BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam kehidupan, seorang manusia pasti akan mengalami sebuah musibah atau sebuah
masalah yang mana masalah tersebut akan menimbulkan sebuah kerugian atau risiko. Nah dalam
hal ini ada yang namanya asuransi, yang berfungsi sebagai solusi untuk mengatasi hal tersebut.
Sebagai orang muslim disini kami akan membahas mengenai akuntansi transaksi Asuransi yag
Syariah tentunya. Sehingga dengan adanya pembahasan ini maka kita akan tahu dan paham
mengenai akuntansi Asuransi. Akuntansi Asuransi yang akan kami bahas disini adalah yang
digunakan di lembaga keuangan syariah. Dalam akuntasi asuransi syariah ada beberapa prinsip
yang ada didalamnya yang harus diterpakan meliputi : saling bertanggung jawab, saling
bekerjasama, saling melindungi. Dan akuntnasi asuransi syariah dan konvensional mempunyai
perbedaan. Dan dengan ini kami akan mempersembahkan sebuah makalah yang akan memaparkan
hal-hal tersebut.
B. Tujuan
Tujuan yang di harapkan dari penyusun critical review ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep-konsep akuntansi asuransi syariah
2. Untuk mengetahui perbedaan akuntansi asuransi syariah dan asuransi konvensional
3. Untuk mengetahui implementasi akuntansi islam pada asuransi syariah
C. Sistematika pemyajian
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi critical review ini maka sistematika yang
digunakan adalah :
Bab I Pendahuluan : Merupakan bagian awal yang tersusun dari latar belakang, tujuan yang
diharapkan serta sistematika penyajiannya.
Bab II Tinjauan Pustaka : Berisi teori maupun peraturan terkait yang mendukung isi critical
review.
Bab III Review : Merupakan rangkuman dari jurnal terpilih.
Bab IV Kritik Terhadap Review : Berisi kritik dan masukan oleh penyusun terhadap isi maupun
cara penyajian jurnal terpilih.
Bab V Kesimpulan : Merupakan simpulan terhadap bab-bab sebelumnya pada penyususnan
critical review ini.
Bab VI Lesson Learned : Merupakan bagian akhir yang berisi pelajaran yang dapat diambil dari
isi jurnal terpilih.
Menurut Husain Hamid Hisan, mengatakan bahwa asuransi adalah sikap ta’awun yang telah
diatur dengan system yang sangat rapih, antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap
mengantisipasi suatu peristiawa. Jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka
semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian
(derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian (derma) tersebut, mereka
dapat menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa musibah.
b. Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan satu sama lain.
Hubungan sesama muslim ibarat suatu badan yang apabila satu anggota badan terganggu
atau kesakitan maka seluruh badan akan ikut merasakan. Maka saling membantu dan tolong-
menolong menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem kehidupan masyarakat.
“Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan
terhadap orang yang meminta-minta maka, janganlah kamu menghardiknya”’.(Adh.Duiha
[93]9-10)
D. Manfaat Asuransi
Menurut Soemitra (255: 2010), Asuransi pada dasarnya dapat memberi manfaat bagi para peserta
asuransi antara lain sebagai berikut:
1) Rasa aman dan perlindungan.
2) Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil.
3) Berfungsi sebagai tabungan.
4) Alat penyebaran risiko. Dalam asuransi syariah risiko dibagi bersama para peserta sebagai
bentuk saling tolong menolong dan membantu diantara mereka.
5) Membantu meningkatkan kegiatan usaha karena perusahaan asuransi akan melakukan
investasi sesuai dengan syariah atas suatu bidang usaha tertentu.
Sistem operasional asuransi syari’ah adalah saling bertanggung jawab, bantu membantu,
dan saling melindungi antara para pesertanya. Perusahaan asuransi syari’ah diberi kepercayaan
atau amanah oleh para peserta untuk mengelolah premi, mengembangkan dengan jalan yang halal,
dan memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian.
Keuntungan perusahaan diperoleh dari pembagian keuntungan dana peserta yang dikembangkan
dengan prinsip mudarabah (sistem bagi hasil). Para peserta takaful berkedudukan sebagai
pemilik modal dan perusahaan takaful berfungsi sebagai pemegang amanah.
Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi antara peserta dan
perusahaan sesuai dengan keuntungan (nisbah) yang telah disepakati. Mekanisme pengelolaan
dana peserta (premi) dibagi menjadi dua yaitu :
a. Sistem pada produk saving (tabungan) yaitu setiap peserta membayar sejumlah uang
(premi) secara teratur kepada perusahaan.
b. Sistem pada produk non saving (non tabungan) yaitu setiap premi yang dibayar oleh
peserta, akan dimasukan dalam rekening tabarru’ perusahaan.
Berdasarkan sumber lain yaitu penelitian oleh Indra Suwandi Mahasiswa Pascasarjana
Universitas Indonesia, Program Studi Kajian Stratejik Timur Tengah dan Islam-Ekonomi
Keuangan Syariah, sumber dari Nisbah Bagi Hasil itu akan signifikan mempengaruhi besarnya
nominal/angka yang akan diterima oleh para peserta di kemudian hari. Ketidakjelasan yang
dimaksud dengan "Hasil" tersebut berisiko menimbulkan ketidakpastian (ada unsur gharar) dan
bisa menimbulkan perselisihan di kemudian hari.bila memang belum tercantum di dalam akad
asuransi syariah, perlu dicantumkan agar akad yang dibuat menjadi jelas dan pasti (tidak
mengandung unsur gharar).
BAB V KESIMPULAN
Asuransi merupakan sebuah lembaga keuangan Non-bank yang bertujuan untuk
memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan yang ditimbulkan oleh peristiwa
yang tidak diduga sebelumnya. Asuransi Syariah, merupakan sebuah sistem dimana para peserta
menginfaqkan atau menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk
membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan
disini hanya sebatas pengelolaan operasional asuransi dan investasi dari dana-dana atau kontribusi
yang diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.
Prinsip-prinsip yang dijalankan oleh asuransi syariah dalam mengoprasikan kegiatannya
antara lain Saling bekerja sama atau bantu-membantu, Saling melindungi dari berbagai kesusahan
dan penderitaan satu sama lain, saling bertanggung jawab, dan menghindari unsur-unsur yang
mengandung gharar, maysir dan riba. Perbedaan yang paling mendasar antara asuransi syariah
dengan asuransi kovensional adalah pada keberadaan Pengawasan Dewan Syariah (PDS), akad,
Investasi dana, kepemilikan dana, pembayaran klaim dan keuntungan.