Anda di halaman 1dari 23

ASURANSI SYARIAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Lembaga Keuangan Syariah


Dosen Pembimbing : Rusnaena, M.Ag.

Disusun Oleh :

NASYULIANTI

(17.2400.047)

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

TAHUN AJARAN 2019


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

Asuransi Syariah| 2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan
hidayah-Nyalah, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Asuransi
Syariah”.
Dan tak lupa pula marilah kita kirimkan shalawat dan taslim kepada
junjungan nabi besar Muhammad Saw., nabi yang telah membawa kita keluar dari
alam yang gelap gulita ke alam yang terang benderang.
   Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak yang telah membimbing kami dan yang telah memberi
pengarahan kepada kami yaitu “Ibu Rusnaena, M.Ag. “ dalam menyusun makalah
ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Kami berharap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dapat
memberikan kesempurnaan pada makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Parepare, 17 September 2019

Penulis

Asuransi Syariah| i
DAFTAR ISI

BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................2
1.4 Kegunaan Tulisan.....................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................................4
2.1 Pengertian Asuransi Syariah.....................................................................................4
2.2 Sejarah Asuransi Syariah..........................................................................................4
2.3 Dasar Hukum Asuransi Syariah...............................................................................6
2.4 Prinsip Asuransi Syariah..........................................................................................6
2.5 Akad-Akad Asuransi Syariah...................................................................................8
2.6 Jenis-Jenis Produk Pada Asuransi Syariah...............................................................9
2.7 Hal-hal Penting Pada Asuransi Syariah....................................................................9
2.8 Sistem Pada Asuransi Syariah................................................................................11
2.9 Meknisme Asuransi Syariah...................................................................................12
2.10 Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional.....................................16
BAB III............................................................................................................................18
PENUTUP.......................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan............................................................................................................18
3.2 Saran......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19

Asuransi Syariah| ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan


yang sangat pesat. Berbagai perusahaan asuransi berlomba-lomba menawarkan
program asuransi baik bagi masyarakat maupun perusahaan, termasuk program
asuransi syariah. Indonesia merupakan negara, dimana 87% penduduknya
merupakan pemeluk agama Islam. Adanya asuransi syariah tidak dapat terlepas
dari sejarah kemunculan lembaga keuangan syariah di Indonesia.

Lembaga keuangan baik bank maupun non-bank berbasis syariah pertama


kali didirikan sekitar tahun 1992 di Indonesia. Pada tahun tersebut, Bank
Muamalat Indonesia pertama kali didirikan sebagai basis bank syariah pertama.
Hingga saat ini berdasarkan data Laporan Perkembangan Keuangan Syariah yang
dipublikasikan oleh OJK tahun 2018, telah terdapat sekitar 436 lembaga keuangan
syariah di Indonesia, yang terdiri atas 14 unit BUS, 20 unit UUS, 167 unit BPRS,
62 unit Asuransi Syariah, 44 unit Perusahaan Pembiayaan Syariah, 77 IKNB
Syariah lainnya, 1 unit Manajemen Investasi Syariah, 53 unit Pengelola Investasi
Syariah, 65 Sukuk Negara (Outstanding), 99 Sukuk Korporasi (Outstanding), dan
224 Reksa Dana Syariah (Outstanding). Data tersebut tentu merupakan capaian
yang cukup meningkat jika dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.

Meningkatnya jumlah asuransi syariah di Indonesia salah satunya


disebabkan perubahan gaya hidup masyarakat yang mulai mengarah kepada halal
lifestyle utamanya bagi ummat muslim. Apabila dikaitkan dengan kondisi saat ini, ketika
manusia mulai berpikir untuk mengasuransikan barangnya bahkan jiwanya agar terhindar

dari kerugiaan maupun musibah, maka dari hal tersebutlah timbullah peluang bagi

asuransi syarih untuk berkiprah di dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Namun, untuk

Asuransi Syariah| 1
memahi mengenai konsep maupun mekanisme dari asuransi syariah diperlukan sebuah

penalaran lebih lanjut dari sumber-sumber mendukung dan terpercaya, agar masyarakat

tidak lagi salah mengartikan asuransi syariah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka adapun rumusan masalah,


yaitu:

1.2.1 Apa yang dimaksud asuransi syariah ?

1.2.2 Bagaimana sejarah asuransi syariah ?

1.2.3 Apa dasar hukum asuransi syariah ?

1.2.4 Apa prinsip dari asuransi syariah ?

1.2.5 Apa akad-akad yang digunakan dalam asuransi syariah ?

1.2.6 Ada berapa jenis-jenis produk pada asuransi syariah ?

1.2.7 Hal-hal penting apa yang terdapat dalam asuransi syariah ?

1.2.8 Ada berapa sistem pada asuransi syariah ?

1.2.9 Bagaimana mekanisme pada asuransi syariah ?

1.2.10 Apa perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan penulisan yaitu:

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian asuransi syariah

1.3.2 Untuk mengetahui sejarah asuransi syariah

1.3.3 Untuk mengetahui dasar hukum asuransi syariah

1.3.4 Untuk mengetahui prinsip dari asuransi syariah

Asuransi Syariah| 2
1.3.5 Untuk mengetahui akad-akad yang digunakan dalam asuransi syariah

1.3.6 Untuk mengetahui jenis-jenis produk pada asuransi syariah

1.3.7 Untuk mengetahui hal-hal penting yang terdapat dalam asuransi syariah

1.3.8 Untuk mengetahui sistem pada asuransi syariah

1.3.9 Untuk mengetahui mekanisme pada asuransi syariah

1.3.10 Untuk mengetahui perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional

1.4 Kegunaan Tulisan

1. Bagi Akademisi

Manfaat tulisan ini bagi akademisi adalah sebagai literatur untuk


pengembangan teori terkait serta memberikan arahan dan tambahan referensi bagi
kalangan akademisi untuk keperluan studi dan penelitian selanjutnya mengenai
topik permasalahan yang sama.

2. Bagi Masyarakat

Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah sebagai salah satu media
informasi untuk memperkenalkan asuransi syariah sebagai salah satu bagian
pengembangan dari lembaga keuangan syariah.

3. Bagi Lembaga Terkait

Manfaat penelitian ini bagi lembaga terkait adalah sebagai rujukan


maupun bahan pertimbangan dalam menyusun program-program maupun
regulasi-regulasi yang digunakan untuk mendukung pelaksaanaan operasional
asuransi syariah.

Asuransi Syariah| 3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asuransi Syariah

2.1.1 Secara etimologi

Dalam literature Arab, asuransi dikenal dengan sebutan at-takaful, yang


secara literal berarti pertanggungan yang berbalasan atau hal saling
menanggung.Selain itu, asuransi juga disebut dengan at-tamin yang berarti tenang
dalam arti ketenangan jiwa dan hilangnya rasa takut.1

2.1.2 Secara terminology

Fatwa No. 21/DSN-MUI/X/2001, asuransi syariah adalah usaha saling


melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi
dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.

2.2 Sejarah Asuransi Syariah

Praktek asuransi syariah telah ada sejak zaman sebelum Rasulullah Saw.
Asuransi merupakan budaya dari suku Arab Kuno. Praktek asuransi disebut
dengan aqilah. Kata aqilah secara sederhana dapat diartikan sebagai saling
memikul dan bertanggung jawab bagi keluarga. Hal ini dapat menggambarkan
bahwa suku Arab pada saat itu harus siap melakukan kontribusi finansial atas
nama pembunuh untuk membayar sejumlah uang kepada keluarga atau ahli waris
korban. Dalam aqilah, setiap anggota suku memberikan kontribusi yang fungsinya
untuk membayar uang darah (diyat) apabila salah satu anggota suku membunuh
anggota suku lain. Praktek aqilah sama halnya dengan praktek asuransi,
kontribusi yang diberikan sama seperti premi dalam asuransi. Sedangkan,
1
Amin Suma, Pengatar Ekonomi Syariah, (Bandung : Pustaka Setia, 2015), h. 374

Asuransi Syariah| 4
kompensasi yang diberikan kepada ahli waris korban sama dengan nilai
pertanggungan. Dengan demikian, maka suku arab pada zaman dahulu sudah
mempraktekkan asuransi dengan cara melakukan proteksi terhadap anggota
sukunya terhadap resiko pembunuhan yang bisa terjadi setiap saat tanpa di duga
sebelumnya.2

Berikut hadist yang berkaitan dengan asuransi syariah :


“Diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.A., dia berkata : berselisih dua
orang dari suku Huzail, kemudian salah satu wanita tersebut melempar
batu ke wanita yang lain sehingga mengakibatkan kematian wanita
tersebut beserta janin yang dikandungnya. Ahli waris dari wanita yang
meninggal tersebut mengadukan peristiwa tersebut kepada Rasulullah
Saw., maka Rasulullah Saw. memutuskan ganti rugi dari pembunuhan
terhadap janin tersebut degan membebaskan seorang budak laki-laki atau
perempuan, untuk memutuskan ganti rugi kematian wanita tersebut
dengan uang darah (diyat) yang dibayarkan oleh aqilah-nya (kerabat dari
orang tua laki-laki.”

Pada tahun 1979 Faisal Islamic Bank of Sudan memprakasai berdirinya


perusahaan asuransi syariah Islamic Insurance Co. Ltd. Di Sudan dan Islamic
Insurance Co.Ltd. di Arab Saudi. Keberhasilan asuransi syariah ini diikuti oleh
berdirinya Dar al-Mal al-Islami di Swisss, yang selanjutnya memperkenalkan
asuransi syariah ke Geneva. Di Eropa, asuransi syariah kedua bernama Islamic
Takaful Company (ITC) yang berdiri di Luksemburg pada tahun 1983, serta
Takaful Islam Bahamas di Bahamas dan al-Takaful al-Islami di Bahrain pada
tahun yang sama. Di Malaysia, Syarikat Takaful Sendirian Berhad berdiri pada
Tahun 1984. Sedangkan di Indonesia Asuransi takaful baru muncul npada tahun
1994 seiring dengan diresmikannya PT Syarikat Takaful Indonesia yang
kemudian mendirikan 2 anak perusahaan yaitu PT Asuransi Takaful keluarga pada
tahun 1994 dan PT Asuransi Umum pada Tahun 1995.3

2
Amin Suma, Pengatar Ekonomi Syariah, h. 375
3
Amin Suma, Pengatar Ekonomi Syariah, h. 376

Asuransi Syariah| 5
2.3 Dasar Hukum Asuransi Syariah4

Q.S. Al-Maidah ayat 2

“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


taqwa, dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.
Bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya”.

H.R. Muslim
“Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad bersabda:
Barangsiapa yang menghilangkan kesulitan duniawinya seorang mukmin, maka
Allah SWT akan menghilangkan kesulitanya pada hari kiamat. Barangsiapa yang
mempermudah kesulitan seseorang, maka Allah SWT akan mempermudah
urusannya di dunia dan di akhirat”.

2.4 Prinsip Asuransi Syariah

2.4.1 Tauhid (unity)

Prinsip tauhid (unity) adalah dasar utama dari setiap bentuk bangunan
yang ada dalam syariat Islam. Artinya bahwa dalam setiap gerak langkah serta
bangunan hukum harus mencerminkan nilai-nilai ketuhanan. Dalam asuransi
seharusnya setiap transaksi yang dilakukan harus sesuai dengan nilai-nilai
ketuhanan sehingga ada keyakinan bahwa Allah Swt selalu mengawasi gerak dan
langkah kita.5

2.4.2 Keadilan (justice)

Keadilan dalam hal ini dipahami sebagai upaya dalam menempatkan hak
dan kewajiban antara nasabah dan perusahaan asuransi.

2.4.3 Tolong menolong (ta’wun)

Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan berasuransi harus


didasari dengan semangat tolong-menolong (ta’awun) antara anggota. Seseorang
yang masuk asuransi, sejak awal harus mempunyai niat dan motivasi untuk
4
Kuat Ismanto, Asuransi Syariah (Tinjauan Asas-Asas Hukum Islam), (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar), h. 15.
5
Syafi’i Antonio, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional,
(Jakarta : Gema Insani Press, 2004), h. 30

Asuransi Syariah| 6
membantu dan meringankan beban temannya yang pada suatu ketika
mendapatkan musibah atau kerugian.

2.4.4 Kerjasama (cooperation)

Dalam asuransi, seorang peserta melakukan kerjasama dengan perusahaan


asuransi untuk dapat menghindari suatu resiko yang tidak pasti. Bentuk kerjasama
tersebut berwujud suatu akad, yaitu akad mudharabah atau musytarakah.6

2.4.5 Amanah (trustworthy)

Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan berasuransi harus


didasari dengan semangat tolong-menolong (ta’awun) antara anggota. Seseorang
yang masuk asuransi, sejak awal harus mempunyai niat dan motivasi untuk
membantu dan meringankan beban temannya yang pada suatu ketika
mendapatkan musibah atau kerugian.

2.4.6 Kerelaan (al-ridha)

Dalam bisnis asuransi, kerelaan dapat diterapkan pada setiap anggota


(nasabah) asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah
dana (premi) yang disetorkan keperusahaan asuransi, yang difungsikan sebagai
dana sosial.

2.4.7 Menjauhi riba, gharar, dan maisir

2.4.8 Kebahagiaan (falah)

Pada asuransi syariag, prinsip kebahagiaan (falah) juga dapat terwujud


dalam memilih lembaga keuangan syariah khususnya asuransi syariah, peserta
merasa lebih nyaman tidak dibayang-bayangi oleh adanya keharaman (unsure
riba, gharar, dan maisir).7

6
Syafi’i Antonio, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional,
h. 31.
7
Syafi’i Antonio, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional,
h. 32.

Asuransi Syariah| 7
2.5 Akad-Akad Asuransi Syariah

2.5.1 Tabarru’

Akad hibah dalam bentuk pemberian dana dari satu peserta kepada dana
tabarru’ untuk tujuan tolong menolong di antara peserta, yang tidak bersifat dan
bukan untuk tujuan komersial.8

2.5.2 Tijarah

Akad antara peserta secara kolektif atau secara individu dan perusahaan
dengan tujuan komersial.

1. Wakalah bil ujrah

Akad pemberian kuasa kepada perusahaan sebagai wakil peserta untuk


mengelola dana tabarru’ dan atau dana investasi peserta, sesuai keuasa atau
wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa ujrah (fee).

2. Mudharabah

Akad kerjasama yang memberikan kuasa kepada perusahaan sebagai


mudharib untuk mengelola investasi dana tabarru’ dan atau dana investasi
peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang diberikan, dengan imbalan bagi hasil
(nisabah) yang besarnya telah disepakati sebelumnya.

3. Mudharabah Musytarakah

Akad kerjasama yang memberikan kuasa kepada perusahaan sebagai


mudharib untuk mengelola investasi dana tabarru’ dan atau dana investasi
peserta, yang digabungkan dengan kekayaan perusahaan, sesuai kuasa atau
wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa bagi hasil (nisbah) yang
besarnya ditentukan berdasarkan komposisi kekayaan yang digabungkan dan telah
disepakati sebelumnya.

8
Syafi’i Antonio, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional,
h. 35.

Asuransi Syariah| 8
2.6 Jenis-Jenis Produk Pada Asuransi Syariah

2.6.1 Takaful keluarga (asuransi jiwa)

Merupakan bentuk asuransi syariah yang memberikan perlindungan dalam


menghadapi musibah kematian dan kecelakaan atas diri peserta asuransi takaful.

2.6.2 Takaful umum (asuransi kerugian)

Merupakan bentuk asuransi syariah yang memberikan perlindungan


finansial dalam menghadapi bencana atau kecelakaan atas harta benda milik
peserta takaful.9

2.7 Hal-hal Penting Pada Asuransi Syariah

2.7.1 Unsur premi

Premi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh tertanggung


kepada perusahaan asuransi berdasarkan kontrak asuransi yang telah dibuat.
Unsur premi pada asuransi syariah terdiri dari unsur tabarru’ dan tabungan
(untuk asuransi jiwa). Semakin tinggi usia dan semakin panjang masa
perjanjian, maka semakin besar pula nilai tabarru’-nya. Dalam buku M. Syakir
Sula, M.M Billah menyebut premi dengan istilah kontribusi atau dalam
bahasa fiqih disebut dengan al musahamah. Billah mengatakan bahwa, al
musahamah dalam perjanjian takaful adalah pertimbangan keuangan dari
bagian peserta yang merupakan kewajiban yang muncul dari perjanjian antara
peserta dan pengelola. Perjanjian takaful dalam kerja sama mutual pertimbangan
dibutuhkan tidak hanya dari satu pihak tapi kedua belah pihak. Sehingga
pengelola juga secara bersamaan terikat dalam perjanjian tadi, baik dalam
hak ganti rugi (klaim) maupun keuntungan.10

9
Kuat Ismanto, Asuransi Syariah (Tinjauan Asas-Asas Hukum Islam), h. 17.
10
Amin Suma, Pengatar Ekonomi Syariah, h. 378

Asuransi Syariah| 9
2.7.2 Sumber pembayaran klaim

Sumber pembayaran klaim berasal dari rekening tabarru. Yaitu rekening


dana tolong-menolong dari seluruh peserta yang sejak awal sudah diakadkan
dengan ikhlas oleh peserta untuk keperluan saudara-saudaranya apabila
ditakdirkan oleh Allah meninggal dunia atau mendapat musibah.

2.7.3 Pengelolaan dana asuransi syariah

Pada asuransi jiwa syariah (life insurance), untuk produk-produk yang


mengandung unsur saving dana yang dibayarkan peserta dibagi langsung, dibagi
dalam dua rekening yakni rekening peserta dan rekening tabarru. Kemudian total
dana diinvestasikan dan hasil investasi dibagi secara proporsional antara peserta
dan pengelola berdasarkan skim bagi hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.11

Kemudian pada asuransi kerugian syariah dimana tidak mengandung unsur


saving, terjadi akad mudharabah antara peserta dan pengelola. Kemudian total
kontribusi dana yang dibayarkan peserta diinvestasikan, dan hasil investasi
(surplus) setelah dikurangi beban asuransi terjadi bagi hasil antara peserta dan
pengelola sesuai kesepakatan. Dana yang dibayarkan peserta, kemudian terjadi
akad bagi hasil (mudharabah) antara peserta dan pengelola. Dana tersebut
kemudian di investasikan secara syariah dan di kurangi biaya-biaya operasional.
Selanjutnya surplus (profit) di bagi antara peserta dengan pengelola sesuai dengan
akad di awal tadi (missal 60:40). Bagian yang 60 % untuk pengelola setelah
dikurangi biaya administrasi dan management expenses, sisanya menjadi profit
bagi shareholder. Sedangkan bagian yang 40 % menjadi share of surplus for
participant atau peserta.

2.7.4 Investasi dana

Investasi dana-dana yang terkumpul dari peserta hanya bisa digunakan


sesuai dengan akad yang sesuai dengan syariat Islam. Islam mengajarkan agar
berusaha mengambil yang halal dan baik saja.Oleh karena itu asuransi syariah

11
Amin Suma, Pengatar Ekonomi Syariah, h. 379

Asuransi Syariah| 10
biasanya menginvestasikan dananya kepada bank-bank syariah ataupun lembaga
syariah lainnya.12

2.7.5 Kepemilikan dana

Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran ataupun kontribusi
merupakan milik peserta, asuransi syariah hanya bergerak sebagai pengelolaa.
Dana tersebut dapat diambil kapanpun kecuali dana tabarru, selama dana tersebut
dikembalikan dan terkena bunga ataupun biaya lain tanpa adanya potongan
sedikitpun sehingga dapat dibilang adil. Apabila peserta ingin meminjam
sebagaian dana tersebut maka pihak pengelola dapat meminjamkannya dengan
status pinjaman.

2.7.6 Keuntungan

Asuransi jiwa sangat tergantung pada investasi, profit yang diperoleh dari
investasi, yang dilakukan melalui instrumen investasi yang dibenarkan secara
syar’i, dilakukan juga bagi hasil (mudharabah). Asuransi kerugian diperoleh
melaui surplus underwriting, komisi reasuransi dan hasil investasi, bukan
seluruhnya menjadi milik perusahaan sebagaimana mekanisme yang ada di
asuransi konvensional. Tetapi, dilakukan bagi hasil (mudharabah) antara
perusahaan/pengelola dan peserta sebagaimana yang telah dijanjikan atau sesuai
akad di awal.

2.8 Sistem Pada Asuransi Syariah

2.8.1 Sistem yang tidak mengandung unsur tabungan

Pada sistem ini, peserta asuransi hanya membayarkan dana tabarru’ saja,
tanpa tabungan. Dana tabarru’ ini kemudian disimpan oleh pengelola pada akun
tersendiri yang terpisah dengan akun dari dana-dana lainnya. Dana-dana ini
fungsinya adalah untuk tujuan tolong menolong dan dibayarkan apabila peserta
meninggal dunia dan perjanjian berakhir (apabila terdapat surplus dana). Dana-
dana tabarru’ yang terkumpul juga akan diinvestasikan oleh perusahaan sesuai
12
Amin Suma, Pengatar Ekonomi Syariah, h. 379

Asuransi Syariah| 11
dengan prinsip-prinsip syariah. Keuntungan dari investasi tersebut dikurangi
dengan biaya administrasi, akan dibagi dengan perusahaan asuransi dengan
menggunakan prinsip mudharabah. Persentase pembagian mudharabah
ditentukan pada awal akad.13

2.8.2 Sistem yang mengandung unsure tabungan

Para peserta asuransi membayarkan dana tabarru’ sekaligus dengan dana


tabungan. Dana tabbaru’ merupakan dana yang diniatkan oleh para peserta untuk
tujuan tolong menolong, sedangkan dana tabungan adalah dana milik peserta yang
diserahkan kepada perusahaan asuransi yang kemudian diinvestasikan sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah. Keuntungan dari investasi tersebut setelah
dikurangi dengan biaya administrasi, akan dibagi dengan perusahaan asuransi
dengan menggunakan prinsip mudharabah. Persentase pembagian mudharabah
ditentukan pada awal akad.

2.9 Meknisme Asuransi Syariah

2.9.1 Underwriting

Underwriting adalah proses penafsiran jangka hidup seorang calon peserta


yang dikaitkan dengan besarnya resiko untuk menentukan besarnya premi.
Underwriting asuransi syariah bertujuan memberikan skema pembagian resiko
yang proposional dan adil diantara para peserta yang secara relatif homogen. 14
Pada asuransi syariah underwriting berperan :
1. Mempertimbangkan risiko yang diajukan. Proses seleksi yang dilakukan oleh
underwriting dipengaruhi oleh faktor usia, kondisi fisik atau kesehatan, jenis
pekerjaan, moral dan kebiasaan, besarnya nilai pertanggungan, dan jenis kelamin.
2. Memutuskan meneriama atau tidak risiko-risiko tersebut.
3. Menentukan syarat, ketentuan dan lingkup ganti rugi termasuk memastikan
peserta membayar premi sesuai dengan tingkat risiko, menetapkan besarnya

13
Syafi’i Antonio, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional,
h. 37.
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana
14

Prenadamedia Group, 214), h. 273

Asuransi Syariah| 12
jumlah pertanggungan, lamanya waktu asuransi, dan plan sesuai dengan tingkat
risiko peserta.
4. Mengenakan biaya upah (ijarah/fee) pada dana kontribusi peserta.
5. Mengamankan profit margin dan menjaga agar perusahaan asuransi tidak rugi.
6. Menjaga kestabilan dana yang terhimpun agar perusahaan dapat berkembang.
7. Menghindari anti seleksi.
8. Underwriting juga harus memperhatikan pasar kompetetif yang ada dalam
ketentuan tarif, penyebaran resiko dan volume, dan hasil survei.

2.9.2 Polis asuransi


Polis asuransi adalah surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta
asuransi dengan perusahaan asuransi. Polis asuransi merupakan bukti auntetik
berupa akta mengenai adanya perjanjian asuransi. Dalam asuransi syariah, untuk
menghindari unsur-unsur yang diharamkan di atas kontrak asuransi, maka
diberikan beberapa pilihan kontrak alternatif dalam polis asuransi tersebut. 15
Sebagai ilustrasi polis dengan akad Mudhorobah atau mudharabah musytarakah.
1. Pada akad mudhorobah peserta asuransi menyediakan modal untuk
dikelola oleh operator asuransi.
2. Sedangkan Mudhorobah musytarakah perusahaan asuransi sebagai
Mudhorib menyertakan modal atau dananya dalam investasi bersama dana
peserta. Dalam kontrak tercantum persetujuan kontribusi yang dijadikan
dana asuransi syariah dan pihak operator berhak mengelola dan
mengivestasikan dana asuransi untuk kepentingan perusahaan sesuai
dengan prinsip Mudhorobah. Peserta menyetujui kontribusinya dijadikan
tabarru’ dan digunakan untuk membantu peserta lain yang tertimpa
musibah dalam bentuk hibah.
3. Wakalah bil ujrah, yaitu pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan
asuransi untuk mengelola dana peserta dengan pemberian ujrah (fee).
Persetujuan kontribusi yang dimasukkan dapat dinvestasikan dan dikelola
sesuai dengan prinsip syariah, persetujuan pembayaran klaim/manfaat

15
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h. 275

Asuransi Syariah| 13
asuransi, provisi dan cadangan sesuai pedoman dan kebijakan otoritas.
Persetujuan membayar biaya wakalah bil ujrah.

2.9.3 Premi (Kontribusi) bagi peserta secara umum bermanfaat untuk menentukan
besar tabungan peserta asuransi, mendapatkan santunan kebajikan atau dana klaim
terhadap suatu kejadian yang mengakibatkan terjadinya klaim, menambahkan
investasi pada masa yang akan datang. Sedangkan bagi perusahaan premi berguna
untuk menambah investasi pada suatu usaha untuk dikelola. Premi yang
dikumpulkan dari peserta paling tidak harus cukup untuk menutupi tiga hal, yaitu
klaim resiko yang dijamin, biaya akusisi, dan biaya pengelolaan operasional
perusahaan.16 Premi dalam asuransi syariah umumnya dibagi beberapa bagian,
yaitu:
1. Premi tabungan, yaitu bagian premi yang merupakan dana tabungan
pemegang polis yang dikelola oleh perusahaan dimana pemiliknya akan
mendapatkan hak sesuai dengan kesepakatan dari pendapatan investasi
bersih. Premi tabungan dan hak bagi hasil investasi akan diberikan kepada
peserta bila yang bersangkutan dinyatakan berhenti sebagai peserta.
2. Premi tabarru’, yaitu sejumlah dana yang dihibahkan oleh pemegang polis
dan digunakan untuk tolong menolong dan menaggulangi musibah
kematian yang akan disantunkan kepada ahli waris bila peserta meninggal
dunia sebelum masa asuransi berakhir.
3. Premi biaya adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh peserta kepada
perusahaan yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan
dalam rangka pengelolaan dana asuransi.

2.9.4 Pengelolaan dana asuransi premi dapat dilakukan dengan akad mudharabah,
mudharabah musyarakah, atau wakalah bil ujrah. Pada akad mudhorobah,
keuntungan perusahaan asuransi syariah diperoleh dari bagian keuntungan dana
dari investasi (sistem bagi hasil). Para peserta asuransi syariah berkedudukan
sebagai pemilik modal dan perusahaan asuransi syariah berfungsi sebagai pihak

16
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h. 276

Asuransi Syariah| 14
yang menjalankan modal. Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana
itu dibagi antara peserta dan perusahaan sesuai ketentuan yang telah disepakati.
Pada akad mudharobah musyarakah, perusahaan asuransi bertindak
sebagai mudharib yang menyertakan modal atau dananya dalam investai bersama
dana para peserta. Perusahaan dan peserta berhak memperoleh bagi hasil dari
keuntungan yang diperoleh dari investasi. Sedangkan pada akad wakalah bil ujrah,
perusahaan berhak mendapatkan fee sesuai dengan kesepakatan. Para peserta
memberikan kuasa kepada perusahaan untuk mengelola dananya dalam hal:
kegiatan administrasi, pengelolaan dana, pembayaran klaim, underwriting,
pemasaran, dan investasi.
Dalam mendeskripsikan tentang cara atau mekanisme kerja asuransi
syariah ini, akan dibagi kepada dua pembahasan pokok sesuai dengan pembagian
asuransi syariah itu sendiri, yakni asuransi syariah keluarga dan asuransi umum.
Pembagian ini sangat penting dilakukan mengingat mekanisme kerja dari kedua
syariah itu memiliki sedikit perbedaan, yakni dalam pengelolaan premi yang
disetor kepada perusahaan asuransi syariah. Perbedaan itu muncul disebabkan
sesuatu yang diasuransikannya berbeda; kalau asuransi umum (kerugian) yang
diasuransikan itu harta atau hak milik peserta asuransi, sedangkan diasuransi
keluarga (jiwa) yang diasuransikan adalah diri peserta asuransi itu sendiri.

2.9.5 Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan
asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Ketentuan klaim dalam asuransi
syariah adalah :
1. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian
2. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan
3. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan
merupakan kewajiban perusahaan untuk memenuhinya
4. Klaim atas akad tabarru merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban
perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad.17

17
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h. 273

Asuransi Syariah| 15
2.9.6 Penutupan asuransi adalah berakhirnya perjanjian asuransi. Penyebabnya
dapat disebabkan oleh perjanjian yang berakhir secara wajar ataupun tidak wajar.

2.10 Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional18

Aspek Asuransi Syariah Asuransi Konvensional

Akad Akad sesuai dengan Akad tidak sesuai dengan


syariah, baik akad syariah (akad tukar
tabarru’ maupun akad menukar/jual beli namun
tijarah (wakalah, mengandung gharar dan
mudharabah, atau maisir)
mudharabah
musytarakah)
Kedudukan pihak Pemegang polis/peserta Pemegang
seagai pemilik dana polis/tertanggung
melakukan tolong mengalihkan risiko
menolong untuk (transfer of risk) kepada
menghadapi resiko (risk perusahaan asuransi.
sharing) melalui
pengumpulan dana Perusahaan asuransi
tabarru’. menanggung/menjamin
risiko yang dialihkan oleh
Perusahaan asuransi pemegang
syariah bertindak polis/tertanggung
sebagai pengelola
asuransi syariah
Pemisah dana Kontribusi/premi Premi tidak dipisahkan
asuransi syariah pengelolaannya karena
dialokasikan untuk : seluruhnya merupakan
a. Dana tabarru’ yang milik perusahaan asuransi
merupakan milik peserta konvensional
secara kolektif dan
digunakan untuk tolong
menolong.

b. Dana perusahaan
sebagai ujrah/fee bagi
perusahaan asuransi
syariah
Pengawasan Setiap perusahaan Tidak memiliki DPS
asuransi syariah wajib
memiliki DPS yang
berfungsi mengawasi dan
18
Amin Suma, Pengatar Ekonomi Syariah, h. 385

Asuransi Syariah| 16
memberikan saran atas
penerapan prinsip-prinsip
syariah.
Sumber Hukum Alquran, hadist, ijtihad, UU terkait dalam konstitusi
dan UU terkait dalam yang murni pemikiran
konstitusi manusia

Asuransi Syariah| 17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan


bahwa asuransi syariah merupakan suatu bentuk pengembangan dari lembaga
keuangan yang berbasiskan syariah. Sejarah munculnya asuransi syariah tidak
dapat terlepas dari praktik saling menanggung atau memberikan jaminan yang
dilakukan sejak zaman Arab kuno, yang berkembang hingga ke seluruh dunia
hingga saat ini. Pada umumnya asuransi syariah terdiri atas dua produk, yaitu
takaful keluarga dan takaful umum. Selain itu, di dalam asuransi syariah juga
terdapat dua jenis sistem yang dapat dipilih oleh nasabah ketika ingin mendaftar
menjadi bagian dari asuransi syariah, dengan mekanisme tertentu, dan tentunya
mekanisme tersebut tidak dapat dilepaskan dari unsur-unsur ketauhidan, keadilan,
tanpa unsure riba, gharar, dan masysir.

3.2 Saran

Terkait dengan asuransi syariah, sebagai masyarakat muslim penulis


menyarankan untuk menggunakan asuransi yang berbasis syariah. Karena dengan
menggunakannya atau beralih dari asuansi konvensional ke syariah berarti kita
dapat berkontribusi terhadap perkembangan dan kemajuan sistem ekonomi
syariah khususnya yang terkait dengan lembaga keuangan syariah. Selain itu,
penulis juga menyarankan kepada seluruh masyarakat utamanya yang beragama
muslim untuk senantiasa memelihara dan menjaga konsep-konsep Islam yang
mendukung berdirinya asuransi syariah, agar tidak ada salah persepsi atau salah
penafsiran terkait dengan mekanisme asuransi syariah yang kadang selalu
disamakan dengan asuransi konvensional.

Asuransi Syariah| 18
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Syafi’i. 2004. Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem
Operasional. Jakarta: Gema Insani Press.

Ismanto, Kuat. 2009. Asuransi Syariah (Tinjauan asas-asas hukum Islam).


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soemitra, Andri. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.

Suma, Amin. 2015. Pengantar Ekonomi Syariah. Bandung: Pustaka Setia.

Asuransi Syariah| 19

Anda mungkin juga menyukai