihak.
Pada manajemen klaim ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan,
antara lain :
1. Adanya dua pihak yang jelas melakukan ikatan perjanjian.
Hal ini menggambarkan secara jelas siapa yang melakukan ikatan dengan
siapa dan kejelasan pihak-pihak yang memiliki hak serta kewajiban.
2. Adanya ikatan perjanjian yang jelas dan resmi antara kedua belah pihak.
Bentuk ikatan ini akan mempengaruhi kepatuhan kedua pihak terhadap
ikatan perjanjian yang mereka sepakati bersama. Ikatan tersebut dapat
berbentuk saling percaya, saling mengikat secara etis, secara adat, dan
secara hokum.
3. Adanya informed consent.
Informed artinya kedua pihak mengetahi dan memahami semua aspek
yang mengikat mereka. Adapun consent adalah ikatan tersebut dilakukan
dengan dasar kesadaran dan kesukarelaan dan bukan didasarkan karena
paksaan, ancaman, atau tipuan.
4. Didokumentasikan.
Dokumentasi dari pernyataan ikatan antara kedua belah pihak ini
diperlukan untuk mencegah pengingkaran oleh salah satu pihak yang bisa
disengaja atau tidak disengaja. Biasanya bentuk perjanjian ini berupa
sertifikat polis yang berisi tentang segala hal yang berkaitan dengan
kewajiban dan tanggung jawab kedua pihak secara tertulis. Sertifikat polis
ini biasanya ditandatangani oleh kedua belah pihak diatas materai dnegan
nilai yang berlaku pada saat itu.
A. Administrasi Klaim
Administrasi klaim menurut definisi HIAA (Health Insurance
Association of America) adalah proses pengumpulan bukti atau fakta yang
berhubungan dengan kejadian sakit dan cedera, melakukan perbandingan
dengan ketentuan polis dan menentukan manfaat yang dapat dibayarkan
kepada tertanggung atau penagih klaim.
Dalam administrasi klaim melibatkan unsur-unsur sebagai berikut :
a. Tertanggung
b. Pemegang polis
c. Perusahaan asuransi kesehatan
d. Provider pelayanan kesehatan
Tertanggung
Dalam hal ini tertanggung (insured) sesegera mungkin harus
melaporkan atau member informasi dan mengajukan berkas klaim kepada
pihak pennaggung atau perusahaan asuransi (insurer). Dalam mengajukan
berkas klaim, ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh tertanggung, yaitu:
melengkapi berkas-berkas klaim seperti: kwitansi asli, resep obat dan data
lain, misalnya surat jaminan pelayamam kesehatan (presertifikasi) untul
kasus rawat inap dan atau pemebedahan
Pemegang polis
Untuk program asuransi kesehatan kepesertaan kelompok (group
health insurance), polis biasanya dipegang oleh divisi atau bagian
personalia. Dalam hal administrsi klaim, pemegang polis harus secepatnya
member informasi kepada perusahaan asuransi tentang adanya peserta yng
mengajukan klaim dan memastikan bahwa pengajuan klaim atau
tertanggung masih eligible. Dalam pengajuan klaim, pemegang polis juga
berperan dalam melakukan skrining terhadap kelengkapan berkas klaim dan
eligibilitas pengaju klaim sebelum diajukan ke perusahaan asuransi.
Pemegang polis merupakan mitra kerjasama perusahaan asuransi dalam
melakukan investigasi atau penyelidikan terhadap klaim-klaim yang
bermasalah.
Perusahaan Asuransi
Dalam hal ini perusahaan asuransi harus dapat dan bersedia
memngembangkan prinsip-prinsip manajemen klaim yang baik dan benar
dan tidak merugikan tertanggung. Prosedur kalim yang ditetapkan juga
harus efektif dan efisien, disamping harus mampu melakukan penekanan
biaya (cost containment). Perusahaan asuransi harus menyediakan pedoman
atau petunjuk yang jelas mengenai prosedur dan proses klaim kepada setiap
tertanggung terutama kepada pemegang polis untuk group helath insurance.
Pemberi Pelayanan Kesehatan
Dalam administrasi klaim, provider pelayanan kesehatan beik rumah
sakit, klinik, apotik, ataupun dokter praktek harus memberi informasi yang
jelas dan benar mengenai pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada
tertanggung. Pelayanan kesehatan yang diberikan harus sesuai dengan hak-
hak tertanggung. Pelayanan kesehatan yang diberikan harus sesuai dengan
hak-hak tertanggung tentang pelayanan kesehatan yang dijamin oleh
perusahaan. Ada produk asuransi kesehatan yang membatasi pelayanan
untuk kehamilan, melahirkan, penyakit akibat hubungan seksual, HIV, gagal
ginjal, dan bedah jantung. Ada juga polis yang membatasi semua pelayanan
yang berkaitan dnegan kencantikan, kebugaran, vitamin dan food
supplement tidak dijamin oleh perusahaan asuransi. Pengecualian pelayanan
kesehatan harus diketahui olehsemua pihak secara jelas dan sadar untuk
mencegah terjadinya kesalahpahaman. Hal ini sering menimbulkan konflik
antara perussahaan asuransi, tertanggung dan pemberi pelayanan kesehatan.
A. KESIMPULAN
1. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian, asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi
untuk member pergantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan,
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan. Atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti. Atau untuk pemberian suatu
pembayaran uang yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
2. Tujuan asuransi bagi nasabah itu sendiri adalah untuk mengurangi
risiko yang pasti misalnya kematian kecelakaan dll. Sedangkan
manfaatnya adalah dapat memberikan rasa aman dan perlindungan,
pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil, polis asuransi dapat
dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit, berfungsi sebagai
tabungan dan sumber pendapatan, alat penyebaran risiko, dan membantu
meningkatkan kegiatan usaha.
3. Seiring perkembangan program syariah di berbagai lembaga
keuangan, dalam usaha perasuransian pun juga terdapat asuransi syariah.
Asuransi syariah merupakan sebuah sistem dimana para partisipan/
anggota/ peserta mendonasikan/ menghibahkan sebagian atau seluruh
kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi
musibah yang dialami oleh sebagian partisipan/ anggota/ peserta. Peranan
perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional perusahaan
asuransi serta investasi dari dana-dana/ kontribusi yang diterima/
dilimpahkan kepada perusahaan.
4. Manajemen klaim asuransi kesehatan pada hakekatnya adalah
pengaturan atau pengelolaan proses klaim peserta asuransi (insured) dan
klaim pemberi pelayanan kesehatan (provider) kepada perusahaan asuransi
(asuradur). Dalam perkembangan bisnis asurasni kesehatan, klaim menjadi
lebih rumit karena danya keterlibatan pihak-Pihak lain, dimana pola ikatan
kedua belah pihak yang berinteraksi dapat bervariasi. Hal ini dapat terjadi
pada perusahaan asuransi yang memiliki rumah sakit (PPK) atau jaringan
kesehatan yang dimiliki oleh perusahaan asuransi atau kehadiran badan-
badan perantara yang ikut terlibat dalam manajemen klaim.
B. SARAN