Anda di halaman 1dari 20

KELEMBAGAAN ASURANSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah LKNB Asuransi Syariah


Dosen Pengampu : Hendro Lisa, S.E.,M.E.

Disusun Oleh :
Kelompok III

Masyodi (1209.18.08578)
Muhammad Furqon (1209.18.08580)

Semester /Lokal: VII/ B

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (ESY)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AULIAURRASYIDIN TEMBILAHAN
TA. 2020 /2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kesehatan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Shalawat dan salam juga
kita haturkan buat Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari alam kegelapan
menuju cahaya islam rahmatan lil-’alamiin.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Hendro Lisa, S.E.,M.E.selaku
dosen pengampu mata kuliah LKNB Asuransi Syariah yang telah memberikan tugas
pembuatan makalah ini kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini sehingga penulis
mampu menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah LKNB Asuransi Syariah.
Dimana dalam makalah ini diharapkan lebih membuka wawasan berpikir dibidangnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.

Tembilahan, 15 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
A. Pengertian Asuransi ......................................................................................... 3
B. Aspek Hukum Dalam Asuransi ....................................................................... 3
C. Pokok-pokok Kelembagaan Asuransi............................................................... 4
D. Lembaga Perasuransian .................................................................................. 10
E. Produk Perasuransian.............................................................................. 14
BAB III PENUTUP............................................................................................. 16
A. Kesimpulan....................................................................................................... 16
B. Saran................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tata pergaulan masyarakat khusunya masyarakat modern seperti sekarang ini,
membutuhkan suatu institusi atau lembaga yang bersedia mengambil alih resiko-resiko
kelompok. Suatu lembaga atau institusi pada hakikiatnya berada dan ada ditengah-tengah
masyarakat. Berbagai jenis lembaga ada dan dikenal dalam masyarakat masing-masing
mempunyai tugas sendiri, sesuai dengan maksud tujuan dari setiap lembaga yang
bersangkutan. Lembaga merupakan salah satu organ masyarakat, oleh karena itu setiap
lembaga tidak mungkin berdiri sendiri, dan sebagai organ masyarakat, maka lembaga itu ada
dan berada di masyarakat. Lembaga yang merupakan organ masyarakat, keberadaannya
haruslah dalam suatu kegiatan yang memberikan pengabdian kepada masyarakat, maka ia
dapat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat pula.
Pada hakikiatnya suatu lembaga selalu melakukan tindakan bukan untuk kepentingan
sendiri, tetapi untuk memenuhi tugas-tugas social tertentu, yaitu untuk memuaskan kebutuhan
khusus dari masyarakat, kelompok orang atau perorangan.
Perusahaan merupakan salah satu lembaga yang terdapat dalam masyarakat yang
keberadaannya mempunyai tugas-tugas khusus, yaitu suatu karya ekonomi. Dalam
masyarakat modern seperti saat sekarang ini, perusahaan asuransi mempunyai peranan yang
sangat luas jangkauanya yang menyangkut kepentingan-kepentingan sosial maupun
kepentingan ekonomi. Asuransi yang merupakan suatu lembaga ini ia juga dapat menjangkau
kepentingan-kepentingan masyarakat luas dan kepentingan-kepentingan individu. Perusahaan
asuransi secara terbuka menawarkan suatu proteksi atau perlindungan dan harapan pada masa
yang akan datang, baik kepada kelompok maupun perorangan. Asuransi sebagai suatu
lembaga yang mana lembaga-lembaga asuransi ini diperlukan pengaturan yang berkaitan
tentang lembaga asuransi, pengawasan tentang lembaga asuransi, kegiatan-kegiatan usaha
yang ada pada asuransi, dan pengizinan asuransi. Maka di dalam makalah ini penulis akan
membahas tentang masalah yang berkaitan dengan aspek hukum dan kelembagaan asuransi.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditulis rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Asuransi ?
2. Apa aspek hukum dalam asuransi ?
3. Apa saja poko-pokok kelembagaan asuransi ?
4. Apa saja lembaga perasuransian ?
5. Apa sajaproduk-produk asuransi ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan tujuan penulisan makalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa pengertin Asuransi
2. Untuk mengetahui apa aspek hukum dalam asuransi
3. Untuk mengetahui apa saja poko-pokok kelembagaan asuransi
4. Untuk mengetahui apa saja lembaga perasuransian
5. Untuk mengetahui apa saja produk-produk asuransi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asuransi
Asuransi dan lembaga asuransi sebagai lembaga peralihan resiko mempunyai peranan
penting. Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan non Bank ini sangat
penting peranannya dalam rangka pembangunan bidang ekonomi karena dengan usaha ini
bisa menghimpun dana yang digali dari masyarakat melalui perolehan resmi tertanggung.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUH Dagang) asuransi merupakan
suatu perjanjian dimana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung
dengan menerima suatu premi, untuk memberikan pergantian kepada tertanggung karena
suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tertentu1.
Sedangkan menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-undang No. 2 Tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjian antara dua belah pihak ataulebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung, dengan menerima premi angsuran, untuk memberikan penggantian
kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita 1
Pasal 246 KUH Dagang tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
untuk pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.1
B. Aspek Hukum Dalam Asuransi
1.    Pengaturan Asuransi
a. KUH Perdata
b. KUHD (Ps. 246 s/d 308)
c. UU Nomor 2 Th 1992 tentang Usaha Perasuransian
d. Keppres RI No. 40 Th ttg Usaha di Bidang Asuransi Kerugian
e. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1249/KMK.013/1988 tentang Ketentuan & Tata
Cara Pelaksanaaan Usaha di Bidang Asuransi Kerugian
f. KMK RI No. 1250/KMK.013/1988 ttg Usaha Asuransi Jiwa.
1
Burhanuddin S. Penerapan Prinsip Syariah Dalam Lembaga Perasuransian Di Indonesia.Vol 5 No 1. 2013. Hal
97.

3
2.    Pengertian Asuransi
a. Pasal 246 KUHD: Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana
seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima
suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.
b. Pasal 1 UU No. 2 Th 1992: Asuransi (pertanggungan) adalah perjanjian dua pihak,
dengan nama pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, utk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yg diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
3.    Unsur-unsur Asuransi Pasal 246 KUHD
a. Adanya kepentingan (Psl 250 jo 268 KUHD)
b. Adanya peristiwa tak tentu
c. Adanya kerugian
C.  Pokok-Pokok Kelembagaan Asuransi
1.    Perizinan Lembaga Asuransi
Setiap pihak yang melakukan usaha perasuransian wajib memperoleh izin usaha dari
menteri keuangan, kecuali bagi perusahaan yang menyelenggarakan program asuransi
sosial (pasal 9 ayat 1 undang-undang nomor 2 tahun 1992). Khusus bagi Badan Usaha
Milik Negara yang menyelenggarakan program asuransi sosial, fungsi dan tugasnya
sebagai penyelenggaraan program tersebut dituangkan dalam peraturan pemerintah. Ini
berarti bahwa pemerintah memang menugaskan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bersangkutan untuk melaksanakan suatu program asuransi sosial yang telah diputusakan
untuk dilaksanakan oleh pemerintah. Oleh karena itu bagi BUMN yang dimaksud tidak
perlu memperoleh izin usaha dari menteri keuangan.
Untuk mendapatkan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 1 undang-
undang nomor 2 tahun 1992 harus dipenuhi persyaratan mengenai yang terdapat pada ayat
2 yaitu:

4
a. Anggaran dasar
b. Susunan organisasi
c. Permodalan
d. Kepemilikan
e. Keahlian dibidang peransuransian
f. Kelayakan rencana kerja
g. Hal-hal yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan usaha peransuransian secara
sehat
Keahlian dibidang perasuransian yang dimaksud dalam ketentuan ini mencakup
antara lain keahlian dibidang aktuaria, underwriting, manajemen resiko, penilaian kerugian
asuransi, dan sebagainya sesuai dengan kegiatan usaha perasuransian yang dijalankan.
Dalam hal ini terdapat kepemilikan hak asing, maka untuk memperoleh izin usaha
wajib dipenuhi persyarat dalam ayat 2 serta ketentuan mengenai batas kepemilikan dan
kepengurusan pihak asing pasal 9 ayat 3 undang-undang nomor 2 tahun 1992.
Dalam pengertian “batas kepemilikan dan kepengurusan pihak asing” termasuk pula
pengertian tentang proses indonesianisasi. Dengan adanya ketentuan ini diharapkan
perasuransian Nasional semakin dapat bertumpu pada kekuatan sendiri. Pemberian izin
usaha perasuransian dilakukan dalam 2 tahap yaitu:
a. Pemberian persetujuan prinsip.
b. Pemberian izin usaha.
Akan tetapi, persetujuan prinsip bagi agen asuransi dan konsultan aktuari tidak
diperlukan. Persetujuan prinsip berlaku untuk jangka waktu 1 tahun. Apabila dalam jangka
waktu tiga bulan sejak tanggal izin usaha ditetapkan, perusahaan perasuransian
bersangkutan tidak menjalankan kegiatan usahanya, maka izin usaha perasuransian dapat
dicabut.
2.    Fungsi dan Tujuan Asuransi
a. Fungsi
1)   Pengalihan Resiko; Sebagai sarana atau mekanisme pengalihan kemungkinan
resiko/kerugian (chance of loss) dari tertanggung sebagai ”Original Risk Bearer”
kepada satu atau beberapa penanggung     (a risk transfer mechanism). Sehingga
ketidakpastian (uncertainty) yang berupa kemungkinan terjadinya kerugian sebagai

5
akibat suatu peristiwa tidak terduga, akan berubah menjadi proteksi asuransi yang
pasti (certainty) merubah kerugian menjadi ganti rugi atau santunan klaim dengan
syarat pembayaran premi.
2)  Penghimpun Dana; Sebagai penghimpun dana dari masyarakat (pemegang polis) yang
akan dibayarkan kepada mereka yang mengalami musibah, dana yang dihimpun
tersebut berupa premi atau biaya berasuransi yang dibayar oleh tertanggung kepada
penanggung, dikelola sedemikian rupa sehingga dana tersebut berkembang, yang kelak
akan dipergunakan untuk membayar kerugian yang mungkin akan diderita salah
seorang tertanggung.
3)   Premi Seimbang; Untuk mengatur sedemikian rupa sehingga pembayaran premi yang
dilakukan oleh masing – masing tertanggung adalah seimbang dan wajar dibandingkan
dengan resiko yang dialihkannya kepada penanggung (equitable premium). Dan besar
kecilnya premi yang harus dibayarkan tertanggung dihitung berdasarkan suatu tarip
premi (rate of premium) dikalikan dengan Nilai Pertanggungan.
a. Tujuan
b. Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita satu
pihak.
c. Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan
pengamanan dan  pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan
banyak tenaga, waktu dan biaya.
d. Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang
jumlahnya tertentu  dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang
timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.
e. Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan
jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
f. Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan
dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk
asuransi jiwa.
3.    Prinsip Dasar Asuransi
Dalam dunia asuransi ada 6 macam prinsip dasar yang harus dipenuhi, yaitu:

6
a. Insurable interest, adalah hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu
hubungan keuangan antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara
hukum. Jadi, Anda dikatakan memiliki kepentingan atas obyek yang diasuransikan
apabila Anda menderita kerugian keuangan seandainya terjadi musibah yang
menimbulkan kerugian atau kerusakan atas obyek tersebut.
b. Utmost Good Faith, adalah suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan
lengkap, semua fakta yang material mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik
diminta maupun tidak. Artinya si penanggung harus dengan jujur menerangkan
dengan jelas segala sesuatu tentang luasnya syarat dan kondisi dari asuransi dan si
tertanggung juga harus memberikan keterangan yang jelas dan benar atas obyek atau
kepentingan yang dipertanggungkan.
c. Proximate Cause, adalah suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian
kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang diawali
dan secara aktif oleh sumber yang baru dan independen. Jadi apabila kepentingan
yang diasuransikan mengalami musibah atau kecelakaan, maka pertama-tama dicari
sebab-sebab yang aktif dan efisien yang menggerakkan suatu rangkaian peristiwa
tanpa terputus sehingga pada akhirnya terjadilah musibah atau kecelakaan tersebut.
Suatu prinsip yang digunakan untuk mencari penyebab kerugian yang aktif dan efisien
adalah: "Unbroken Chain of Events" yaitu suatu rangkaian mata rantai peristiwa yang
tidak terputus.
d. Indemnity, adalah suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi
finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia
miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253 dan dipertegas
dalam pasal 278).
e. Subrogation, adalah pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung
setelah klaim dibayar. Prinsip subrogasi diatur dalam pasal 284 kitab Undang-Undang
Hukum Dagang, yang berbunyi: "Apabila seorang penanggung telah membayar ganti
rugi sepenuhnya kepada tertanggung, maka penanggung akan menggantikan
kedudukan tertanggung dalam segala hal untuk menuntut pihak ketiga yang telah
menimbulkan kerugian pada tertanggung".

7
f. Contribution, adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang
sama-sama menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung
untuk ikut memberikan indemnity. Anda dapat saja mengasuransikan harta benda
yang sama pada beberapa perusahaan asuransi. Namun bila terjadi kerugian atas obyek
yang diasuransikan maka secara otomatis berlaku prinsip kontribusi.
4.    Kegiatan Usaha Lembaga Asuransi
Jenis bidang usaha perasuransian menurut pasal 3 UU No. 2 tahun 1992 tentang
usaha perasuransian, dibagi atas:
a. Usaha Asuransi
Yang mana kegiatan usaha asuransi ini baik asuransi jiwa, kerugian dan
reasuransi, adalah dalam setiap pemasaran program asuransi harus diungkapkan
informasi yang relevan, tidak ada yang bertentangan dengan persyaratan dicantumkan
dalam polis. Pemasaran program asuransi adalah setiap kegiatan yang secara langsung
atau tidak langsung dilakukan untuk menarik calon bertanggung, termasuk kegiatan
promosi, iklan, brosur, dan propektus. Pasal 18 peraturan pemerintah nomor 73 tahun
1992 menentukan bahwa perusahaan asuransi harus lebih dahulu melaporkan kepada
menteri keuangan setiap program asuransi baru yang dipasarkan. Perusahaan asuransi
dilarang memasarkan program asuransi baru yang tidak memenuhi ketentuan pasal 19
dan pasal 20 – 23 peraturan pemerintah nomor 73 tahun 1992. Sedangkan kegiatan
asuransi social hanya dapat diselenggarakan oleh BUMN terhadap perusahaan yang
menyelenggarakan program yang berlaku ketentuan mengenai pembinaan dan
pengawasan dalam undang-undang pasal 14 Nomor 2 tahun 1992. Perusahaan yang
menyelenggarakan salah satu jenis asuransi, yaitu asuransi jiwa atau asuransi kerugian
atau kombinasi antara keduanya.
b. Usaha penunjang usaha asuransi, terdiri dari:
1) Usaha pialang asuransi yang mana kegiatanya memberikan jasa perantara dalam
penutupan kontrak asuransi dan penanggulangan penyelesaian ganti rugi asuransi
dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung.
2) Usaha penilaian kerugian asuransi, memberikan jasa penilaian terhadap kerugian
pada objek asuransi yang dipertanggungkan.

8
3) Usaha konsultan aktuari yang memberikan jasa segala jenis perhitungan matematis
yang berkenaan dengan asuransi.
4) Usaha agen memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa asuransi
untuk dan atas nama penanggung.
5.    Pembinaan dan Pengawasan Lembaga Asuransi
Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Usaha Asuransi di Indonesia Pasal 10
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 menentukan bahwa pembinaan dan pengawasan
terhadap usaha perasuransian dilakukan oleh Menteri Keuangan. Selanjutnya, dalam pasal
11 dinyatakan pula bahwa pembinaan dan pengawasan perusahaan perasuransian tersebut
meliputi:
a. Kesehatan keuangan, bagi perusahaan asuransi jiwa, kerugian, dan reasuransi,
meliputi: Batas Tingkat Solvabilitas; Retensi Sendiri; Reasuransi; Investasi; Cadangan
teknis; Lain-lain yang berhubungan dengan kesehatan keuangan.
b. Penyelenggaraan usaha, yang meliputi syarat-syarat polis asuransi; tingkat premi;
penyelesaian klaim; persyaratan keahlian di bidang perasuransian; Hal-hal lain yang
berhubungan dengan penyelenggaraan usaha. 

Pembinaan dan pengawasan seperti tersebut di atas termasuk jenis pengawasan


"aktif". Sedangkan pengawasan "pasif" dapat dilakukan melalui kewajiban-kewajiban
perusahaan asuransi, yang terdiri dari:
a. setiap perusahaan asuransi wajib menyampaikan neraca perhitungan
laba rugi perusahaan beserta penjelasannya kepada menteri
b. setiap perusahaan asuransi wajib menyampaikan laporan operasional kepada menteri
c. setiap perusahaan asuransi wajib mengumumkan neraca dan perhitungan
laba rugi perusahaan dalam surat kabar harian di Indonesia yang memiliki peredaran
luas
d. khusus untuk asuransi jiwa, perusahaan asuransi wajib
menyampaikan laporan investasi kepada menteri.
Dalam Keputusan Presiden RI Nomor. 40 Tahun 1989 Tentang Usaha di Bidang
Asuransi Kerugian, diatur bahwa yang berwenang mengadakan pembinaan dan
pengawasan usaha asuransi adalah Menteri Keuangan. Pembinaan dan pengawasan

9
tersebut ditujukan untuk semua perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, perusahaan
Broker Asuransi dan Adjuster Asuransi. Terdapat lembaga syariah yang melakukan
pembinaan dan pengawasan perusahaan asuransi syariah di Indonesia, yaitu Dewan
Pengawas Syariah, Dewan Syariah Nasional, dan Badan Arbitrase Syariah Nasional.
6.    Polis dan Premi Asuransi  
Dalam hukum asuransi, dikenal kata polis dan premi.
a. Polis Asuransi 
Suatu perjanjian asuransi atau pertanggungan bersifat konsensual (adanya kesepakatan),
harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta antara pihak yang mengadakan perjanjian.
Pada akta yang dibuat secara tertulis itu dinamakan “polis”. Jadi, polis adalah tanda
bukti perjanjian pertanggungan yang merupakan bukti tertulis.
b. Premi Asuransi
Premi dalam asuransi atau pertanggungan adalah kewajiban tertanggung, dimana hasil
dari kewajiban tertanggung akan digunakan oleh penangung untuk mengganti kerugian
yang diderita tertanggung. 
Premi biasanya ditentukan dalam suatu presentase dari jumlah pertanggungan,
dimana dalam presentase menggambarkan penilaian penanggung terhadap resiko yang
ditanggungnya, penilaian penanggung berbeda-beda, akan tetapi hal ini dipengaruhi
oleh hukum permintaan dan penawaran2
D. Lembaga Perasuransian
Ada 3 Lembaga Perasuransian:
1. Perusahaan Asuransi kerugian
Asuransi kerugian disebut juga dengan asuransi umum atau general insurance, yaitu
jenis asuransi yang memberi perlindungan atau jaminan pada harta benda dari risiko
peristiwa tak terduga. Dalam pengertian yang lebih komplek, asuransi kerugian merupakan
jenis asuransi yang memberi ganti rugi kepada sesorang pemilik asuransi yang kemudian
disebut sebagai tertanggung yang menderita kerugian atas harta benda miliknya, dimana
kerugian tersebut terjadi karena suatu bahaya atau bencana jenis kerugian yang dimaksud
meliputi:

2
http://lutfindahns.blogspot.com/2015/09/makalah-aspek-hukum-dan-kelembagaan.html?m=1 (diakses pada Senin
pada tanggal 12 Oktober 2020, Pukul 13:45 WIB)

10
a. Kehilangan nilai pakai barang
b. Kerugian atas nilai pakai yang berkurang
c. Kehilangan keuntungan atas barang yang bersangkutan yang diharapkan keuntungan
tersebut oleh tertanggung.
Ada beberapa jenis dari asuransi kerugian meliputi sebagai berikut:
a. Asuransi kebakaran (Full insurance) adalah jenis pertanggungan yang memberikan
ganti rugi atas risiko-risiko yang disebabkan terhadap harta benda yang telah
diasuransikan barang yang bisa diasuransikan dalam asuransi kebakaran ini meliputi
rumah tinggal, hotel, gedung, pabrik, perkantoran, pertokoran, rumah sakit.
b. Asuransi Pengangkutan Barang (Marine Cargo nsurance) yaitu jenis pertanggungan
yang menjamin resiko kerugian yang dialami atas kehilangan atau kerusakan barang
pada saat pengangkutan barang melalui jalur laut. Pertanggungan ini berlaku untuk
kedua belah pihak yang terlibat yaitu pihak pemilik angkutan barang maupun pihak
pemilik barang yang diangkut tergantung dari kondisi dan peristiwa kerugian yang
terjadi.
b. Asuransi Aneka
1. Asuransi Pencurian yaitu asuransi yang memberi ganti rugi karena resiko pencurian
atas harta benda yang diasuransikan.
2. Asuransi kecelakaan Diri yaitu asuransi yang memberi ganti rugi atas diri yang
diasuransikan kepada resiko kecelakaan diri.
3. Asuransi Perjalanan yaitu asuransi yang memberi ganti rugi karna resiko saat
melakukan perjalanan
4. Asuransi kendaraan Bermotor yaitu asuransi yang memberi ganti rugi karna resiko
atas kencaraan bermotor
5. Asuransi Property yaitu asuransi yang memberi ganti rugi karna resiko kerusakan
yang berhubungan dengan gedung industri atau pabrik
6. Asuransi Gempa Bumi yaitu asuransi yang memberi ganti rugi pada harta benda
akibat persitiwa gempa bumi
7. Asuransi Mesin dan Peralatan
8. Asuransi Tanggung Gugat3
3
http://askrida.com/3-jenis-asuransi-kerugian.html#.X4fshuQxerE (diakses pada Senin pada tanggal 12 Oktober
2020, Pukul 15:34 WIB)

11
2. Perusahaan Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa adalah suatu kontak perjanjian antara anda pemegang polis
atauvtertanggung dengan perusahaan asuransi sebagai penanggung yang mana perusahaan
asuransi akan membayarkan sejumlah nominal uang jika terjadi risiko kematian terhadap
pihak tertanggung asuransi. Anda sebagai tertanggung wajib membayar sejumlah premi
yang nantinya bermanfaat untuk memberikan penggantian atas rirkokematian anda
tersebut. dengan kata lain, asuransi jiwa merupakan jenis asuransi yang bertujuan untuk
menanggung orang terhadap kerugian finansial yang tidak terduga, yang disebabkan karena
tertanggung meninggal dunia.

Jenis-jenis Asuransi Jiwa

b. Asuransi Jiwa Berjangka (Term Life Insurance)


Asuransi jiwa berjangka atau term life insurance ini fungsinya untuk
memberi proteksi kepada tertanggung dalam jangka waktu tertentu saja. Asuransi
jiwa ini biasanya menawarkan kontrak untuk 5, 10, atau 20 tahun, dengan premi
tetap dan terhitung murah.
c. Asuransi Jiwa Seumur Hidup (whole Life Insurance)
Asuransi jiwa jenis seumur hidup atau whole life insurance ini memberikan
perlindungan seumur hidup, meski biasanya perusahaan asuransi membatasi
manfaat perlindungan hingga hanya 1000 tahun.
d. Asuransi Jiwa Dwiguna (Ensowment Insurance)
Jenis asuransi jiwa dwiguna atau endowment insurance ini sesuai dengan
namanya adalah asuransi yang memiliki dua manfaat, yaitu sebagai asuransi jiwa
berjangka sekaligus tabungan. Artinya, anda sebagai tertanggung dapat
memperoleh nilai uang tunai dari premi asuransi yang sudah anda bayarkan
berupa uang pertanggungan jika tertanggung meninggal dunia dalam periode
tertentu sesuai dengan kebijakan periode tertentu sesuai dengan kebijakan polis
asuransi bersangkuta dan juga dapat menarik polis asuransi dalam waktu tertentuu
sebelum masa kontrak berakhir.
e. Asuransi Jiwa Unit Link

12
Asuransi jiwa jenis unit link ini menggabungkan manfaat asuransi asuransi
dengan invesati, dan paling sering ditawarkan oleh agen asuransi. Jika anda
tertarik berinvestasi namun tidak mengerti tentang invesatsi dan ingin tetap
memastikan jiwa anda tetap mendapatkan manfaat perlindungan dari kematian,
anda bisa memilih jenis asurasni jiwa ini.4

3. Perusahaan Reasuransi
Reasuransi adalah istilah yang digunakan saat satu perusahaan asuransi melindungi
dirinya terhadap risiko asuransi dengan memanfaatkan jasa dari perusahaan asuransi lain.
Terdapat banyak alasan yang menyebabkan perusahaan asuransi melakukan reasuransi.
Pembagian atau penyebaran risiko adalah salah satu alasan reasuransi.
Jika perusahaan asuransi berpendapat bahwa nilai asuransi suatu premi lebih besar
daripada nilai yang dapat ditanggungnya, maka ia dapat membagi risiko yang dihadapinya
dengan mengasuransikan kembali sebagian nilai itu pada perusahaan lain (perusahaan
reasuransi). Dengan dilakukannya reasuransi ini, pada dasarnya perusahaan asuransi telah
melakukan perlindungan terhadap kestabilan tingkat pendapatannya karena reasuransi telah
melindunginya dari potensi kerugian yang besar. Alasan lain adalah untuk mendapatkan
keuntungan sebagai perantara dengan mengasuransikan kembali pada perusahaan
reasuransi dengan premi yang lebih rendah daripada tingkat premi yang dikenakan
perusahaan asuransi itu sendiri pada pelanggannya.
Terdapat dua jenis reasuransi, yaitu reasuransi proporsional dan non-proporsional.
Reasuransi proporsional adalah reasuransi di mana perusahaan reasuransi mengambil alih
risiko klaim secara proporsional berdasarkan klaimnya. Semisal jika telah ada perjanjian
reasuransi proporsional antara perusahaan asuransi dengan perusahaan reasuransi sebesar
40%, maka jika terjadi klaim dari pemegang polis maka perusahaan asuransi hanya perlu
mengeluarkan dana sebesar 60% dari jumlah klaim, sementara sisa 40% dari klaim akan
ditanggung oleh perusahaan reasuransi tersebut. Untuk jenis reasuransi non-proporsional,
biasanya perusahaan reasuransi akan menanggung klaim di atas batas maksimal yang dapat
ditanggung oleh perusahaan asuransi. Misalnya jika perusahaan asuransi dan perusahaan
reasuransi telah membuat perjanjian untuk menanggung klaim di atas batas satu miliar,
4
https://www.car.co.id/id/ruang-publik/tips-trik/careinsurance/jenis-jenis-asuransi-jiwa (diakses pada Kamis tanggal
15 Oktober 2020, Pukul 22:28 WIB)

13
maka jika ada klaim sebesar 800 juta, perusahaan asuransi akan menanggung seluruh klaim
yang diajukan tersebut. Sebaliknya jika terdapat klaim sebesar empat miliar, maka
perusahaan asuransi hanya menanggung sesuai perjanjiannya, yaitu satu miliar dan sisanya
akan ditanggung oleh perusahaan reasuransi tersebut.
Hampir semua reasuransi melibatkan lebih dari satu perusahaan reasuransi, hal ini
berkaitan dengan penyebaran risiko. Perusahaan reasuransi yang menentukan kondisi-
kondisi kontrak dan premi reasuransi disebut lead insurer, sementara perusahaan
reasuransi lain yang ikut ambil bagian dalam kontrak itu disebut following reinsurer jebon.5
E. Produk Perasuransian
1. Asuransi Jiwa
a. Asuransi Jiwa Berjangka
b. Asuransi Jiwa Seumur Hidup
c. Asuransi Jiwa Dwiguna
d. Asuransi Jiwa Unit Link

2. Asuransi Umum
a. Asuransi Kebakaran
b. Asuransi Property All Risk/Industrial All Risk
c. Asuransi Kendaraan Bermotor
d. Asuransi Heavy Equipment
e. Asuransi Pengangkutan
f. Asuransi Kecelakaan Diri
g. Asuransi Kesehatan
h. Asuransi Kredit dan Asuransi Kredit PHK
i. Asuransi Penjaminan (Surety Bond)
j. Asuransi Engineering
k. Asuransi Tanggung Gugat
l. Asuransi Marine Hull
m. Asuransi Aviation
n. Asuransi Satelit
o. Asuransi Uang
5
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Reasuransi (diakses pada Selasa tanggal 13 Oktober 2020, Pukul 09:23 WIB)

14
p. Asuransi Harta Benda
q. Asuransi Rangka Kapal
r. Asuransi Rekayasa6

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuransi dan lembaga asuransi sebagai lembaga peralihan resiko mempunyai peranan
penting. Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan non Bank ini sangat
penting peranannya dalam rangka pembangunan bidang ekonomi karena dengan usaha ini
bisa menghimpun dana yang digali dari masyarakat melalui perolehan resmi tertanggung.
Ada 3 Lembaga Perasuransian:
1. Perusahaan Asuransi kerugian
Asuransi kerugian merupakan jenis asuransi yang memberi ganti rugi kepada sesorang
pemilik asuransi yang kemudian disebut sebagai tertanggung yang menderita kerugian atas
harta benda miliknya, dimana kerugian tersebut terjadi karena suatu bahaya atau bencana
6
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Category/49 (diakses pada Kamis tanggal 15 Oktober 2020, Pukul
16:33 WIB)

15
2. Perusahaan Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa adalah suatu kontak perjanjian antara anda pemegang polis
atauvtertanggung dengan perusahaan asuransi sebagai penanggung yang mana perusahaan
asuransi akan membayarkan sejumlah nominal uang jika terjadi risiko kematian terhadap
pihak tertanggung asuransi.
3. Perusahaan Reasuransi
Reasuransi adalah istilah yang digunakan saat satu perusahaan asuransi melindungi
dirinya terhadap risiko asuransi dengan memanfaatkan jasa dari perusahaan asuransi lain.
Terdapat banyak alasan yang menyebabkan perusahaan asuransi melakukan reasuransi.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan mudah dipahami bagi pembacanya, sehingga
bernilai ibadah bagi penulis. apabila dalam menyusun makalah ini terdapat kekurangan karena
keterbatasan ilmu dan materi yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran sangat penulis
harapkan agar penulis bisa lebih baik dalam menyusun makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin S. Penerapan Prinsip Syariah Dalam Lembaga Perasuransian Di Indonesia.Vol 5


No 1.

http://lutfindahns.blogspot.com/2015/09/makalah-aspek-hukum-dan-kelembagaan.html?m=1
(diakses pada Senin pada tanggal 12 Oktober 2020, Pukul 13:45 WIB)

http://askrida.com/3-jenis-asuransi-kerugian.html#.X4fshuQxerE (diakses pada Senin pada


tanggal 12 Oktober 2020, Pukul 15:34 WIB)

https://www.car.co.id/id/ruang-publik/tips-trik/careinsurance/jenis-jenis-asuransi-jiwa (diakses
pada Kamis tanggal 15 Oktober 2020, Pukul 22:28 WIB)

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Reasuransi (diakses pada Selasa tanggal 13 Oktober 2020, Pukul


09:23 WIB)

16
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Category/49 (diakses pada Kamis tanggal 15
Oktober 2020, Pukul 16:33 WIB)

17

Anda mungkin juga menyukai