Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASURANSI SYARIAH
KONSEP ASURANSI SYARIAH

DOSEN PENGAMPU :
SITI FATIMAH, M.E

Disusun Oleh Kelompok 3 :


FITRIA NINGSIH
FIRMAN SAPUTRA

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SYARI’AH AL-MUJADDID
TANJUNG JABUNG TIMUR
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR
Pujisyukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih, yang telah
melimpahkan rahmat, inayah, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini . Semoga makalah ini dapat bermanfaat, bagi kita semua.
Besar harapan kami agar makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
bermanfaat bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini agar dapat lebih baik. Kami mengakui bahwa makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan.
Oleh karena itu kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Muara Sabak, 03Oktober 2023


Penyusun

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar belakang.........................................................................................................1
B.Rumusan masalah......................................................................................................2
C.Tujuan penulis...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. Asal Mula Asuransi Syariah.....................................................................................3
B. Makna Asuransi Syariah..........................................................................................5
C. Perbedaan Pendapat Ulama Tentang Asuransi Syariah.........................................11
BAB III PENUTUP.....................................................................................................5
A. Kesimpulan............................................................................................................8
B. Saran......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuransi syariah merupakan prinsip perjanjian berdasarkan hukum islam
antara perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan pihak lain, dalam
menerima amanah dalam mengelola dana peserta melalui kegiatan investasi
yang di selenggarakan sesuai dengan syariah.
Di Indonesia, perkembangan asuransi juga semangkin berkembang.
Lahirnya perusahaan asuransi syariah didukung dengan besarnya jumlah
penduduk yang beragama islam yang membutuhkan suatu lembaga keuangan
islami sehingga setiap interaksi muamalah yang dilakukannya sesuai dengan
syariah. Karena pada dasarnya masyarakat muslim memandang operasional
asuransi konvensional dengan ragu-ragu, atau bahkan keyakinan bahwa praktek
itu cacat dari sudut pandang syari’at.1
Secara umum asuransi islam atau sering diistilahkan dengan takaful dapat
digambarkan sebagai asuransi yang prinsip operasionalnya didasarkan pada
syariat islam dengan mengacu kepada Al-Qur’an dan As-Sunah.2 Asuransi
dalam islam dikenal dengan istilah takaful yang berarti saling memikul resiko
di antara sesama orang, sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi
penanggung atas resiko yang lainnya. Saling pikul resiko ini dilakukan atas
dasar tolong-menolong dalam kebaikan dimana masing-masing mengeluarkan
dana/sumbangan/derma (tabarru’) yang ditunjuk untuk menanggung resiko
tersebut.3 Dalam asuransi islam terdapat akad yang dilakukan sebagai landasan
untuk menjalankan prinsip syariah, agar terhindar dari unsur riba, spekulasi,
kecurangan dan ketidakjelasan,sehingga masyarakat tidak ragu untuk

1 Husain Husain Syahatah, Asuransi Dalam Perspektif Islam, (Jakarta : Sinar Grafika Offset,
2006), hlm. 163
2 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan Dan Persuransian Syariah Indonesia,
(Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2007), hlm.136.
3 Muhammad Firdaus,Briefcase book Edukasi Profesional Syariah Sistem Operasional
Asuransi Syariah, (Jakarta : Renaisan, 2005), hlm. 17

1
melakukan kegiatan pada perusahaan asuransi syariah. Untuk lebih jelas dalam
makalah ini penulis akan menjelaskan tentang konsep asuransi syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal usul asuransi syariah ?
2. Apa makna dari asuransi syariah ?
3. Bagaimana perbedaan pendapat para Ulama tentang asuransi syariah ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahamiasal usul asuransi syariah
2. Untuk memahami makna dari asuransi syariah
3. Untuk memahami perbedaan pendapat para Ulama tentang asuransi syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal Mula Asuransi Syariah
Sejarah terbentuknya asuransi syariah dimulai sejak tahun 1979 yang
ditandai dengan berdirinya perusahaan asuransi di Sudan bernama Sudanese
Islamic Insurance. Perusahaan tersebut pertama kali memperkenalkan asuransi
syariah. Pada tahun yang sama sebuah perusahaan asuransi jiwa di Uni Emirat
Arab juga memperkennalkan asuransi syariah di wilayah Arab. Kemudian
asuransi syariah juga dikenal di Swiss yang ditandai dengan berdirinya asuransi
syariah bernama Dar al Mâl al Islâmi pada tahun 1981 yang selanjutnya
memperkenalkan asuransi syariah ke Jenewa. Di Eropa, asuransi syariah kedua
bernama Islamic Takafol Company (ITC) yang berdiri di Luksemburg pada
tahun 1983, dan diikuti oleh beberapa Negara lainnya.4
Secara prinsipil kajian ekonomi Islam selalu mengedepankan asas keadilan,
tolong-menolong, menghindari kezaliman,pengharaman riba, prinsip profit and
loss sharing serta penghilangan unsur gharar, Maka dari sini ditarik garis parallel
terhadap prinsip-prinsip yang harus ada dalam sebua institusi asuransi syariah.
Sebab, asuransi syariah secara teoritis masih menginduk kepada kajian ekonomi
Islam secara umum.5
Di samping prinsip dasar di atas yang harus dipenuhi oleh lembaga asuransi
syariah, asuransi syariah juga harus mengembangkan sebuah manajemen asuransi
secara mandiri, terpadu, professional serta tidak menyalahi aturan dasar yang
telah digariskan dalam syariah Islam.Untuktujuan menjaga agar selalu sesuai
dengan syari’at Islam maka pada setiap asuransi harus ada Dewan Pengawas
Syariah (DPS).6 Di sinilah ulama kontemporer bermain dalam menggali dan
menyusun sebuah kinerja dan manajemen asuransi syariah. Mengutip pernyataan
Nejatullah al Shiddiqi, bahwa asuransi syariah harus membawa unsur tolong-
menolong,seperti apa yang terjadi di awal sejarah asuransi yang menjadikan
4Ai Nurbayinah, Asuransi Syariah, (Jakarta : Salemba, 2023), hlm. 12
5 Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 10
6Asy’ari Suparmin, Asuransi Syariah, (Jakarta : Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), hlm. 12

3
prinsip tolong- menolong sebagai unsur utama di dalamnya. Asuransisyariah
mengemban tugas agar melakukan pembersihan unsur-unsur yang tidak sesuai
dengan syariah terhadap praktik yang dijalankan oleh asuransi konvensional.
Nilai-nilai seperti matrealistis, individualistis, kapitalis, harus dihapus, sebagai
gantinya dimasukkan semangat keadilan, kerja sama dan saling tolong-
menolong.7
Asuransi syariah di Indonesia merupakan sebuah cita-cita yang telah
dibangun sejak lama, dan telah menjadi sebuah lembaga asuransi modern yang
siapmelayani umat Islam Indonesia dan bersaing dengan lembaga asuransi
konvensional.
Adapun perkembangan asuransi syariah di Indonesia baru ada pada paruh
akhir tahun 1994, yaitu dengan berdirinya Asuransi Takaful Indonesia pada
tanggal 25 Agustus 1994, dengan diresmikannya PT Asuransi Takaful Keluarga
melalui SK Menkeu No. Kep-385/KMK.017/1994. Pendirian Asuransi Takaful
Indonesia diprakarsai oleh Tim Pembentuk Asuransi Takaful Indonesia
(TEPATI) yang diperoleh oleh ICMI melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank
Muamalat Indonesia Indonesia, Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Pejabat dari
Departemen Keuangan dan Pengusaha Muslim Indonesia. Melalui berbagai
seminar nasional dan setelah mengadakan studi banding dengan Takaful
Malaysia, akhir berdirilah PT Syarikat Takaful Indonesia (PT STI) sebagai
Holding Company pada tanggal 24 Februari 1994, kemudian PT STI mendirikan
2 anak perusahaan, yakni PT Asuransi Takaful Keluarga (Life Insurance) dan PT
Asuransi Takaful Umum (General Insurance). PT Asuransi Takaful Keluarga
diresmkan lebih awal pada tanggal 25 Agustus 1994 oleh Menteri Keuangan saat
itu. Setelah keluarnya izin operasional perusahaan pada tanggal 4 Agustus 1994.8
Berdasarkan data terakhir dari DSN MUI, jumlah asuransi syariah saat ini
telah mencapai 52 jenis asuransi, yang terdiri dari 43 asuransi syariah, 3
reasuransi syariah dan 6 broker asuransi dan reasuransi syariah.

7 Muhammad Ajib, Asuransi Syariah, (Jakarta Selatan: Rumah Fiqih Publishing, 2019), hlm.
25
8Moh. Muklis Sulaeman, dkk, Asuransi Syariah, (Padang : Anggota IKAPI, 2023), hlm. 33

4
B. Makna Asuransi Syariah
Asuransi syariah adalah usaha saling tolong menolong (ta’awuni) dan
melindungi (takaful) di antara para peserta untuk menghadapi risiko tertentu
melalui akad atau perikatan yang sesuai dengan prinsip syariah dan membayar
kontribusi asuransi yang dikelola oleh perusahaan asuransi syariah.
Pada asuransi syariah, setiap peserta sejak awal bermaksud saling
menolong dan melindungi dengan menyisihkan dana sebagai iuran kebajikan
yang disebut tabarru. Maka dari itu, asuransi syariah tidak menggunakan
pengalihan risiko (risktransfer) di mana tertanggung harus membayar premi,
tetapi menggunakan pembagian risiko (risksharing) di mana para peserta saling
menanggung.9
Sejumlah dana yang dibayarkan peserta terdiri atas dana tabungan
dan tabarru. Dana tabungan adalah dana titipan dari peserta asuransi syariah dan
akan mendapat alokasi bagi hasil (al-mudarabah) dari pendapatan investasi
bersih yang diperoleh setiap tahun. Dana tabungan beserta alokasi bagi hasil akan
dikembalikan kepada peserta apabila peserta yang bersangkutan mengajukan
klaim berupa klaim nilai tunai atau klaim manfaat asuransi.
C. Perbedaan Pendapat Ulama Tentang Asuransi Syariah
1. Pandangan Ulama yang Mengharamkan Asuransi
Dalam pemilahan pendapat seperti ini dilakukan agar dapat
menggambarkan secara tegas mana Ulama yang mengharamkan adanya
Asuransi. Pendapat yang pertama yaitu segala asuransi dalam segala
aspeknya adalah haram, termasuk Asuransi Jiwa, Asuransi Sosial, Maupun
Asuransi Komersial. Pendapat ini dikemukakan oleh kalangan Ulama seperti
Sayid Sabiq (pengarang Fiqh as-Sunnah), Abdullah Al- Qalqili (Mufti
Yordan), Muhammad Yusuf Qordawi (pengarang al-Halal wa al-Haram fi
al-Islam), dan Muhammad Bakhit Al-Muth’i (Mufti Mesir). Menurut
pandangan kelompok ini asuransi diharamkan karena beberapa alasannya
diantara lain adalah:

9Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm. 3

5
a. Asuransi mengandung unsur perjudian (Maisyir) yang dilarang dalam
Islam.
b. Asuransi mengandung ketidak pastian (Gharar).
c. Asuransi mengandung unsur riba/ranten yang secara jelas dan tegas
dlarang dalam Islam.
d. Asuransi bersifat eksploitasi karena jika peserta tidak sanggup
melanjutkan pembayaran premi sesuai dengan perjanjian maka premi
hangus/ hilang atau dikurangi secara tidak adil (peserta dizalimi).
e. Premi-premi yang sudah dibayarkan seringkali akan diputar dalam
praktik-praktik riba.
f. Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang yang bersifat
tidak tunai (akad sharf).
g. Pada Asuransi Jiwa menjadikan hidup/mati seseorang sebagai obyek
bisnis, yang berarti mendahului takdir Allah10
2. Pandangan Ulama yang Menghalalkan Asuransi
Sedangkan Ulama yang menyatakan bahwa asuransi hukumnya halal
atau diperbolehkan dalam Islam dikemukakan oleh Abdul Wahab Khalaf
(pengarang Ilmu Ushul al-Fiqh), Mustafa Ahmad Zarqa (Guru Besar Hukum
Islam pada Fakultas Syariah Universitas Syiria), Muhammad Yusuf Musa
(Guru Besar Hukum Islam di Universitas Cairo Mesir), Muhammad
Nejatullah Siddiq, dan Abdurahman Isa (pengarang kitab al-Muamallah al-
Haditsah wa Ahkamuha). Adupun beberapa alasan yang mereka kemukakan
yaitu:
a. Tidak ada nash (al-Qur’an dan Sunnah) yang secara jelas dan tegas
melarang kegiatan asuransi.
b. Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak baik penanggung
maupun tertanggung.
c. Saling menguntungkan kedua belah pihak

10Khoiril Anam, Asuransi Syariah, (Solo : Tiga Serangkai, 2007), hlm. 25

6
d. Asuransi dapat berguna bagi kepentingan umum, sebab premi yang
terkumpul dapat diinvestasikan untuk proyek-proyek yang produktif dan
pembangunan. Atau dengan kata lain lemaslahatan dari usaha asuransi
lebih besar dari pada mudharatnya.
e. Asuransi dikelola berdasarkan akad mudharabah (bagi hasil).
f. Asuransi termasuk kategori koperasi (Syirkah Taawuniyah), usaha
bersama yang didasarkan pada prinsip tolong-menolong.
g. Asuransi dianologikan (diqiyaskan) dengan dana pensiunan seperi
Taspen
3. Pandangan DSN-MUI Tentang Asuransi
Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No: 21/DSN-MUI/X/2001 tentang
pedoman umum asuransi syariah sebagai berikut:
a. Firman allah tentang perintah mempersipkan hari depan : Hai orang-
orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat) dan bertaqwalah kepada allah. Sesungguhnya Allah maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Hasyr(59) ayat 18).
b. Firman Allah tentang perintah saling tolong-menolong dalam perbuatan
positif, antara lain: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada allah, sesungguhnya
allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah (5) ayat 2).
Sedangkan dengan kaidah fikih menjelaskan atau menegaskan meliputi :
(1) pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang mengharamkannya. (2) segala mudharat harusdihindarkan sedapat
meungkin. (3) segala mudharat (bahaya) harus dihilangkan
11

11 Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001,Tentang pendoman umum asuransi Syari’ah

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Asuransisyariah dimulai sejak tahun 1979 yang ditandai dengan berdirinya
perusahaan asuransi di Sudan bernama Sudanese Islamic Insurance.
Perusahaantersebut pertama kali memperkenalkan asuransi
syariah.Asuransi syariah di Indonesia merupakan sebuah cita-cita yang
telah dibangun sejak lama, dan telah menjadi sebuah lembaga asuransi
modern yang siapmelayani umat Islam Indonesia dan bersaing dengan
lembaga asuransi konvensional.
2. Asuransi syariah adalah usaha saling tolong menolong (ta’awuni) dan
melindungi (takaful) di antara para peserta untuk menghadapi risiko
tertentu melalui akad atau perikatan yang sesuai dengan prinsip syariah dan
membayar kontribusi asuransi yang dikelola oleh perusahaan asuransi
syariah.
3. Pendapat para ulama tentang asuransi syariah, yaitu : Asuransi dengan
segala bentuknya diperbolehkan (seperti pendapat Mustafa Ahmad az-
Zarqa), jika terbatas dari unsur riba, maisir dan gharar, seperti yang
emnjadi dasar pemikiran kelompok ulama yang mengharamkan asuransi
selama masih ada unsur ribanya; Jika terjadi kecelakaan, bantuan hanya
diberikan kepada mereka yang terikat oleh kontrak ini dan para pemegang
saham perusahaan; Jumlah asli ditambah dengan keuntungan diberikan
kepada setiap pemegang saham yang akan dianggap sebagai hartanya,
sedangkan dana cadangan akan tetap sebagai wakaf(tabarru’); Perlu
adanya Dewan Pengawas Syari’ah Independen yang fungsinya betul-betul
mengontrol operasional sebuah perusahaan asuransi, apakah akad produk-
produk yang dikeluarkan perusahaan asuransi itu sudah sesuai dengan
ketentuan syari’ah Islam.

8
B. Saran
Dengan segala keterbatasan, selesailah makalah ini dengan jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kami selaku penyusun makalah mengharapkan
sebuah saran dan kritikan yang membangun agar kami bisa memperbaiki dalam
tugas dikemudian hari. Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan manfaat
yang menjadi amal jariyah bagi penulis ataupun pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA
Ajib, Muhammad. Asuransi Syariah, (Jakarta Selatan: Rumah Fiqih Publishing,
2019).
Ali, Zainuddin. Hukum Asuransi Syariah. (Jakarta: Sinar Grafika, 2008).
Anam, Khoiril. Asuransi Syariah. (Solo : Tiga Serangkai, 2007).
Dewi, Gemala. Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan Dan Persuransian Syariah
Indonesia. (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2007).
Firdaus, Muhammad. Briefcase book Edukasi Profesional Syariah Sistem
Operasional Asuransi Syariah. (Jakarta : Renaisan, 2005).
Nurbayinah, Ai. Asuransi Syariah. (Jakarta : Salemba, 2023).
Sulaeman, Moh Muklis. dkk. Asuransi Syariah. (Padang : Anggota IKAPI, 2023).
Suparmin, Asy’ari. Asuransi Syariah. (Jakarta : Uwais Inspirasi Indonesia, 2019).
Syahatah, Husain Husain. Asuransi Dalam Perspektif Islam. (Jakarta : Sinar Grafika
Offset, 2006).
Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001,Tentang pendoman umum asuransi Syari’ah

10

Anda mungkin juga menyukai