ASURANSI SYARIAH
Mata Kuliah: Fikih Muamalah
Dosen Pengampu:
Dr. Dede Abdul Fatah, SHI., M.Si
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setiap manusia tidak akan pernah lepas dari suatu masalah dan resiko.
Dalam hidupnya, manusia akan selalu dihadapkan pada peristiwa yang tidak
terduga yang akan terjadi, yang nantinya dapat menimbulkan kerugian bagi
manusia itu sendiri. Mereka tidak akan pernah bisa menghindar dari resiko tersebut.
Resiko ini merupakan kemungkinan terjadinya suatu kerugian yang tidak terduga
dan yang tidak di inginkan. 1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian asuransi dan asuransi syariah?
2. Apa landasan hukum asuransi dan asuransi syariah?
3. Apa saja akad dan skema yang digunakan dalam asuransi syariah?
4. Bagaimana praktik asuransi dan asuransi syariah?
1
Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi. Jakarta: Salemba
Empat, 2003, 2.
3
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi mengenai asuransi dan asuransi syariah
2. Mengetahui landasan hukum asuransi dan asuransi syariah
3. Mengetahui akad dan skema yang digunakan dalam asuransi syariah
4. Mengetahui praktik asuransi dan asuransi syariah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asuransi
Istilah asuransi dalam perkembangannya di Indonesia berasal dari bahasa
Belanda “assurantie” yang kemudian menjadi “asuransi” dalam bahasa Indonesia.
Namun istilah “assurantie” itu sendiri sebenarnya bukanlah istilah bahasa Belanda
akan tetapi, berasal dari bahasa Latin, yaitu “assecurare” yang berarti “meyakinkan
orang”. Kata ini kemudian dikenal dalam bahasa Perancis sebagai “assurance”.2
2
Muhammad Ajib, Lc., MA. Asuransi Syariah. Jakarta: Lentera Islam, 2019, 7
3
Muhammad Ajib, Lc., MA. Asuransi Syariah. 2019, 8.
4
Radiksi Purba. Memahami Asuransi di Indonesia. Jakarta: PPM, 1992, 40.
5
dengan sengaja digantungkan pada suatu kejadian yang belum tentu terjadi,
kejadian yang mana akan menentukan untung ruginya salah satu pihak.5
Dari sudut pandangan sosial, asuransi sebagai sebuah organisasi sosial yang
menerima pemindahan risiko dan mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya
guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing anggota
asuransi tersebut.6
5
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa, 2001, 217.
6
Hasan Ali. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis,
Teoritis dan Praktis. Jakarta: Prenada Media, 2004, 59.
7
Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Resiko. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003,
1.
6
pengaturan asuransi, yaitu pengaturan yang bersifat umum dan yang bersifat
khusus.8
Pengaturan yang bersifat umum terdapat dalam Buku 1 Bab 9 Pasal 246-
286 KUHD yang berlaku bagi semua jenis asuransi, baik yang sudah diatur dalam
KUHD maupun yang diatur di luar KUHD, kecuali jika secara khusus ditentukan
lain. Pengaturan yang bersifat khusus terdapat dalam Buku I Bab 10 Pasal 287-308
KUHD dan buku ii Bab 9 dan 10 Pasal 592-695 KUHD dengan rincian sebagai
berikut:
8
Tuti Rastuti, S.H., M.H. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi. Yogyakarta: Medpress
Digital, 2016, 35.
9
Tuti Rastuti, S.H., M.H. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi. 2016, 36.
10
Tuti Rastuti, S.H., M.H. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi. 2016, 36.
7
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan
Perusahaan Reasuransi Syariah, POJK Nomor 73/POJK.05/2016 tentang Tata
Kelola Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan Perasuransian, POJK Nomor
55/POJK.05/2017 tentang Laporan Berkala Perusahaan Perasuransian, POJK
Nomor 67/POJK.05/2016 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan
Reasuransi Syariah.
C. Praktik Asuransi
11
Fikrul Ilmi, Dedy Hartama, & Agus Perdana Windarto. Analisis Komparasi Metode AHP
dan TOPSIS dalam Pemilihan Asuransi Kategori Kesehatan Terbaik PT. Prudential. Jurnal Seminar
Nasional Sains & Teknologi Informasi, 2018, 427.
12
Syahrul Aidil. Pelaksanaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah Pada PT.
Prudential Cabang Padang. Diploma Thesis, Universitas Andalas, 2014.
8
Dampak dari penerapan asuransi konvensional dan asuransi syariah
terhadap perkembangan perusahaan mengalami peningkatan khususnya pada
asuransi konvensional.13
ْ َى أ
ٍ طﻌََﻤُﮭﻢ ِّﻣﻦ ُﺟﻮعٍ َوَءاَﻣﻨَُﮭﻢ ِّﻣْﻦ َﺧْﻮ
◌ۭف ٓ ٱﻟﱠِﺬ
“Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan.”
Menurut terminologi, asuransi syariah adalah sebagai salah satu cara untuk
mengatasi terjadinya musibah dalam kehidupan, di mana manusia senantiasa
dihadapkan pada kemungkinan bencana yang dapat menyebabkan hilangnya atau
berkurangnya nilai ekonomi seseorang baik terhadap diri sendiri atau perusahaan
yang diakibatkan oleh meninggal dunia, kecelakaan, sakit dan usia tua.14
13
Syahrul Aidil. Pelaksanaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah Pada PT.
Prudential Cabang Padang, 2014.
14
Muhammad Ajib, Lc., MA. Asuransi Syariah. 2019, 15.
15
Asy’ari Supamin, S. Ag. M. Kom.I. ASURANSI SYARIAH. Sidoarjo: Uwais Inspirasi
Indonesia, 2019, 23.
9
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang
Pedoman Umum Asuransi Syariah disebutkan Asuransi Syariah (ta’min, takaful,
tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah
orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset atau tabarru’ memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan yang
sesuai syariah).16
Firman Allah tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan
positif :
16
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah, diakses 17 November 2020, http://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/21-
Pedoman_Asuransi_Syariah.pdf
17
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. Solo: Tiga Serangkai, 2007, 20.
18
Muhammad Ajib, Lc., MA. Asuransi Syariah. 2019, 17.
10
َ ﻻ َءآِّﻣﯿَﻦ ٱْﻟﺒَْﯿ
ﺖ ٓ َ ى َوَﻻ ٱْﻟﻘَ ٰﻠَٓﺌِﺪَ َو
َ ﺸْﮭَﺮ ٱْﻟَﺤَﺮاَم َوَﻻ ٱْﻟَﮭْﺪ ِ َوَﻻ ٱﻟ ﱠLﺷ ٰﻌَٓﺌَِﺮ ٱﱠ َ ٰﯾَٓﺄ َﯾﱡَﮭﺎ ٱﻟﱠِﺬﯾَﻦ َءاَﻣﻨُﻮ۟ا َﻻ ﺗ ُِﺤﻠﱡﻮ۟ا
ﺎُن ﻗَْﻮٍم أ َنUﺷﻨَـَ ﻄﺎدُو۟ا ۚ َوَﻻ ﯾَْﺠِﺮَﻣﻨﱠُﻜْﻢ ْ ﺿَٰﻮﻧًﺎ ۚ َوإِذَا َﺣﻠَْﻠﺘ ُْﻢ ﻓَﭑ
َ ﺻ ْ ﻀًﻼ ِّﻣﻦ ﱠرﺑِِّﮭْﻢ َوِر ْ َٱْﻟَﺤَﺮاَم ﯾَْﺒﺘ َﻐُﻮَن ﻓ
َ ﻋﻠَﻰ ٱْﻟﺒِِّﺮ َوٱﻟﺘ ﱠْﻘَﻮٰى ۖ َوَﻻ ﺗ َﻌَﺎَوﻧُﻮ۟ا
ﻋﻠَﻰ ٱ ْ ِﻹﺛِْﻢ َ ﻋِﻦ ٱْﻟَﻤْﺴِﺠِﺪ ٱْﻟَﺤَﺮاِم أ َن ﺗ َْﻌﺘ َﺪُو۟ا ۘ َوﺗ َﻌَﺎَوﻧُﻮ۟اَ ﺻﺪﱡوُﻛْﻢ َ
َ َLَ ۖ إِﱠن ٱﱠLَوٱْﻟﻌُْﺪَٰوِن ۚ َوٱﺗ ﱠﻘُﻮ۟ا ٱﱠ
ِ ﺷِﺪﯾﺪُ ٱْﻟِﻌﻘَﺎ
ب
Ayat di atas memuat kata perintah (amr) yaitu tolong menolong antara sesama
manusia, dalam bisnis asuransi ini terlihat dalam praktek kerelaan anggota
(nasabah) untuk menyisihkan dananya agar digunakan sebagai dana tabarru’ yang
berbentuk rekening tabarru’ yang berfungsi untuk menolong salah satu anggota
yang sedang mengalami musibah.19
َ َﺧﺒِﯿٌۢﺮ ﺑَِﻤﺎ ﺗ َْﻌَﻤﻠُﻮَنLَ ۚ إِﱠن ٱﱠLﺖ ِﻟﻐٍَﺪ ۖ َوٱﺗ ﱠﻘُﻮ۟ا ٱﱠ ُ َ َوْﻟﺘ َﻨLٰﯾَٓﺄ َﯾﱡَﮭﺎ ٱﻟﱠِﺬﯾَﻦ َءاَﻣﻨُﻮ۟ا ٱﺗ ﱠﻘُﻮ۟ا ٱﱠ
ٌ ﻈْﺮ ﻧَْﻔ
ْ ﺲ ﱠﻣﺎ ﻗَﺪﱠَﻣ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (QS. al-Hasyr [59]:18).20
Pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, kemalangan dan kematian
merupakan takdir Allah. Hal ini tidak dapat ditolak. Hanya saja kita sebagai
manusia juga diperintahkan untuk membuat perencanaan untuk menghadapi masa
depan. Jelas sekali dalam ayat ini kita dipertintahkan untuk merencanakan apa yang
akan kita perbuat untuk masa depan. Hal ini bukanlah menolak takdir Allah, akan
tetapi hanyalah usaha manusia untuk menyiapkan masa depan agar lebih baik.21
b. Al-Hadits
19
Muhammad Ajib, Lc., MA. Asuransi Syariah. 2019, 20.
20
Muhammad Ajib, Lc., MA. Asuransi Syariah. 2019, 20.
21
Asy’ari Supamin, S. Ag. M. Kom.I. ASURANSI SYARIAH. 2019, 27.
11
Hadits riwayat Muslim :
"Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan
melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong
hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya." (HR. Muslim)22
ً ﻀﮫُ ﺑَْﻌ
( ﻀ ﺎ ) ر و ا ه ﻣ ﺴ ﻠﻢ ﻋ ﻦ أﺑ ﻲ ﻣ ﻮ ﺳ ﻰ ُ َا َْﻟُﻤْﺆِﻣُﻦ ِﻟْﻠُﻤْﺆِﻣِﻦ َﻛﺎْﻟﺒُْﻨﯿَﺎِن ﯾ
ُ ﺸﺪﱡ ﺑَْﻌ
"Seorang mukmin dengan mukmin yang lain ibarat sebuah bangunan, satu bagian
menguatkan bagian yang lain." (HR. Muslim dari Abu Musa)
ِ َﺿَﺮَر َوﻻ
وﻣﺎﻟﻚ، وأﺣﻤﺪ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس،ﺿَﺮاَر )رواه اﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ ﻋﻦ ﻋﺒﺎدة ﺑﻦ اﻟﺼﺎﻣﺖ َ َﻻ
( ﻋ ﻦ ﯾﺤ ﻲ
"Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan
orang lain." (Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari 'Ubadah bin Shamit, riwayat
Ahmad dari Ibnu 'Abbas, dan Malik dari Yahya)23
c. Ijtihad Ulama
Asuransi merupakan bentuk transaksi baru yang belum ada pada masa ulama
terdahulu, oleh karena itu keberadaannya menuai banyak kontroversi baik dari segi
terminologis, historis maupun hukum.24 Pada pembahasan ini akan dibaha khusus
mengenai pendapat ulama mengenai asuransi sebagai berikut:
22
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 33.
23
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 33.
24
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 34.
12
Yusuf Qardhawi, Abdullah al-Qalqili, Muhammad Bakhit al-Muth’I, Muslihuddin,
Husain Hamid Hisan, Alo Yafie, serta majelis ulama fikih.
Karena dalam asuransi premi dan klaim tidak jelas jumlahnya, nasabah atau
tertanggung tidak tahu berapa besar yang harus ia setorkan kepada pihak asuransi,
begitu juga pihak asuransi tidak tahu berapa yang akan ia terima dari premi nasabah
serta berapa dana klaim yang harus ia keluarkan untuk nasabah ketika terjadi
musibah, jelasnya gharar ini akan terjadi ketika adanya musibah.25
Alasan lain karena akad asuransi mengandung makna judi yang diharamkan
dalam Islam. Asuransi dikatakan sama dengan judi karena asuransi merupakan akad
yang salah satu dari pelaku akad tersebut (dalam hal ini peserta asuransi) harus
membayar kepada pihak asuransi dengan kesepakatan apabila terjadi sesuatu.26
Ada kesamaan yang signifikan antara asuransi dengan judi. yaitu sama-
sama merupakan akad mulzam yaitu masing-masing dari orang-orang yang
melakukan akan tersebut mempunyai kewajiban terhadap lawannya, mu’âwadlât
dan ihtimalî yaitu masing-masing orang yang berjudi, apabila memperoleh
kemenangan maka uang yang diambilnya sebagai pengganti dari kemungkinan ia
kalah.
25
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 35.
26
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 36.
13
tanpa usaha, karena pihak nasabah terkadang baru membayar premi sekali,
kemudian terjadi kecelakaan, maka pihak asuransi harus membayar klaim.27
Selain itu akad asuransi juga mengandung riba fadl dan riba nasiah yang
diharamkan dalam Islam. Akad asuransi adalah kesepakatan antara pihak pihak
asuransi dan nasabah. Dalam ketentuannya nasabah berjanji akan membayar premi
secara berkala sebagai pengganti dana klaim ketika terjadi musibah.
Dana klaim tersebut terkadang jumlahnya sama dengan jumlah premi yang
dibayar, terkadang lebih dikit atau lebih banyak. Jika jumlahnya sama, maka itu
termasuk riba nasiah dan jika lebih banyak maka termasuk nasiah dan riba fadl.28
Para ulama fikih bersepakat bahwa jual beli uang dengan uang secara tempo
adalah riba nasiah jika sama nilainya dan termasuk riba nasiah dan fadl jika yang
ditangguhkan jumlahnya lebih besar. Dalam asuransi jiwa, untuk keadaan di mana
nasabah hidup, pihak asuransi akan mengembalikan sejumlah dana yang telah
dibayarkan melalui premi sesuai waktu yang ditentukan dalam polis. Pengembalian
premi tersebut digabungkan dengan bunga dari hasil investasi yang dilakukan.
Semua instrument investasi dilakukan dengan mekanisme bunga.29
27
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 37.
28
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 37.
29
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 38.
30
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 38.
14
Di antara alasan golongan yang membolehkan asuransi adalah berdasarkan pada
kaidah fikih sebagai berikut:
"Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya."
Karena asal sesuatu adalah boleh dan bolehnya transaksi baru, artinya
semua jenis transaksi dilakukan oleh manusia selama bermanfaat dan tidak ada dalil
yang melarangnya maka diperbolehkan, asuransi merupakan kategori transaksi
manusia yang bermanfaat dan tidak ada dalil khusus yang melarangnya. Alasan lain
karena asuransi mengandung mashlahah. Artinya asuransi sesuai dengan
mashlahah atau kebaikan serta tujuan agama dan hukum bisa dibangun di atas
mashlahah tersebut jika tidak ada dalil naqli yaitu yang bersumber dari al-Qur’an
dan hadist.31
Adapun di antara maslahat uang terdapat dalam asuransi adalah sebagai alat
untuk menyimpan uang, bisa menjadi modal, dapat dipergunakan untuk
kepentingan umum, mendatangkan ketenangan jiwa serta mendatangkan rasa aman
ketika terjadi musibah.32
Selain itu asuransi bisa disamakan dengan perjanjian yang mengikat al-
wa’ad al-mulzam yaitu ketika seseorang berkata kepada orang yang kedua “juallah
31
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 39.
32
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 39.
15
barang kamu sekarang, jika kamu mendapat kerugian, maka aku akan ridho
kepadamu”. Lalu orang yang kedua tadi menjual barangnya dan mendapat
kerugian, maka orang yang telah berjanji tadi harus ridho dengan membayar ganti
rugi.
Dalam asuransi terdapat kesepakatan dan kerelaan antara kedua belah pihak,
asuransi mengutungkan kedua belah pihak, serta asuransi mengandung kepentingan
umum, sebab premi-premi yang terkumpul dapat diinvestasikan dalam kegiatan
pembangunan serta asuransi juga termasuk syirkah ta’âwuniyyah yaitu usaha
bersama yang didasarkan pada prinsip tolong-menolong.33
33
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 40.
34
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 41.
35
Khoiril Anwar. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. 2007, 42.
16
d. Fatwa DSN-MUI
e. PBI/POJK
36
Asy’ari Supamin, S. Ag. M. Kom.I. ASURANSI SYARIAH. 2019, 32.
37
Asy’ari Supamin, ASURANSI SYARIAH. 2019, 33.
17
F. Akad-akad dalam Asuransi Syariah
a. Akad Tijarah
Pada kegiatan asuransi dengan akad tijarah perusahaan bertindak sebagai
pengelola (mudharib) dan peserta Sebagai pemegang polis yang memberikan
dana (shahibul Mal). Asuransi Syariah dapat menggunakan akad komersial
atau tijarah dalam pengelolaan dana peserta baik melalui akad kerjasama atau
syirkah seperti mudharabah musyarakah dan lain sebagainya maupun
pertukaran manfaat seperti wakalah dan lain sebagainya.38
1. Akad Wakalah
Akad Wakalah bil Ujrah adalah Akad Tijarah yang memberikan kuasa
kepada Perusahaan sebagai wakil Peserta untuk mengelola Dana
Tabarru' dan atau Dana Investasi Peserta, sesuai kuasa atau wewenang
yang diberikan dengan imbalan berupa ujrah (fee). (Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 Tentaang Penerapan Prinsip
Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi dengan
Prinsip Syariah).39 Akad Wakalah bil Ujrah diperbolehkan dalam
praktek asuransi syariah dimana perusahaan asuransi syariah sebagai
pengelola dan mendapatkan fee karena telah mendapatkan kuasa dari
peserta.
2. Akad Mudharabah
Akad mudharabah terwujud ketika dana yang terkumpul dalam
perusahaan asuransi itu diinvestasikan dalam wujud usaha yang
diproyeksikan menghasilkan keuntungan (profit). Landasan dasar yang
awal dari akad mudharabah ini adalah prinsip profit and loss sharing,
maka jika dalam investasinya mendapat keuntungan, maka keuntungan
tersebut dibagi bersama sesuai dengan porsi (nishbah) yang disepakati.
Sebaliknya jika dalam investasinya mengalami kerugian (loss atau
38
Baiyah, Nur Ai dkk, Akuntansi Asuransi Syariah. Jakarta: Salemba Empat, 2018, 48.
39
Baiyah, Nur Ai dkk, Akuntansi Asuransi Syariah, 48.
18
negative return) maka kerugian tersebut juga dipikul bersama antara
peserta asuransi dan perusahaan.40
3. Akad Mudharabah Musytarakah
Akad Mudharabah Musytarakah adalah Akad Tijarah yang
memberikan kuasa kepada perusahaan sebagai mudharib untuk
mengelola investasi Dana Tabarru' dan/ atau dana Investasi peserta,
yang digabungkan dengan kekayaan perusahaan, sesuai kuasa atau
wewenang yang diberikan dengan imbalan berupa bagi hasil (nisbah)
yang besarnya ditentukan berclasarkan komposisi kekayaan yang
digabungkan dan telah disepakati sebelumnya (Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 Tentang Penerapan Prinsip Dasar
Penyelenggaraan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi dengan
Prinsip Syariah).41 Di dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No:
51/DSNMUI/III/2006 Tentang Akad Mudharabah Musytarakah Pada
Asuransi Syariah menyebutkan bahwa akad ini bisa dilakukan oleh
perusahaan asuransi syariah karena merupakan bagian dari mudharabah
dan merupakan gabungan dari akad Mudharabah dan Musytarakah.42
b. Akad Tabarru’
Dalam akad ini perusahaan bertindak sebagai pengelola dana hibah yang
diberikan peserta untuk membantu Apabila ada peserta lain yang terkena
musibah (Fatwa DSN MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001) Oleh karena itu
perusahaan asuransi syariah dapat memperoleh fee atau ujroh dari
pengelolaan dana tabarru dan juga bagi hasil dari investasi mudharabah yang
dilakukan.43
40
AM Hasan Ali, “Kapita Selekta Asuransi Syariah: Telaah Umum Tentang Asuransi
Syariah Di Indonesia” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Jurnal Ekonomi Syariah (2018): 58.
41
Junaidi Abdullah, “Akad-Akad di dalam Asuransi Syariah” Institut Agama Islam Negeri
Kudus: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah (2018): 19-22.
42
Junaidi Abdullah, “Akad-Akad di dalam Asuransi Syariah” Institut Agama Islam Negeri
Kudus: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah (2018): 19-22.
43
Baiyah, Nur Ai dkk, Akuntansi Asuransi Syariah, 44.
19
G. Skema Asuransi Syariah
a. Skema Wakalah pada Asuransi Syariah44
Perusahaan
Manajemen risiko:
Tabbaru’ retakaful, klaim, Surplus
cadangan, beban asuransi
dll.
Peserta Premi
Perusahaan
44
Baiyah, Nur Ai dkk, Akuntansi Asuransi Syariah, 56.
45
Baiyah, Nur Ai dkk, Akuntansi Asuransi Syariah, 49.
46
Baiyah, Nur Ai dkk, Akuntansi Asuransi Syariah. 54
20
Manajemen risiko:
Tabbar retakaful, klaim, Surplus
cadangan, beban asuransi
’ dll.
Peserta Premi
Perusahaan
47
Sugeng Haryadi & Akh. Yunan Athoillah, Analisis Pengelolaan Asuransi Takaful
Pembiayaan (Bancassurance) PT. Asuransi Takaful Keluarga pada Bank BNI Boulevard Bukit
Dharmo Surabaya. Journal Of Ekonomics, Vol II, No 1, 96
48
Sugeng Haryadi & Akh. Yunan Athoillah, Analisis Pengelolaan Asuransi Takaful
Pembiayaan (Bancassurance) PT. Asuransi Takaful Keluarga pada Bank BNI Boulevard Bukit
Dharmo Surabaya, 97.
21
dibayarkan, yang kemudian dana atau premi tersebut dikumpulkan menjadi satu
dalam dana tabarru’ (dana sosial) untuk nantinya diberikan kepada nasabah yang
mengalami musibah. BNI Syariah yang memberikan amanah kepada PT Asuransi
Takaful Keluarga untuk mengelola premi nasabahnya akan memberikan ujrah atas
pengelolaan dana tabarru’ kepada PT Asuransi Takaful Keluarga sesuai ketentuan
produk yang disepakati.49
Pengelolaan tersebut sesuai dengan prinsip asuransi syariah yakni tolong menolong,
saling melindungi dari segala kesusahan, saling tanggung jawab dan terhindar dari
maisir, gharar dan riba. Perolehan keuntungan BNI Syariah dalam menggunakan
produk Asuransi Takaful Pembiayaan diperoleh dari 20% dari premi yang
dibayarkan, premi tersebut dibagi dengan rincian 5% untuk cashback nasabah, 20%
untuk fee Bank BNI Syariah dan 75% untuk ditransfer kepada Asuransi Takaful
Keluarga. Akad tersebut sesuai dengan akad wakalah bil ujrah,
49
Sugeng Haryadi & Akh. Yunan Athoillah, Analisis Pengelolaan Asuransi Takaful
Pembiayaan (Bancassurance) PT. Asuransi Takaful Keluarga pada Bank BNI Boulevard Bukit
Dharmo Surabaya, 97.
50
Sugeng Haryadi & Akh. Yunan Athoillah, Analisis Pengelolaan Asuransi Takaful
Pembiayaan (Bancassurance) PT. Asuransi Takaful Keluarga pada Bank BNI Boulevard Bukit
Dharmo Surabaya, 98.
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia, Jakarta: Kencana, 100.
22
yakni suatu akad yang mewakilkan pengelolaan premi kepada perusahaan asuransi
syariah dengan pemberikan ujroh (fee), dari nasabah yang memiliki hak tasharruf
(mengelola dan membelanjakan hartanya) kepada perusahaan asuransi syariah yang
juga memiliki tasharruf untuk mengelola premi yang dibayarkan.51
51
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia, 100.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuransi sebagai suatu wujud usaha dalam pertanggungan yang melibatkan
antara sekelompok orang di suatu pihak dan perusahaan asuransi sebagai
lembaga pengelola dana di pihak lain. Pada dasarnya, asuransi dapat
memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara lain dapat memberikan
rasa aman dan perlindungan, sebagai pendistribusian biaya dan manfaat yang
lebih adil, polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit,
sebagai tabungan dan sumber pendapatan, sebagai alat penyebaran risiko, serta
dapat membantu meningkatkan kegiatan usaha. Seiring perkembangan
program syariah di berbagai lembaga keuangan, dalam usaha perasuransian
pun juga terdapat asuransi syariah. Dilihat dari nilai yang tertera dalam Al-
Qur’an maupun As-Sunnah, maka nilai dasar asuransi syariah adalah social
oriented yakni sebuah nilai yang didasarkan pada semangat tolong-menolong
antar sesama peserta asuransi dalam mengahadapi suatu musibah.
24
DAFTAR PUSTAKA
Referensi dari Buku
Ali, Hasan. 2004. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis
Historis, Teoritis dan Praktis. Jakarta: Prenada Media.
Anwar, Khoiril. 2007. Asuransi Syariah, Halal & Maslahat. Solo: Tiga Serangkai.
Baiyah, Nur Ai dkk. Akuntansi Asuransi Syariah. Jakarta: Salemba Empat, 2018.
Salim, Abbas. 2003. Asuransi dan Manajemen Resiko. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
AM Hasan Ali. (2018). Kapita Selekta Asuransi Syariah: Telaah Umum Tentang
Asuransi Syariah Di Indonesia. Jurnal Ekonomi Syariah (2018): hal 58.
Haryadi, Sugeng., & Athoillah, Akh. Yunan. (2017). Analisis Pengelolaan Asuransi
Takaful Pembiayaan (Bancassurance) PT. Asuransi Takaful Keluarga
25
pada Bank BNI Boulevard Bukit Dharmo Surabaya. Journal Of
Ekonomics, Vol II, No 1, hal 96-102.
Ilmi, Fikrul., Hartama, Dedy., & Windarto, Agus Perdana. 2018. Analisis
Komparasi Metode AHP dan TOPSIS dalam Pemilihan Asuransi Kategori
Kesehatan Terbaik PT. Prudential. Jurnal Seminar Nasional Sains &
Teknologi Informasi: hal 427-432.
26