Anda di halaman 1dari 13

Ekonomi Islam

Asuransi Syariah atau Takaful

DOSEN : Drs. Adi Prasetyo, M.Si.,Ak,CA.-

Disusun oleh Kelompok7 :

1. Advang Paramadika (202010160311614)


2. Wilda Salsa Sabrina (202010160311626)
3. Shalsabilla Vidya Hapsari (202010160311651)
4. Nabila Salma Az-Zahra (202010160311640)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allat SWT atas segala rahmat dan
hidayahnya, serta nikmat sehat dan longgar yang masih dilimpahkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Drs. Adi Prasetyo, M.Si, Ak, CA.pada mata Ekonomi Islam. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca dan penulis mengenai
hukum hukum ekonomi Syariah sehingga kita sebagai umat muslim tidak akan tersesat dalam
menerapkan prinsip-prinsip hukum yang halal sesuai dengan ajaran dalam Agama Islam.
Penulis juga berterima kasih kepada orang tua, teman-teman, serta semua pihak yang
telah membantu kelancaran dalam proses penulisan makalah ini.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan senang hati.

Malang, 14 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Asuransi Syariah ................................................................................ 3
2.2 Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah ..................................................................... 4
2.3 Dasar Hukum Asuransi Syariah di Indonesia .................................................. 7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam bentuk model
perekonomian salah satu diantaranya yakni ekonomi islam. Ekonomi merupakan ilmu yang
mempelajari perilaku serta tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan
utama dengan adanya sistem ekonomi sendiri adalah dapat menciptakan kesejahteraan yang
besar serta merata. Sedangkan pengertian islam sendiri yaitu salah satu agama yang diterima oleh
seorang nabi yang mengajarkan monoteisme tanpa kompromi, iman terhadap wahyu, iman
terhadap akhir zaman, dan tanggung jawab. Dengan adanya agama dalam suatu ekonomi, maka
ekonomi tersebut dapat terjaga dan terhindar dari suatu kegiatan yang dapat menyimpang dari
dasar keagamaan serta sesuai dengan tanggung jawab yang ada.
Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah
ekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-nilai Islam. Suatu kegiatan perekonomian yang
melandasi dalam pelaksaanannya yang bersifat adil, lebih berpihak pada ekonomi kerakyatan.
Ekonomi syariah memiliki berbagai bentuk model salah satunya yaitu tentang asuransi syariah
atau takaful. Asuransi syariah berbeda dengan asuransi konvensional pada dasarnya yang
membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional adalah prinsip yang digunakan.
Dalam asuransi syariah terdapat prinsip tolong-menolong, misalnya bila terjadi suatu risiko
terhadap nasabah, santunan yang dibayarkan adalah berupa dana Tabarru’ atau yang juga dikenal
dengan sebutan risk sharing dalam dunia asuransi.
Asuransi syariah juga memiliki perbedaan dengan asuransi konvensional, seperti dalam
hal masa kontrak, pengelolaan dana asuransi, pengawasan, dan kepemilikan dana. Asuransi
konvensional biasanya cenderung memiliki peraturan yang menguntungkan perusahaan
mengingat dalam jenis asuransi ini tentu saja tujuan perusahaan adalah mencari profit. Dalam
asuransi jiwa syariah, perusahaan menjamin bahwa dana dari nasabah tidak akan digunakan
untuk membiayai atau berinvestasi di bidang yang bertentangan dengan syariat, seperti produk
tembakau untuk rokok dan minuman keras. Dengan demikian pada kesempatan kali ini kami
akan membahas serta menjelaskan mengenai model ekonomi islam yang berfokus pada asuransi
syariah.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi asuransi syariah ?
2. Jelaskan prinsip-prinsip asuransi syariah ?
3. Jelaskan dasar-dasar asuransi syariah ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui serta menambah wawasan mengenai pengertian dan arti dari asuransi
syariah.
2. Mengetahui prinsip-prinsip yang diterapkan pada asuransi syariah.
3. Memahami dasar-dasar yang terdapat pada asuransi syariah dari berbagai sudut pandang.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Asuransi Syariah
Asuransi Syariah atau dikenal juga sebagai Takaful atau Ta'min atau Tadhamun
adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan /atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai syariah.
Keunggulan Asuransi Syariah :
1. Transparansi Pengelolaan Dana Peserta Asuransi syariah dengan perjanjian di awal
yang jelas dan transparan serta akad yang sesuai syariah, dana tabarru’ akan dikelola
secara profesional oleh perusahaan asuransi syariah melalui investasi syar’i dengan
berlandaskan prinsip syariah.
2. Pengelolaan Dana Peserta secara Islami dengan menghindarkan Riba (Bunga), Maisir
(Judi) dan Gharar (Ketidakjelasan). Asuransi Syariah menghindarkan dari fungsi asuransi
konvensional yang mengandung Riba (Bunga) Maisir (Judi) dan Gharar
(Ketidakjelasan). Dana Tabarru’ akan dipergunakan untuk menghadapi dan
mengantisipasi terjadinya musibah/bencana/klaim yang terjadi diantara peserta asuransi.
Melalui asuransi syariah, dapat mempersiapkan diri secara finansial dengan
tetap mempertahankan prinsip – prinsip transaksi yang sesuai dengan fiqh Islam. Jadi
tidak ada keraguan untuk berasuransi syari’ah.
3. Adanya Alokasi dan Distribusi Surplus Underwriting.
a. Apabila terjadi Surplus Underwriting, maka Peserta sepakat untuk mengalokasikan
Surplus Underwriting sebagai berikut :
• 50 % untuk Kumpulan Dana Tabarru’
• 20 % untuk Peserta yang memenuhi criteria
• 30 % untuk Perusahaan sebagai operator.
b. Surplus Underwriting akan didistribusikan kepada Peserta paling lambat 90 hari
kalender setelah perhitungan selesai dilakukan.
c. Pembagian dari hasil Surplus Underwriting hanya diberikan kepada Peserta
yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:

3
 Peserta tidak pernah mengajukan klaim pada tahun perhitungan surplus /
defisit underwriting.
 Tidak sedang mengajukan klaim pada tanggal perhitungan surplus /
defisit underwriting.
d. Apabila jumlah Surplus Underwriting yang akan didistribusikan kepada setiap Peserta
lebih kecil dari Rp50.000,- maka Surplus Underwriting tersebut dimasukkan kedalam
kumpulan Dana Tabarru’.

2.2 Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah


1. Asuransi Syariah Menjalankan Prinsip Tauhid
Prinsip asuransi syariah yang pertama adalah menjalankan prinsip tauhid. Bahkan
prinsip tauhid menjadi prinsip dasar dalam asuransi syariah. Tentunya poin ini menjadi
poin yang perlu dipahami oleh calon nasabah dengan baik. Inti dari prinsip tauhid adalah
niat dasar dari memiliki asuransi bukanlah mencari keuntungan saja, namun juga dalam
rangka ikut serta dalam menerapkan prinsip dan ajaran syariah dalam asuransi. Prinsip ini
wajib dijadikan landasan karena asuransi syariah ditujukan untuk saling menolong
sesama manusia (anggota), bukan semata-mata untuk perlindungan atas risiko yang
mungkin menimpa diri sendiri di kemudian hari. Asuransi syariah memiliki tujuan yang
lebih mulia, yaitu gotong royong dan tolong menolong antar sesama. Prinsip ini lah yang
paling membedakan antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional.
2. Pengamalan Prinsip Keadilan
Prinsip asuransi syariah yang kedua adalah prinsip keadilan. Pada asuransi syariah
menerapkan prinsip keadilan yang mana nasabah dan perusahaan asuransi saling bersikap
adil satu sama lain. Kedua belah pihak harus adil terkait dengan hak dan kewajibannya
masing-masing. Tidak ada pihak yang menzalimi atau terzalimi atas kesepakatan dalam
asuransi tersebut. Tentunya dengan adanya keadilan, kedua belah pihak merasa nyaman
satu sama lain.
3. Prinsip Tolong-Menolong atau Ta’awun Antar Anggota
Asuransi syariah juga menerapkan prinsip tolong menolong atau ta’awun diantara
anggotanya. Sama seperti prinsip tauhid, dalam prinsip tolong menolong nasabah tidak
diperkenankan untuk mementingkan diri sendiri serta mencari keuntungan untuk diri

4
sendiri. Masing-masing anggota harus saling membantu antara yang satu dengan yang
lain. Misal jika salah satu anggota terkena musibah dan mengajukan klaim asuransi, maka
prinsip inilah yang dipegang. Sementara pihak asuransi hanya berperan dalam mengelola
dana saja pada asuransi berbasis syariah ini.
4. Prinsip Kerja Sama dalam Asuransi Syariah
Berikutnya, ada juga prinsip kerja sama dalam asuransi syariah. Kerja sama disini
maksudnya adalah kerja sama antara nasabah dengan perusahaan asuransi yang bertindak
sebagai pengelola dana. Tentunya kerja sama dilakukan sesuai dengan akad atau
perjanjian asuransi yang telah disepakati. Adanya kerja sama antara nasabah dan pihak
asuransi membuat kedua belah pihak mampu memahami dan menjalankan hak serta
kewajibannya masing-masing.
5. Asuransi Syariah Dilandasi Prinsip Amanah
Prinsip asuransi syariah berikutny adalah amanah. Perusahaan asuransi yang
berperan sebagai pengelola dana harus amanah atau dapat dipercaya dalam menjalankan
tugasnya. Perusahaan tidak boleh semena-mena dalam menerapkan aturan, mengambil
keputusan, serta mencari keuntungan. Begitu juga dengan nasabah asuransi, harus jujur
dan terbuka ketika mengajukan klaim. Nasabah juga perlu amanah dan konsisten dalam
membayar sejumlah premi yang diperjanjikan.
6. Prinsip Saling Rida (Al-Ridha) atau Kerelaan
Hal yang menjadi dasar pada asuransi syariah yang tak kalah penting adalah
keridhaan atau kerelaan. Kedua belah pihak harus bersikap ridha satu sama lain terhadap
setiap transaksi yang dilakukan. Hal ini bertujuan agar asuransi dapat berjalan dengan
baik sesuai kesepakatan. Nasabah harus rela ketika dananya dikelola oleh perusahaan
asuransi berdasarkan prinsip syariah. Pihak asuransi pun juga harus ridha dengan tugas
yang diembannya. Pihak asuransi harus mengelola dana milik nasabah sesuai dengan
aturan serta prinsip yang telah disepakati.
7. Menghindari Riba dalam Asuransi Syariah
Riba merupakan hal yang harus dihindari dalam prinsip syariah, karena
bertentangan dengan nilai-nilai islami. Oleh karena itu, dalam menjalankan asuransi
syariah, riba juga harus dihindari. Dana yang dikelola oleh pihak asuransi tidak boleh
dimasukkan kedalam instrumen yang mengandung riba dan tidak sesuai dengan syariah.

5
8. Dijalankan dengan Menghindari Bertaruh
Dalam asuransi konvensional, gambling atau pertaruhan (maisir) merupakan hal
yang wajar. Namun hal ini bertentangan dengan prinsip syariah, Oleh karena itu, asuransi
syariah tidak boleh dijalankan secara gambling. Sebaliknya, asuransi syariah
menerapkan prinsip risk sharing atau sharing risiko antara nasabah dengan pihak asuransi
dalam menjalankan asuransi. Dengan cara ini, tidak ada pihak yang merasa dirugikan
karena sama-sama ridha atau rela.
9. Menghindari Ketidakjelasan
Terdapat juga prinsip asuransi syariah lain yaitu menghindari ketidakjelasan. Dalam
syariah diajarkan bahwa kita harus meninggalkan sesuatu yang tidak jelas atau gharar.
Begitu juga dengan asuransi syariah, prinsip menghindari sesuatu yang tidak jelas harus
dijalankan. Asuransi syariah menggunakan prinsip sharing of risk sehingga gharar dapat
dihindari. Hal ini berbeda dengan asuransi konvensional yang menerapkan transfer of risk
dimana semua risiko hanya ditanggung oleh salah satu pihak.
10. Menjauhi Praktik Suap-Menyuap
Prinsip asuransi syariah berikutnya adalah menjauhi praktik suap menyuap. Dalam
menjalankan asuransi syariah, pihak nasabah maupun pihak asuransi tidak boleh
melakukan suap menyuap. Suap menyuap merupakan bentuk kegiatan yang hanya
menguntungkan satu pihaksaja, sementara pihak yang lain dirugikan. Tentunya hal ini
bertentangan dengan prinsip syariah yang dijalankan.
11. Pengamalan Akad dan Konsep Sesuai Agama Islam
Pada dasarnya, asuransi syariah menganut prinsip dan konsep yang sesuai dengan
ajaran agama islam. Jadi dalam menjalankan kegiatannya, asuransi syariah harus
menerapkan prinsip yang islami, termasuk akad-akad dan konsep di dalamnya. Akad-
akad yang perlu diamalkan dalam asuransi syariah antara lain akad tabarru’, akad
wakalah bilujrah, dan akad mudharabah. Sedangkan konsep yang harus dijalankan antara
lain konsep kontribusi, konsep iuran dana tabarru’, serta konsep surplus atau defisit
underwriting.

6
2.3 Dasar Hukum Asuransi Syariah di Indonesia
Meski cukup banyak diminati dan didukung penuh oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) melalui fatwanya, hukum dasar asuransi syariah tetap dipertanyakan. Bahkan, tidak
sedikit yang menganggap asuransi syariah belum sepenuhnya halal. Pemerintah bersama
lembaga keuangan terkait, terutama yang berbasis syariah dan MUI terus mengedukasi
masyarakat tentang jenis dan manfaat asuransi ini.
Dasar hukum di dalam Al Quran
Asuransi syariah memiliki dasar-dasar yang juga ada dalam hadis dan ayat dalam Al Quran,
yaitu:
 Al Maidah 2: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
 An Nisaa 9: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap
mereka.”
 HR Muslim dari Abu Hurairah: “Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu
kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat.”

Dasar hukum menurut fatwa MUI


Pada dasarnya, asuransi syariah justru hadir sebagai solusi dari anggapan bahwa esensi
asuransi bertentangan dengan syariat agama dan prinsip-prinsip di dalam agama itu sendiri.
Itu sebabnya mulai 2001, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa yang
menyatakan bahwa asuransi syariah secara sah diperbolehkan dalam ajaran Islam.
Beberapa fatwa MUI yang mempertegas kehalalan asuransi syariah adalah:
 Fatwa No 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.
 Fatwa No 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah pada Asuransi
Syariah
 Fatwa No 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah pada Asuransi Syariah
dan Reasuransi Syariah
 Fatwa No 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru pada Asuransi Syariah.

7
Dasar Hukum dari Peraturan Menteri Keuangan
Asuransi syariah juga sudah diatur operasional dan keberadaannya melalui Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 tentang Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha
Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah. Adapun beberapa ketegasan dasar
hukum dari Pemerintah ini bisa dilihat di BAB I, Pasal I nomor 1 hingga 3, yaitu:
 Pasal 1 Nomor 1
Asuransi berdasarkan prinsip Syariah adalah usaha saling tolong-menolong (ta’awuni)
dan melindungi (takafuli) di antara para nasabah melalui pembentukan kumpulan dana
(tabbaru’) yang dikelola dengan prinsip syariah untuk menghadapi risiko tertentu.
 Pasal 1 Nomor 2
Perusahaan adalah perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi yang
menyelenggarakan seluruh atau sebagian usahanya berdasarkan prinsip syariah.
 Pasal 1 Nomor 3
Nasabah adalah orang atau badan yang menjadi nasabah program asuransi dengan prinsip
Syariah, atau perusahaan asuransi yang menjadi nasabah reasuransi dengan prinsip
syariah.
Perlindungan yang ditawarkan melalui asuransi syariah kini sudah jelas bahwa
hukumnya halal sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh MUI. Di samping itu, tiap
perusahaan asuransi yang memiliki produk berbasis syariah turut memiliki anggota Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas memastikan semua produk syariah dijalankan
dengan mengikuti syariat.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekonomi merupakan salah satu kegiatan yang tidak pernah bisa lepas dari dinamika
kehidupan manusia. Ada banyak sumber-sumber akurat yang mengajarkan tentang hakikat
berekonomi secara universal, baik itu berasal dari ilmuwan-ilmuwan terkenal, atau yang
berkaitan erat korelasinya dengan agama.
Masyarakat muslim membutuhkan sistem ekonomi yang memegang kuat fondasi-
fondasi Islam, agar terlepas dari keragu-raguan dan penyimpangan dari ajaran Islam itu
sendiri. Dengan demikian, segala bentuk akad yang terjadi dalam perilaku ekonomi dapat
menolong kita agar senantiasa terhindar dari dosa-dosa yang tidak sesuai dengan hukum
Syariah dalam ajaran Agama Islam.Berdasarkan uraian di atas, kita dapat mengetahui
dengan jelas bagaimana seluk-beluk aktivitas ekonomi yang dilandaskan dengan hukum
Syariah Islam.

3.2 Saran
1. Lembaga Asuransi Syariah harus melakukan edukasi tentang asuransi syariah kepada
masyarakat.
2. Cara mengedukasi masyarakat pada masyarakat kelas menengah kebawah adalah dengan
mendatangi majelis-majelis ilmu pengajian per RT atau per RW.
3. Para agen harus memberikan kepercayaan kepada nasabah asuransi agar yang sudah
menjadi peserta asuransi syariah dapat seterusnya percaya dan bisa menyebarkan
kepercayaan mereka terhadap asuransi syariah dari mulut ke mulut dan yang belum
menjadi nasabah agar dapat menjadi nasabah asuransi syariah karena sudah terbentuknya
rasa percaya kepada agen sejak awal.
4. Memberikan dorongan atau motivasi kepada masyarakat serta mencari tahu kebutuhan
mereka terhadap asuransi syariah.
5. Para pelaku industri asuransi syariah dapat menerapkan strategi harga yang ekonomis
bagi masyarakat kalangan menengah kebawah.

9
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Takaful
http://www.asei.co.id/id/asuransi-syariah/
https://www.qoala.app/id/blog/asuransi/umum/prinsip-asuransi-syariah/.diakses
https://www.merdeka.com/trending/pahami-pengertian-ekonomi-dan-ketiga-prinsipnya-agar-
tidak-salah.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Islam
https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_syariah
https://www.car.co.id/id/ruang-publik/tips-trik/careinsurance/pengertian-asuransi-syariah
https://benefits.bankmandiri.co.id/article/dasar-hukum-negara-dan-syariat-terkait-asuransi-
syariah-

10

Anda mungkin juga menyukai