Anda di halaman 1dari 8

CRITICAL REVIEW

JURNAL EKONOMIKA SYARIAH

Judul Jurnal : PRINSIP DAN SISTEM OPERASIONAL ASURANSI SYARIAH


(TA’MIN, TAKAFUL ATAU TADHAMUN) DI INDONESIA
Penulis : Baginda Parsaulian
Fakutas Ekonomi dan Bisnis Islam
IAIN Bukittinggi
Publikasi : Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik
Volume 2, Nomor 2, Juli - Desember 2018
Reviewer : Nurfadilah .S (18.23.009)
Tanggal Review : 18 April 2020

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam kehidupan, seorang manusia pasti akan mengalami sebuah musibah atau sebuah
masalah yang mana masalah tersebut akan menimbulkan sebuah kerugian atau risiko. Nah dalam
hal ini ada yang namanya asuransi, yang berfungsi sebagai solusi untuk mengatasi hal tersebut.
Sebagai orang muslim disini kami akan membahas mengenai akuntansi transaksi Asuransi yag
Syariah tentunya. Sehingga dengan adanya pembahasan ini maka kita akan tahu dan paham
mengenai akuntansi Asuransi. Akuntansi Asuransi yang akan kami bahas disini adalah yang
digunakan di lembaga keuangan syariah. Dalam akuntasi asuransi syariah ada beberapa prinsip
yang ada didalamnya yang harus diterpakan meliputi : saling bertanggung jawab, saling
bekerjasama, saling melindungi. Dan akuntnasi asuransi syariah dan konvensional mempunyai
perbedaan. Dan dengan ini kami akan mempersembahkan sebuah makalah yang akan memaparkan
hal-hal tersebut.
B. Tujuan

Tujuan yang di harapkan dari penyusun critical review ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep-konsep akuntansi asuransi syariah
2. Untuk mengetahui perbedaan akuntansi asuransi syariah dan asuransi konvensional
3. Untuk mengetahui implementasi akuntansi islam pada asuransi syariah

C. Sistematika pemyajian
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi critical review ini maka sistematika yang
digunakan adalah :
Bab I Pendahuluan : Merupakan bagian awal yang tersusun dari latar belakang, tujuan yang
diharapkan serta sistematika penyajiannya.
Bab II Tinjauan Pustaka : Berisi teori maupun peraturan terkait yang mendukung isi critical
review.
Bab III Review : Merupakan rangkuman dari jurnal terpilih.
Bab IV Kritik Terhadap Review : Berisi kritik dan masukan oleh penyusun terhadap isi maupun
cara penyajian jurnal terpilih.
Bab V Kesimpulan : Merupakan simpulan terhadap bab-bab sebelumnya pada penyususnan
critical review ini.
Bab VI Lesson Learned : Merupakan bagian akhir yang berisi pelajaran yang dapat diambil dari
isi jurnal terpilih.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Asuransi Menurut Syariah


Dalam bahasa Arab, Asuransi disebut at-ta’min, penanggung disebut mu’ammin, sedangkan
tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min. At-ta’min memiliki arti member
perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut. Men-ta’min-kan sesuatu, artinya
adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya
mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti
terhadap harta yang hilang, dikatakan ‘seseorang mempertanggungkan atau mengasurasnsikan
hidupnya, rumahnya atau mobilnya’.
Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan
tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau
tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syariah. Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang tidak
mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, dzulm (penganiayaan), risywah (suap),
barang haram dan maksiat.

Menurut Husain Hamid Hisan, mengatakan bahwa asuransi adalah sikap ta’awun yang telah
diatur dengan system yang sangat rapih, antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap
mengantisipasi suatu peristiawa. Jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka
semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian
(derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian (derma) tersebut, mereka
dapat menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa musibah.

B. Landasan Hukum Asuransi Syariah


Dari segi hukum positif, hingga saat ini asuransi syariah masih mendasarkan legalitasnya
pada UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang sebenarnya kurang mengakomodasi
asuransi syariah di Indonesia karena tidak mengatur mengenai keberadaan asuransi berdasarkan
prinsip syariah. Dengan kata lain, UU No. 2 Tahun 1992, tidak dapat dijadikan landasan hokum
yang kuat bagi asuransi syariah. Adapun peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan
pemerintah berkaitan dengan asuransi syariah yaitu :
a) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003 tentang
perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
b) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003 tentang
Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
c) Keputusan Direktur Jendral Lemabga Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000 tentang Jenis,
Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan
system Syariah.

C. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah


Prinsip utama dalam asuransi syaraiah adalah ta’awanu ‘ala al birr wa al-taqwa (tolong-
menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa) dan al-ta’min (rasa aman). Para pakar
ekonomi Islam mengemukakan bahwa asuransi syariah atau asuransi tafakul ditegakan atas tiga
prinsip utama, yaitu :
a. Saling bekerja sama atau Bantu-membantu.
Seorang muslim bagian dari sistem kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, seorang muslim
dituntut mampu merasakan dan memikirkan saudaranya yang akan menimbulkan sikap
saling membutuhkan dalam menyelesaikan masalah.
“Dan tolong menolonglah kamu (dalam mengerjakan)kebaikan dan taqwa. Dan jangan
tolong,menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”(QS.Al Maidah[5];2)

b. Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan satu sama lain.
Hubungan sesama muslim ibarat suatu badan yang apabila satu anggota badan terganggu
atau kesakitan maka seluruh badan akan ikut merasakan. Maka saling membantu dan tolong-
menolong menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem kehidupan masyarakat.
“Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan
terhadap orang yang meminta-minta maka, janganlah kamu menghardiknya”’.(Adh.Duiha
[93]9-10)

c. Sesama muslim saling bertanggungjawab


Kesulitan seorang muslim dalam kehidupan menjadi tanggung jawab sesama muslim.
Sebagaimana dalam firman Allah swt surat Ali Imran93) ayat 103.
“Dan peganglah kamu kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepamu ketika dahulu (masa Jahilliyah) bermusuh-musuhan,
maka, Allah merpersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-orang
bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
daripadanya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk”.

D. Manfaat Asuransi
Menurut Soemitra (255: 2010), Asuransi pada dasarnya dapat memberi manfaat bagi para peserta
asuransi antara lain sebagai berikut:
1) Rasa aman dan perlindungan.
2) Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil.
3) Berfungsi sebagai tabungan.
4) Alat penyebaran risiko. Dalam asuransi syariah risiko dibagi bersama para peserta sebagai
bentuk saling tolong menolong dan membantu diantara mereka.
5) Membantu meningkatkan kegiatan usaha karena perusahaan asuransi akan melakukan
investasi sesuai dengan syariah atas suatu bidang usaha tertentu.

BAB III REVIEW


Kelahiran keuangan syariah ditandai secara resmi dengan pendirian Bank Muamalat
Indonesia padatahun 1991. Pendirian bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI),
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), sekelompok pengusaha Muslim, dan Pemerintah
Indonesia. Bank ini mulai beroperasi pada bulan Mei 1992 setelah dikeluarkannya Undang-
Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 yang memberikan izin pengoperasian perbankan dengan
prinsip syariah. Dimulai dari permintaan publik, keuangan syariah terus berkembang di Indonesia
setiap tahun.
Menurut UU No. 40 tahun 2014 tentang perasuransian, usaha perasuransian adalah segala
usaha menyangkut jasa pertanggungan atau pengelolaan risiko, pertanggungan ulang risiko,
pemasaran dan distribusi produk asuransi atau produk asuransi syari’ah, konsultasi dan
keperantaraan asuransi, asuransi syariah, reasuransi, atau reasuransi syariah, atau penilaian
kerugian asuransi atau asuransi syari’ah.
Pengertian asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai
imbalan untuk :
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian,
kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu
peristiwa yang tidak pasti; atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran
yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan
dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Sistem operasional asuransi syari’ah adalah saling bertanggung jawab, bantu membantu,
dan saling melindungi antara para pesertanya. Perusahaan asuransi syari’ah diberi kepercayaan
atau amanah oleh para peserta untuk mengelolah premi, mengembangkan dengan jalan yang halal,
dan memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian.
Keuntungan perusahaan diperoleh dari pembagian keuntungan dana peserta yang dikembangkan
dengan prinsip mudarabah (sistem bagi hasil). Para peserta takaful berkedudukan sebagai
pemilik modal dan perusahaan takaful berfungsi sebagai pemegang amanah.
Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi antara peserta dan
perusahaan sesuai dengan keuntungan (nisbah) yang telah disepakati. Mekanisme pengelolaan
dana peserta (premi) dibagi menjadi dua yaitu :
a. Sistem pada produk saving (tabungan) yaitu setiap peserta membayar sejumlah uang
(premi) secara teratur kepada perusahaan.
b. Sistem pada produk non saving (non tabungan) yaitu setiap premi yang dibayar oleh
peserta, akan dimasukan dalam rekening tabarru’ perusahaan.

BAB IV KRITIK TERHADAP JURNAL


Secara umum, penjelasan mengenai asuransi syariah pada penelitian jurnal ini telah jelas
dan cukup lengkap. Yakni prinsip dan sistem operasional asuransi syariah (ta’min, takaful atau
tadhamun) di Indonesia.
Dalam konteks syariah, asuransi merupakan usaha kerjasama untuk saling melindungi dan
tolong-menolong di antara sejumlah orang dalam menghadapi musibah atau bencana melalui
perjanjian yang disepakati bersama sesuai dengan ajaran Islam. Perjanjian yang digunakan
menggunakan prinsip akad Takafuli yang artinya tolong-menolong dengan prinsip dasar Tabarru',
sedangkan pengelolaan dana menggunakan prinsip Mudharabah melalui investasi Syariah.
Perlu diperhatikan bahwa dalam Asuransi Syariah harus sesuai dengan Syariah Islam
dengan mempertimbangkan larangan yang harus dihindari yaitu tidak mengandung Gharar
(ketidakpastian), Maysir (perjudian), Riba (bunga), barang haram dan maksiat yang dilarang dalam
Islam. Untuk mendukung sistem syariah perlu digunakan akad yang tepat seperti berikut ini:
1. Akad Tijarah, yang mempunyai tujuan komersial yaitu mencari keuntungan
2. Akad Tabarru, yang mempunyai tujuan non profit yaitu untuk kebajikan dan tolong-menolong,
dan bukan untuk tujuan komersial. Beberapa poin penting dalam Akad Tabarru yaitu:
- Kesepakatan peserta untuk saling tolong-menolong (ta'awun),
- Hak dan kewajiban peserta serta perusahaan,
- Cara dan waktu pembayaran premi dan klaim,
- Ketentuan boleh atau tidak kontribusi ditarik kembali peserta dalam hal terjadi pembatalan
peserta,
- Ketentuan alternatif dan persentase pembagian Surplus Underwriting.

Berdasarkan sumber lain yaitu penelitian oleh Indra Suwandi Mahasiswa Pascasarjana
Universitas Indonesia, Program Studi Kajian Stratejik Timur Tengah dan Islam-Ekonomi
Keuangan Syariah, sumber dari Nisbah Bagi Hasil itu akan signifikan mempengaruhi besarnya
nominal/angka yang akan diterima oleh para peserta di kemudian hari. Ketidakjelasan yang
dimaksud dengan "Hasil" tersebut berisiko menimbulkan ketidakpastian (ada unsur gharar) dan
bisa menimbulkan perselisihan di kemudian hari.bila memang belum tercantum di dalam akad
asuransi syariah, perlu dicantumkan agar akad yang dibuat menjadi jelas dan pasti (tidak
mengandung unsur gharar).

BAB V KESIMPULAN
Asuransi merupakan sebuah lembaga keuangan Non-bank yang bertujuan untuk
memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan yang ditimbulkan oleh peristiwa
yang tidak diduga sebelumnya. Asuransi Syariah, merupakan sebuah sistem dimana para peserta
menginfaqkan atau menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk
membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan
disini hanya sebatas pengelolaan operasional asuransi dan investasi dari dana-dana atau kontribusi
yang diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.
Prinsip-prinsip yang dijalankan oleh asuransi syariah dalam mengoprasikan kegiatannya
antara lain Saling bekerja sama atau bantu-membantu, Saling melindungi dari berbagai kesusahan
dan penderitaan satu sama lain, saling bertanggung jawab, dan menghindari unsur-unsur yang
mengandung gharar, maysir dan riba. Perbedaan yang paling mendasar antara asuransi syariah
dengan asuransi kovensional adalah pada keberadaan Pengawasan Dewan Syariah (PDS), akad,
Investasi dana, kepemilikan dana, pembayaran klaim dan keuntungan.

BAB VI LESSON LEARNED


Dari segi tata kelola syariah, MUI sesuai dengan mandat yang diberikan kepadanya dan
sesuai dengan Keputusan MUI No. 754/MUI/II/1999 yang diterbitkan bulan Februari 1999,
mendirikan Dewan Syariah Nasional (DSN) sebagai suatu badan independen di dalam MUI. DSN-
MUI diberi tanggung jawab untuk menangani semua isu yang terkait dengan aktivitas lembaga
keuangan syariah dan meningkatkan kesadaran publik atas ekonomi dan keuangan. DSN-MUI
memberikan kontribusi secara aktif dalam memperluas cakupan pelayanan keuangan syariah
dengan memberikan dukungan peraturan bagi industri ini. Pada bulan April 2000, DSN-MUI
mengeluarkan 12 fatwa yang terkait dengan kontrak dan produk syariah yang ditawarkan oleh
bank-bank syariah dan lembaga keuangan lainnya.
Pengertian asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai
imbalan untuk :
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian,
kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu
peristiwa yang tidak pasti; atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran
yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan
dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Anda mungkin juga menyukai