Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan
lainnya mengenai Asuransi.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
kami Bapak Iwan yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Mataram, 8 Maret 2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………1

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...3

Latar Belakang……………………………………………………………………3

Rumusan Masalah………………………………………………………………...3

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….4

Definisi / Pengertian Asuransi…………………………………………………….4

Tujuan Asuransi…………………………………………………………………...5

Prinsip Dasar Asuransi…………………………………………………………….6

Klasifikasi Asuransi……………………………………………………………….8

Karakteristik Kontrak Asuransi…………………………………………………..13

Alur Pengalihan Resiko…………………………………………………………..17

Pihak-Pihak Dalam Kegiatan Asuransi…………………………………………..19

Syarat Pertanggungan Asuransi…………………………………………………..19

Penutup……………………………………………………………………………23

Daftar Pustaka / Referensi………………………………………………………..24

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Resiko dimasa datang dapat terjadi terhadap kehidupan sesorang misalnya


kematian, sakit atau resiko dipecat dari pekerjaannya. Dalam dunia bisnis resiko yang
dihadapi dapat berupa resiko kerugian akibat kebakaran, kerusakan atau kehilangan atau
resiko lainnya. Oleh karena itu setiap resiko yang akan dihadapi harus ditanggulangi
sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi.
Untuk mengurasngi resiko yang tidak diinginkan dimasa yang akan datang, seperti resiko
kehilangan, resiko kebakaran, resiko macetnya pinjaman kredit bank atau resiko laiinnya,
maka diperlukan perusahaan yang mau menanggung rediko tersebut. Adalah perusahaan
asuransi yang mau menanggung resiko yang bakal dihadapi nasabahnya baik perorangan
maupun badan usaha. Hal ini disebabkan perusahaan asuransi merupakan perusahaan
yang melakukan usaha pertanggung jawaban terhadap resiko yang akan dihadapi oleh
nasabahnya.

2. RUMUSAN MASALAH

 Definisi / Pengertian Asuransi

 Tujuan Asuransi

 Prinsip Dasar Asuransi

 Klasifikasi Asuransi

 Karakteristik Kontrak Asuransi

 Alur Pengalihan Resiko

 Pihak-Pihak Dalam Kegiatan Asuransi

 Syarat Pertanggungan Asuransi

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ASURANSI

1. Pengertian Asuransi Secara Umum

Asuransi adalah suatu bentuk pengendalian risiko dimana satu pihak

mengalihkan risiko yang mungkin terjadi di masa depan kepada pihak lainnya. Istilah

“Asuransi” berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Insurance” yang artinya

pertanggungan. Sehingga ada juga yang mengatakan pengertian asuransi adalah suatu

perjanjian antara pihak tertanggung (nasabah) dengan penanggung (perusahaan

asuransi) dimana perusahaan asuransi bersedia mengganti kerugian yang mungkin

dialami oleh nasabah di masa mendatang.

Menurut UU No. 2 Tahun 1992, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau

lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan

menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena

kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung

jawab pihak hukum ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari

suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan

atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

2. Pengertian Asuransi Menurut Para Ahli

a. Subekti

Menurut Subekti (2001), pengertian asuransi adalah suatu perjanjian yang

termasuk dalam jenis perjanjian untung-untungan dimana perjanjian ini

4
dengan sengaja didasarkan atas kejadian yang belum tentu terjadi di kemudian

hari, kejadian mana yang akan menentukan untung ruginya salah satu pihak.

b. Emmy Pangaribuan

Menurut Emmy Pangaribuan (1992), pengertian asuransi adalah suatu

perjanjian dimana penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan

dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskan diri dari kerugian karena

kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan yang akan

dapat diderita olehnya karena suatu kejadian yang belum pasti.

c. Abbas Salim

Menurut Abbas Salim, pengertian asuransi adalah suatu kemauan dalam

menetapkan kerugian-kerugian kecil atau sedikit yang sudah pasti sebagai

pengganti (substitusi) kerugian-kerugian besar yang belum pasti terjadinya di

masa mendatang. Sehingga dapat disimpulkan orang bersedia membayar

kerugian yang sedikit untuk masa sekarang agar bisa menghadapi kerugian-

kerugian besar dengan baik.

A. TUJUAN ASURANSI

Seperti yang telah disebutkan pada pengertian asuransi di atas, tujuan utama

asuransi adalah sebagai jaminan penggantian kerugian atas risiko yang mungkin terjadi di

masa depan.

Adapun beberapa tujuan asuransi adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengalihkan sejumlah risiko yang ada pada suatu pihak kepada pihak

perusahaan asuransi.

5
2. Jaminan bagi suatu pihak untuk mendapat perlindungan atas segala risiko kerugian

yang mungkin terjadi.

3. Untuk memperkecil potensi kerugian yang lebih besar bila mengeluarkan biaya

sendiri saat terjadi suatu risiko.

4. Khusus untuk asuransi jiwa tertentu (asuransi jiwa), asuransi dapat menjadi tabungan

karena sebagian biaya premi akan dikembalikan kepada nasabah.

5. Untuk efisiensi bagi sebuah perusahaan karena mengurangi biaya untuk pengawasan,

pengamanan, dan perlindungan yang memakan banyak biaya dan waktu.

6. Untuk mendapatkan ganti rugi kepada pihak nasabah sesuai dengan nilai premi

asuransi.

7. Untuk menutup loss of earning power seseorang atau suatu badan usaha ketika sudah

tidak bekerja atau tidak berfungsi lagi.

8. Sebagi dasar bagi pihak Bank dalam memberikan kredit kepada seseorang atau badan

usaha karena Bank membutuhkan perlindungan atas dana yang dipinjamkan kepada

nasabah.

B. PRINSIP DASAR ASURANSI

Dalam dunia asuransi ada 6 macam prinsip dasar yang harus dipenuhi, yaitu insurable

interest, utmost good faith, proximate cause, indemnity, subrogation dan contribution.

 Insurable Interest

Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan, antara tertanggung

dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.

6
Jadi, anda dikatakan memiliki kepentingan atas obyek yang diasuransikan apabila Anda

menderita kerugian keuangan seandainya terjadi musibah yang menimbulkan kerugian atau

kerusakan atas obyek tersebut. Kepentingan keuangan ini memungkinkan Anda

mengasuransikan harta benda atau kepentingan anda. Apabila terjadi musibah atas obyek

yang diasuransikan dan terbukti bahwa Anda tidak memiliki kepentingan keuangan atas

obyek tersebut, maka Anda tidak berhak menerima ganti rugi.

 Utmost good faith

Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua fakta yang

material (material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta maupun

tidak. Artinya adalah : si penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas

segala sesuatu tentang luasnya syarat/kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus

memberikan keterangan yang jelas dan benar atas obyek atau kepentingan yang

dipertanggungkan. Intinya adalah bahwa Anda berkewajiban memberitahukan sejelas-

jelasnya dan teliti mengenai segala fakta-fakta penting yang berkaitan dengan obyek yang

diasuransikan. Prinsip inipun menjelaskan risiko-risiko yang dijamin maupun yang

dikecualikan, segala persyaratan dan kondisi pertanggungan secara jelas serta teliti.

 Proximate cause

Adalah suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang

menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secara aktif dari

sumber yang baru dan independen. Jadi apabila kepentingan yang diasuransikan

mengalami musibah atau kecelakaan, maka pertama-tama dicari sebab-sebab yang aktif

dan efisien yang menggerakkan suatu rangkaian peristiwa tanpa terputus sehingga pada

akhirnya terjadilah musibah atau kecelakaan tersebut.Suatu prinsip yang digunakan untuk

7
mencari penyebab kerugian yang aktif dan efisien adalah: "Unbroken Chain of Events"

yaitu suatu rangkaian mata rantai peristiwa yang tidak terputus.

 Indemnity

Suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi finansial dalam

upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat

sebelum terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253 dan dipertegas dalam pasal

278).

 Subrogation

Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim dibayar.

 Contribution

Sedangkan adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang

sama-sama menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap

tertanggung untuk ikut memberikan indemnity.

C. KLASIFIKASI ASURANSI

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Dari Pasal 247 KUHD dapatlah ditemukan bahwa asuransi dapat diklasivikasikan sebagai

berikut:

 Asuransi Kebakaran

 Asuransi terhadap Hasil Pertanian yang Belum Dipanen

 Asuransi Jiwa

 Asuransi terhadap Bahaya di Laut

 Asuransi Pengangkutan Darat dan Perairan Darat

8
Dilihat dari Bidang Usahanya [Pasal 2] maka Perasuransian meliputi:

 Usaha Asuransi

 Usaha Penunjang Asuransi

Dilihat dari Jenis Usahanya [Pasal 3] maka Perasuransian meliputi:

 Usaha Asuransi

 Usaha Penunjang Asuransi

Dilihat dari Ruang Lingkupnya [Pasal 4] maka Perasuransian meliputi:

 Perusahaan Asuransi Kerugian

 Perusahaan Asuransi Jiwa

 Perusahaan Reasuransi

Jenis-jenis asuransi juga dibedakan berdasarkan tujuan operasionalnya. Berdasarkan hal

tersebut, asuransi dibagi menjadi dua tipe, yakni yang bertujuan komersial dan yang

bertujuan sosial.

 Asuransi Komersial

Tujuan dari jenis asuransi yang satu ini adalah mendapatkan keuntungan. Keuntungan

tersebut nantinya ditujukan bagi pemegang saham. Asuransi komersial menjadi jenis

yang marak dijumpai karena banyak pihak asuransi yang menyediakan layanan

demikian, mulai dari asuransi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hingga yang

dikelola oleh swasta. Dari penerapan kegiatan asuransinya, jenis asuransi

9
komersial dapat terbagi menjadi dua jenis lagi, yakni secara konvensional atau

syariah.

 Asuransi Sosial

Tugas yang diemban oleh asuransi ini bukanlah mencari keuntungan dalam

kegiatannya, melainkan menyediakan layanan sosial bagi masyarakat dalam bentuk

penjaminan atau perlindungan terhadap suatu risiko. Biasanya, asuransi model sosial

dikelola oleh pemerintahan untuk kemaslahatan masyarakat luas. Beberapa produk

dari asuransi sosial adalah sebagai berikut:

Asuransi kesehatan dan jaminan hari tua dari Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial

Program pensiun dan tabungan hari tua untuk pegawai negeri sipil dan angkatan bers

enjata yang dikelola oleh PT Taspen dan PT Asabri. Asuransi kecelakaan di jalan

raya yang dikeluarkan oleh PT Jasa Raharja.

Jenis Asuransi dari Pertanggungannya

Satu lagi aspek yang menerbitkan berbagai jenis asuransi, yakni dari segi

pertanggungannya. Secara umum, ada dua jenis asuransi jika dilihat dari segi siapa dan apa yang

ditanggung. Pertama adalah asuransi jiwa dan yang kedua adalah asuransi umum.

1. Asuransi Jiwa

Jenis mekanisme pengalihan risiko yang satu ini memiliki tujuan menanggung kerugian

finansial dari risiko kematian yang menimpa tertanggungnya akibat hal yang tidak

terduga. Pemberian tanggungan tersebut biasanya diserahkan kepada ahli waris yang

merupakan keturunan tertanggung. Dengan adanya nilai pertanggungan tersebut,

10
diharapkan kehidupan keluarga dari tertanggung yang meninggal mendadak tersebut

tidak semakin sulit.

Asuransi jiwa juga memberikan pertanggungan kepada tertanggung yang telah mencapai

usia lanjut, kemudian tidak mampu lagi beraktifitas guna mencari penghasilan. Risiko

tidak mampunya mencari nafkah ini akan ditanggung oleh pihak asuransi jika pihak

tersebut memiliki polis asuransi jiwa.

Banyaknya kepentingan yang menyangkut tentang kesempatan hidup seseorang dan

kualitas hidupnya membuat pihak asuransi memiliki berbagai produk asuransi jiwa yang

dapat dipilih sesuai kebutuhan. Bermacam produk tersebut seperti di bawah ini.

 Asuransi Jiwa Berjangka (Term Life)

Produk asuransi jiwa yang satu ini memberikan proteksi maksimum dengan premi yang

terbilang rendah. asuransi jiwa berjangka cocok diambil oleh mereka yang sedang meniti

karier ataupun untuk orang tua yang sedang mempersiapkan masa depan anaknya.

 Asuransi Jiwa Seumur Hidup (Whole Life)

Asuransi yang bersifat permanen ini memberikan perlindungan yang berlaku sepanjang

tertanggung masih hidup. Asuransi jiwa seumur hidup dapat menjadi proteksi untuk

kebutuhan jaminan terhadap pendapatan tetap, misalnya guna biaya rumah sakit. Selain

itu, asuransi jiwa seumur hidup dapat berfungsi pula sebagai tabungan yang dananya

dapat dipakai ketika ada kebutuhan darurat.

 Asuransi Jiwa Dwiguna (Endowment)

11
Sesuai namanya, ada dua manfaat besar yang bisa Anda peroleh ketika menjadi

tertanggung dalam produk asuransi jiwa dwiguna. Pertama, ahli waris Anda akan

mendapat nilai pertanggungan ketika Anda meninggal sebagai bentuk perekduksi risiko

finansial keluarga. Kedua, Anda juga dapat memilih untuk memperoleh seluruh uang

pertanggungan ketika Anda masih hidup. Hal inilah yang membuat asuransi jiwa

dwiguna sering dimanfaatkan sebagai dana pensiun untuk kebutuhan masa depan.

2. Asuransi Umum

Pertanggungan asuransi umum ditujukan kepada harta benda yang mengalami risiko

kehilangan atau rusak. Jenis asuransi yang satu ini juga dapat memberikan jaminan

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang dirugikan dari pergerakan harta benda

tersebut. Produk-produk dari asuransi umum, antara lain sebagai berikut.

 Asuransi Pengangkutan (Marine Insurance)

Produk asuransi ini memberikan penggantian finansial sebagai bentul pertanggungan

dari kondisi yang mungkin menderita pemilik kapal ataupun pihak lain yang

bersangkutan. Kerugian yang ditanggung tentunya harus diakibatkan dari proses

pengangkutan yang diasuransikan.

 Asuransi Kebakaran (Fire Insurance)

Asuransi kebakaran akan menanggung risiko yang ditimbulkan dari kebakaran yang

menimpa bangunan dan harta benda tertanggung yang diasuransikan. Kebakaran yang

dapat diputus klaimnya oleh pihak asuransi adalah yang berasal dari korsleting listrik,

ledakan, kejatuhan pesawat terbang, dan akibat asap.

 Asuransi Kendaraan Bermotor (Motor Car Insurance)

12
Pihak asuransi akan memberikan pertanggungan untuk kerugian, kerusakan, hingga

kehilangan kendaraan bermotor sesuai dengan polis yang dipegang tertanggung.

Beberapa risiko yang ditanggung untuk pengklaiman asuransi kendaraan bermotor,

antara lain karena tabrakan, tergelincir, serta pencurian.

 Asuransi Kecelakaan Diri (Personal Accident Insurance)

Produk asuransi yang satu ini memberikan proteksi atas kematian, cacat tetap,

ataupun cacat sementara yang timbul akibat kecelakaan yang dialami tertanggung.

 Asuransi Kesehatan (Health Insurance)

Produk asuransi yang satu ini menjadi primadona dibandingkan yang lainnya sebab

tidak ada seorang pun yang bisa terlepas dari sakit di sepanjang hidupnya. Asuransi

kesehatan memberikan jaminan untuk pengobatan tertanggung, baik rawat inap

maupun rawat jalan, dengan batasan yang tertera dalam polis.

 Asuransi Tanggung Gugat

Asuransi yang satu ini mempunyai tanggung jawab untuk menanggung risiko tuntutan

dari pihak ketiga akibat kelalaian yang dilakukan pihak tertanggung.

D. KARAKTERISTIK ASURANSI

Ada beberapa ciri khas tertentu dalam kontrak asuransi:

1. Kontrak Untung-untungan (Aleatory Contract)

Kebanyakan kontrak bersifat commutative artinya masing-masing pihak

menyerahkan barang-barang atau jasa-jasa yang dianggap sama nilainya. Akan

tetapi, kontrak asuransi adalah bersifat aleatory artinya pihak-pihak yang

membuat kontrak menyadari bahwa jumlah uang yang akan diserahkan oleh

13
masing-masing pihak tidak akan sama. Dalam polis asuransi, pihak yang

ditanggung menyerahkan jumlah premi. Jika ia menderita kerugian, ia mungkin

menerima jumlah uang yang jauh lebih besar daripada premi yang dibayarkannya

kepada perusahaan asuransi.

Dan jika ia tidak menderita kerugian (yang lebih besar kemungkinannya

demikian), ia tidak akan menerima apa-apa dari perusahaan asuransi. Bagi

perusahaan asuransi, ada kemungkinan ia akan harus melaksanakan pembayaran

yang jauh lebih besar daripada premi yang diterimanya atau (lebih besar

kemungkinannya) ia tidak akan membayar sama sekali. Ciri-ciri khas dari

aleatory contract adalah adanya untung-untungan (chance).

2. Kontrak Adhesi

Kebalikan dari kontrak tawar-menawar, kontrak asuransi biasanya merupakan suatu

kontrak adhesi. Perjanjian pada umumnya dibuat oleh para pengacara dan wakil-

wakil lain dari perusahaan asuransi, atau barangkali oleh wakil-wakil pemerintah.

Biasanya kontrak ini diberikan kepada calon yang ditanggung dalam semangat

"terima atau tolak". Calon pembeli asuransi tidak bisa mengajukan usul, agar

perusahaan asuransi mengubah sedikit pasal ini atau mengganti suatu perkataan.

Ciri-ciri ini sebetulnya menguntungkan pihak yang ditanggung jika kontrak itu

menjadi perkara pengadilan. Pengadilan menentukan bahwa karena perusahaan

asuransi yang menyusun kontrak itu, maka setiap kekaburan arti (ambiguity = arti

dua, kemenduaan) dalam kontrak itu harus ditafsirkan yang menguntungkan pihak

yang ditanggung terhadap perusahaan asuransi.

3. Kontrak Sepihak (Unilateral)

14
Kontrak dapat bilateral atau unilateral. Pertukaran suatu janji dengan suatu janji

adalah bilateral (belah dua pihak), sedangkan pertukaran suatu tindakan dengan suatu

janji adalah unilateral (sepihak). Kontrak asuransi pada umumnya adalah kontrak

unilateral artinya pihak yang ditanggung sudah membayar premi, hanya satu pihak

terbuka terhadap janji sah yang berlaku untuk melaksanakan sesuatu selanjutnya.

Perusahaan asuransi menjanjikan pelaksanaan (performance).

4. Kontrak Bersyarat (Conditional)

Kontrak asuransi adalah kontrak bersyarat. Memang benar kontrak itu telah terpenuhi

seluruhnya oleh pihak yang ditanggung dengan telah dibayarnya premi dan tinggal

perusahaan asuransi saja yang berkewajiban memenuhi janjinya. Akan tetapi, ini

tidak berarti tidak ada lagi syarat-syarat yang harus dipenuhi pihak yang ditanggung

jika ia ingin memperoleh penggantian atas kerugiannya. Perbedaan antara janji

(promis) dengan syarat (condition) adalah bahwa janji itu dapat dipaksakan

berlakunya secara hukum, sedangkan syarat (condition) tidak. Pengaruh dari

dilanggarnya suatu syarat adalah pihak yang ditanggung tidak memperoleh

penggantian kerugian dari perusahaan asuransi. Contoh, pada suatu kontrak asuransi

kebakaran, perusahaan berjanji akan mengganti kerugian yang diderita pihak yang

ditanggung karena kebakaran. Pihak yang ditanggung perlu memenuhi beberapa

syarat yang berhubungan dengan pengajuan bukti kerugian karena suatu kebakaran.

Akan tetapi, ia secara hukum tidak wajib mengajukan bukti-bukti kerugian yang

diminta oleh syarat-syarat itu. Ia hanya perlu mengajukannya kalau ia ingin

memperoleh penggantian kerugian tersebut. Sebaliknya, perusahaan asuransi

kebakaran dapat dipaksa oleh hukum untuk memenuhi janjinya membayar ganti rugi,

15
jika pihak yang ditanggung telah memenuhi semua syarat-syarat yang dicantumkan

dalam kontrak.

5. Sepenuhnya Berdasarkan Kepercayaan

Pada umumnya, kontrak-kontrak apa saja adalah berdasarkan kepercayaan (bonafide,

contract, good-faith contract). Akan tetapi, kontrak asuransi adalah kontrak yang

sepenuhnya berdasarkan kepercayaan. Dibutuhkan tingkat tertinggi bonafiditas dalam

negosiasi sebelum dikeluarkannya polis. Dalam mengambil keputusan

pertanggungan, perusahaan asuransi harus mempercayai benar informasi yang

diberikan oleh applicant (pelamar, pembeli asuransi).

6. Kontrak Pribadi

Orang-orang mengatakan bahwa asuransi harta itu adalah kontrak pribadi seperti

halnya kontrak perkawinan.[7] Baik pihak yang ditanggung maupun penanggung

(perusahaan asuransi) tidak saja memperhatikan kontrak itu tetapi juga watak, prilaku,

dan bonafiditas, dari masing-masing pihak. Dalam bahasa biasa dikatakan sesuatu

barang diasuransikan. Tetapi sesungguhnya yang diasuransikan adalah si pemilik

barang itu. Kontrak asuransi tidak terikat kepada barang itu dan tidak berpindah

kepada pembeli barang itu. Persetujuan penanggung diperlukan untuk memindahkan

sesuatu kontrak asuransi sebelum terjadi suatu kerugian kecuali dalam hal asuransi

jiwa dan beberapa polis asuransi kesehatan. Oleh karena asuransi jiwa bukan suatu

kontrak pribadi, maka ia dapat dipindahkan tanpa izin perusahaan asuransi.

16
Jika telah terjadi kerugian, maka kontrak asuransi mana saja akan menjadi tidak lebih

dari suatu klaim uang dan karena itu ia dapat dipindah-tangankan.

7. Prinsip Ganti Rugi (Principle of Indemnity)

Kontrak asuransi harta dan asuransi tanggung jawab (liability insurance) pada

umumnya adalah kontrak ganti rugi,[8] artinya ia menyatakan akan mengganti

kerugian atas kerusakan yang diderita oleh pihak yang ditanggung. Penggantian lebih

rendah (undercompensate) dibolehkan tetapi penggantian lebih tinggi tidak. Salah

satu masalah utama penerapan prinsip ganti rugi ini adalah bagaimana mengukur

kompensasi yang tepat agar tidak menimbulkan laba atau rugi. Sehingga di

sini, dibutuhkan tiga doktrin penting yang timbul dari prinsip indemnity ini adalah:

kepentingan yang dapat diasuransikan, pembatasan jumlah penggantian atas suatu

polis asuransi atau subrogation.

E. ALUR PENGALIHAN RISIKO

Pengalihan risiko artinya, Tertanggung (orang yang memakai jasa asuransi) menyadari

bahwa ada ancaman bahaya terhadap harta kekayaan miliknya atau terhadap jiwanya. Jika

bahaya tersebut menimpa harta kekayaan atau jiwanya, mereka akan menderita kerugian atau

korban jiwa atau cacat raganya. Secara ekonomi, kerugian materialatau korban jiwa atau

cacat raga akan mempengaruhi perjalanan hidup seseorang atau ahli warisnya. Tertanggung

17
sebagai pihak yang terancam bahaya merasa berat memikul beban risiko yang sewaktu-waktu

terdapat peristiwa yang tidak dikehendaki terjadi.

Untuk mengurangi atau menghilangkan beban risiko tersebut, pihak tertanggung mencari

pihak lain yang bersedia mengambil alih beban risiko ancaman bahaya dan tertanggung akan

membayar kontra prestasi yang disebut premi. Dalam dunia bisnis perusahaan asuransi selalu

menerima tawaran dari pihak tertanggung untuk mengambil alih risiko dengan imbalan

pembayaran premi. Tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan risiko

yang mengancam harta kekayaan atau jiwanya. Dengan membayar sejumlah premi kepada

perusahaan asuransi sebagai penanggung. Apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi

tidak terjadi peristiwa yang merugikan, penanggung beruntung memiliki dan menikmati

premi yang telah diterimanya dari tertanggung.

Asuransi sebagai lembaga pelimpahan resiko

Pada hakikatnya, setiap kegiatan manusia didunia ini betapapun sederhananya,

selalu mengandung berbagai kemungkinan, baik yang positif maupun negatif.

Adakalanya beruntung dan adakalanya mengalami kerugian. Sehingga dapat dikatakan

bahwa setiap kegiatan manusia itu selalu mengandung suatu keadaan yang tidak pasti.

Keadaan tidak pasti yang menimbulkan rasa tidak aman terhadap setiap kemungkinan

menderita itu disebut risiko. Oleh karena itu manusia mencari jalan dan upaya bagaimana

caranya agar risiko yang seharusnya ia tanggung sendiri itu dapat dikurangi dan dibagi

kepada pihak lain yang bersedia menanggung risiko tersebut. Salah satu upaya manusia

untuk mengalihkan risiko ialah dengan jalan mengadakan perjanjian pelimpahan risiko

dengan pihak lain. Perjanjian yang dimaksud disini adalah perjanjian asuransi atau

18
perjanjian pertanggungan. Peralihan risiko dari pihak satu kepihak lain apabila dilakukan

secara teratur oleh kalangan luas dalam masyarakat dan dalam frekuensi yang relatif lama

dan terus menerus akan melahirkan suatu lembaga. Lembaga demikian dapat disebut

lembaga asuransi atau pertanggungan.

F. PIHAK-PIHAK DALAM KEGIATAN ASURANSI

1. Insurance underwriter (penanggung), yaitu pihak yang memperhitungkan resiko-


resiko yang berkaitan dengan kontrak asuransi, persetujuanpembayaran klaim, dan
hal-hal yang penting lain yang menyangkut isi kontrak asuransi.
2. Insurance agent, yaitu pihak yang mewakili penanggung dalam melakukan transaksi
atas nama penanggung tersebut, tetapi tidak bertanggung jawab sama sekali atas apa
yang dijanjikan dan hal-hal yang menyangkut ketetapan kontrak.
3. Insurance broker, yaitu pihak ketiga selain penanggung dan tertanggung yang
bergerak secara independen yang mempertemukan pihak penanggung dengan pihak
tertanggung.

G. SYARAT PERTANGGUNGAN ASURANSI


Menurut ketentuan pasal 1320 KUHP ada empat syarat sah suatu perjanjian, yaitu

kesepakatan para pihak, kewenangan berbuat, objek tertentu, dan kausa yang halal.

Sedangkan syarat yang diatur dalam KUHD adalah kewajiban pemberitahuan yang diatur

dalam pasal 251 KUHD.

1. Kesepakatan (consensus)

Tertanggung dan penanggung sepakat mengadakan perjanjian asuransi. Kesepakatan

tersebut pada pokoknya meliputi:

19
 Benda yang menjadi objek asuransi.

 Pengalihan risiko dan pembayaran premi.

 Evenemen dan ganti kerugian

Syarat-syarat khusus asuransi

 Dibuat secara tertulis yang disebut polis.

 Pengadaan perjanjian antara tertanggung dan penanggung dapat dilakukan secara

langsung atau secara tidak langsung. Dilakukan secara langsung artinya kedua

belah pihak mengadakan perjanjian asuransi tanpa melalui perantara. Dilakukan

secara tidak langsung artimya kedua belah pihak mengadakan perjanjian asuransi

melalui jasa perantara. Kesepakatan antara tertanggung dan penanggung itu dibuat

secara bebas, artinya tidak berada di bawah pengaruh, tekanan, atau paksaan

pihak tertentu. Kedua belah pihak sepakat menentukan syarat-syarat perjanjian

asuransi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

2. Kewenangan (authority)

Kedua pihak tertanggung dan penanggung wenang melakukan perbuatan hukum yang

diakui oleh undang-undang. Kewenangan berbuat tersebut ada yang bersifat subjektif dan

ada yang bersifat objektif. Kewenangan subjektif artinya kedua pihak sudah dewasa,

sehat ingatan, tidak berada di bawah perwakilan (trusteeship), dan pemegang kuasa yang

sah. Kewenangan objektif artinya tertanggung mempunyai hubungan sah dengan benda

objek asuransi karena benda tersebut adalah kekayaan milknya sendiri. Sedangkan

penanggung adalah pihak yang sah mewakili Perusahaan Asuransi berdasarkan Anggaran

20
Dasar Perusahaan. Apabila asuransi yang diadakan itu untuk kepentingan pihak ketiga

maka tertanggung yang mengadakan asuransi itu mendapat kuasa atau pembenaran dari

pihak ketiga yang bersangkutan.

3. Objek Tertentu (fixed object)

Pengertian objek tertentu adalah bahwa identitas objek asuransi tersebut harus jelas.

Apabila berupa harta kekayaan, harta kekayaan apa, berapa jumlah dan ukurannya

dimana letaknya, apa mereknya, butan mana, berapa nilainya dan sebagainya. Apabila

berupa jiwa atau raga atas nama siapa, berapa umumnya, apa hubungan keluarganya, di

mana alamatnya, dan sebagainya.

Menurut ketentuan Pasal 599 KUHD, dianggap tidak mempunyai kepentingan adalah

orang yang mengasuransikan benda yang oleh undang-undang dilarang diperdagangkan,

dan kapal yang mengangkut barang yang dilarang tersebut. Apabila diasuransikan juga,

maka asuransi tersebut batal.

4. Kausa yang Halal (legal cause)

Kausa yang halal maksudnya adalah isi perjanjian asuransi itu tidak dilarang undang-

undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum, dan tidak bertentangan dengan

kesusilaan. Contoh asuransi yang berkuasa tidak halal adalah mengasuransikan benda

yang dilarang undang-undang untuk diperdagangkan, mengasuransikan benda tetapi

tertanggung tidak mempunyai kepentingan, jadi hanya spekulai yang sama dengan

perjudian. Asuransi bukan perjudian dan pertaruhan.

21
Berdasarkan kausa yang halal itu, tujuan yang hendak dicapai oleh tertanggung dan

penanggung adalah beralihnya risiko atas objek asuransi yang diimbangi dengan

pembayaran premi. Jadi kedua belah pihak berprestasi tertanggung membayar premi,

penanggung menerima peralihan risiko atas objek asuransi. Jika premi dibayar, maka

risiko beralih. Jika premi tidak dibayar, risiko tidak beralih.

5. Pemberitahuan (notification)

Tertanggung wajib memberitahukan kepada penanggung mengenai keadaan objek

asuransi. Kewajiban ini dilakukan pada saat mengadakan asuransi. Apabila tertanggung

lalai, maka akibat hukumnya asuransi batal. Menurut ketentuan Pasal 251 KUHD, semua

pemberitahuan yang salah, atau tidak benar, atau penyembunyian keadaan yang diketahui

oleh tertanggung tentang objek asuransi, mengakibatkan asuransi itu batal. Kewajiban

pemberitahuan itu berlaku juga apabila setelah diadakan asuransi terjadi pemberatan

risiko atas objek asuransi.

22
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Asuransi terdiri dari tiga kategori, yaitu:

1. Asuransi Kerugian
2. Asuransi Jiwa
3. Asuransi Sosial

Kapan terjadinya Perjanjian Asuransi

Perjanjian asuransi yang dibuat oleh tertanggung dan penanggung itu terjadi dan mengikat kedua
pihak, dari sudut pandang ilmu hukum terdapat 2 (dua) teori perjanjian tersebut:

1. Teori tawar-menawar (bargaining thoery). Menurut teori ini, setiap perjanjian hanya akan
terjadi antara kedua belah pihak apabila penawaran (offer) dari pihak yang satu
dihadapkan dengan penerimaan (acceptance) oleh pihak yang lainnya dan sebaliknya.
Keunggulan toeri tawar-menawar adalah kepastian hukum yang diciptakan berdasarkan
kesepakatan yang dicapai oleh kedua pihak dalam asuransi antara tertanggung dan
penanggung.
2. Teori penerimaan (acceptance theory). Dalam hukum Belanda, teori ini disebut ontvangst
theorie mengenai saat kapan perjanjian asuransi terjadi dan mengikat tertanggung dan
penanggung, tidak ada ketentuan umum dalam undang-undang perasuransian, yang ada
hanya persetujuan kehendak antara pihak-pihak (pasal 1320 KUH Perdata). Menurut teori
penerimaan, perjanjian asuransi terjadi dan mengikat pihak-pihak pada saat penawaran
sungguh-sungguh diterima oleh tertanggung. Atas nota persetujuan ini kemudian
dibuatkan akta perjanjian asuransi oleh penanggung yang disebut polis asuransi.

Berakhirnya Asuransi

Ada empat hal yang menyebabkan Perjanjian asuransi berakhir, antara lain sebagai berikut :
1. Karena Terjadi Evenemen
2. Karena Jangka Waktu Berakhir
3. Karena Asuransi Gugur
4. Karena Asuransi Dibatalkan

Perjanjian asuransi yang telah terjadi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut
polis (pasal 255 KUHD). Polis ini merupakan satu-satunya alat bukti tertulis untuk membuktikan
bahwa asuransi telah terjadi.

23
DAFTAR PUSTAKA
https://www.maxmanroe.com/vid/finansial/pengertian-asuransi.html rabu,6-03-2019 10:52

https://www.akuntansilengkap.com/perbankan/pengertian-tujuan-fungsi-jenis-asuransi-lengkap/
rabu, 06-03-2019 10:52

http://www.panfic.com/id/insurance-knowledge/prinsip-dasar-asuransi/ rabu, 06-03-2019 11:01


http://asuransibinagriya.blogspot.com/2011/11/dalam-dunia-asuransi-ada-6-macam.html rabu,
06-03-2019 11:06

https://hukumasuransi2014.wordpress.com/2015/01/01/v-klasifikasi-asuransi-atau-perasuransian/
rabu, 06-03-2019 11:15

24

Anda mungkin juga menyukai