Anda di halaman 1dari 26

MODUL 12

ASURANSI SYARIAH
Mata Kuliah: Fikih Muamalah

Dosen Pengampu:
Dr. Dede Abdul Fatah, SHI., M.Si

PRODI KEUANGAN DAN PERBANKAN SYARIAH


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
TAHUN AJARAN 2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1


BAB I ...................................................................................................................... 3
A. Latar belakang ................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................. 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
A. Pengertian Asuransi ........................................................................................ 5
B. Landasan Hukum Asuransi ............................................................................. 6
D. Pengertian Asuransi Syariah ........................................................................... 9
E. Landasan Hukum Asuransi Syariah .............................................................. 10
F. Akad-akad dalam Asuransi Syariah .............................................................. 18
G. Skema Asuransi Syariah ............................................................................... 20
H. Praktik Asuransi Syariah di Lembaga Keuangan Syariah ............................ 21
BAB III.................................................................................................................. 24
A. Kesimpulan ................................................................................................ 24
B. Kritik dan Saran ......................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Setiap manusia tidak akan pernah lepas dari suatu masalah dan resiko.
Dalam hidupnya, manusia akan selalu dihadapkan pada peristiwa yang tidak
terduga yang akan terjadi, yang nantinya dapat menimbulkan kerugian bagi
manusia itu sendiri. Mereka tidak akan pernah bisa menghindar dari resiko tersebut.
Resiko ini merupakan kemungkinan terjadinya suatu kerugian yang tidak terduga
dan yang tidak di inginkan. 1

Manusia pasti menginginkan hidupnya tenang meskipun kelak akan terjadi


resiko. Untuk mengatasi hal tersebut mereka melakukan usaha dan upaya, salah
satunya dengan cara melimpahkannya kepada pihak lain. Maka pilihan yang paling
tepat terdapat pada institusi yang bernama asuransi.

Oleh karena itu, perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah


mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berbagai perusahaan asuransi berlomba-
lomba menawarkan program asuransi baik untuk masyarakat maupun perusahaan.
Indonesia merupakan negara dimana mayoritas penduduknya ialah pemeluk agama
Islam. Namun demikian, perkembangan produk-produk dengan prinsip syariah
baru berkembang kurang lebih 3-4 tahun yang lalu, salah satunya ialah produk
asuransi syariah. Seiring dengan perkembangan berbagai program syariah yang
telah diusung oleh lembaga keuangan lain, banyak perusahaan asuransi yang saat
ini juga menawarkan program asuransi syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian asuransi dan asuransi syariah?
2. Apa landasan hukum asuransi dan asuransi syariah?
3. Apa saja akad dan skema yang digunakan dalam asuransi syariah?
4. Bagaimana praktik asuransi dan asuransi syariah?

1
Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi. Jakarta: Salemba
Empat, 2003, 2.

3
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi mengenai asuransi dan asuransi syariah
2. Mengetahui landasan hukum asuransi dan asuransi syariah
3. Mengetahui akad dan skema yang digunakan dalam asuransi syariah
4. Mengetahui praktik asuransi dan asuransi syariah

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi
Istilah asuransi dalam perkembangannya di Indonesia berasal dari bahasa
Belanda “assurantie” yang kemudian menjadi “asuransi” dalam bahasa Indonesia.
Namun istilah “assurantie” itu sendiri sebenarnya bukanlah istilah bahasa Belanda
akan tetapi, berasal dari bahasa Latin, yaitu “assecurare” yang berarti “meyakinkan
orang”. Kata ini kemudian dikenal dalam bahasa Perancis sebagai “assurance”.2

Demikian pula istilah “assuradeur” yang berarti “penanggung” dan


“geassureerde” yang berarti “tertanggung” keduanya berasal dari perbendaharaan
bahasa Belanda. Sedangkan dalam bahasa Belanda istilah “pertanggungan” dapat
diterjemahkan menjadi insurance dan assurance. Kedua istilah ini sebenarnya
memiliki pengertian yang berbeda, insurance mengandung arti menanggung segala
sesuatu yang mungkin terjadi. Sedangkan assurance artinya menanggung sesuatu
yang pasti terjadi.3

Banyak pendapat mengenai pengertian asuransi, antara lain :

Asuransi dapat diartikan sebagai persetujuan di mana penanggung


mengikatkan diri kepada tertanggung dengan mendapat premi, untuk mengganti
kerugian, atau tidak diperolehnya keuntungan yang diharapkan, yang dapat diderita
karena peristiwa yang tidak diketahui lebih dahulu.4

Subekti, dalam bukunya memberikan definisi mengenai asuransi yaitu,


asuransi atau pertanggungan sebagai suatu perjanjian yang termasuk dalam
golongan perjanjian yang termasuk dalam golongan perjanjian untung-untungan
(kansovereenkomst). Suatu perjanjian untung-untungan ialah suatu perjanjian yang

2
Muhammad Ajib, Lc., MA. Asuransi Syariah. Jakarta: Lentera Islam, 2019, 7
3
Muhammad Ajib, Lc., MA. Asuransi Syariah. 2019, 8.
4
Radiksi Purba. Memahami Asuransi di Indonesia. Jakarta: PPM, 1992, 40.

5
dengan sengaja digantungkan pada suatu kejadian yang belum tentu terjadi,
kejadian yang mana akan menentukan untung ruginya salah satu pihak.5

Dari sudut pandangan sosial, asuransi sebagai sebuah organisasi sosial yang
menerima pemindahan risiko dan mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya
guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing anggota
asuransi tersebut.6

Abbas Salim dalam bukunya memberikan definisi sebagai berikut, asuransi


ialah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang
sudah pasti sebagai pengganti (subtitusi) kerugian-kerugian besar yang belum
pasti.7

Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Bab Kesembilan


pasal 246 dijelaskan tentang pengertian Asuransi yaitu : “Asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi untuk
memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tidak tentu.”

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa asuransi adalah perjanjian


antara kedua belah pihak yaitu tertanggung dengan penanggung untuk mengatasi
risiko yang belum pasti akan terjadi, yang mana pihak tertanggung harus
membayarkan premi dengan jumlah tertentu kepada pihak penanggung sebagai
jaminan pembauran ketika ada kerugian.

B. Landasan Hukum Asuransi


Peraturan perundang-undangan tentang perasuransian di Indonesia diatur
dalam beberapa tempat, antara lain dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang
(KUHD), Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD ada dua cara

5
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa, 2001, 217.
6
Hasan Ali. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis,
Teoritis dan Praktis. Jakarta: Prenada Media, 2004, 59.
7
Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Resiko. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003,
1.

6
pengaturan asuransi, yaitu pengaturan yang bersifat umum dan yang bersifat
khusus.8

Pengaturan yang bersifat umum terdapat dalam Buku 1 Bab 9 Pasal 246-
286 KUHD yang berlaku bagi semua jenis asuransi, baik yang sudah diatur dalam
KUHD maupun yang diatur di luar KUHD, kecuali jika secara khusus ditentukan
lain. Pengaturan yang bersifat khusus terdapat dalam Buku I Bab 10 Pasal 287-308
KUHD dan buku ii Bab 9 dan 10 Pasal 592-695 KUHD dengan rincian sebagai
berikut:

- Asuransi kebakaran Pasal 287-298 KUHD


- Asuransi hasil pertanian Pasal 299-301 KUHD
- Asuransi jiwa Pasal 302-308 KUHD
- Asuransi pengkutan laut dan perbudakan Pasal 592-685 KUHD
- Asuransi pengangkut darat, sungai dan perairan pedalaman Pasal 686-695
KUHD

UU No. 2 Tahun 1992 tentag Usaha Perasuransian, PP No. 63 Tahun 1999


tentang Perubahan atas PP No.73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perasuransian serta aturan-aturan lain yang mengatur Asuransi Sosial yang
diselanggarakan oleh BUMN Jasa Raharja (Asuransi Sosial Kecelakaan
Penumpang), Astek (Asuransi Sosial Tenaga Kerja), dan Akses (Asuransi Sosial
Pemeliharaan Kesehatan).9

Dengan berlakunya Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha


Perasuransian dan perundangundangan asuransi sosial di samping ketentuan dalam
KUHD, maka dianggap cukup memadai aturan hukum yang mengatur tentang
usaha perasuransisan, baik dari segi keperdataan maupun dari segi publik
administratif.10

Peraturan tentang perasuransian di Indonesia diatur dalam Peraturan OJK,


yaitu pada POJK Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha

8
Tuti Rastuti, S.H., M.H. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi. Yogyakarta: Medpress
Digital, 2016, 35.
9
Tuti Rastuti, S.H., M.H. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi. 2016, 36.
10
Tuti Rastuti, S.H., M.H. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi. 2016, 36.

7
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan
Perusahaan Reasuransi Syariah, POJK Nomor 73/POJK.05/2016 tentang Tata
Kelola Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan Perasuransian, POJK Nomor
55/POJK.05/2017 tentang Laporan Berkala Perusahaan Perasuransian, POJK
Nomor 67/POJK.05/2016 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan
Reasuransi Syariah.

Peraturan perasuransian di Indonesia juga diatur dalam Peraturan


Pemerintah, yaitu Peraturan Pemerintah No.81 tahun 2008 tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan
Usaha Perasuransian.

C. Praktik Asuransi

Ada berbagai macam perusahaan yang memberikan jasa asuransi, salah


satunya PT. Prudential Life Assurance. PT. Prudential memiliki berbagai kategori
jasa Asuransi seperti Pendidikan, Kesehatan, Kondisi Kritis, dan lainnya. Diantara
macam-macam asuransi, terdapat 6 produk asuransi kategori Kesehatan PT.
Prudential yang masing-masing asuransi memiliki perbedaan masing-masing setiap
produk. Asuransi kategori Kesehatan ini memiliki produk yang redudansi. Produk
tersebut memiliki jenis asuransi konvensional dan syariah. Artinya jumlah produk
asuransi kategori Kesehatan PT. Prudential hanya memiliki 3 produk, tetapi
memiliki jenis yang berbeda yaitu secara konvensional atau secara syariah.11

Pelaksanaan asuransi konvensional PT. Prudential sudah diatur oleh


perusahaan yang termuat dalam standar prosedur operasional yang mengacu pada
Undang-Undang. Asuransi konvensional pada PT. Prudential bersifat unit link yaitu
mengkombinasikan antara proteksi dan investasi, dimana nasabah dapat melakukan
proteksi terhadap dirinya sekaligus diberikan kesempatan untuk berinvestasi.12

11
Fikrul Ilmi, Dedy Hartama, & Agus Perdana Windarto. Analisis Komparasi Metode AHP
dan TOPSIS dalam Pemilihan Asuransi Kategori Kesehatan Terbaik PT. Prudential. Jurnal Seminar
Nasional Sains & Teknologi Informasi, 2018, 427.
12
Syahrul Aidil. Pelaksanaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah Pada PT.
Prudential Cabang Padang. Diploma Thesis, Universitas Andalas, 2014.

8
Dampak dari penerapan asuransi konvensional dan asuransi syariah
terhadap perkembangan perusahaan mengalami peningkatan khususnya pada
asuransi konvensional.13

D. Pengertian Asuransi Syariah


Islam sebagai ajaran yang lengkap dan terpadu, telah ada pembahasan
tentang muamalah dalam hal ini asuransi dalam literatur Islam walaupun memang
tidak ditemukan secara spesifik yang memiliki makna asuransi, hanya secara bahasa
dalam bahasa Arab “asuransi” disebut “at-taimin”, penanggung disebut
“mu’ammin”, sedangkan tertanggung disebut “mu’ammanlahu” atau “usta’min”.

Dalam bahasa Arab, Asuransi disebut Atta’min ( ‫ ) اﻟﺘﺄﻣﯿﻦ‬yang berasal dari


kata ( ‫ )أﻣﻦ‬yang memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman dan
bebas dari rasa takut, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Quraisy ayat 4 :

ْ َ‫ى أ‬
ٍ ‫طﻌََﻤُﮭﻢ ِّﻣﻦ ُﺟﻮعٍ َوَءاَﻣﻨَُﮭﻢ ِّﻣْﻦ َﺧْﻮ‬
◌ۭ‫ف‬ ٓ ‫ٱﻟﱠِﺬ‬
“Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan.”

Menurut terminologi, asuransi syariah adalah sebagai salah satu cara untuk
mengatasi terjadinya musibah dalam kehidupan, di mana manusia senantiasa
dihadapkan pada kemungkinan bencana yang dapat menyebabkan hilangnya atau
berkurangnya nilai ekonomi seseorang baik terhadap diri sendiri atau perusahaan
yang diakibatkan oleh meninggal dunia, kecelakaan, sakit dan usia tua.14

Dalam Ensiklopedia Hukum Islam disebutkan bahwa asuransi adalah


transaksi perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban membayar
iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada
pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan
perjanjian yang dibuat.15

13
Syahrul Aidil. Pelaksanaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah Pada PT.
Prudential Cabang Padang, 2014.
14
Muhammad Ajib, Lc., MA. Asuransi Syariah. 2019, 15.
15
Asy’ari Supamin, S. Ag. M. Kom.I. ASURANSI SYARIAH. Sidoarjo: Uwais Inspirasi
Indonesia, 2019, 23.

9
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang
Pedoman Umum Asuransi Syariah disebutkan Asuransi Syariah (ta’min, takaful,
tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah
orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset atau tabarru’ memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan yang
sesuai syariah).16

Secara operasional berdasarkan PSAK 108, Paragraf 7, definisi asuransi


syariah adalah sistem menyeluruh yang pesertanya mendonasikan sebagian atau
seluruh kontribusinya yang digunakan untuk membayar klaim atas kerugian akibat
musibah pada jiwa, badan atau benda yang dialami oleh sebagian peserta yang lain.
Donasi tersebut merupakan donasi bersyarat yang harus dipertanggungjawabkan
oleh entitas asuransi syariah. Peranan entitas asuransi syariah dibatasi hanya
mengelola operasi asuransi dan menginvestasikan dana peserta.17

Dari definisi asuransi syariah di atas dapat disimpulkan, bahwa asuransi


syariah adalah perjanjian antara dua belah pihak yaitu antara tertanggung dan
penanggung, di mana pihak yang tertanggung membayarkan sejumlah premi
kepada pihak penanggung sebagai pengalihan resiko jika terjadi peristiwa yang
merugikan pihak tertanggung, adapun premi yang dibayarkan akan dimasukkan
pada dana tabarru’ yaitu dana tolong-menolong antara semua peserta serta dana
tabungan yang nantinya akan diinvestasikan oleh pihak penanggung melalui
investasi yang sesuai syariah. Sehingga inilah yang menjadikan perbedaan
mendasar antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional.18

E. Landasan Hukum Asuransi Syariah


a. Al-Qur’an

Firman Allah tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan
positif :

16
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah, diakses 17 November 2020, http://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/21-
Pedoman_Asuransi_Syariah.pdf
17
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. Solo: Tiga Serangkai, 2007, 20.
18
Muhammad Ajib, Lc., MA. Asuransi Syariah. 2019, 17.

10
َ ‫ﻻ َءآِّﻣﯿَﻦ ٱْﻟﺒَْﯿ‬
‫ﺖ‬ ٓ َ ‫ى َوَﻻ ٱْﻟﻘَ ٰﻠَٓﺌِﺪَ َو‬
َ ‫ﺸْﮭَﺮ ٱْﻟَﺤَﺮاَم َوَﻻ ٱْﻟَﮭْﺪ‬ ‫ِ َوَﻻ ٱﻟ ﱠ‬L‫ﺷ ٰﻌَٓﺌَِﺮ ٱﱠ‬ َ ‫ٰﯾَٓﺄ َﯾﱡَﮭﺎ ٱﻟﱠِﺬﯾَﻦ َءاَﻣﻨُﻮ۟ا َﻻ ﺗ ُِﺤﻠﱡﻮ۟ا‬
‫ﺎُن ﻗَْﻮٍم أ َن‬U‫ﺷﻨَـ‬َ ‫ﻄﺎدُو۟ا ۚ َوَﻻ ﯾَْﺠِﺮَﻣﻨﱠُﻜْﻢ‬ ْ ‫ﺿَٰﻮﻧًﺎ ۚ َوإِذَا َﺣﻠَْﻠﺘ ُْﻢ ﻓَﭑ‬
َ ‫ﺻ‬ ْ ‫ﻀًﻼ ِّﻣﻦ ﱠرﺑِِّﮭْﻢ َوِر‬ ْ َ‫ٱْﻟَﺤَﺮاَم ﯾَْﺒﺘ َﻐُﻮَن ﻓ‬
َ ‫ﻋﻠَﻰ ٱْﻟﺒِِّﺮ َوٱﻟﺘ ﱠْﻘَﻮٰى ۖ َوَﻻ ﺗ َﻌَﺎَوﻧُﻮ۟ا‬
‫ﻋﻠَﻰ ٱ ْ ِﻹﺛِْﻢ‬ َ ‫ﻋِﻦ ٱْﻟَﻤْﺴِﺠِﺪ ٱْﻟَﺤَﺮاِم أ َن ﺗ َْﻌﺘ َﺪُو۟ا ۘ َوﺗ َﻌَﺎَوﻧُﻮ۟ا‬َ ‫ﺻﺪﱡوُﻛْﻢ‬ َ
َ َL‫َ ۖ إِﱠن ٱﱠ‬L‫َوٱْﻟﻌُْﺪَٰوِن ۚ َوٱﺗ ﱠﻘُﻮ۟ا ٱﱠ‬
ِ ‫ﺷِﺪﯾﺪُ ٱْﻟِﻌﻘَﺎ‬
‫ب‬

“..Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan


jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah
[5]:2)

Ayat di atas memuat kata perintah (amr) yaitu tolong menolong antara sesama
manusia, dalam bisnis asuransi ini terlihat dalam praktek kerelaan anggota
(nasabah) untuk menyisihkan dananya agar digunakan sebagai dana tabarru’ yang
berbentuk rekening tabarru’ yang berfungsi untuk menolong salah satu anggota
yang sedang mengalami musibah.19

Firman Allah tentang perintah mempersiapkan hari depan :

‫َ َﺧﺒِﯿٌۢﺮ ﺑَِﻤﺎ ﺗ َْﻌَﻤﻠُﻮَن‬L‫َ ۚ إِﱠن ٱﱠ‬L‫ﺖ ِﻟﻐٍَﺪ ۖ َوٱﺗ ﱠﻘُﻮ۟ا ٱﱠ‬ ُ ‫َ َوْﻟﺘ َﻨ‬L‫ٰﯾَٓﺄ َﯾﱡَﮭﺎ ٱﻟﱠِﺬﯾَﻦ َءاَﻣﻨُﻮ۟ا ٱﺗ ﱠﻘُﻮ۟ا ٱﱠ‬
ٌ ‫ﻈْﺮ ﻧَْﻔ‬
ْ ‫ﺲ ﱠﻣﺎ ﻗَﺪﱠَﻣ‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (QS. al-Hasyr [59]:18).20
Pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, kemalangan dan kematian
merupakan takdir Allah. Hal ini tidak dapat ditolak. Hanya saja kita sebagai
manusia juga diperintahkan untuk membuat perencanaan untuk menghadapi masa
depan. Jelas sekali dalam ayat ini kita dipertintahkan untuk merencanakan apa yang
akan kita perbuat untuk masa depan. Hal ini bukanlah menolak takdir Allah, akan
tetapi hanyalah usaha manusia untuk menyiapkan masa depan agar lebih baik.21

b. Al-Hadits

19
Muhammad Ajib, Lc., MA. Asuransi Syariah. 2019, 20.
20
Muhammad Ajib, Lc., MA. Asuransi Syariah. 2019, 20.
21
Asy’ari Supamin, S. Ag. M. Kom.I. ASURANSI SYARIAH. 2019, 27.

11
Hadits riwayat Muslim :

‫ َوﷲُ ﻓِْﻲ‬،‫ب ﯾَْﻮِم اْﻟِﻘﯿَﺎَﻣِﺔ‬


ِ ‫ﻋْﻨﮫُ ُﻛْﺮﺑَﺔً ِﻣْﻦ ُﻛَﺮ‬ ِ ‫ﻋْﻦ ُﻣْﺴِﻠٍﻢ ُﻛْﺮﺑَﺔً ِﻣْﻦ ُﻛَﺮ‬
َ ُ‫ ﻓَﱠﺮَج ﷲ‬،‫ب اﻟﺪﱡْﻧﯿَﺎ‬ َ ‫َﻣْﻦ ﻓَﱠﺮَج‬
(‫ﻋْﻮِن أ َِﺧْﯿِﮫ )رواه ﻣﺴﻠﻢ‬ َ ‫ﻋْﻮِن اْﻟﻌَْﺒِﺪ َﻣﺎدَاَم اْﻟﻌَْﺒﺪُ ﻓِْﻲ‬
َ

"Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan
melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong
hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya." (HR. Muslim)22

Hadits riwayat Muslim :

ً ‫ﻀﮫُ ﺑَْﻌ‬
( ‫ﻀ ﺎ ) ر و ا ه ﻣ ﺴ ﻠﻢ ﻋ ﻦ أﺑ ﻲ ﻣ ﻮ ﺳ ﻰ‬ ُ َ‫ا َْﻟُﻤْﺆِﻣُﻦ ِﻟْﻠُﻤْﺆِﻣِﻦ َﻛﺎْﻟﺒُْﻨﯿَﺎِن ﯾ‬
ُ ‫ﺸﺪﱡ ﺑَْﻌ‬

"Seorang mukmin dengan mukmin yang lain ibarat sebuah bangunan, satu bagian
menguatkan bagian yang lain." (HR. Muslim dari Abu Musa)

Hadits riwayat Ibnu Majah :

ِ َ‫ﺿَﺮَر َوﻻ‬
‫ وﻣﺎﻟﻚ‬،‫ وأﺣﻤﺪ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس‬،‫ﺿَﺮاَر )رواه اﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ ﻋﻦ ﻋﺒﺎدة ﺑﻦ اﻟﺼﺎﻣﺖ‬ َ َ‫ﻻ‬
( ‫ﻋ ﻦ ﯾﺤ ﻲ‬

"Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan
orang lain." (Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari 'Ubadah bin Shamit, riwayat
Ahmad dari Ibnu 'Abbas, dan Malik dari Yahya)23

c. Ijtihad Ulama

Asuransi merupakan bentuk transaksi baru yang belum ada pada masa ulama
terdahulu, oleh karena itu keberadaannya menuai banyak kontroversi baik dari segi
terminologis, historis maupun hukum.24 Pada pembahasan ini akan dibaha khusus
mengenai pendapat ulama mengenai asuransi sebagai berikut:

• Kelompok yang mengharamkan

Diantara ulama yang mengahramkan asuransi adalah Ibnu Abidin, Sayyid


Sabiq, Sheikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Shadiq Abdurrahman alGharyani,

22
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 33.
23
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 33.
24
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 34.

12
Yusuf Qardhawi, Abdullah al-Qalqili, Muhammad Bakhit al-Muth’I, Muslihuddin,
Husain Hamid Hisan, Alo Yafie, serta majelis ulama fikih.

Adapun alasan dari kelompok yang berpendapat bahwa asuransi itu


diharamkan adalah karena asuransi mengandung gharar (ketidak jelasan) yang
sangat nyata yang dilarang agama Islam dalam semua transaksi dengan dalil hadist
shahih bahwa Rasulullah SAW melarang jual beli kerikil dan jual beli gharar.

Karena dalam asuransi premi dan klaim tidak jelas jumlahnya, nasabah atau
tertanggung tidak tahu berapa besar yang harus ia setorkan kepada pihak asuransi,
begitu juga pihak asuransi tidak tahu berapa yang akan ia terima dari premi nasabah
serta berapa dana klaim yang harus ia keluarkan untuk nasabah ketika terjadi
musibah, jelasnya gharar ini akan terjadi ketika adanya musibah.25

Alasan lain karena akad asuransi mengandung makna judi yang diharamkan
dalam Islam. Asuransi dikatakan sama dengan judi karena asuransi merupakan akad
yang salah satu dari pelaku akad tersebut (dalam hal ini peserta asuransi) harus
membayar kepada pihak asuransi dengan kesepakatan apabila terjadi sesuatu.26

Ada kesamaan yang signifikan antara asuransi dengan judi. yaitu sama-
sama merupakan akad mulzam yaitu masing-masing dari orang-orang yang
melakukan akan tersebut mempunyai kewajiban terhadap lawannya, mu’âwadlât
dan ihtimalî yaitu masing-masing orang yang berjudi, apabila memperoleh
kemenangan maka uang yang diambilnya sebagai pengganti dari kemungkinan ia
kalah.

Adapun jika mengalami kekalahan, maka uang yang diberikannya sebagai


pengganti dari kemungkinan ia menang. Kemungkinan menang atau kalah inilah
yang menjadi pokok dari akad tersebut. Selain itu karena adanya untung-untungan
dalam kompensasi finansialnya, bisa menyebabkan orang berhutang tanpa
kesalahan dan tanpa sebab, serta bisa menyebabkan orang meraup keuntungan

25
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 35.
26
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 36.

13
tanpa usaha, karena pihak nasabah terkadang baru membayar premi sekali,
kemudian terjadi kecelakaan, maka pihak asuransi harus membayar klaim.27

Selain itu akad asuransi juga mengandung riba fadl dan riba nasiah yang
diharamkan dalam Islam. Akad asuransi adalah kesepakatan antara pihak pihak
asuransi dan nasabah. Dalam ketentuannya nasabah berjanji akan membayar premi
secara berkala sebagai pengganti dana klaim ketika terjadi musibah.

Dana klaim tersebut terkadang jumlahnya sama dengan jumlah premi yang
dibayar, terkadang lebih dikit atau lebih banyak. Jika jumlahnya sama, maka itu
termasuk riba nasiah dan jika lebih banyak maka termasuk nasiah dan riba fadl.28

Para ulama fikih bersepakat bahwa jual beli uang dengan uang secara tempo
adalah riba nasiah jika sama nilainya dan termasuk riba nasiah dan fadl jika yang
ditangguhkan jumlahnya lebih besar. Dalam asuransi jiwa, untuk keadaan di mana
nasabah hidup, pihak asuransi akan mengembalikan sejumlah dana yang telah
dibayarkan melalui premi sesuai waktu yang ditentukan dalam polis. Pengembalian
premi tersebut digabungkan dengan bunga dari hasil investasi yang dilakukan.
Semua instrument investasi dilakukan dengan mekanisme bunga.29

Selanjutnya akad asuransi mengandung bai’ dain bi al-dain yang


diharamkan dalam islam, karena nasabah menyerahkan uang dalam bentuk cicilan
(premi) kepada pihak asuransi agar supaya ia mendapatkan uang ketika tejadi
musibah. Serta juga termasuk dalam kategori mengambil harta orang lain tanpa
imbalan dan mengandung unsur pemaksaan terhadap hal yang disyaratkan.

• Kelompok yang membolehkan

Di antara ulama yang membolehkan asuransi yaitu: Murtadla Muthahhari,


Abdul Wahbah Khallaf, Muhammad Yusuf Musa, Abdurrahman Isa, Muhammad
Nejatullah Shiddiq, Muhammad Musra, Muhammad al-Bahl, Muhammad Dasuqi,
Muhammad Ahmad, Mustafa al-Zarqa.30

27
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 37.
28
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 37.
29
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 38.
30
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 38.

14
Di antara alasan golongan yang membolehkan asuransi adalah berdasarkan pada
kaidah fikih sebagai berikut:

‫ﻋﻠَﻰ ﺗ َْﺤِﺮْﯾِﻤَﮭﺎ‬ ِ َ‫ﺻُﻞ ﻓِﻰ اْﻟُﻤﻌَﺎَﻣﻼ‬


َ ‫ت اِْﻹﺑَﺎَﺣﺔُ إِﻻﱠ أ َْن ﯾَﺪُﱠل دَِﻟْﯿٌﻞ‬ ْ َ ‫اﻷ‬

"Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya."

Karena asal sesuatu adalah boleh dan bolehnya transaksi baru, artinya
semua jenis transaksi dilakukan oleh manusia selama bermanfaat dan tidak ada dalil
yang melarangnya maka diperbolehkan, asuransi merupakan kategori transaksi
manusia yang bermanfaat dan tidak ada dalil khusus yang melarangnya. Alasan lain
karena asuransi mengandung mashlahah. Artinya asuransi sesuai dengan
mashlahah atau kebaikan serta tujuan agama dan hukum bisa dibangun di atas
mashlahah tersebut jika tidak ada dalil naqli yaitu yang bersumber dari al-Qur’an
dan hadist.31

Adapun di antara maslahat uang terdapat dalam asuransi adalah sebagai alat
untuk menyimpan uang, bisa menjadi modal, dapat dipergunakan untuk
kepentingan umum, mendatangkan ketenangan jiwa serta mendatangkan rasa aman
ketika terjadi musibah.32

Halalnya hukum asuransi didasarkan juga pada asas kesepakatan antara


kedua-belah pihak. Keduanya sama-sama rela dan sama-sama merasa diuntungkan,
sehingga tidak ada alasan untuk mengharamkannya. Selanjutnya asuransi bisa
dikisaskan dengan wadi’ah bi al-ujrah (penitipan dengan membayar upah) yang
demikian itu karena orang yang menerima titipan apabila menerima upah dari jasa
titipan tersebut maka ia harus menanggung atau mengganti barang tersebut apabila
terjadi kerusakan. Begitu juga pihak asuransi, maka ia harus menanggung karena
telah menerima setoran dari nasabah atau memberi keamanan ketika terjadi
musibah.

Selain itu asuransi bisa disamakan dengan perjanjian yang mengikat al-
wa’ad al-mulzam yaitu ketika seseorang berkata kepada orang yang kedua “juallah

31
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 39.
32
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 39.

15
barang kamu sekarang, jika kamu mendapat kerugian, maka aku akan ridho
kepadamu”. Lalu orang yang kedua tadi menjual barangnya dan mendapat
kerugian, maka orang yang telah berjanji tadi harus ridho dengan membayar ganti
rugi.

Dalam asuransi terdapat kesepakatan dan kerelaan antara kedua belah pihak,
asuransi mengutungkan kedua belah pihak, serta asuransi mengandung kepentingan
umum, sebab premi-premi yang terkumpul dapat diinvestasikan dalam kegiatan
pembangunan serta asuransi juga termasuk syirkah ta’âwuniyyah yaitu usaha
bersama yang didasarkan pada prinsip tolong-menolong.33

• Kelompok yang mengharamkan sebagian dan membolehkan sebagian


akad asuransi

Membolehkan asuransi berbasis sosial dan mengharamkan yang berbasis


bisnis. Di antara pendukung pendapat ini adalah: Muhammad Abu Zahra, Wahbah
al-Zuhaili, Musthafâ al-Zarqâ.

Dengan alasan sama dengan pendapat yang pertama ketika mengharamkan


asuransi dan menggunakan alasan kelompok kedua ketika membolehkan asuransi.
Abu Zahrah berpendapat bahwa asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan karena
jenis asuransi tersebut tidak mengandung unsur-unsur yang dilarang dalam Islam.
Sedangkan asuransi yang bersifat bisnis komersial tidak diperbolehkan karena
mengandung unsur-unsur yang dilarang dalam Islam.34

Dari uraian pendapat ulama tentang hukum asuransi di atas, dapat


disimpulkan bahwa masing-masing kelompok mempunyai alasan-alasan yang kuat
dan dapat diterima akal sehat, namun setelah mengkaji lebih mendalam dalil-dalil
yang diutarakan oleh setiap kelompok tersebut, maka lebih cenderung kepada
pendapat yang membolehkan asuransi dengan syarat asuransi itu tidak mengandung
unsur yang dilarang oleh Islam serta semua yang bertentangan dengan syariat
Islam.35

33
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 40.
34
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 41.
35
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 42.

16
d. Fatwa DSN-MUI

1. Fatwa Dewan Syariah Nasional No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman


Umum Asuransi Syariah
2. Fatwa Dewan Syariah Nasional No.39/DSN-MUI/X/2002 tentang Asuransi
Haji
3. Fatwa Dewan Syariah Nasional No.51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad
Mudharabah Musytarakah pada Asuransi Syariah
4. Fatwa Dewan Syariah Nasional No.52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad
Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah
5. Fatwa Dewan Syariah Nasional No.53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad
Tabarru’ pada Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah
6. Fatwa Dewan Syariah Nasional No.106/DSN-MUI/X/2016 tentang Wakaf
Manfaat Asuransi dan Manfaat Investasi pada Asuransi Jiwa Syariah36

e. PBI/POJK

1. POJK Nomor 69/POJK.05/2016 : tentang Penyelenggaraan Usaha


Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan
Reasuransi, Perusahaan Reasuransi Syariah.
2. POJK Nomor 67/POJK.05/2016 : tentang Perizinan Usaha dan
Kelembagaan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah.
3. POJK Nomor 17/POJK.05/2017 : tentang Prosedur dan Tata Cara
Pengenaan Sanksi Administratif di Bidang Perasuransian dan Pemblokiran
Kekayaan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan
Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah.
4. POJK Nomor 72/POJK.05/2016 : tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Prinsip Syariah
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 : tentang Prinsip
Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan
Prinsip Syariah37

36
Asy’ari Supamin, S. Ag. M. Kom.I. ASURANSI SYARIAH. 2019, 32.
37
Asy’ari Supamin, ASURANSI SYARIAH. 2019, 33.

17
F. Akad-akad dalam Asuransi Syariah
a. Akad Tijarah
Pada kegiatan asuransi dengan akad tijarah perusahaan bertindak sebagai
pengelola (mudharib) dan peserta Sebagai pemegang polis yang memberikan
dana (shahibul Mal). Asuransi Syariah dapat menggunakan akad komersial
atau tijarah dalam pengelolaan dana peserta baik melalui akad kerjasama atau
syirkah seperti mudharabah musyarakah dan lain sebagainya maupun
pertukaran manfaat seperti wakalah dan lain sebagainya.38
1. Akad Wakalah
Akad Wakalah bil Ujrah adalah Akad Tijarah yang memberikan kuasa
kepada Perusahaan sebagai wakil Peserta untuk mengelola Dana
Tabarru' dan atau Dana Investasi Peserta, sesuai kuasa atau wewenang
yang diberikan dengan imbalan berupa ujrah (fee). (Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 Tentaang Penerapan Prinsip
Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi dengan
Prinsip Syariah).39 Akad Wakalah bil Ujrah diperbolehkan dalam
praktek asuransi syariah dimana perusahaan asuransi syariah sebagai
pengelola dan mendapatkan fee karena telah mendapatkan kuasa dari
peserta.
2. Akad Mudharabah
Akad mudharabah terwujud ketika dana yang terkumpul dalam
perusahaan asuransi itu diinvestasikan dalam wujud usaha yang
diproyeksikan menghasilkan keuntungan (profit). Landasan dasar yang
awal dari akad mudharabah ini adalah prinsip profit and loss sharing,
maka jika dalam investasinya mendapat keuntungan, maka keuntungan
tersebut dibagi bersama sesuai dengan porsi (nishbah) yang disepakati.
Sebaliknya jika dalam investasinya mengalami kerugian (loss atau

38
Baiyah, Nur Ai dkk, Akuntansi Asuransi Syariah. Jakarta: Salemba Empat, 2018, 48.
39
Baiyah, Nur Ai dkk, Akuntansi Asuransi Syariah, 48.

18
negative return) maka kerugian tersebut juga dipikul bersama antara
peserta asuransi dan perusahaan.40
3. Akad Mudharabah Musytarakah
Akad Mudharabah Musytarakah adalah Akad Tijarah yang
memberikan kuasa kepada perusahaan sebagai mudharib untuk
mengelola investasi Dana Tabarru' dan/ atau dana Investasi peserta,
yang digabungkan dengan kekayaan perusahaan, sesuai kuasa atau
wewenang yang diberikan dengan imbalan berupa bagi hasil (nisbah)
yang besarnya ditentukan berclasarkan komposisi kekayaan yang
digabungkan dan telah disepakati sebelumnya (Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 Tentang Penerapan Prinsip Dasar
Penyelenggaraan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi dengan
Prinsip Syariah).41 Di dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No:
51/DSNMUI/III/2006 Tentang Akad Mudharabah Musytarakah Pada
Asuransi Syariah menyebutkan bahwa akad ini bisa dilakukan oleh
perusahaan asuransi syariah karena merupakan bagian dari mudharabah
dan merupakan gabungan dari akad Mudharabah dan Musytarakah.42
b. Akad Tabarru’
Dalam akad ini perusahaan bertindak sebagai pengelola dana hibah yang
diberikan peserta untuk membantu Apabila ada peserta lain yang terkena
musibah (Fatwa DSN MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001) Oleh karena itu
perusahaan asuransi syariah dapat memperoleh fee atau ujroh dari
pengelolaan dana tabarru dan juga bagi hasil dari investasi mudharabah yang
dilakukan.43

40
AM Hasan Ali, “Kapita Selekta Asuransi Syariah: Telaah Umum Tentang Asuransi
Syariah Di Indonesia” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Jurnal Ekonomi Syariah (2018): 58.
41
Junaidi Abdullah, “Akad-Akad di dalam Asuransi Syariah” Institut Agama Islam Negeri
Kudus: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah (2018): 19-22.
42
Junaidi Abdullah, “Akad-Akad di dalam Asuransi Syariah” Institut Agama Islam Negeri
Kudus: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah (2018): 19-22.
43
Baiyah, Nur Ai dkk, Akuntansi Asuransi Syariah, 44.

19
G. Skema Asuransi Syariah
a. Skema Wakalah pada Asuransi Syariah44

Manajemen risiko: Surplus


Tabbaru retakaful, klaim,
’’ cadangan, beban asuransi
Peserta Premi

Tabunga Investasi Profit


n

Perusahaan

b. Skema Mudharabah pada Asuransi Syariah45

Manajemen risiko:
Tabbaru’ retakaful, klaim, Surplus
cadangan, beban asuransi
dll.
Peserta Premi

Tabungan Investasi Profit


Ujrah

Perusahaan

c. Skema Mudharabah Musytarakah pada Asuransi Syariah46

44
Baiyah, Nur Ai dkk, Akuntansi Asuransi Syariah, 56.
45
Baiyah, Nur Ai dkk, Akuntansi Asuransi Syariah, 49.
46
Baiyah, Nur Ai dkk, Akuntansi Asuransi Syariah. 54

20
Manajemen risiko:
Tabbar retakaful, klaim, Surplus
cadangan, beban asuransi
’ dll.
Peserta Premi

Tabungan Investasi Profit


Ujrah

Perusahaan

H. Praktik Asuransi Syariah di Lembaga Keuangan Syariah


PT Asuransi Takaful Keluarga merupakan perusahaan asuransi pertama di
Indonesia yang melakukan jasa perasuransian syariah di Indonesia.47 PT Asuransi
Takaful Keluarga melakukan kontrak kerjasama dengan pihak BNI Syariah dalam
program asuransi jiwa kumpulan yaitu Asuransi Takaful Pembiayaan. Produk
asuransi ini dirancang untuk melindungi kepentingan lembaga pemberi pinjaman
yaitu BNI Syariah yang memberikan pembiayaan kepada nasabahnya. Jika nasabah
yang melakukan pembiayaan tersebut mengalami musibah seperti kecelakaan yang
mengakibatkan cacat tetap, kritis, dan bahkan meninggal dunia, maka perusahaan
asuransi syariah PT Asuransi Takaful Keluarga yang akan mengganti sisa
pembiayaan tersebut.48

PT Asuransi Takaful Keluarga melakukan kerjasama dengan Bank BNI


Syariah sesuai dengan akad wakalah bil ujrah dan tabarru’, yakni nasabah Bank
BNI Syariah yang memiliki hak tasharruf (hak mengelola dan membelanjakan
hartanya) membayarkan premi melalui Bank BNI Syariah kepada perusahaan
asuransi syariah yang juga memiliki tasharruf untuk mengelola premi yang

47
Sugeng Haryadi & Akh. Yunan Athoillah, Analisis Pengelolaan Asuransi Takaful
Pembiayaan (Bancassurance) PT. Asuransi Takaful Keluarga pada Bank BNI Boulevard Bukit
Dharmo Surabaya. Journal Of Ekonomics, Vol II, No 1, 96
48
Sugeng Haryadi & Akh. Yunan Athoillah, Analisis Pengelolaan Asuransi Takaful
Pembiayaan (Bancassurance) PT. Asuransi Takaful Keluarga pada Bank BNI Boulevard Bukit
Dharmo Surabaya, 97.

21
dibayarkan, yang kemudian dana atau premi tersebut dikumpulkan menjadi satu
dalam dana tabarru’ (dana sosial) untuk nantinya diberikan kepada nasabah yang
mengalami musibah. BNI Syariah yang memberikan amanah kepada PT Asuransi
Takaful Keluarga untuk mengelola premi nasabahnya akan memberikan ujrah atas
pengelolaan dana tabarru’ kepada PT Asuransi Takaful Keluarga sesuai ketentuan
produk yang disepakati.49

Pengelolaan dana tabarru’ PT Asuransi Takaful Keluarga dilakukan dengan


membedakan rekening perusahaan dengan rekening dana tabarru’, premi yang
diterima pihak Asuransi Takaful Keluarga akan dinvestasikan dengan akad
mudharabah dan hasil pengelolaan tersebut tidak seluruhnya dimasukkan pada
rekening PT. Asuransi Takaful Keluarga, melainkan sebagian akan dialokasikan
pada rekening dana tabarru’ Asuransi Takaful Keluarga sesuai dengan akad awal
yang diperjanjikan. Hasil investasi akan dibagi keuntungannya 40% untuk
perusahaan dan 60% untuk dikembalikan pada dana tabarru’. Namun pihak
Asuransi Takaful Keluarga akan tetap mengembalikan pokok premi yang telah
diinvestasikan pada kumpulan dana peserta (dana tabarru’), Rekening dana tabarru’
hanya dikhususkan untuk memberikan bantuan kepada nasabah yang mengalami
musibah.50

Pengelolaan tersebut sesuai dengan prinsip asuransi syariah yakni tolong menolong,
saling melindungi dari segala kesusahan, saling tanggung jawab dan terhindar dari
maisir, gharar dan riba. Perolehan keuntungan BNI Syariah dalam menggunakan
produk Asuransi Takaful Pembiayaan diperoleh dari 20% dari premi yang
dibayarkan, premi tersebut dibagi dengan rincian 5% untuk cashback nasabah, 20%
untuk fee Bank BNI Syariah dan 75% untuk ditransfer kepada Asuransi Takaful
Keluarga. Akad tersebut sesuai dengan akad wakalah bil ujrah,

49
Sugeng Haryadi & Akh. Yunan Athoillah, Analisis Pengelolaan Asuransi Takaful
Pembiayaan (Bancassurance) PT. Asuransi Takaful Keluarga pada Bank BNI Boulevard Bukit
Dharmo Surabaya, 97.
50
Sugeng Haryadi & Akh. Yunan Athoillah, Analisis Pengelolaan Asuransi Takaful
Pembiayaan (Bancassurance) PT. Asuransi Takaful Keluarga pada Bank BNI Boulevard Bukit
Dharmo Surabaya, 98.
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia, Jakarta: Kencana, 100.

22
yakni suatu akad yang mewakilkan pengelolaan premi kepada perusahaan asuransi
syariah dengan pemberikan ujroh (fee), dari nasabah yang memiliki hak tasharruf
(mengelola dan membelanjakan hartanya) kepada perusahaan asuransi syariah yang
juga memiliki tasharruf untuk mengelola premi yang dibayarkan.51

51
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia, 100.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuransi sebagai suatu wujud usaha dalam pertanggungan yang melibatkan
antara sekelompok orang di suatu pihak dan perusahaan asuransi sebagai
lembaga pengelola dana di pihak lain. Pada dasarnya, asuransi dapat
memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara lain dapat memberikan
rasa aman dan perlindungan, sebagai pendistribusian biaya dan manfaat yang
lebih adil, polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit,
sebagai tabungan dan sumber pendapatan, sebagai alat penyebaran risiko, serta
dapat membantu meningkatkan kegiatan usaha. Seiring perkembangan
program syariah di berbagai lembaga keuangan, dalam usaha perasuransian
pun juga terdapat asuransi syariah. Dilihat dari nilai yang tertera dalam Al-
Qur’an maupun As-Sunnah, maka nilai dasar asuransi syariah adalah social
oriented yakni sebuah nilai yang didasarkan pada semangat tolong-menolong
antar sesama peserta asuransi dalam mengahadapi suatu musibah.

B. Kritik dan Saran


1. Asuransi Syariah perlu diperhatikan eksistensinya agar lebih berkembang
oleh pemerintah dan seluruh elemen masyarakat.
2. Produk asuransi syariah perlu disosialisasikan lagi sehingga masyarakat
mengenal dan mengetahui segala hal yang berkaitan dengan asuransi
syariah.
3. Pemerintah lebih memfokuskan perkembangan asuransi syariah, dengan
lebih mendukung dan membantu segala program yang dibuat oleh lembaga
asuransi syariah.
4. Masyarakat perlu diberikan penyuluhan tentang hukum dan tata cara
bermuamalah yang sesuai dengan prinsip syariah, mengingat mayoritas
penduduk Indonesia adalah muslim dan minimnya pengetahuan masyarakat
tentang hal ini.

24
DAFTAR PUSTAKA
Referensi dari Buku

Ajib, Muhammad. 2019. Asuransi Syariah. Jakarta: Lentera Islam.

Ali, Hasan. 2004. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis
Historis, Teoritis dan Praktis. Jakarta: Prenada Media.

Anwar, Khoiril. 2007. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. Solo: Tiga Serangkai.

Baiyah, Nur Ai dkk. Akuntansi Asuransi Syariah. Jakarta: Salemba Empat, 2018.

Dewi, Gemala. 2017. Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan & Perasuransian


Syariah di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Djojosoedarso, Soeisno. 2003. Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi.


Jakarta: Salemba Empat.

Purba, Radiksi. 1992. Memahami Asuransi di Indonesia. Jakarta: PPM.

Rastuti, Tuti. 2016. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi. Yogyakarta: Medpress


Digital.

Salim, Abbas. 2003. Asuransi dan Manajemen Resiko. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Subekti. 2001. Pokok-pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa.

Supamin, Asy’ari. 2019. Asuransi Syariah. Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia.

Referensi dari Jurnal

Aidil, Syahrul. 2014. Pelaksanaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah


Pada PT. Prudential Cabang Padang. Diploma Thesis, Universitas
Andalas.

AM Hasan Ali. (2018). Kapita Selekta Asuransi Syariah: Telaah Umum Tentang
Asuransi Syariah Di Indonesia. Jurnal Ekonomi Syariah (2018): hal 58.

Haryadi, Sugeng., & Athoillah, Akh. Yunan. (2017). Analisis Pengelolaan Asuransi
Takaful Pembiayaan (Bancassurance) PT. Asuransi Takaful Keluarga

25
pada Bank BNI Boulevard Bukit Dharmo Surabaya. Journal Of
Ekonomics, Vol II, No 1, hal 96-102.

Ilmi, Fikrul., Hartama, Dedy., & Windarto, Agus Perdana. 2018. Analisis
Komparasi Metode AHP dan TOPSIS dalam Pemilihan Asuransi Kategori
Kesehatan Terbaik PT. Prudential. Jurnal Seminar Nasional Sains &
Teknologi Informasi: hal 427-432.

Junaidi Abdullah. (2018). Akad-Akad di dalam Asuransi Syariah. Jurnal Hukum


Ekonomi Syariah (2018): hal 19-22.

Referensi dari Internet

mui.or.id. (2015). Pedoman Umum Asuransi Syariah. Diakses pada 17 November


2020, dari http://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/21-
Pedoman_Asuransi_Syariah.pdf

ojk.go.id. (2017). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Diakses pada 18 November


2020, dari https://ojk.go.id/id/kanal/iknb/regulasi/asuransi/peraturan-
ojk/Default.aspx

26

Anda mungkin juga menyukai