Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SISTEM OPERASIONAL ASURANSI DALAM MENGELIMINIR


GHARAR, MAISIR, DAN RIBA

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Asuransi Syariah

Oleh,

Ulfiani Dwi Yanti Mappa’ (18 0401 0141)

Dosen Pengampuh:
Mujahidin S.Pd., M.E.

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUS AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat taufik serta hidayah-Nya
sehingga terwujud makalah Asuransi Syariah, yang berjudul “Sistem
Operasional Asuransi Dalam Mengeliminir Gharar, Maisir, Dan Riba”.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sistem operasional
asuransi dalam mengeliminir gharar, maisir, dan riba. Saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan
jauh dari apa yang saya harapkan. Untuk itu, Saya berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Palopo, 19 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................1

C. Tujuan Penulisan............................................................................1

D. Manfaat Penulisan..........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Akad (Kontrak)...............................................................................3

B. Mekanisme Pengelolaan Dana........................................................5

C. Sumber Biaya Operasional..............................................................8

BAB III PENUTUP.......................................................................................10

A. Kesimpulan..................................................................................10

B. Saran.............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan


yang sangat pesat. Berbagai perusahaan asuransi berlomba-lomba menawarkan
program asuransi baik bagi masyarakat maupun perusahaan. Indonesia merupakan
Negara, dimana mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam. Namun
demikian, perkembangan produk-produk dengan prinsip syariah baru berkembang
kurang lebih 3-4 tahun yang lalu, salah satunya adalah produk asuransi
syariah. Seiring dengan perkembangan berbagai program syariah yang telah
diusung oleh lembaga keuangan lain, banyak perusahaan asuransi yang saat ini
juga  menawarkan program asuransi syariah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada makalah ini
sebagai berikut:
1. Apa akad (kontrak) dalam asuransi jiwa syariah?
2. Bagaimana mekanisme pengelolaan dana pada asuransi jiwa syariah?
3. Bagaimana sistem operasional dalam asuransi jiwa syariah?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan dari makalah
ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui akad (kontrak) dalam asuransi jiwa syariah.
2. Untuk mengetahui mekanisme pengelolaan dana pada asuransi jiwa syariah.
3. Untuk mengetahui sistem operasional dalam asuransi jiwa syariah.

1
D. Manfaat Penulisan
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang
berarti. Manfaat-manfaat yang dimaksud adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui akad (kontrak) dalam asuransi jiwa syariah.
2. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme pengelolaan dana dalam asuransi
jiwa syariah.
3. Mahasiswa dapat mengetahui sistem operasional pada asuransi jiwa syariah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Akad (Kontrak)
Akad adalah perjanjian tertulis yang memuat kesepakatan
tertentu beserta hak dan kewajiban para pihak sesuai prinsip syari’ah (PMKNo.18/
PMK.10/2010) Akad yang sesuai dengan syariah adalah akad yang tidak
mengandung gharar (penipuan), maysir  (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan),
risywah (suap), barang haram dan maksiat. (Fatwa DSN No.21/DSN-
MUI/X/2001). Sebagaimana dijelaskan dalam bab terdahulu bahwa akad merupak
an salah satu pokok persoalan dalam asuransi konvensional yang menjadikannya
diharamkan oleh para ulama. Oleh karena itu para ulama mencari solusi agar
bagaimana permasalahan gharar, maysir ,dan riba dapat di hindarkan.
Gharar yang muncul karena akad yang dipakai di asuransi konvensional
mirip dengan aqad tabaduli (akad jual beli) dalam fiqih muamalah. Sesuai dengan
syarat-syarat. Dalam akad jual beli, maka harus jelas pembayaran premi dan
berapa uang pertanggungan yang akan diterima. Masalah hukum (Syari’ah) disini
muncul karena kita tidak bisa menentukan secara tepat jumlah premi yang akan
dibayarkan, sekalipun syarat-syarat lainnya, penjual, pembeli, ijab kabul dan
jumlah uang pertanggungan dapat dihitung. Jumlah premi yang akan dibayarkan
amat tergantung pada takdir, tahun berapa kita meninggal atau mungkin sampai
akhir kontrak kita tetap hidup. Disinilah gharar terjadi. Dalam Asuransi Takaful,
masalah gharar ini dapat diatasi dengan mengganti akad tabaduli dengan akad
takafuli (tolong menolong) dan akad mudharabah (bagi hasil)1. Dengan adanya
akad takaful, maka persyaratan dalam akad pertukaran tidak perlu lagi. Sebagai
gantinya maka takaful menyiapkan rekening khusus sebagai rekening dana
tolongmenolong atau rekening tabarru yang telah diniatkan (diadakan) secara
ikhlas. Setelah peserta masuk Takaful. Dalam konsep syari’ah masalah gharar
dapat dieliminir karena akad yang dipakai bukanlah aqad tabaduli, tetapi aqad
takaful  atau tolong menolong dan saling menjamin. Dalam konsep takaful semua
1
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta : Gema Insani, 2004), hlm. 174.

3
peserta asuransi menjadi penolong dan penjamin satu sama lainnya. Sehingga jika
peserta (A) meninggal, peserta (B), (C) dan (Z) harus membantunya, demikian
sebaliknya.2

Dalam hal ini yang menjadi masalah adalah bagaimana jika peserta (A)
mengambil paket asuransi 10 tahun dengan besar uang pertanggungan misalnya
10 juta. Apabila pada tahun keempat, tuan (A ) berpulang ke Rahmatullah dan
baru bayar premi 4 juta, tapi ahli warisnya mendapat jumlah10 juta. Pertanyaan
yang muncul, dari mana sisa 6 juta diperoleh. Uang yang 6 juta inilah oleh para
ulama disebut  gharar  . Dalam konsep Takaful setiap pembayaran premi sejak
awal akan 
di bagi dua, yaitu masuk kerekening pemegang polis (peserta) dan satu lagi di
masukan ke dalam rekening khusus peserta yang telah diniatkan tabarru’ derma
untuk membentu saudaranyayang lain jika ada yang mendapat musibah. Dengan
demikian dari rekeningkhusus inilah sisa 6 juta di atas tadi diambil, dan semua
peserta sejak awalmasuk sudah mengikhlaskan untuk derma.
Masalah kedua adalah maysir yang artinya adanya salah satu pihak yang
untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian3, misalnya seorang peserta
dengan alasan tertentu ingin membatalkan kontraknya sebelum reveresing period,
biasanya tahun ketiga, maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali
uang yang telah dibayarkan (hangus) atau mungkin sebagian kecil saja. Disinilah
terjadi maysir , dimana ada pihak yanguntung dan ada pihak yang dirugikan.
Terjadinya unsur Maysir , sebagailanjutan dari pada asuransi konvensional.
Keuntungan dari pada asuransi juga dilihat sebagai hasil yang mengandung unsur
perjudian karena keuntungansangat tergantung dari pengalaman penanggung,
sehingga untung dan rugisuatu perusahaan tergantung kepada nasib, hal ini
mengandung gharar oleh karena itu termasuk judi. Masalah syari’ah di atas dapat
selesai dengan benarnya akad. Takaful telah merubah akadnya dan membagi
dana peserta kedalam dua rekening. Karena rekening khusus yang menampung

2
Ibid….., hlm. 175.
3
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2005), hlm.
208.

4
tabarru yang ada tidak bercampur dengan rekening peserta, maka reversing
period ditakaful terjadi sejak awal. Kapan saja peserta dapat mengambil uangnya
(karena pada hakekatnya itu adalah uang mereka sendiri), dan nilai tunai sudah
ada sejak awal tahun pertama ia masuk. Dan karenanya tidak ada unsur maysir,
karena tidak ada pihak yang diragukan.

Jenis-jenis akad yang akan digunakan di takaful dalam rangka


mengeliminir adanya gharar dan Maisir adalah :

a. Akad Tabarru (akad takafuli), dimana peserta dengan niat ikhlas


mendermakan sebagian hartanya untuk membentu saudara-saudaranya yang
lain apabila ada yang mengalami musibah. Sedangkan perusahaan sebagai
mudharib bertindak sebagai pemegang amanah atas pengelolaan dana
tesebut.
b. Akad Madharabah (bagi hasil) merupakan kontrak dari pemilik modal
dengan pengelola, dimana keuntungan dibagi menurut rasio atau presentase 
yang disepakati kedua belah pihak4. Dimana perusahaan bertindak sebagai
pemegang amanah untuk mengelola dan peserta sebagai Shahibul
Mal  berhak atas bagi hasil sebesar yang diperjanjikan. Dengan konsep
mudharobah ini sekaligus sebagai alternatif yang diberikan oleh syariah
untuk menghindari terjadinya riba.
Selanjutnya masalah ketiga adalah riba (bunga). Pada asuransi syariah,
masalah riba dieliminir dengan konsep mudharabah (bagi hasil). Seluruh bagian
dari proses operasional asuransi yang didalamnya menganut sistem riba, diganti
dengan akad mudharabah atau akad lainnya yang dibenarkan secara syar’i5.

B. Mekanisme Pengelolaan Dana

Dalam penegelolaan dana penanggung resiko, asuransi jiwa syariah tidak


memperbolehkan adanya gharar (ketidakpastian atau spekulasi) dan maisir 
(perjudian). Dalam investasi atau menejemen dana tidakdiperkenankan adanya
4
Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syari’ah Dalam Praktik, (Jakarta : Gema Insani, 2006),
hlm. 27.
5
Muhammad Syakir, Ibid….., hlm. 176.

5
riba (bunga). Ketiga larangan ini adalah area yangharus dihindari dalam praktik
asuransi syariah, dan yang menjadi pembeda utama dengan asuransi konvensional.
Dalam upaya menghindari gharar, pada setiap kontrak asuransi syariah harus
dibuat sejelas mungkin dan sepenuhnya terbuka. Keterbukaan itu dapat diterapkan
dikedua sisi, yaitu baik pada pokok permasalahan maupun pada ketentuan
kontrak. Tidak diperbolehkan didalam kontrak asuransi syariah bila terdapat
elemen yang tidak jelas pokok permasalahannya dan atau ruang lingkup
kontrak itu sendiri. Di dalam kontrak asuransi syariah tidak diperkenankan adanya
jual beli ketidakpastian (gharar) antara satu pihak dengan pihak lain.
Maisir (perjudian) timbul karena adanya gharar. Peserta (tertanggung)
mungkin memiliki kepentingan yang dipertanggungkan, tetapi apabil perpindahan
risiko (atau pembagian risiko dalam asuransi syariah)  berisielemen-elemen
spekulatif, maka tidak diperkenankan dalam asuransi syariah. Riba (bunga) sama
sekali dilarang di bawah hukum syariah dan dibawah pengaturan
asuransi syariah. Untuk menghindari riba dalam asuransi syariah,kontribusi para
pesertanya dikelola dalam skema pembagian risiko (risk sharing ) dan bukan
sebagai premi, seperti layaknya pada asuransi konvensional. Dalam ketentuan
asuransi syariah diberlakukan adanya kontribusi dalam bentuk donasi dengan atas
kompensasi (tabarru). Lebih jauh lagi, sumber dana yang berasal dari kontribusi
atau donasi para peserta itu,harus dikelola atau diinvestasikan berdasarkan
ketentuan syariah. Berikut mekanisme pengelolaan dana pada asuransi jiwa
syariah :
a. Perusahaan sebagai pemengang amanah
Sistem operasional asuransi syariah adalah saling bertanggung jawab, bantu 
membantu, dan saling melindungi antar para pesertanya. Perusahaan asuransi
syari’ah diberi k epercayaan atau amanah oleh para peserta untuk
mengelola premi, 
mengembangkan denga jalan yang halal,dan memberikan santunan kepada yang
mengalami musibah sesuai isiakta perjanjian. Keuntungan perusahaan tersebut
diperoleh dari pembagian keuntungan dana peserta yang dikembangkan dengan

6
prinsip mudharabah (sistem bagi hasil). Para peserta takaful berkedudukan
sebagai pemilik modal (shohibul mal) dan perusahaan takaful
sebagai pemegang amanah
(mudharib). Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu  dibagi
antara para peserta dan perusahaan sesuai dengan ketentuan (nisbah) yang telah
disepakati.

b. Sistem pada produk saving (ada unsur tabungan)


Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secarateratur kepada
perusahaan. Besar premi yang dibayarkan tergantungkepada keuangan peserta.
Akan tetapi, perusahaan menetapkan jumlahminimum premi yang akan
dibayarkan. Setiap premi yang dibayarkanoleh peserta, akan dipisah dalam dua
rekening yang berbeda. Yaiturekening tabungan peserta dan rekening tabarru’.
Tiap keuntungan darihasil investasi, setelah dikurangi dengan beban asuransi
(klaim dan premiasuransi) akan dibagi menurut prinsip al-mudharabah6.
1. Rekening tabungan peserta, yaitu dana yang merupakan milik
peserta,yang dibayarkan bila :
a) Perjanjian berakhir
b) Peserta mengundurkan diri
c) Peserta meninggal dunis
2. Rekening tabarru’, yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah
diniatkan oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan
saling menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila:
a) Peserta meninggal dunia
b) Perjanjian telah berakhir

Sistem inilah sebagai implementasi dari akad takafuli dan


akadmudharabah, sehingga asuransi syariah dapat terhindar dari unsur gharardan
maysir. Selanjutnya kumpulan dana peserta ini diinvestasikan sesuai dengan
syariat Islam. Tiap keuntungan dari hasil investasi setelah dikurangi dengan beban
asuransi (klaim dan premi reasuransi), akan dibagi menurut prinsip al-mudharabah.

6
Muhammad Syakir, Ibid….., hlm. 177.

7
Presentase pembagian mudharabah dibuat dalam suatu perbandingan tetap
berdasarkan perjanjian kerjasama antara perusahaan dan peserta.

c. Sistem pada produk non saving


Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan kedalam rekening
tabarru’ perusahaan. Yaitu, kumpulan dana yang telah diniatkanoleh peserta
sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling menolongdan saling membantu,
dan dibayarkan bila peserta meninggal dunia dan perjanjian telah berakhir7.

C. Sumber Biaya Operasional


Dalam operasionalnya asuransi syari’ah yang berbentuk bisnis seperti
Perseroan Terbatas (PT), sumber biaya operasional menjadi sangat menentukan
dalam perkembangan dan percepatan pertumbuhan industri. Lain halnya dengan
asuransi syariah yang berbentuk sosial, mutual, atau koperasi,di sini peran
pemerintah harus dominan terutama dalam memberikan subsidi tahap awal
berdirinya asuransi tersebut. Asuransi syariah yang bersifatsosial tidak hanya
mengutamakan aspek bisnis atau perolehan profit. Tetapi, lebih mengutamakan
aspek manfaat sebesar-sebesarnya bagi anggotanya sebagaimana fungsi utama
asuransi syari’ah, Yaitu wataawanu ‘alal birri wattaqwa ‘saling menolong dalam
kebajikan dan taqwa’. Berikut sumber biaya operasional pada asuransi jiwa
syariah antara lain :
a. Bagi hasil surplus underwriting
Bagi hasil surplus underwriting adalah bagi hasil yang diperoleh dari
surplus underwriting, yang dibagi secara proporsional antara peserta
(shohibul mal) dan pengelola (mudharib) dengan nisbah yang telah ditetapkan
sebelumnya. Sedangkan,
untuk produk-produk non saving dalam asuransi jiwa, surplus under writing juga
merupakan sumber biaya operasional. Surplus underwriting diperoleh dari
kumpulan dana peserta yang diinvestasikan, lalu dikurangi biaya-biaya atau beban
asuransi seperti reasuransi dan klaim. Kemudian surplus tersebut dibagi hasil
antara peserta dan perusahaan. Bagian perusahaan inilah yang diambil sebagai 
7
Muhammad Syakit, Ibid….., hlm. 178.

8
biaya operasional sebelum menjadi profit perusahaan.

9
b. Bagi hasil investasi
Bagi hasil ivestasi adalah bagi hasil yang diperoleh secara proporsional
berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah ditentukan, baik dari hasil investasi dana
rekening tabungan peserta maupun dari rekening tabarru’. Setelah dana peserta
dibayarkan, dan terkumpul dalam total dana peserta, kemudian di
investasikan. Profit yang diperoleh dari investasikemudian dilakukan bagi hasil
antara peserta dan pengelola atau perusahaan asuransi.
c. Dana pemegang saham
Dana pemegang saham adalah dana yang disiapkan oleh
para pemegang saham sebagai modal setor bagi perusahaan, baik pada tahapawal
berdirinya perusahaan dana setelah perusahaan berjalan, beserta hasi linvestasi
atas dana tersebut. Atau, dengan kata lain, akumulasi laba ditambah modal yang
disetor oleh pemegang saham.
d. Loading (Kontribusi Biaya)
Loading adalah konstribusi biaya yang diberikan kepada peserta,yang pada
asuransi konvensional biasanya diambil dari premi tahun pertama dan kedua.
Pengertian biaya loading pada asuransi syari’ah adalah konstribusi biaya yang
daimbil dari sebagian kecil konstribusi peserta(premi) tahun pertama 8, misalnya
20% - 30% dari premi tahun pertama. Biaya tersebut terutama diperuntukkan
untuk komisi agen dan biaya penagihan (incaso)9.

8
Muhammad Syakir, Ibid….., hlm. 180-181.
9
Syahrul Hano, “Makalah Asuransi”
https://www.academia.edu/36145773/makalah_asuransi_klp_6.docx?auto=download (19 Oktober
2019).

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akad adalah perjanjian tertulis yang memuat kesepakatan


tertentu beserta hak dan kewajiban para pihak sesuai prinsip syari’ah (PMKNo.18/
PMK.10/2010) Akad yang sesuai dengan syariah adalah akad yang tidak
mengandung gharar (penipuan), maysir  (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan),
risywah (suap), barang haram dan maksiat. (Fatwa DSN No.21/DSN-
MUI/X/2001). Sebagaimana dijelaskan dalam bab terdahulu bahwa akad merupak
an salah satu pokok persoalan dalam asuransi konvensional yang menjadikannya
diharamkan oleh para ulama. Oleh karena itu para ulama mencari solusi agar
bagaimana permasalahan gharar, maysir ,dan riba dapat di hindarkan. Adapun
akad yang akan digunakan di takaful dalam rangka mengeliminir adanya gharar
dan Maisir adalah : Akad Tabarru dan akad madharabah.
Adapun mekanisme dalam pengelolaan dana pada asuransi jiwa syariah :
Perusahaan sebagai pemengang amanah, Sistem pada produk saving (ada unsur
tabungan) dan Sistem pada produk non saving. Adapun sumber biaya operasional
pada asuransi jiwa syariah antara lain : Bagi hasil surplus underwriting, Bagi hasil
investasi, Dana pemegang saham, Loading (Kontribusi Biaya).

B. Saran
Demikianlah makalah ini dibuat, apabila didalam penulisan makalah
terdapat kekurangan dan juga kesalahan baik itu dalam tulisan dan juga dalam
bentuk bacaan mohon beri masukan dan kritikan dari saudara dan saudari maupun
teman-teman.

11
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta : Gema Insani, 2004).

Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syari’ah Dalam Praktik, (Jakarta : Gema


Insani, 2006).

Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2005).

Syahrul Hano, “Makalah Asuransi”


https://www.academia.edu/36145773/makalah_asuransi_klp_6.docx?
auto=download (19 Oktober 2019).

12

Anda mungkin juga menyukai