Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Bank dan IKBN Syariah
Oleh:
Dosen Pengampu:
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas dari dosen pada
mata kuliah Manajemen Bank dan IKBN Syariah dengan judul makalah Manajemen Asuransi
Syariah.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari beberapa pihak tentangan tersebut bisa diatasi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu segala saran,
masukan, dan kritik dibutuhkan demi menyempurnakan makalah ini. Akhir kata, kami berharap
makalah ini semoga bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat Islam dewasa ini memerlukan suatu sistem perlindungan terhadap risiko yang
mungkin menimpa diri, harta dan perusahaan yang dimiliki. Adapun asuransi konvensional
sebagai suatu sistem perlindungan yang wujud sekarang masih erat kaitannya dengan unsur-
unsur gharar, maisir dan riba yang dilarang dalam syariat Islam. Selain itu, bank-bank
syariah sebagai realisasi dari keinginan umat Islam dalam mengaplikasikan sistem keuangan
Islam juga memerlukan sebuah sistem perlindungan yang mekanisme kerjanya sejalan
dengan syariat Islam.
Di zaman modern ini keperluan kepada asuransi makin meningkat sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi dan perdagangan internasional. Asuransi adalah suatu kesepakatan
bersama antara anggota masyarakat untuk saling menjamin dan menanggung dengan cara
mengumpulkan uang dan membuat sebuah tabunga dana keuangan bersama yang digunakan
sebagai dana bantuan bagi seseorang yang ditimpa kesusahan.
Pendirian perusahaan-perusahaan asuransi juga telah memberikan sumbangan yang besar
terhadap sector ekonomi sebuah negara. Selain dapat memberikan bantuan keuangan kepada
individu dan negara, perusahaan juga memberikan keuntungan dari investasi di perusahaan
yang bergerak dalam pembangunan sektor-sektor penting negara, baik yang dikelola swasta
maupun pemerintah.
Namun pendirian asuransi dalam kegiatannya tidak dapat lepas dari hal-hal yang dilarang
oleh syariat Islam. Banyak para ulama yang berpendapat bahwa asuransi merupakan suatu
akad yang mengandung unsur riba, gharar, dan maisir serta banyak menimbulkan dampak
negatif di masyarakat. Banyak kasus seperti seseorang membunuh atau merusakkan sesuatu
miliknya sendiri atau orang lain dengan tujuan untuk memperoleh uang dari perusahaan
asuransi. Oleh karena itu, kajian-kajian mengenai asuransi terus dilakukan untuk menjawab
permasalahan ini yang pada akhirnya munculah konsep asuransi yang sesuai dengan hukum
Islam sebagai hasil kajian itu.
Pendirian perusahaan Asuransi syariah (takaful) adalah kesinambungan usaha para ulama
dalam mewujudkan suatu institusi jaminan perlindungan terhadap diri dan harta yang sesuai
dengan hukum Islam. Secara konsep, prinsip, dan falsafah takaful berlandaskan kepada
ajaran Islam bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Takaful menjadi suatu sistem asuransi
secara Islam yang mekanisme operasional kerjanya berdasarkan kepada apa yang dicita-
citakan para ulama yaitu suatu sistem perlindungan yang berlandaskan ajaran Islam untuk
memberikan kesejahteraan dan perpaduan masyarakat demi mengharap keridhaan Allah
SWT.
BAB II
PEMBAHASAN
4
Dewi Oktayani, “Konsep Tolong Menolong Dalam Asuransi Syariah,” IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita 7,
no. 1 (2018): 39–50, http://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/122.
5
Hasan, Nurul Ichsan, Pengantar Asuransi Syariah.
6
Baginda Parsaulian, “PRINSIP DAN SISTEM OPERASIONAL ASURANSI SYARIAH ( TA ’ MIN , TAKAFUL ATAU
TADHAMUN ) DI INDONESIA Abstrak Pendahuluan Kelahiran Keuangan Syariah Ditandai Secara Resmi Dengan
Pendirian Bank Muamalat Indonesia Padatahun 1991 . Pendirian Bank Ini Diprakarsai” 2, no. 2 (2018).
7
Herry Ramadhani, “Prospek Dan Tantangan Perkembangan Asuransi,” Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam, 2015, 57–
66.
2) Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya peserta atau pembayaran
yang didasarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan
dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Dari beberapa pengertian asuransi syariah di atas, maka asuransi syariah merupakan
praktek tanggung menanggung diantara peserta untuk mendapatkan rasa aman, nyaman
untuk menghadapi resiko yang kemungkinan menimpa mereka berdasarkan prinsip-prinsip
syariah.
Asuransi syariah mempunya tiga prinsip utama. Ketiga prinsip ini berdasarkan kepada al-
Qur’an dan Hadits. Prinsip-prinsip tersebut adalah:8
1) Saling bertanggung jawab
Berdasarkan prinsip ini peserta-peserta asuransi setuju untuk saling bertanggungjawab
antara satu sama lain, memikul tanggungjawab dengan niat baik sebagai satu ibadah dan
hal ini merupakan tuntunan agama Islam. Rasulullah SAW menunjukkan pentingnya
saling bertanggungjawab antara umat muslim, yaitu:
“Hadis dari Nu’man bin Bashir r.a ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: kedudukan
hubungan persaudaraan dan perasaan orang-orang beriman antara satu dengan lain
seperti tubuh (jasad), apabila satu dari anggotanya tidak sehat, maka akan memberi
kasusan kepada seluruh badan.”
Hadits diatas memperlihatkan kepada kita akan kepentingan sifat saling
bertanggungjawab dalam usaha menguatkan, menyatukan dan mengharmonikan
masyarakat. Prinsip ini diletakkan sebagai prinsip utama takaful untuk memastikan
keselamatan dan keamanan masyarakat muslimin khususnya dalam bidang perlindungan
asuransi.
2) Saling bekerjasama atau tolong menolong
Sesuai dengan prinsip ini maka peserta asuransi setuju untuk bekerjasama dan saling
membantu antara satu sama lain. Islam menuntut umatnya bekerjasama dalam perkara-
perkara baik karena boleh menyuburkan perasaan taqwa. Islam juga mengajarkan
umatnya senantiasa hidup saling tolong-menolong dan bekerjasama dalam menegakkan
8
Junaidi Abdullah, “Akad-Akad Di Dalam Asuransi Syariah,” TAWAZUN : Journal of Sharia Economic Law 1, no. 1
(2018): 11, https://doi.org/10.21043/tawazun.v1i1.4700.
kebaikan dan mencegah kemungkaran. Sebagaimana dalam firman Allah SWT QS. Al-
Maidah 3:2
“Dan hendaklah kamu bertolong-tolongan untuk membuat kebajikan dan bertaqwa, dan
janganlah kamu bertolong-menolong pada melakukan dosa (maksiat) dan
permusuhan.”
3) Saling melindungi
Peserta asuransi Islam juga setuju untuk saling melindungi antara satu sama lain dari
segala kesusahan, bencana dan sebagainya. Ini penting karena keselamatan atau
keamanan adalah satu keperluan asasi dalam kehidupan manusia, sebagaimana dalam
hadits Nabi dijelaskan sebagai berikut:
“dari Sa’id dari Ibnu Shuraih sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Demi Allah
SWT tidak beriman, Demi Allah SWT tidak berimana Demi Allah SWT tidak beriman,
ditanya siapa ya Rasulullah: Siapa yang tidak memberi perlindungan tetangganya yang
terhimpit.”
Secara umum, ada beberapa perbedaan antara asuansi syariah dan konvensional, yakni:9
Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi antara peserta dan
perusahaan sesuai dengan keuntungan (nisbah) yang telah disepakati. Mekanisme
pengelolaan dana peserta (premi) dibagi menjadi dua yaitu :
a. Sistem pada produk saving (tabungan) yaitu setiap peserta membayar sejumlah
uang (premi) secara teratur kepada perusahaan.
b. Sistem pada produk non saving (non tabungan) yaitu setiap premi yang dibayar
oleh peserta, akan dimasukan dalam rekening tabarru’ perusahaan.
Pengelolaan dana sesuai dengan akad wakalah bil ujrah diatur dengan Fatwa
DSNMUI No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang akad wakalah bil ujrah pada asuransi
syari’ah dan reasuransi syariah di mana wakalah bil ujrah adalah pemberian kuasa dari
peserta kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dengan imbalan
pemberian ujrah (fee). Wakalah bil ujrah dapat diterapkan pada produk asuransi yang
mengandung unsur tabungan (saving) maupun unsur tabarru’ (non saving). Dalam akad
ini, perusahaan bertindak sebagai wakil (yang mendapat kuasa) untuk mengelola dana.
Peserta (pemegang polis) sebagai individu, dalam produk saving dan tabarru’, bertindak
sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk mengelola dana. Peserta sebagai suatu
badan/kelompok, dalam akun tabarru’ bertindak sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk
mengelola dana. Wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa yang
diterimanya, kecuali atas izin muwakkil (pemberi kuasa).15
Akad wakalah adalah bersifat amanah (yad amanah) dan bukan tanggungan (yad
dhaman) sehingga wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan
mengurangi fee yang telah diterimanya, kecuali karena kecerobohan atau wanprestasi.
Perusahaan asuransi sebagai wakil tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi,
14
Parsaulian, “PRINSIP DAN SISTEM OPERASIONAL ASURANSI SYARIAH ( TA ’ MIN , TAKAFUL ATAU TADHAMUN ) DI
INDONESIA Abstrak Pendahuluan Kelahiran Keuangan Syariah Ditandai Secara Resmi Dengan Pendirian Bank
Muamalat Indonesia Padatahun 1991 . Pendirian Bank Ini Diprakarsai.”
15
Amalia Fadilah and Makhrus Makhrus, “Pengelolaan Dana Tabarru’ Pada Asuransi Syariah Dan Relasinya Dengan
Fatwa Dewan Syariah Nasional,” Jurnal Hukum Ekonomi Syariah 2, no. 1 (2019): 87,
https://doi.org/10.30595/jhes.v2i1.4416.
karena akad yang digunakan adalah akad wakalah. Perusahaan asuransi selaku pemegang
amanah wajib menginvestasikan dana yang terkumpul dan investasi wajib dilakukan
sesuai dengan syari’ah. Dalam pengelolaan dana investasi, baik tabarru’ maupun
tabungan (saving), dapat digunakan akad wakalah bil ujrah dengan mengikuti ketentuan
seperti di atas, akad mudarabah dengan mengikuti ketentuan fatwa mudarabah.16
Pengelolaan dana sesuai dengan akad mudarabah musytarakah diatur dengan fatwa
DSN-MUI No.51/DSN-MUI/III/2006 tentang akad mudarabah musytarakah pada
asuransi syari’ah menjelaskan bahwa akad mudarabah musytarakah boleh dilakukan oleh
perusahaan asuransi, karena merupakan bagian dari hukum mudarabah. Mudarabah
musytarakah dapat diterapkan pada produk asuransi syariah yang mengandung unsur
tabungan (saving) maupun non tabungan (non saving).17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Definisi dari asuransi syariah adalah praktek tanggung menanggung diantara peserta
untuk mendapatkan rasa aman, nyaman untuk menghadapi resiko yang kemungkinan menimpa
mereka berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Asuransi syariah mempunya tiga prinsip utama.
16
Purnomo, “Analisis Pembayaran Premi Dalam Asuransi Syariah.”
17
Purnomo.
Ketiga prinsip ini berdasarkan kepada al-Qur’an dan Hadits. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1)
Saling bertanggungjawab, 2) Saling bekerjasama atau tolong-menolong, 3) Saling melindungi.
Sistem asuransi Islam takaful memiliki dua mekanisme utama yang merupakan prinsip
dasar operasi perusahaan takaful yaitu asas al-mudharabah dan asas tabarru’. Dengan adanya
kedua prinsip dasar ini menjadikan sistem asuransi takaful itu dapat selaras dengan hukum
syari’at. Dalam operasionalnya pada asuransi Syari’ah yang membentuk bisnis seperti perseroan
terbatas (PT), sumber biaya menjadi sangat menentukan dalam perkembangan dan kecepatan
pertumbuhan industri. Sumbersumber biaya tersebut dapat terdiri atas: a) Bagi hasil surplus
underwriting, b) Bagi hasil investasi, c) Dana Pemegang Saham, d) Loading (kontribusi biaya).
Sistem operasional asuransi syari’ah adalah saling bertanggung jawab, bantu membantu,
dan saling melindungi antara para pesertanya. Perusahaan asuransi syari’ah diberi kepercayaan
atau amanah oleh para peserta untuk mengelolah premi, mengembangkan dengan jalan yang
halal, dan memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian.
Keuntungan perusahaan diperoleh dari pembagian keuntungan dana peserta yang dikembangkan
dengan prinsip mudarabah (sistem bagi hasil). Para peserta takaful berkedudukan sebagai
pemilik modal dan perusahaan takaful berfungsi sebagai pemegang amanah.
DAFTAR PUSTAKA
Fadilah, Amalia, and Makhrus Makhrus. “Pengelolaan Dana Tabarru’ Pada Asuransi Syariah
Dan Relasinya Dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional.” Jurnal Hukum Ekonomi Syariah 2,
no. 1 (2019): 87. https://doi.org/10.30595/jhes.v2i1.4416.
Hasan, Nurul Ichsan, MA. Pengantar Asuransi Syariah. Jakarta: Referensi, 2014.
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44857/1/Pengantar Asuransi
Syariah.pdf.
Mahmuda, Imaniar dan Umi Karimatul azizah. “Studi Komparasi Asuransi Syariah Dengan
Asuransi Konvensional.” Jurnal Al-Yasini 04, no. 01 (2019): 56–69.
Oktayani, Dewi. “Konsep Tolong Menolong Dalam Asuransi Syariah.” IQTISHADUNA: Jurnal
Ilmiah Ekonomi Kita 7, no. 1 (2018): 39–50.
http://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/122.
Purnomo, Agus. “Analisis Pembayaran Premi Dalam Asuransi Syariah.” Al-Uqud : Journal of
Islamic Economics 1, no. 1 (2017): 27. https://doi.org/10.26740/jie.v1n1.p27-40.
Ramadhani, Herry. “Prospek Dan Tantangan Perkembangan Asuransi.” Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis Islam, 2015, 57–66.
Rolianah, Wiwik Saidatur. “Analisis Tabarru Dan Klaim Peserta Pada Asuransi Syariah Di
Indonesia.” Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) 2, no. 2
(2020): 103–13. https://doi.org/10.31538/iijse.v2i2.393.