Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

MAKALAH HUKUM ASURANSI


DAN ANALISIS KASUS HUKUM ASURANSI

Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Hukum Asuransi


Oleh:
Afian Sandi Dafa Ekaputra
41033300191087
Kelas VIII-B2

Dosen Pengampu:
Fitri Wahyuni, S.H., M.Kn.

PROGRAM STUDI
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Hukum Asuransi ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya.
Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Hukum Asuransi.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah Hukum Asuransi ini. Kami juga menyadari pentingnya akan
sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan
informasi yang akan menjadi bahan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah Hukum Asuransi ini sehingga kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah Hukum
Asuransi ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Bandung, 29 Juli 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................1

DAFTAR ISI..................................................................................................2

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................3
C. Tujuan.................................................................................................4

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi............................................................................5
B. Hukum Asuransi.................................................................................6
C. Tujuan Asuransi.................................................................................8
D. Manfaat Asuransi...............................................................................10
E. Jenis-jenis Asuransi............................................................................11
F. Kelebihan dan Kekurangan dari Asuransi..........................................14

ANALISIS KASUS PENOLAKAN KLAIM ASURANSI JIWA YANG


DILAKUKAN OLEH PT. AXA MANDIRI TERHADAP AHLI WARIS ULI
SINAMBELA.................................................................................................15

PENUTUP

A. Simpulan.............................................................................................19
B. Saran...................................................................................................19

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Seperti telah
dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini, manusia selalu
dihadapkan kepada sesuatu yang tidak pasti, yang mungkin menguntungkan,
tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan keamanan atas harta
benda mereka, mengharapkan kesehatan dan kesejahteraan tidak kurang suatu
apapun, namun manusia hanya dapat berusaha, tetapi Tuhan Yang Maha
Kuasa yang menentukan segalanya. Oleh karena itu, setiap insan tanpa kecuali
di alam fana ini selalu menghadapi berbagai risiko yang merupakan sifat
hakiki manusia yang menunjukkan ketidakberdayaannya dibandingkan Sang
Maha Pencipta. Kemungkinan menderita kerugian yang dimaksud risiko.1

Menurut Pasal 1774 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata),


suatu persetujuan untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya,
mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara
pihak, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu. Demikian adalah
perjanjian pertanggungan, bunga cagak hidup, perjudian dan pertaruhan.
Perjanjian yang pertama yaitu perjanjian pertanggungan diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). 2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah tentang Hukum Asuransi ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan asuransi?
2. Apa yang dimaksud dengan hukum asuransi?
3. Apa tujuan dari asuransi?
4. Apa manfaat dari asuransi?
5. Apa saja jenis asuransi?

1
Man S. Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Alumni Bandung, Edisi
ke-1, Cetakan 1,1997, hlm. 1-2

2
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 246

3
6. Apa kelebihan dan kekurangan dari asuransi?

C. Tujuan
Adapun tujuan tentang penulisan makalah tentang Hukum Asuransi ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan asuransi secara umum.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hukum asuransi
3. Untuk mengetahui tujuan dari asuransi.
4. Untuk mengetahui.apa saja manfaat dari asuransi.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis dari asuransi.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari asuransi.

4
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi
Asuransi merupakan bentuk upaya penanggulangan resiko yang mungkin
terjadi pada masa yang akan datang dengan nominal biaya cukup besar. Oleh
sebab itu, dibutuhkan pertanggungan untuk menjamin sesuatu yang bernilai.
Tujuannya adalah agar mendapatkan langkah preventif jika nantinya terjadi
sesuatu.3

Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang Pasal 246 Asuransi atau


pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung , dengan menerima suatu premi
untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan,
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadikarena
sutau peristiwa tak tertentu.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2014 tentang


perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi
dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh
perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk :
a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti; atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung
atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan
manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil
pengelolaan dana.

3
https://rangkulteman.id/berita/pengertian-asuransi-unsur-fungsi-dan-jenisnya

5
Undang-undang No 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian menjelasakan
bahwa asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.4

B. Hukum Asuransi
Hukum asuransi adalah kumpulan peraturan yang tertulis maupun tidak
tertulis, yang ditujukan untuk mengikat kedua belah pihak yang melakukan
perjanjian asuransi (penanggung dan tertanggung).

Berdasarkan ketentuan yang tertulis dalam Pasal 246 KUHD, dengan jelas


dikatakan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah sebuah perjanjian yang
mengikat penanggung kepada tertanggung dengan cara menerima sejumlah
premi yang dimaksudkan untuk menjamin penggantian terhadap tertanggung
akibat adanya kerugian yang timbul, terjadinya kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, hal tersebut mungkin akan terjadi akibat
terjadinya suatu evenemen (peristiwa yang tidak pasti).

Sedangkan di dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Tertanggal 11


Februari 1992 Tentang Usaha Perasuransian (UU asuransi) dikatakan bahwa:
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian yang terjadi di antara dua
pihak atau lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada pihak
tertanggung dengan cara menerima sejumlah premi asuransi untuk
memberikan layanan penggantian kepada tertanggung akibat adanya kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung akibat

4
http://eprints.perbanas.ac.id/4125/7/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 31 Juli 2022

6
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu
pembayaran yang dilakukan karena meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.

Jika merunut pada defenisi di atas, maka bisa dikatakan bahwa asuransi adalah
sebuah bentuk perjanjian di mana harus memenuhi syarat sebagaimana
tertuang dalam Pasal 1320 KUH Perdata, namun dengan karakteristik
“khusus” sebagai mana dijelaskan dalam Pasal 1774 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa:
Suatu persetujuan untung-untungan (kans overeenkomst) adalah suatu
perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak
maupun bagi sementara pihak, bergantung kepada kejadian yang belum tentu.

Dengan melihat ketentuan hukum di atas, maka terdapat beberapa hal penting
mengenai asuransi yang patut dicermati, di antaranya:
 Perjanjian asuransi wajib memenuhi Pasal 1320 KUH Perdata, di mana
perjanjian tersebut bersifat adhesif, yang artinya isi perjanjian tersebut
telah ditentukan oleh perusahaan asuransi melalui kontrak standard.
 Di dalam asuransi terdapat dua pihak yang terlibat pada perjanjian
tersebut, yakni pihak penanggung dan pihak tertanggung, yang mana
kedua pihak ini berbeda.
 Asuransi memiliki sejumlah premi yang merupakan bukti bahwa
tertanggung setuju untuk melakukan perjanjian asuransi.
 Perjanjian asuransi membuat pihak tertanggung dan pihak penanggung
terikat untuk melaksanakan kewajibannya masing-masing.

Berdasarkan poin-poin di atas, maka sebuah asuransi “wajib” memiliki unsur-


unsur sebagai berikut:
 Subyek hukum, dalam hal ini adalah penanggung dan tertanggung.
 Persetujuan bebas yang terjadi di antara penanggung dan tertanggung.
 Benda asuransi dan kepentingan lainnya yang berhubungan dengan
tertanggung.

7
 Tujuan perjanjian yang ingin dicapai oleh penangung dan tertanggung.
 Risiko dan premi.
 Evenemen (peristiwa yang tidak pasti) serta ganti rugi yang akan diberikan
oleh pihak penanggung.
 Syarat-syarat dan kebijakan yang berlaku.
 Polis asuransi sebagai bukti perjanjian.5

C. Tujuan Asuransi
 Tujuan Asuransi untuk Pengalihan Resiko
Tujuan Asuransi yang pertama ialah untuk pengalihan risiko. Dalam teori
pengalihan risiko, tertanggung menyadari ada ancaman bahaya terhadap
harta kekayaan miliknya atau terhadap jiwanya.

Jika suatu hari bahaya tersebut menimpa harta kekayaan atau jiwanya,
maka dia akan menderita kerugian atau korban jiwa atau cacat raga.
Tertanggung dalam hal ini sebagai pihak yang terancam bahaya merasa
berat memikul beban risiko yang sewaktu-waktu dapat terjadi.

Untuk mengurangi atau menghilangkan beban resiko tersebut, tertanggung


mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan risiko yang mengancam
harta atau jiwanya. Dengan membayar sejumlah premi kepada perusahaan
asuransi (penanggung), sejak itu pula risiko beralih kepada si penanggung.

Apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi tidak terjadi peristiwa


yang merugikan, maka penanggung beruntung memiliki dan menikmati
premi yang telah diterimanya dari tertanggung.

 Tujuan Asuransi untuk Pembayaran Ganti Rugi

5
https://www.cermati.com/artikel/apa-itu-hukum-asuransi-dan-bagaimana-cara-
kerjanya#:~:text=Hukum%20asuransi%20adalah%20kumpulan%20peraturan,asuransi
%20(penanggung%20dan%20tertanggung). Diakses pada tanggal 31 Juli 2022

8
Tujuan asuransi yang berikutnya adalah pembayaran ganti rugi. Dalam hal
ini terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, maka tidak ada masalah
terhadap resiko yang ditanggung oleh penanggung.

Dalam praktiknya, bahaya yang mengancam itu tidak senantiasa sungguh-


sungguh akan terjadi. Ini merupakan kesempatan baik bagi penanggung
mengumpulkan premi yang dibayar oleh beberapa tertanggung yang
mengikatkan diri kepadanya.

Jika pada suatu ketika benar terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian,
maka kepada si tertanggung yang bersangkutan akan dibayarkan ganti
kerugian seimbang dengan jumlah asuransinya.

Dalam praktiknya, kerugian yang timbul tersebut bersifat sebagian, tidak


semuanya berupa kerugian total. Dengan demikian, tertanggung
mengadakan asuransi yang bertujuan untuk memperoleh pembayaran ganti
kerugian yang sungguh-sungguh dideritanya.

 Tujuan Asuransi untuk Pembayaran Santunan


Tujuan Asuransi yang berikutnya yaitu untuk pembayaran santunan.
Asuransi kerugian dan juga asuransi jiwa diadakan berdasarkan perjanjian
bebas (sukarela) antara penanggung dan tertanggung.

Akan tetapi, undang-undang mengatur asuransi yang bersifat wajib,


artinya tertanggung terikat dengan si penanggung karena perintah undang-
undang bukan karena perjanjian.

Asuransi jenis ini biasa disebut sebagai asuransi sosial. Asuransi sosial
bertujuan melindungi masyarakat dari ancaman bahaya kecelakaan yang
mengakibatkan kematian atau cacat tubuh. Dengan membayar sejumlah
konstribusi (semacam premi), maka si tertanggung berhak memperoleh
perlindungan dari ancaman bahaya.

9
Tertanggung yang membayar konstribusi tersebut adalah mereka yang
terikat pada suatu hubungan hukum tertentu yang ditetapkan undang-
undang, misalnya hubungan kerja.

Apabila mereka mendapat musibah kecelakaan dalam pekerjaannya atau


selama angkutan berlangsung, mereka (ahli warisnya) akan memperoleh
pembayaran santunan dari penanggung BUMN, yang jumlahnya telah
ditetapkan oleh undang-undang adalah untuk melindungi kepentingan
masyarakat dan mereka yang terkena musibah diberi santunan sejumlah
uang.

 Tujuan Asuransi untuk Kesejahteraan Anggota


Tujuan asuransi yang terakhir yaitu untuk kesejahteraan anggotanya.
Apabila beberapa orang berhimpun dalam suatu perkumpulan, maka
perkumpulan tersebut berkedudukan sebagai si penanggung, sedangkan
anggota perkumpulanlah yang berkedudukan tertanggung.

Jika terjadi peristiwa yang mengakibatkan kerugian atau kematian bagi


anggota (tertanggung), maka perkumpulan akan membayar sejumlah uang
kepada anggota (tertanggung) yang bersangkutan.6

D. Manfaat dari Asuransi


Di dalam Buku 4 Literasi Perguruan Tinggi tentang Perasuransian yang
diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dijelaskan beberapa manfaat
asuransi. Adapun manfaat asuransi adalah sebagai berikut:
1. Memberikan rasa aman dan perlindungan, dengan memiliki polis asuransi,
tertanggung akan terhindar dari kemungkinan risiko kerugian finansial di
kemudian hari karena objek yang diasuransikan dijamin oleh penanggung.

6
https://hot.liputan6.com/read/4670802/pengertian-asuransi-macam-macam-tujuan-dan-
manfaatnya diakses pada tanggal 31 Juli 2022

10
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil, semakin besar
kemungkinan terjadinya risiko kerugian timbul, semakin besar pula premi
pertanggungannya.
3. Memberikan kepastian, merupakan manfaat utama asuransi karena pada
dasarnya asuransi berusaha untuk mengurangi konsekuensi yang tidak
pasti dari suatu keadaan yang merugikan (peril), yang tidak dapat
diperkirakan sebelumnya sehingga biaya atau akibat finansial dari
kerugian tersebut menjadi pasti atau relatif pasti.
4. Sarana menabung, untuk asuransi jenis tertentu, uang yang diasuransikan
memiliki nilai tunai yang dapat diambil, yaitu seperti pada asuransi whole
life atau endowment. Ada pula produk asuransi yang sengaja digabungkan
dengan investasi, yaitu unit link.
5. Instrumen pengalihan dan penyebaran risiko, melalui asuransi
kemungkinan timbul risiko kerugian dapat dialihkan dan disebarkan
kepada pihak penanggung.
6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha tertanggung, tertanggung yang
akan berinvestasi pada suatu bidang usaha bila sebagian risiko investasi
(usaha tertanggung) tersebut dapat ditutup oleh asuransi untuk mengurangi
risiko.
7. Menjadikan hidup lebih tenang, karena segala risiko yang dapat
diasuransikan telah ada yang menanggung, maka hidup terasa lebih
tenang.
8. Jaminan kredit, polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan kredit
(insurance server as a basis of credit) biasanya hanya untuk asuransi jiwa
dan sangat selektif pada jenis kredit dan bank tertentu.7

E. Jenis-jenis Asuransi
Membahas jenis-jenis asuransi artinya mengelompokkan fokus dan risiko,
agar dapat ditentukan ukuran keseragaman dalam risiko yang ditanggung
sesuai jenis kebijakan. Berikut ini jenis-jenis asuransi yang ada di Indonesia:

7
https://money.kompas.com/read/2021/05/27/191300426/mengenal-manfaat-asuransi-dan-
jenis-jenis-asuransi diakses pada tanggal 31 Juli 2022

11
 Asuransi Jiwa
Jangan lagi menganggap asuransi jiwa terkesan menyiapkan dan
mendahului Tuhan soal kematian. Asuransi jiwa justru akan melindungi
keluarga jika pencari nafkah meninggal dunia. Terdapat tiga jenis asuransi
jiwa,
o Term Life:
Asuransi jiwa ini akan memberi perlindungan dalam jangka waktu
1,5 atau 10 tahun. Walaupun nilai pertanggungan produk asuransi
jiwa ini jauh lebih besar, uang premi hangus di akhir periode.
o Whole Life:
Perlindungan asuransi jiwa ini seumur hidup, tetapi preminya lebih
mahal. Jika pemegang polis tidak meninggal selama masa kontrak,
maka uang pertanggungan dapat di klaim namun jumlahnya tidak
sebesar produk asuransi jiwa term life.
o Unit Link:
Unit Link merupakan asuransi yang tergolong jenis asuransi
nontradisional. Pengertian dari unit link adalah produk asuransi
yang mengombinasikan asuransi dan produk investasi. Jadi,
ibaratnya dana nasabah dipecah dan dimasukkan ke dalam dua
keranjang, sebagian masuk keranjang premi asuransi untuk
perlindungan dan sebagian lagi disetorkan oleh perusahaan
asuransi ke manajer investasi agar dikelola sebagai investasi.
Keputusan penempatan investasi sepenuhnya ada di tangan
nasabah.

 Asuransi Kesehatan
Asuransi kesehatan merupakan produk asuransi yang menangani masalah
kesehatan tertanggung karena suatu penyakit serta menanggung biaya
proses perawatan. Umumnya, penyebab sakit tertanggung yang biayanya
dapat ditanggung oleh perusahaan asuransi adalah cedera, cacat, sakit,
penyakit kritis, hingga kematian karena kecelakaan.

12
Pada umumnya perusahaan-perusahaan dengan skala menengah sampai
besar sudah memberikan asuransi kesehatan kepada setiap karyawannya.
Tetapi sebagai karyawan sangat disarankan untuk menambah asuransi
kesehatan agar lebih terlindungi.

 Asuransi Pendidikan
Tiap orang tua pastinya tak mau pendidikan anaknya putus ditengah jalan.
Apalagi saat ini biaya pendidikan pasti meningkat tiap tahunnya.
Kesadaran akan hal tersebut membuat asuransi pendidikan saat ini banyak
diminati. Asuransi pendidikan saat ini dikombinasikan dengan asuransi
jiwa. Asuransi pendidikan bisa menjadi solusi bagi rencana para orang tua
untuk meringankan tingginya biaya pendidikan.

 Asuransi Dana Hari Tua


Asuransi dana hari tua atau pensiun secara produk saat ini banyak yang di
kombinasikan dengan produk asuransi jiwa. Tujuan dari asuransi ini
adalah untuk melindungi kecukupan finansial seseorang ketika sudah tidak
produktif lagi. Mudahnya, Asuransi ini membantu kita dalam
mengumpulkan dana pensiun. Ketika masa pensiun datang, kita bisa
mendapatkan jumlah pensiun reguler. Bila terjadi kasus kematian,
keluarga tertanggung dapat mengklaim uang pertanggungan.

 Asuransi Umum
Asuransi umum menawarkan kompensasi finansial atas kerugian selain
kematian. Asuransi ini mengasuransikan segalanya selain dari kehidupan
manusia, seperti rumah, mobil, sepeda, kesehatan, perjalanan dan lain-lain.
Sederhananya, asuransi umum menawarkan perlindungan finansial untuk
semua aset tertanggung terhadap kehilangan, kerusakan, pencurian dan
kewajiban lainnya.
Asuransi umum sendiri punya bebera jenis dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan kita sebagai nasabah, antara lain:
o Asuransi Kesehatan

13
o Asuransi Properti
o Asuransi Rumah
o Asuransi Kebakaran
o Asuransi Kendaraan
o Asuransi Perjalanan
o Asuransi Pekerja
o Asuransi Sosial8

F. Kelebihan dan Kekurangan dari Asuransi


Kelebihan
 Asuransi untuk Tabungan Masa Depan
Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Itu sebabnya dengan
ikut asuransi dapat mempersiapkan diri menghadapi situasi buruk
nantinya. Asuransi bisa dijadikan dana cadangan di masa depan, baik
untuk urusan kesehatan atau hal-hal yang berisiko.

 Membantu Mengatur Keuangan


Karena ada jumlah khusus yang perlu dibayarkan ke asuransi, hal ini bisa
menahan mengeluarkan uang untuk membeli barang konsumtif dan tidak
berguna. Jadi asuransi sebenarnya membantu supaya lebih ketat
mengontrol keuangan, dan berpikir apa yang perlu diprioritaskan, bukan
yang diinginkan.9

8
https://axa-mandiri.co.id/-/jenis-jenis-asuransi-di-indonesia-simak-penjelasannya-yuk diakses
pada tanggal 31 Juli 2022
9
https://www.urbanasia.com/mengenal-kelebihan-dan-kekurangan-asuransi-U16000 diakses
pada tanggal 31 Juli 2022

14
ANALISIS KASUS PENOLAKAN KLAIM ASURANSI JIWA
YANG DILAKUKAN OLEH PT. AXA MANDIRI TERHADAP
AHLI WARIS ULI SINAMBELA

Dalam asuransi jiwa, yang dimaksud dengan bahaya adalah meninggalnya orang
yang jiwanya diasuransikan. Meninggalnya seseorang itu merupakan hal yang
sudah pasti, setiap makhluk bernyawa pasti mengalami kematian, tetapi kapan
meninggalnya seseorang tidak dapat dipastikan, inilah yang kemudian disebut
peristiwa tidak pasti atau evenemen dalam asuransi jiwa. Evenemen ini hanya
satu, yaitu ketidakpastian kapan meninggalnya seseorang, sebagai salah satu unsur
yang dinyatakan dalam definisi asuransi jiwa. Evenemen meninggalnya
tertanggung itu berisi dua, yaitu meninggalnya itu benar-benar terjadi sampai
jangka waktu asuransi dan benar-benar tidak terjadi sampai asuransi berakhir yang
kedua-duanya menjadi beban penanggung. Pada saat ketidakpastian ini kemudian
terjadi pada tertanggung yaitu meninggal dunia, inilah yang selanjutnya menjadi
hak tertanggung mengajukan klaim asuransi dan tanggung jawab penanggung
mengganti kerugian tersebut.

Salah satu hal yang cukup rumit yang dihadapi tertanggung adalah ketika
tertanggung berniat ingin mendapatkan uang klaim dengan cepat akan tetapi
dihadapkan dengan proses yang lama. Dikatakan rumit karena pada saat
pengajuan klaim yang dilakukan oleh tertanggung kepada penanggung,
tertanggung merasa telah melakukan persyaratan pengajuan klaim yang benar
sesuai dengan ketentuan isi polis sehingga tertanggung menginginkan segera
mendapatkan uang klaim. Dugaan seperti itu ternyata salah, karena ketika
tertanggung telah mengajukan klaim pihak penanggung masih akan melakukan
verifikasi dan klarifikasi data tertanggung. Hal inilah yang seringkali menjadi
permasalahan yaitu terjadi perbedaan pendapat antara tertanggung dan
penanggung perihal tata cara mendapatkan uang klaim. Oleh karena tidak adanya
persamaan pendapat perihal klaim, lalu muncul menjadi suatu persengketaan
antara tertanggung dan penanggung. Persengketaan dalam perjanjian asuransi
dapat menyangkut segala hal, akan tetapi pada umumnya adalah persengketaan

15
mengenai penyelesaian klaim. Persengketaan klaim umumnya menyangkut 2
(dua) hal utama, yaitu pengakuan tanggung jawab atas klaim yang timbul dari
penanggung dan besaran klaim yang dituntut atau dikabulkan.10

Ketentuan tentang persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh tertanggung
pada saat pengajuan klaim asuransi telah tercantum dalam polis asuransi.
Ketentuan-ketentuan tentang isi polis secara keseluruhan telah diatur dalam Pasal
8 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasauransi. Dalam
permasalahan perihal penolakan klaim asuransi, sebelum permasalahan itu terjadi
harus diketahui terlebih dahulu oleh kedua belah pihak bahwa terdapat ketentuan-
ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengajuan klaim asuransi yang termuat
dalam polis asuransi jiwa. Ketentuan mengenai bagaimana tata cara klaim yang
benar harus terdapat dalam polis sebagaimana telah diatur dalam Pasal 8 Huruf l
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, yang
berisi “syarat dan tata cara pengajuan klaim, termasuk bukti pendukung yang
diperlukan dalam mengajukan klaim”. Adanya ketentuan ini adalah agar
tertanggung maupun ahli waris tertanggung dapat mengetahui dan memahami
syarat dan tata cara ketika ingin mengajukan klaim asuransi jiwa ketika terjadi
peristiwa kematian. Dalam hal pengajuan klaim, landasan hukum yang digunakan
tertanggung dan penanggung adalah dalam Pasal 8 Angka 3 Ketentuan Umum
Polis Asuransi Jiwa PT. Axa Mandiri yang mengatur tentang pembayaran
maslahat, pemberitahuan klaim dan dokumentasi klaim.

Selain bukti-bukti tersebut, PT. Axa Mandiri berhak pula untuk meminta bukti-
bukti lain yang dianggap perlu untuk mendukung dan melengkapi bukti-bukti
yang ada. Apabila terjadi klaim karena meninggalnya tertanggung, maka PT. Axa
Mandiri akan melakukan klarifikasi dan investigasi terhadap sebab-sebab
kematian baik terhadap ahli waris tertanggung maupun terhadap pihak-pihak lain
seperti dokter, mengenai sebab kematian tertanggung, termasuk mengenai riwayat
kesehatan tertanggung. Klarifikasi dan investigasi diperlukan untuk memastikan

10
Junedy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Hal. 275

16
kebenaran klaim dan pembayaran uang asuransi selain itu juga untuk mengetahui
ada atau tidaknya unsur pelanggaran itikad baik dalam klaim asuransi.

Pada dasarnya penyelesaian sengketa yang terjadi akibat adanya klaim asuransi
yang di kemudian hari diketahui terdapat informasi tersembunyi, mengacu pada
ketentuan undang-undang yakni Pasal 1338 Ayat (3) KUHPer, Pasal 251 KUHD,
maupun ketentuan yang terdapat dalam Pasal 3 Polis Asuransi Jiwa. Selanjutnya,
apabila sebab dari peristiwa yang terjadi memenuhi unsur pelanggaran prinsip
itikad baik, maka PT. Axa Mandiri akan membatalkan perjanjian tersebut dan
menolak klaim tanpa pembayaran. Seperti halnya pula pada klaim yang dilakukan
ahli waris almarhum Uli Sinambela yang mengikat perjanjian dengan PT. Axa
Mandiri. Mengingat bahwa penyakit yang diderita almarhum Uli Sinambela telah
ada sebelum perjanjian asuransi dilakukan dan ternyata keberadaan penyakit
tersebut tidak disampaikan secara jujur kepada PT. Axa Mandiri, maka
penanggung menganggap perjanjian batal dan oleh karena itu tidak berkewajiban
memenuhi prestasi kepada ahli waris tertanggung/penerima uang asuransi. Jika
peristiwa yang terjadi dengan tegas disebutkan bahwa penyakit yang diderita
almarhum Uli Sinambela tersebut sejak awal juga diasuransikan atau diketahui
dan disetujui oleh PT. Axa Mandiri maka bukan merupakan bentuk pelanggaran
dari prinsip itikad baik penanggung akan membayar ganti kerugian sesuai dengan
yang tertera dalam polis asuransi jiwa.

Untuk menilai suatu perjanjian asuransi jiwa harus diteliti disamping polisnya
sendiri juga syarat-syarat umum polis asuransi jiwa dan formulir pendaftaran yang
telah diisi oleh almarhum Uli Sinambela yang merupakan satu kesatuan dari polis
tersebut. Ketentuan SPAJ yang merupakan satu kesatuan dari polis asuransi jiwa
telah dijelaskan dalam Pasal 1 Angka 2 Point 2.1 dan Angka 3 Point 3.17
Ketentuan Umum Polis Asuransi Jiwa PT. Axa Mandiri. Dalam Pasal 1 Angka 2
Point 2.1 menyebutkan bahwa :

Semua keterangan, pernyataan serta penjelasan yang diberikan Pemegang Polis


dan Tertanggungkepada Penanggung, dijamin kebenarannya oleh Pemegang Polis
dan Tertanggung dan menjadi dasar pertanggungan dan bagian yang tak
terpisahkan dari polis.

17
Sedangkan dalam Pasal 1 Angka 3 Point 3.17 menyebutkan bahwa :

Polis yaitu dokumen ini beserta Data Polis, ketentuan khusus, formulir lainnya
serta perubahan dan penambahanyang diberitahukan oleh penanggung yang secara
tertulis, dan dokumen permohonan asuransi dan formulir lainnya yang telah
lengkap dan ditandatangani oleh Pemegang Polis dan Tertanggung, serta dikenal
oleh Penanggung.

Penolakan klaim oleh PT. Axa Mandiri atas pengajuan klaim asuransi oleh ahli
waris almarhum Uli Sinambela dengan alasan pelanggaran prinsip itikad baik
pada saat pengisian SPAJ adalah sudah tepat dan benar jika melihat ketentuan
Pasal 1 Angka 3 Point 3.17 jo Angka 2 Point 2.1 tentang ketentuan umum polis
asuransi jiwa yang menyatakan bahwa SPAJ merupakan bagian dari polis dan
menjadi satu kesatuan dalam perjanjian asuransi. Sehingga PT. Axa Mandiri
dalam tindakannya melakukan klarifikasi dan investigasi berdasarkan kepada
polis dan SPAJ.

18
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis ini, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Penolakan klaim asuransi yang dilakukan oleh PT. Axa Mandiri terhadap
ahli waris Uli Sinambela dengan alasan bahwa almarhum Uli Sinambela
telah melanggar prinsip itikad baik pada saat pengisian SPAJ adalah sudah
sesuai dengan polis dan peraturan perundang-undangan. Adanya ketentuan
bahwa SPAJ adalah satu kesatuan dengan polis maka segela bentuk
keterangan yang tidak disampaikan tertanggung dengan benar dan jujur
merupakan pelanggaran prinsip itikad baik yang mengakibatkan perjanjian
asuransi menjadi batal.
2. Berkaitan dengan bukti bahwa almarhum Uli Sinambela telah melakukan
pelanggaran terhadap prinsip itikad baik pada saat pengisian SPAJ yang
mengakibatkan perjanjian menjadi batal, maka PT. Axa Mandiri memiliki
hak untuk tidak melakukan tanggungjwabnya membayar uang
pertanggungan atas pengajuan klaim asuransi oleh ahli waris. Hal ini telah
sesuai dengan ketentuan Pasal 251 KUHD yang menjelaskan bahwa
keterangan-keterangan yang tdak disampaikan dan diberitahukan dengan
benar dan jujur mengakibatkan batalnya perjanjian asuransi.

B. Saran
Penulis memberikan saran kepada pembaca melalui tulisan ini bahwa
diharapkan :
1. Bagi tertanggung diharapkan untuk tidak menyembunyikan sesuatu yang
dapat dikategorikan sebagai informasi tersembunyi atau menutup-nutupi
kelemahan dan kekurangan atas dirinya mengingat hal ini berkaitan erat
dengan risiko, penetapan pembayaran premi serta kewajiban penanggung
jika terjadi kerugian yang diderita oleh tertanggung. Tertanggung juga
harus lebih cermat dan teliti ketika menerima polis asuransi dari pihak
perusahaan asuransi dengan membaca dan memahami keseluruhan isi polis.
2. Pasal 7 Huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen telah ditegaskan bahwa kewajiban pelaku usaha

19
adalah memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan atau jasa. Dengan demikian telah jelas bahwa
perusahaan asuransi sebagai penanggung juga terikat dengan prinsip ini,
yaitu kewajiban menjelaskan risiko yang dijamin maupun yang
dikecualikan secara jelas dan teliti baik secara lisan maupun tulisan.
3. Bagi pemerintah khususnya DPR diharapkan dapat membuat aturan-aturan
yang adil bagi kedua belah pihak. Adanya aturan-aturan yang jelas dapat
membantu menyelesaikan permasalahan bagi kedua belah pihak apabila
terjadi sengketa.

20

Anda mungkin juga menyukai