Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN ASURANSI SYARIAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Bank dan IKBN Syariah

Oleh:

Muafi Aulia Rachman (02040322022)

Dosen Pengampu:

Dr. Mugiyati, MEI

PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI SYARIAH

PASCASARJANA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas dari dosen pada
mata kuliah Manajemen Bank dan IKBN Syariah dengan judul makalah Manajemen Asuransi
Syariah.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari beberapa pihak tentangan tersebut bisa diatasi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu segala saran,
masukan, dan kritik dibutuhkan demi menyempurnakan makalah ini. Akhir kata, kami berharap
makalah ini semoga bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 15 Maret 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umat Islam dewasa ini memerlukan suatu sistem perlindungan terhadap risiko yang
mungkin menimpa diri, harta dan perusahaan yang dimiliki. Adapun asuransi konvensional
sebagai suatu sistem perlindungan yang wujud sekarang masih erat kaitannya dengan unsur-
unsur gharar, maisir dan riba yang dilarang dalam syariat Islam. Selain itu, bank-bank
syariah sebagai realisasi dari keinginan umat Islam dalam mengaplikasikan sistem keuangan
Islam juga memerlukan sebuah sistem perlindungan yang mekanisme kerjanya sejalan
dengan syariat Islam.
Di zaman modern ini keperluan kepada asuransi makin meningkat sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi dan perdagangan internasional. Asuransi adalah suatu kesepakatan
bersama antara anggota masyarakat untuk saling menjamin dan menanggung dengan cara
mengumpulkan uang dan membuat sebuah tabunga dana keuangan bersama yang digunakan
sebagai dana bantuan bagi seseorang yang ditimpa kesusahan.
Pendirian perusahaan-perusahaan asuransi juga telah memberikan sumbangan yang besar
terhadap sector ekonomi sebuah negara. Selain dapat memberikan bantuan keuangan kepada
individu dan negara, perusahaan juga memberikan keuntungan dari investasi di perusahaan
yang bergerak dalam pembangunan sektor-sektor penting negara, baik yang dikelola swasta
maupun pemerintah.
Namun pendirian asuransi dalam kegiatannya tidak dapat lepas dari hal-hal yang dilarang
oleh syariat Islam. Banyak para ulama yang berpendapat bahwa asuransi merupakan suatu
akad yang mengandung unsur riba, gharar, dan maisir serta banyak menimbulkan dampak
negatif di masyarakat. Banyak kasus seperti seseorang membunuh atau merusakkan sesuatu
miliknya sendiri atau orang lain dengan tujuan untuk memperoleh uang dari perusahaan
asuransi. Oleh karena itu, kajian-kajian mengenai asuransi terus dilakukan untuk menjawab
permasalahan ini yang pada akhirnya munculah konsep asuransi yang sesuai dengan hukum
Islam sebagai hasil kajian itu.
Pendirian perusahaan Asuransi syariah (takaful) adalah kesinambungan usaha para ulama
dalam mewujudkan suatu institusi jaminan perlindungan terhadap diri dan harta yang sesuai
dengan hukum Islam. Secara konsep, prinsip, dan falsafah takaful berlandaskan kepada
ajaran Islam bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Takaful menjadi suatu sistem asuransi
secara Islam yang mekanisme operasional kerjanya berdasarkan kepada apa yang dicita-
citakan para ulama yaitu suatu sistem perlindungan yang berlandaskan ajaran Islam untuk
memberikan kesejahteraan dan perpaduan masyarakat demi mengharap keridhaan Allah
SWT.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Asuransi Syariah (Takaful)


Kajian-kajian dan pembicaraan mengenai asuransi ini telah dilakukan oleh ulama dan
pakar ekonomi muslim dalam berbagai tulisan dan perbincangan, diskusi, seminar hingga
persidangan internasional. Pada tahun 1965, asuransi konvensional dibicangkan kembali
dalam Islamic Research Congres yang diadakan di Kairo dan isu asuransi ini kembali
dibahas di persidangan pada tahun 1969 di Kuala Lumpur. Pada tahun 1976 dalam
Persidangan Ekonomi Internasional Pertama yang diselenggarakan di Makkah, diputuskan
bahwa asuransi konvensional tidaklah mengamalkan maksud dan tujuan syariat yaitu saling
bekerjasama dan persaudaraan. Selanjutnya, persidangan ini menyeru untuk membentuk
sebuah komite yang terdiri dari para ulama syariat dan pakar ekonomi untuk menyediakan
rancangan sebuah sistem asuransi yang bebas dari riba, judi, dan mengutamakan konsep
saling bekerjsama yang selaras denga syariat dan dapat menggantikan kedudukan nilai
kemanfaatan yang ada pada asuransi konvensional.1
Pada Desember 1985, The Islamic Fiqh Academy di bawah Organisasi Konfrensi Islam
(OKI) pada saat membincangkan mengenai asuransi dan reasuransi (reinsurance) membuat
keputusan bahwa kontrak asuransi komersial yang ada sekarang adalah dilarang agama
(haram) dan alternative asuransi yang sesuai dengan syariat Islam adalah asuransi yang
diasaskan atas kerjasama yang berdasarkan sumbangan ikhlas dan saling membantu. Dengan
keputusan persidangan ini maka kaum muslimin harus mewujudkan dan mendirikan suatu
perusahaan asuransi yang sesuai dan dapat memenuhi keperluan masyarakat Islam modern.2
Setelah begitu banyak perbincangan mengenai asuransi secara Islam oleh ulama dan
pakar asuransi, maka mereka mencoba membuat rumusan dan kesimpulan tentang apakah
konsep-konsep Islam yang harus dijadikan asas falsafah asuransi secara Islam. Usulan yang
diutarakan amat banyak, tetapi secara keseluruhan tidak keluar dari konsep takaful. Takaful
kemudian dipakai sebagai nama untuk asuransi dan dipakai oleh perusahaan-perusahaan
yang menjalankan bisnia asuransi secara Islam daripada makna hakiki takaful itu sendiri.3
1
MA. Hasan, Nurul Ichsan, Pengantar Asuransi Syariah (Jakarta: Referensi, 2014),
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44857/1/Pengantar Asuransi Syariah.pdf.
2
Hasan, Nurul Ichsan.
3
Hasan, Nurul Ichsan.
B. Konsep Umum Asuransi Syariah (Takaful)
Dari segi bahasa, kata Takaful berasal dari akar kata Kafala yang artinya bermacang-
macam, yaitu mendukung, memberi makan. Takaful juga berarti saling membantu,
menolong, menjamin, menanggung satu sama lain. Dalam kitab Munjid takaful diartikan
dengan kalimat: Takafalal qaum: Kaffala ba’duhum ba’dh yang bermakna menyokong,
memelihara, memberikan sedekah, memberikan perlindungan dan perhatian atas urusan
seseorang.4
Menurut Abu Zahrah, definisi takaful sebagai tanggungan antara individu-individu yang
berada dalam masyarakat mereka, mereka saling menjamin antara satu dengan yang lain
atau saling membantu dalam hal kebajikan. Dengan demikian takaful merupakan suatu
tanggung jawab yang dipikul bersama antara kaum muslimin dan dalam hal ini ditujukan
untuk menolong, membantu dan menjamin seorang muslim yang lain dalam hal-hal yang
berkaitan dengan kebajikan.5
Berdasarkan Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
pengertian dari asuransi syariah adalah sebuah usaha untuk saling melindungi dan tolong
menolong di antara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk asset dan/atau tabarru’
yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad yang
sesuai dengan syariah.6
Menurut UU Nomor 40 Tahun 2014, asuransi syariah adalah kumpulan perjanjian yang
terdiri atas perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian
di antara para pemegang polis, dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip
syariah guna saling menolong dan melindungi dengan cara:7
1) Memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena kerugian,
kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti, atau

4
Dewi Oktayani, “Konsep Tolong Menolong Dalam Asuransi Syariah,” IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita 7,
no. 1 (2018): 39–50, http://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/122.
5
Hasan, Nurul Ichsan, Pengantar Asuransi Syariah.
6
Baginda Parsaulian, “PRINSIP DAN SISTEM OPERASIONAL ASURANSI SYARIAH ( TA ’ MIN , TAKAFUL ATAU
TADHAMUN ) DI INDONESIA Abstrak Pendahuluan Kelahiran Keuangan Syariah Ditandai Secara Resmi Dengan
Pendirian Bank Muamalat Indonesia Padatahun 1991 . Pendirian Bank Ini Diprakarsai” 2, no. 2 (2018).
7
Herry Ramadhani, “Prospek Dan Tantangan Perkembangan Asuransi,” Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam, 2015, 57–
66.
2) Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya peserta atau pembayaran
yang didasarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan
dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Dari beberapa pengertian asuransi syariah di atas, maka asuransi syariah merupakan
praktek tanggung menanggung diantara peserta untuk mendapatkan rasa aman, nyaman
untuk menghadapi resiko yang kemungkinan menimpa mereka berdasarkan prinsip-prinsip
syariah.

Asuransi syariah mempunya tiga prinsip utama. Ketiga prinsip ini berdasarkan kepada al-
Qur’an dan Hadits. Prinsip-prinsip tersebut adalah:8
1) Saling bertanggung jawab
Berdasarkan prinsip ini peserta-peserta asuransi setuju untuk saling bertanggungjawab
antara satu sama lain, memikul tanggungjawab dengan niat baik sebagai satu ibadah dan
hal ini merupakan tuntunan agama Islam. Rasulullah SAW menunjukkan pentingnya
saling bertanggungjawab antara umat muslim, yaitu:
“Hadis dari Nu’man bin Bashir r.a ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: kedudukan
hubungan persaudaraan dan perasaan orang-orang beriman antara satu dengan lain
seperti tubuh (jasad), apabila satu dari anggotanya tidak sehat, maka akan memberi
kasusan kepada seluruh badan.”
Hadits diatas memperlihatkan kepada kita akan kepentingan sifat saling
bertanggungjawab dalam usaha menguatkan, menyatukan dan mengharmonikan
masyarakat. Prinsip ini diletakkan sebagai prinsip utama takaful untuk memastikan
keselamatan dan keamanan masyarakat muslimin khususnya dalam bidang perlindungan
asuransi.
2) Saling bekerjasama atau tolong menolong
Sesuai dengan prinsip ini maka peserta asuransi setuju untuk bekerjasama dan saling
membantu antara satu sama lain. Islam menuntut umatnya bekerjasama dalam perkara-
perkara baik karena boleh menyuburkan perasaan taqwa. Islam juga mengajarkan
umatnya senantiasa hidup saling tolong-menolong dan bekerjasama dalam menegakkan

8
Junaidi Abdullah, “Akad-Akad Di Dalam Asuransi Syariah,” TAWAZUN : Journal of Sharia Economic Law 1, no. 1
(2018): 11, https://doi.org/10.21043/tawazun.v1i1.4700.
kebaikan dan mencegah kemungkaran. Sebagaimana dalam firman Allah SWT QS. Al-
Maidah 3:2
“Dan hendaklah kamu bertolong-tolongan untuk membuat kebajikan dan bertaqwa, dan
janganlah kamu bertolong-menolong pada melakukan dosa (maksiat) dan
permusuhan.”
3) Saling melindungi
Peserta asuransi Islam juga setuju untuk saling melindungi antara satu sama lain dari
segala kesusahan, bencana dan sebagainya. Ini penting karena keselamatan atau
keamanan adalah satu keperluan asasi dalam kehidupan manusia, sebagaimana dalam
hadits Nabi dijelaskan sebagai berikut:
“dari Sa’id dari Ibnu Shuraih sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Demi Allah
SWT tidak beriman, Demi Allah SWT tidak berimana Demi Allah SWT tidak beriman,
ditanya siapa ya Rasulullah: Siapa yang tidak memberi perlindungan tetangganya yang
terhimpit.”

Secara umum, ada beberapa perbedaan antara asuansi syariah dan konvensional, yakni:9

No Prinsip Asuransi konvensional Asuransi syariah


1 Konsep Perjanjian antara dua Sekumpulan orang yang
pihak atau lebih, dimana saling membantu, saling
pihak penanggung menjamin, dan bekerja
mengikatkan diri kepada sama, dengan cara
tertanggung dengan masing-masing
menerima premi asuransi mengeluarkan dana
untuk memberikan tabarru’
pergantian kepada
tertanggung
2 Asal Usul Perjanjian Hamurabi di Praktek Aqilah di dunia
Babilonia Arab
3 Sumber Hukum Pikiran manusia dan Al-Quran, sunnah, ijma.
kebudayaan Qiyas, istihsan, fatwa, urf,
dan Maslahah mursalah
4 Maisir, Gharar, dan Tidak selaras dengan Tidak mengandung unsur
syariat Islam karena maisir, gharar, dan riba
Riba
adanya unsur maisir,
gharar, dan riba
9
Imaniar dan Umi Karimatul azizah Mahmuda, “Studi Komparasi Asuransi Syariah Dengan Asuransi Konvensional,”
Jurnal Al-Yasini 04, no. 01 (2019): 56–69.
5 DPS (Dewan Tidak mempunya DPS Mempunyai DPS
Pengawas Syariah)
6 Akad Akad jual beli, akad Akad tabarru’ dan akad
idz’aan, akad gharar, serta tijarah
akad mulzim
7 Jaminan/risiko Transfer of risk, dimana Sharing of risk, dimana
adanya perpindahan risiko terjadi proses saling
dari tertanggung kepada menanggung antara satu
penanggung peserta dengan peserta
lainnya.
8 Pengelolaan dana Tidak ada pemisahan dana. Pada produk saving (life)
Ini akan berakibat pada terjadi pemisahan dana yaitu
terjadinya dana hangus dana tabarru’, derma, serta
dana peserta sehingga tidak
mengenal dana hangus.
Sedangkan untuk asuransi
jiwa dan kerugian, semua
dana bersfat tabarru’
9 Investasi Bebas melakukan investasi Dapat melakukan investasi
dalam batas-batas ketentuan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan, dan perundanganundangan dan
tidak dibatasi oleh hal halal tidak bertentangan dengan
dan haramnya obyek atau prinsip-prinsip syariah
sistem investasi yang
digunakan
10 Kepemilikan dana Dana yang terkumpul dari Dana yang terkumpul dari
premi peserta seluruhnya peserta dalam bentuk iuran
menjadi milik perusahaan. atau kontribusi merupakan
milik peserta. Perusahaan
hanya sebagai pemegang
amanah dalam mengelola
dana tersebut
11 Unsur premi Unsur premi terdiri dari tabel Iuran atau kontribusi terdiri
mortalitas, bunga, serta dari unsur tabarru’ dan
biaya-biaya asuransi tabungan (yang tidak
mengandung unsur riba).
Tabarru’ juga dihitung dari
tabel mortalitas tetapi tanpa
perhitungan bunga

12 Sumber pembayaran Dari rekening perusahaan Dari rekening tabarru’


klaim
13 keuntungan Diperoleh dari surplus Diperoleh dari surplus
underwriting, komisi underwriting, komisi
reasuransi, serta hasil reasuransi, serta hasil
investasi yang dilakukan investasi. Akan tetapi,
perusahaan seluruh keuntungan itu
bukan milik perusahaan
karena harus dilakukan bagi
hasil (mudharabah) dengan
peserta

C. Manajemen Operasional Asuransi Syariah


Sistem asuransi Islam takaful memiliki dua mekanisme utama yang merupakan prinsip
dasar operasi perusahaan takaful yaitu asas al-mudharabah dan asas tabarru’. Dengan
adanya kedua prinsip dasar ini menjadikan sistem asuransi takaful itu dapat selaras dengan
hukum syari’at. Selain dari itu, perusahaan takaful juga mempunyai konsep wakalah dan
wadi’ah dalam menjalankan perniagaannya, akan tetapi konsep ini sudah termasuk dalam
teori al-mudharabah yaitu pemodal menyerahkan modal kepada pengusaha (perusahaan
takaful) atas azas amanah (titipan) dan wakalah (perwakilan) untuk diinvestasikan dan hasil
keuntungan akan dibagi sesuai perjanjian yang disepakati.10
Mekanisme perniagaan takaful dalam bentuk mudharabah ini dapat dilihat dari sumber
keuangan perusahaan takaful yang berasal dari keseluruhan uang premi dan keuntungan
investasi dari kumpulan uang premi (ra’sul mal). Kumpulan uang premi dibuat oleh
pemegang polis sebagai pemodal (shahibul mal), sementara kegiatan investasi kumpulan
uang tadi dikelola oleh perusahaan sebagai pengusaha (Mudharib). Keuntungan yang
diperoleh oleh perusahaan akan diberikan sebagiannya kepada setiap pemegang polis
asuransi. Terdapat dua jenis akaun yang ada dalam proses mekanisme takaful yaitu AKP
(Akaun Khas Peserta) dan AP (Akun Peserta), kesemua uang peserta itu akan dimasukkan
ke dalam dua akaun ini. Beberapa persen dari uang peserta akan dimasukkan ke dalam
Akaun Peserta untuk tujuan investasi yang halal dan tabungan. Keuntungan akan dibagikan
sesuai persentase pembagian untung dari kedua-dua akaun ini mengikut hukum al-
mudharabah sebagaimana yang telah dijelaskan dalam perjanjian.11
Sebagian lain dari operasi perusahaan takaful dijalankan dengan prinsip tabarru’, ini
berarti sebahagian uang akan menjadi sumbangan atau derma yang tidak diharapkan
keuntungan dan kembaliannya. Dengan prinsip tabarru’ ini perusahaan takaful hanya
sebagai pengurus dana kebajikan. Sesuai dengan tujuan dari tabarru’ itu sendiri yaitu untuk
10
Wiwik Saidatur Rolianah, “Analisis Tabarru Dan Klaim Peserta Pada Asuransi Syariah Di Indonesia,” Indonesian
Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) 2, no. 2 (2020): 103–13,
https://doi.org/10.31538/iijse.v2i2.393.
11
Rolianah.
mewujudkan dana keuangan bagi menyediakan bantuan bersama, maka dana inilah yang
akan dibayarkan kepada peserta yang menyertai takaful.12
Sesuai dengan prinsip tabarru’ sebagai dasar operasional perusahaan takaful, peserta
tidak memikirkan soal untung atau mendapatkan kembali modal yang disumbangkannya.
Semua kembali pada kebijakan manajerial perusahaan takaful dalam hal pemberian hadiah,
hibah, hadiah hiburan ataupun sebaliknya. Asas tabarru’ adalah lebih mudah dan tidak
menimbulkan masalah jia dilaksanakan oleh perusahaan, karena fungsi sebenarnya adalah
saling membantu secara kolektif. Mereka yang menjadi peserta dan tidak mengalami
musibah sewajarnya menolong yang lain.
D. Manajemen Sumber Dana dan Penyaluran Dana
Dalam operasionalnya pada asuransi Syari’ah yang membentuk bisnis seperti perseroan
terbatas (PT), sumber biaya menjadi sangat menentukan dalam perkembangan dan
kecepatan pertumbuhan industri. Sumber-sumber biaya tersebut dapat terdiri atas:13
a. Bagi hasil surplus underwriting yaitu bagi hasil yang diperoleh dari surplus
underwriting yang dibagi secara proporsional antara peserta dan mengelola dengan
nisbah yang ditetapkan sebelumnya.
b. Bagi hasil investasi adalah bagi hasil yang diperoleh secara proporsional berdasarkan
nisbah bagi hasil yang telah ditentukan, baik dari hasil investasi dana rekening
tabungan peserta maupun dari dana tabarru.
c. Dana pemegang saham yaitu dana yang dipersiapkan oleh para pemegang saham
sebagai modal setor bagi perusahaan.
d. Kontribusi biaya (Premi) yaitu sejumlah dana yang dibayarkan oleh peserta sesuai
dengan kesepakatan dalam akad.

Sistem operasional asuransi syari’ah adalah saling bertanggung jawab, bantu


membantu, dan saling melindungi antara para pesertanya. Perusahaan asuransi syari’ah
diberi kepercayaan atau amanah oleh para peserta untuk mengelolah premi,
mengembangkan dengan jalan yang halal, dan memberikan santunan kepada yang
mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian. Keuntungan perusahaan diperoleh dari
pembagian keuntungan dana peserta yang dikembangkan dengan prinsip mudarabah
12
Hasan, Nurul Ichsan, Pengantar Asuransi Syariah.
13
Agus Purnomo, “Analisis Pembayaran Premi Dalam Asuransi Syariah,” Al-Uqud : Journal of Islamic Economics 1,
no. 1 (2017): 27, https://doi.org/10.26740/jie.v1n1.p27-40.
(sistem bagi hasil). Para peserta takaful berkedudukan sebagai pemilik modal dan
perusahaan takaful berfungsi sebagai pemegang amanah.14

Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi antara peserta dan
perusahaan sesuai dengan keuntungan (nisbah) yang telah disepakati. Mekanisme
pengelolaan dana peserta (premi) dibagi menjadi dua yaitu :

a. Sistem pada produk saving (tabungan) yaitu setiap peserta membayar sejumlah
uang (premi) secara teratur kepada perusahaan.
b. Sistem pada produk non saving (non tabungan) yaitu setiap premi yang dibayar
oleh peserta, akan dimasukan dalam rekening tabarru’ perusahaan.

Pengelolaan dana sesuai dengan akad wakalah bil ujrah diatur dengan Fatwa
DSNMUI No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang akad wakalah bil ujrah pada asuransi
syari’ah dan reasuransi syariah di mana wakalah bil ujrah adalah pemberian kuasa dari
peserta kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dengan imbalan
pemberian ujrah (fee). Wakalah bil ujrah dapat diterapkan pada produk asuransi yang
mengandung unsur tabungan (saving) maupun unsur tabarru’ (non saving). Dalam akad
ini, perusahaan bertindak sebagai wakil (yang mendapat kuasa) untuk mengelola dana.
Peserta (pemegang polis) sebagai individu, dalam produk saving dan tabarru’, bertindak
sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk mengelola dana. Peserta sebagai suatu
badan/kelompok, dalam akun tabarru’ bertindak sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk
mengelola dana. Wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa yang
diterimanya, kecuali atas izin muwakkil (pemberi kuasa).15

Akad wakalah adalah bersifat amanah (yad amanah) dan bukan tanggungan (yad
dhaman) sehingga wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan
mengurangi fee yang telah diterimanya, kecuali karena kecerobohan atau wanprestasi.
Perusahaan asuransi sebagai wakil tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi,

14
Parsaulian, “PRINSIP DAN SISTEM OPERASIONAL ASURANSI SYARIAH ( TA ’ MIN , TAKAFUL ATAU TADHAMUN ) DI
INDONESIA Abstrak Pendahuluan Kelahiran Keuangan Syariah Ditandai Secara Resmi Dengan Pendirian Bank
Muamalat Indonesia Padatahun 1991 . Pendirian Bank Ini Diprakarsai.”
15
Amalia Fadilah and Makhrus Makhrus, “Pengelolaan Dana Tabarru’ Pada Asuransi Syariah Dan Relasinya Dengan
Fatwa Dewan Syariah Nasional,” Jurnal Hukum Ekonomi Syariah 2, no. 1 (2019): 87,
https://doi.org/10.30595/jhes.v2i1.4416.
karena akad yang digunakan adalah akad wakalah. Perusahaan asuransi selaku pemegang
amanah wajib menginvestasikan dana yang terkumpul dan investasi wajib dilakukan
sesuai dengan syari’ah. Dalam pengelolaan dana investasi, baik tabarru’ maupun
tabungan (saving), dapat digunakan akad wakalah bil ujrah dengan mengikuti ketentuan
seperti di atas, akad mudarabah dengan mengikuti ketentuan fatwa mudarabah.16

Pengelolaan dana sesuai dengan akad mudarabah musytarakah diatur dengan fatwa
DSN-MUI No.51/DSN-MUI/III/2006 tentang akad mudarabah musytarakah pada
asuransi syari’ah menjelaskan bahwa akad mudarabah musytarakah boleh dilakukan oleh
perusahaan asuransi, karena merupakan bagian dari hukum mudarabah. Mudarabah
musytarakah dapat diterapkan pada produk asuransi syariah yang mengandung unsur
tabungan (saving) maupun non tabungan (non saving).17

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Definisi dari asuransi syariah adalah praktek tanggung menanggung diantara peserta
untuk mendapatkan rasa aman, nyaman untuk menghadapi resiko yang kemungkinan menimpa
mereka berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Asuransi syariah mempunya tiga prinsip utama.

16
Purnomo, “Analisis Pembayaran Premi Dalam Asuransi Syariah.”
17
Purnomo.
Ketiga prinsip ini berdasarkan kepada al-Qur’an dan Hadits. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1)
Saling bertanggungjawab, 2) Saling bekerjasama atau tolong-menolong, 3) Saling melindungi.

Sistem asuransi Islam takaful memiliki dua mekanisme utama yang merupakan prinsip
dasar operasi perusahaan takaful yaitu asas al-mudharabah dan asas tabarru’. Dengan adanya
kedua prinsip dasar ini menjadikan sistem asuransi takaful itu dapat selaras dengan hukum
syari’at. Dalam operasionalnya pada asuransi Syari’ah yang membentuk bisnis seperti perseroan
terbatas (PT), sumber biaya menjadi sangat menentukan dalam perkembangan dan kecepatan
pertumbuhan industri. Sumbersumber biaya tersebut dapat terdiri atas: a) Bagi hasil surplus
underwriting, b) Bagi hasil investasi, c) Dana Pemegang Saham, d) Loading (kontribusi biaya).

Sistem operasional asuransi syari’ah adalah saling bertanggung jawab, bantu membantu,
dan saling melindungi antara para pesertanya. Perusahaan asuransi syari’ah diberi kepercayaan
atau amanah oleh para peserta untuk mengelolah premi, mengembangkan dengan jalan yang
halal, dan memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian.
Keuntungan perusahaan diperoleh dari pembagian keuntungan dana peserta yang dikembangkan
dengan prinsip mudarabah (sistem bagi hasil). Para peserta takaful berkedudukan sebagai
pemilik modal dan perusahaan takaful berfungsi sebagai pemegang amanah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Junaidi. “Akad-Akad Di Dalam Asuransi Syariah.” TAWAZUN : Journal of Sharia


Economic Law 1, no. 1 (2018): 11. https://doi.org/10.21043/tawazun.v1i1.4700.

Fadilah, Amalia, and Makhrus Makhrus. “Pengelolaan Dana Tabarru’ Pada Asuransi Syariah
Dan Relasinya Dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional.” Jurnal Hukum Ekonomi Syariah 2,
no. 1 (2019): 87. https://doi.org/10.30595/jhes.v2i1.4416.
Hasan, Nurul Ichsan, MA. Pengantar Asuransi Syariah. Jakarta: Referensi, 2014.
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44857/1/Pengantar Asuransi
Syariah.pdf.

Mahmuda, Imaniar dan Umi Karimatul azizah. “Studi Komparasi Asuransi Syariah Dengan
Asuransi Konvensional.” Jurnal Al-Yasini 04, no. 01 (2019): 56–69.

Oktayani, Dewi. “Konsep Tolong Menolong Dalam Asuransi Syariah.” IQTISHADUNA: Jurnal
Ilmiah Ekonomi Kita 7, no. 1 (2018): 39–50.
http://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/122.

Parsaulian, Baginda. “PRINSIP DAN SISTEM OPERASIONAL ASURANSI SYARIAH ( TA ’


MIN , TAKAFUL ATAU TADHAMUN ) DI INDONESIA Abstrak Pendahuluan
Kelahiran Keuangan Syariah Ditandai Secara Resmi Dengan Pendirian Bank Muamalat
Indonesia Padatahun 1991 . Pendirian Bank Ini Diprakarsai” 2, no. 2 (2018).

Purnomo, Agus. “Analisis Pembayaran Premi Dalam Asuransi Syariah.” Al-Uqud : Journal of
Islamic Economics 1, no. 1 (2017): 27. https://doi.org/10.26740/jie.v1n1.p27-40.

Ramadhani, Herry. “Prospek Dan Tantangan Perkembangan Asuransi.” Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis Islam, 2015, 57–66.

Rolianah, Wiwik Saidatur. “Analisis Tabarru Dan Klaim Peserta Pada Asuransi Syariah Di
Indonesia.” Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) 2, no. 2
(2020): 103–13. https://doi.org/10.31538/iijse.v2i2.393.

Anda mungkin juga menyukai