1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt. karena telah
memberikan kami nikmat kesehatan dan kekuatan, sehingga kami bisa menyelesaikan
tugas pembuatan makalah ini dengan waktu yang cukup dan bisa mengumpulkan tugas
ini dengan tepat waktu. Makalah yang kami susun ini merupakan tugas kelompok dari
Bapak M. Iqbal Lubis, SE,M.Si,Ak, mata kuliah Ekonomi Islam. Makalah yang telah
kami selesaikan ini berjudul “ASURANSI DAN PENGGADAIAN”.
Terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi untuk
terselesaikannya makalah ini, khususnya kepada anggota kelompok yang telah
kompak dan saling bekerja sama dengan baik sehingga makalah ini bisa diselesaikan.
Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca makalah ini, agar makalah
yang kami susun selanjutnya lebih baik lagi.
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
PENGGADAIAN ......................................................................................... 10
A. Pengertian penggadaian................................................................ 10
B. jenis penggadaian............................................................................. 12
C. fungsi dan tujuan penggadaian.................. .................................. 14
D. penggadaian dalam pandangan islam..........................................18
E. Contoh kasus masalah penggadaian dalam islam....................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembang perekonomian di Indonesia dan dunia saat ini, nampaknya selalu
berkaitan dengan aktifitas ekonomi seperti penggadaian, asuransi, jual beli dan lain
lain, maka tidak dapat di hindari bahwa sebagian besar dari pelaku ekonomi itu
adalah orang Islam. Dengan demikian maka timbulah pertanyaan dari masyarakat
Islam, karena melihat badan perekonomian seperti bank, asuransi, penggadaian
yang ada masih penggadaian konvensional. Oleh karena itu maka timbulah
keinginan dari pemerintah untuk membuat badan perekonomian syariah.
Menurut Kitab Undang-undang Perniagaan pasal 246 bahwa asuransi pada
umumnya adalah suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada
pihak yang menjamin untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti
kerugian yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari suatu
peristiwa yang belum jelas akan terjadi.Mengkaji hukum asuransi dan penggadaian
menurut syariat Islam sudah tentu dilakukan dengan metode ijtihad yang lazim oleh
ulama mujtahid dahulu. Di antara metode ijtihad yang mempunyai banyak peranan
di dalam meng-istinbat-kan hukum terhadap masalah-masalah baru yang tidak ada
nashnya dalam al-Quran dan hadits adalah maslahah mursalah dan qiyas. Untuk
dapat memakai maslahah mursalah dan qiyas sebagai landasan hukum harus
memenuhi syarat dan rukunnya, misalnya maslahah mursalah biasa dipakai sebagai
landasan hukum jika kemaslahatannyabenar benar bersifat umum tidak
bertentangan dengan Quran dan Hadist. Demikian pula pemakaian qiyas harus
memenuhi syarat dan rukunnya di antaranya adalah persamaan illat hukum antara
masalah baru yang sedang dicari hukumnya dengan masalah pokok yang sudah
ditetapkan hukum.
4
B. Rumusan Masalah
10. Bagaimana Contoh Kasus Asuransi dan Penggadaian Dalam Ekonomi Islam?
C. Tujuan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Asuransi
Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, yaitu insurance, yang dalam bahasa
Indonesia telah menjadi bahasa popular dan diadopsi dalam kamus besar bahasa
Indonesia dengan padanan kata ‘pertanggungan’. Dalam bahasa Belanda biasa disebut
dengan istilah assurantie (Asuransi) dan verzekering (Pertanggungan).
Asuransi syariah adalah pengaturan pengelolaan risiko yang memenuhi ketentuan
syariah, tolong menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan operator. Syariah
berasal dari ketentuan-ketentuan di dalam al-Qur’an dan as- Sunnah.
Asuransi yang saat ini berlaku adalah yang tercantum dalam Undang – Undang
Republik Indonesia No.2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian Bab 1 Pasal 1,
yang berbunyi sebagai berikut:“ Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara
dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan
atau tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seorang yang
6
tertanggung”. Pengertian asuransi yang lain yaitu merupakan suatu pelimpahan resiko
dari pihak pertama kepada pihak lain. Pelimpahan tersebut dikuasai oleh aturan –
aturan hukum dan didalamnya diberlakukan prinsip – prinsip serta ajaran yang secara
universal dianut oleh pihak pertama maupun pihak yang lain.Dari segi ekonomi
asuransi berarti suatu pengumpulan dana yang dapat dipakai untuk menutup atau
member ganti rugi kepada orang yang mengalami kerugian.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat diambil satu pengertian yang
mencakup semua sudut pandang diatas yaitu asuransi adalah suatu alat untuk
mengurangi resiko yang melekat pada perekonomian, dengan cara menggabungkan
sejumlah unit yang terkena resikoyang sama atau hampir sama dalam jumlah yang
cukup besar, agar probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang
diramalkan terjadi, akan dibagi secara proporsional oleh senua pihak dalam gabungan
itu.
Asuransi dalam Islam Menurut Mustafa Ahmad Zarqa makna asuransi secara
istilah adalah kejadian. Adapaun metedologi dan gambarannya dapat berbeda-beda,
namun pada asuransi intinya, asuransi adalah cara atau metode untuk memelihara
manusia dalam menghindari resiko/ancaman bahaya yang beragam yang akan terjadi
dalam hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya.
Adapun Asuransi syariah berawal dari kebutuhan untuk memperkuat lembaga
keuangan syariah yang sudah ada terdahulu yaitu Bank Muamalat.Tim bertugas
melakukan persiapan pendirian asuransi syariah melalui kajian riset, seminar dan studi
banding. Pada 24 februari di dirikanlah asuransi syariah pertama, yaitu PT Syarikat
Takaful Indonesia. Pada 17 oktober 2001, DSN-MUI menerbitkan fatwa mengenai
asuransi syariah untuk pertama kali, yaitu No.21/DSN-MUI/X/2001tentang pedoman
umum asuransi syariah.
a.Pendapat ulama yang tidak membolehkan asuransi:
a. Pertama, pendapat Syikh Ibnu Abidin dari mazhab Hanafi.
Orang yang pertama kali berbicara tentang asuransi dikalangan ahli Piqih Islam
adalah Muhammad Amin Ibnu Umar, yang terkenal dengan sebutan Ibnu
Abidin Addimasyqi. Dia adalah tokoh ulama dari aliran Hanafiah yang
mempunyai banyak karya ilmiah yang terbesar di dunia Islam.
b. Kedua, pendapat syekh Muhammad Bakhit Almuthi
c. Ketiga, syekh Muhammad Al- Ghazali.
7
Dalam kitabnya (Islam dan pokok-pokok ajaran sosialisme) ia menyatakan
bahwa asuransi itu mengandung riba, karena beberapa hal:
1. Apabila waktu perjanjian telah habis, maka uang premi dikembalikan kepada
terjamin disertai bunganya dan ini adalah riba. Apabila jangka waktu dalam polis
belum habis dan perjanjian diputuskan , maka uang premi dikembalikan dengan di
kurangi biaya-biaya administrasi. Dan muamalah semacam ini di larang oleh hukum
agama.
2. Ganti kerugian yang diberikan kepada terjamin pada waktu terjadinya
peristiwa yang di sebutkan di dalam polis, juga tidak di terima oleh syara’. Karena
orang-orang yang mengerjakan asuransi bukan sarikat di dalam untung dan rugi,
sedangkan orang-orang lain ikut memberikan sahamnya dalam uang yang diberikan
kepada terjamin.
3. Maskapai asuransi di dalam kebanyakan usahanya, menjalankan pekerjaan riba
(pinjaman berbunga, dan lain-lainnya).
4. Perusahaan asuransi di dalam kebanyakan usahanya mendekati pada usaha
lotere di mana hanya sebagian kecil dari yang membutuhkan dapat mengambil
manfaat.
5. Asuransi dengan arti ini merupakan salah satu untuk berbuat dosa. Banyak
alasan uang di cari-cari guna mengorek keuntugan dengan mengharap datangnya
peristiwa tiba-tiba.
8
1. Asuransi merupakan suatu usaha yang bersifat tolong-menolong.
2. Asuransi mirip dengan akad mudharabah dan untuk mengembangkan harta benda.
3. Asuransi tidak mengandung unsur riba.
4. Asuransi tidak mengandung tipu daya.
5. Asuransi tidak mengurangi tawakkal kepada Allah SWT.
6. Asuransi suatu usaha untuk menjamin anggotanya yang jatuh melarat karena suatu
musibah.
2.unsur asuransi
Premi asuransi adalah iuran biaya yang harus dibayarkan oleh nasabah selama jangka
waktu yang sudah disepakati. Biasanya premi bisa dibayarkan secara bulanan,
semesteran, hingga tahunan.
polis asuransi adalah dokumen sah yang mengatur tentang perjanjian asuransi. Mulai
dari nilai manfaat, besaran premi, risiko yang ditanggung, hingga pengecualian (risiko
yang tidak ditanggung oleh asuransi). Polis asuransi bersifat legal dan mengikat secara
hukum. Jika ada pihak yang menyalahi aturan polis, maka pihak lainnya berhak untuk
menghentikan kerja sama atau bahkan menggugat pihak tersebut.
9
Klaim asuransi adalah proses pengajuan resmi kepada pihak perusahaan asuransi
ketika nasabah mengalami risiko yang ditanggung dalam polis asuransi. Jika klaim
asuransi yang dibuat sesuai dengan ketentuan tertera dalam polis, maka perusahaan
asuransi akan memberikan sejumlah uang sebagai ganti rugi atas risiko finansial yang
dialami nasabah.
3. Jenis Asuransi
Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan orang akan perlindungan akan
semakin komleks. Inilah mengapa kemudian berbagai macam asuransi dibuat dan
ditawarkan kepada masyarakat. Menurut Umi Karomah dalam Dessy Danarti
(2011:42), usaha asuransi dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu:
Dari segi sifatnya:
1. Asuransi social atau asuransi wajib dimana keikutsertaannya adalah paksaan
bagi warga Negara. Asuransi social adalah program asuransi wajib yang
deselenggarakan pemerintah berdasarkan undang – undang. Maksud dan tujuaa
asuransi social adalah menyediakan jaminan bagi masyarakat dan tidak bertujuan
untuk mendapat keuntungan komersil. Contoh : Askes, Taspen, Asbri dll.
2. Asuransi sukarela, dalam asuransi ini tidak ada paksaan bagi siapa pun untuk
menjadi anggota. Jadi setiap orang bebas memilih untuk menjadi anggota atau tidak
Contoh: PT Jasa INDONESIA, PT Jiwasraya dll
10
Menjadi tua itu pasti, tetapi dalam kondisi seperti apa masa tua nantinya, tentu masih
menjadi pertanyaan karena berada dalam ketidakpastian. Itulah mengapa diperlukan
perencanaan hidup salah satu perencanaan financial untuk masa pensiun agar hidup
tetap terjamin dan tidak membebani orang lain. Merencanakan tabungan hari tua
sebaiknya dilakukan sebelum masa produktif berakhir.Sebab dimasa tua nanti kita
sudah tidak mampu bekerja lagi.Asurandi dan Dana Pensiun adalah salah satu bentuk
investasi untuk menjamin hari tua. Memiliki asuransi sama halnya dengan
mengalihkan biaya yang harus kita keluarkan menjadi tanggungan pihak asuransi.
Asuransi kerugian terdiri dari berbagai jenis atau cabang pertanggungan yaitu:
11
8. Asuransi Jaminan (Bonding/ Guarante)
Di kalangan umat islam ada anggapan bahwa asuransi itu tidak islami. Orang yang
melakukan asuransi sama halnya dengan orang yang mengingkari rahmat allah.
Allahlah yang menentukan segala-segalanya dan memberikan rezeki kepada makhluk
nya, sebagaimana firman allah SWT,yang artinya:
ٍ ض اِاَّل َعلَى هّٰللا ِ ِر ْزقُهَا َويَ ْعلَ ُم ُم ْستَقَ َّرهَا َو ُم ْستَوْ َد َعهَا ۗ ُك ٌّل فِ ْي ِك ٰت
ب ُّمبِي ٍْن ۤ
ِ َْو َما ِم ْن دَابَّ ٍة فِى ااْل َر
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi
rezekinya.”(Q.S. Hud :6)
ٰ ض َءاِ ٰلهٌ َّم َع هّٰللا ِ ۗقُلْ هَاتُوْ ا بُرْ هَانَ ُك ْم اِ ْن ُك ْنتُ ْم
َص ِدقِ ْين ۤ َ اَ َّم ْن يَّ ْبدَُؤا ْالخ َْل
ِ ۗ ْق ثُ َّم يُ ِع ْيد ُٗه َو َم ْن يَّرْ ُزقُ ُك ْم ِّمنَ ال َّس َما ِء َوااْل َر
12
“Dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadaMu dari langit dan bumi? Apakah di
samping Allah ada Tuhan (yang lain)?”.(Q.S. An-Naml:64).
Dari ketiga ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah sebenarnya telah
menyiapkan segala-galanya untuk keperluan semua makhlukNya, termasuk manusia
sebagai khalifah di muka bumi. Allah telah menyiapkan bahan mentah, bukan bahan
matang. Manusia masih perlu mengolahnya, mencarinya dan
mengikhtiarkannya.Melibatkan diri ke dalam asuransi ini, adalah merupakan salah satu
ikhtiar untuk menghadapi masa depan dan masa tua. Namun karena masalah asuransi
ini tidak dijelaskan secara tegas dalam nash, maka masalahnya dipandang sebagai
masalah ijtihadi, yaitu masalah yang mungkin masih diperdebatkan dan tentunya
perbedaan pendapat sukar dihindari.Masalah asuransi dalam pandangan ajaran Islam
termasuk masalah ijtihadiyah, artinya hukumnya perlu dikaji sedalam mungkin karena
tidak dijelaskan oleh Alquran dan Al Sunnah secara eksplisit. Para imam mujtahid
seperti abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, imam Ahmad bin hanbal, dan para
mujtahid yang semasa dengannya tidak memberikan fatwa mengenai asuransi karena
pada masanya asuransi belum dikenal. Sistem asuransi baru dikenal di dunia timur
pada abad XIX Masehi. Dunia barat sudah mengenal sistem asuransi ini sejak abad
XIV Masehi, sedangkan para ulama mujtahid besar hidup pada sekitar abad II s.d. IX
Masehi.Di kalangan ulama atau cendekiawan muslim terdapat empat pendapat tentang
hukum asuransi, yaitu:
13
• Mengandung unsur eksploitasi karena apabila pemegang polis tidak bias
melanjutkan pembayaran preminya, bisa hilang atau dikurangi uang premi yang telah
dibayarkan.
• Premi premi yang telah dibayarkan oleh para pemegang polis diputar dalam
praktik riba (karena uang tersebut dikreditkan dan dibungakan)
• Asuransi termasuk akad shafi, artinya jual beli atau tukar menukar mata uang
tidak dengan uang tunai
• Hidup dan matinya manusia dijadikan objek bisnis, yang berarti mendahului
takdir Tuhan yang maha esa.
• Tidak ada nash Alquran maupun nash Al hadits yang melarang asuransi
• Kedua pihak yang berjanji dengan penuh kerelaan menerima operasi ini
dilakukan dengan memikul tanggung jawab masing-masing.
• Asuransi tidak merugikan salah satu atau kedua belah pihak dan bahkan
asuransi menguntungkan kedua belah pihak.
14
• Operasi asuransi dilakukan untuk kemaslahatan umum dan kepentingan
bersama
• Asuransi menjaga banyak manusia dari kecelakaan harta benda kekayaan dan
kepribadian
4.Menganggap bahwa asuransi bersifat syubhat karena tidak ada dalil-dalil syar'i yang
jelas mengharamkan ataupun secara jelas menghalalkannya. Apabila hukum asuransi
15
dikategorikan syubhat, konsekuensinya adalah umat Islam dituntut untuk berhati-hati
(al-ihtiyath) dalam menghadapi asuransi. Umat Islam baru dibolehkan menjadi polis
atau mendirikan perusahaan asuransi apabila dalam keadaan darurat.Rancangan
asuransi yang dipandang sejalan dengan nilai-nilai Islam diajukan oleh Muhammad
Nejatullah Shiddiqi sebagai berikut: (Referensi: Muhammad Nejatullah Shiddiqi,
Asuransi di dalam Islam, alih bahasa oleh taklim musafir, Bandung: Pustaka,1985,Hal:
58-60)
1.Semua asuransi yang menyatakan bahaya pada jiwa manusia, baik mengenai anggota
badan maupun kesehatan harus ditangani secara eksklusif di bawah pengawasan
negara. Jika nyawa anggota badan atau kesehatan manusia tertimpa akibat kecelakaan
pada industri atau ketika sedang melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh
majikannya, beban pertolongan dengan anti rugi dibebankan pada pemilik pabrik atau
majikannya.
16
jiwa, perdagangan laut. Kebakaran. Dan kecelakaan dimasukkan dalam sektor negara.
Beberapa diantaranya yang berurusan dengan kecelakaan-kecelakaan tertentu, hak-
hak, dan kepentingan-kepentingan serta kontrak-kontrak yang bisa diserahkan kepada
sektor swasta.
6. Pengertian Pegadaian
2. Nilai jumlah pinjaman tergantung dari nilai barang yang digadaikan 3. Barang yang
digadaikan dapat ditebus kembali.
7. Jenis Pegadaian
17
Jenis Pegadaian terdapat 2 jenis yaitu Pegadaian konvensional dan Pegadaian syariah :
A. Pegadaian konvensional
B. Pegadaian syariah
Seiring berjalanya waktu unit layanan pegadaian syariah semakin berkembang pesat
dengan misi utamanya yaitu membantu masyarakat yang membutuhkan likuiditas dan
untuk pengembangan bisnis UMKM. Dalam praktiknya unit layanan pegadaian
syariah dilegkapi dengan intrumen pengawasan oleh Dewan Pengawas Syariah untuk
mengawasi praktik penyelenggaraan gadai dan usaha lainya agar tetap berpegang
teguh dengan prinsip-prinsip syariah. Pegadaian syariah juga memiliki regulasi yang
18
berkekuatan hukum yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 31/POJK.05/2016
tentang usaha pegadaian. (Ibid)
Produk ar-Rahn ini berjalan sesuai dengan syariat Islam yang dimana diharamkan
sepesepun pihak penerima gadai menerima bunga dalam berbagai macam bentuk
disetiap pelunasan kredit yang dimana barang jaminan milik nasabah dipegang oleh
pihak penerima gadai selama kredit yang disaurkan ke nasabah itu telah lunas dan
berakhirnya suatu gadai. Gadai (ar-Rahn) ini sendiri lebih transparan karena apabila
barang milik nasabah digadai karena tidak mampu melunasi kreditnya, barang jaminan
itulah yang akan digadai oleh pihak penggadai (perbankan/ perusahaan gadai) dan
setelah ditaksir, nilainya akan dibandingkan dengan jumlah kredit nasabah tersebut.
(Muh. Ishak Agu dan Syahruddin Yasen, STUDI KOMPARASI OPERASIONAL
PRODUK PEGADAIAN SYARIAH DAN GADAI KONVENSIONAL, Jurnal
Hukum Ekonomi Syariah, Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2018, hal. 72)
Perum pegadaian yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 103 Tahun
2000 adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagaimana yang diatur dalam
Undang-Undang No. 9 Tahun 1969 Tentang Pegadaian yang diberi tugas serta
wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan usaha dan menyalurkan uang pinjaman
atas dasar hukum gadai.Pegadaian bertugas memberi kredit secara hukum gadai
kepada masyarakat yang membutuhkan dana pinjaman diwajibkan menyerahkan harta
kepada kantor cabang pegadaian disertai pemberian hak untuk melakukan penjualan
19
lelang bila setelah waktu perjanjian kredit habis, nasabah tidak menebus barang
tersebut. Hasil lelang digunakan untuk melunasi pokok pinjaman disertai bunga
ditambah dengan biaya lelang. Sisa dikembalikan kepada nasabah pemilik barang
semula. (Faried wijaya, Lembaga-Lembaga Keuanngan dan Bank.
b. Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktek riba dan pinjaman tak wajar.
1. Mengelola penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai dengan cara
mudah,cepat, aman dan hemat.
Menurut pandandangan islam Gadai disebut rahn dalam bahasa Arab, yang berarti
sesuatu yang tertahan atau tetap. Rahn juga merupakan istilah untuk memberikan harta
sebagai jaminan untuk utang. Benda yang digunakan sebagai jaminan juga disebut
20
rahn. Sementara itu, orang yang memiliki utang atau menggadaikan disebut rahin
Adanya sistem gadai bertujuan untuk melunasi utang yang tidak dapat dibayar oleh
orang yang berutang. Nilai barang yang digadaikan biasanya sebanding dengan nilai
utang yang telah diambil. Dengan sistem gadai ini, ada jaminan terhadap harta
kekayaan bagi si pemberi pinjaman dan ada keamanan dari risiko hilang atau
ditipu.Hukum Gadai dalam Islam Gadai dalam Islam hukumnya jaiz atau boleh. Hal
ini tercantum dalam Alquran, hadis, qiyas, dan ijma.
"Dan jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu
tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang
dipegang (oleh yang berpiutang)1. Akan tetapi, jika sebagian kamu memercayai
sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya)
dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Rabbnya; dan janganlah kamu (para saksi)
menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka
sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa kalbunya; dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (al-Baqarah: 283).
Nabi Shalallahu alaihi wasallam membeli makanan dari seorang Yahudi dengan
tempo, lalu beliau menjadikan baju besinya sebagai gadainya. (Sahih, HR. al-Bukhari
dan Muslim).
21
Pada keadaan safar, justru sulit bagi seseorang untuk menemukan saksi atau
penulis. Jadi, gadai lebih mungkin untuk dilakukan. Lebih mudah pula untuk
memberikan sesuatu sebagai barang gadaian.Hukum bergadai lain yang bisa dipahami
dari Tafsir as-Sa di menyebutkan bahwa tujuan gadai adalah menjamin kepercayaan.
Apabila pihak pemberi pinjaman merasa percaya terhadap pengutang serta suka
melakukan transaksi tanpa barang jaminan, hal ini juga sah-sah saja. Namun, di sisi
lain pengutang juga harus menunaikan tanggung jawabnya untuk membayar utang
tersebut meskipun tanpa barang gadai.Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum
melakukan gadai yang berkonsep syariah, Anda harus mengetahui syaratnya terlebih
dahulu. Syarat pertama adalah bahwa kedua pihak yang melakukan transaksi gadai
harus sudah merdeka, berakal, baligh, dan rasyid. Rasyid artinya bisa membelanjakan
harta secara benar. Ini berarti, budak tidak diperbolehkan ikut melakukan gadai. Orang
yang hilang akal dan anak kecil pun tidak boleh bergadai.Selanjutnya, pergadaian juga
bisa dilakukan dengan orang kafir (tidak harus dengan seorang Muslim). Nabi
Shalallahu alaihi wasallam pun melakukan pergadaian dengan Abu Syahm, seorang
Yahudi. Sahabat Muhammad bin Maslamah juga menyatakan keinginan bergadai
dengan Kab bin al-Asyraf, seorang Yahudi, dalam al-Bukhari no. 251.Terkait barang
yang digadaikan, syarat-syarat yang harus diperhatikan adalah telah diketahui barang,
ukuran, sifat, dan jenisnya. Syarat kedua adalah barang tersebut harus merupakan
milik pegadai atau milik orang lain yang diizinkan untuk digadaikan olehnya. Syarat
ketiga adalah dapat diperjualbelikan, seperti hewan, besi, baju, dan
sebagainya.Apabila rahn atau barang yang digadaikan harus dikeringkan atau dijemur
supaya tidak cepat rusak, biaya pengeringan ditanggung oleh pegadai. Jika barang
tersebut dikhawatirkan rusak, sebaiknya dijual dan hasilnya untuk mengganti rahn
sebelumnya.Terkait qabdh atau pengambilalihan barang gadai, murtahin
melakukannya dengan cara memindahkannya dari rahin (penggadai). Jika tidak bisa
dipindahkan, misalnya rumah atau tanah, penggadai menyerahkan kepada murtahin
serta tidak menghalangi saat murtahin mengambilnya.Sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam hukum Islam, Pegadaian Syariah juga memiliki layanan Gadai Syariah.
Ini adalah solusi bagi rahin atau penggadai yang membutuhkan dana cepat. Proses
yang harus dilakukan tidak sulit, bahkan hanya sekitar 15 menit. Selain itu, barang
jaminan seperti perhiasan, kendaraan bermotor, atau elektronik tetap tersimpan dengan
aman.
22
Contoh kasus asuransi :
Lagi Marak Kasus Gagal Bayar Asuransi Jumbo Bikin Asuransi Syariah Khawatir.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia atau AASI Erwin Noekman mengaku
khawatir ramainya berita gagal bayar asuransi besar bakal memengaruhi citra pelaku asuransi
lain, khususnya bisnisnya yang lebih kecil. Dia juga mengkhawatirkan industri asuransi
syariahakan ikut mendapatkan citra negatif dari masyarakat.
"Walaupun gagal bayar tidak ada di asuransi syariah, tapi literasi asuransi syariah masih
minim. Kami khawatir terpengaruh berita negatif asuransi besar. Ini jadi tantangan
kepengurusan AASI," ujar Erwin dalam sesi webinar hari ini (15/2/2021) di Jakarta.
Karena itu dia menggerakkan pengurus AASI untuk melakukan kampanye positif melawan
arus berita negatif. Strategi yang dipilih adalah melakukan kampanye asuransi syariah untuk
tolong-menolong. Menurutnya, di tengah berbagai bencana saat ini minat masyarakat untuk
berdonasi terlihat tinggi, seperti melakukan wakaf dan membantu korban bencana.
“Konsep proteksi bagus saat ini untuk masyarakat saling tolong-menolong. Di masa pandemi
dan bencana seperti ini masyarakat jadi bersemangat untuk berdonasi. Jadi ini akan terus kami
kampanyekan," ujarnya.
Kinerja asuransi syariah pada Desember 2020 untuk nilai aset industri tercatat sebesar Rp44,4
triliun, turun 2,2% (yoy) dibandingkan dengan 2019 senilai Rp45,5 triliun. Kinerja ini dinilai
masih berada dalam kondisi yang wajar, mengingat besarnya dampak pandemi Covid-19 bagi
perekonomian.
Industri asuransi syariah juga menutup 2020 dengan perolehan laba Rp792 miliar, yang berarti
menurun hingga 80,5% (yoy) dibandingkan dengan 2019 senilai Rp4,07 triliun.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
A. Saran
24
butuhkan oleh pembaca. Kami berharap informasi yang kami berikan bisa
bermanfaat dan berguna kami juga sangat memerlukan kritik dan saran bagi
paca pembaca, karena semua manusia tak mungkin luput dari segala kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
( Danarti, Dessy.2011. Jurus Pintar Asuransi Agar Anda Tenang, Aman Dan
Nyaman Jakarta: G-Media.)
25