Anda di halaman 1dari 10

SISTEM OPERASIONAL ASURANSI KERUGIAN DALAM

MENGELIMINIR RIBA DAN KONTRAK YANG BATIL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuransi Syariah

Dosen Pengampu: Sigit Sardiyanto, S.H.I, M.E.

Disusun oleh:
Retno Wijayanti 33020180056
Vita Ning Jaya 33020180148
Agus Susanto 33020180034

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dalam mata
kuliah Asuransi Syariah, yang berjudul SISTEM OPERASIONAL
ASURANSI KERUGIAN DALAM MENGELIMINIR RIBA DAN
KONTRAK YANG BATIL dengan lancar dan tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW.

Makalah yang kami buat dengan semampu kami ini diharapkan dapat
memenuhi harapan.Kami telah mengerahkan semampu dan sekuat usaha yang
sungguh-sungguh bagi terselesaikannya makalah ini.Kami mengucapkan terima
kasih kepada orang-orang disekitar kami yang telah memberikan arahan dan telah
membantu menyumbangkan ide dan pikirannya demi terwujudnya makalah
ini.Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan
dan masih banyak butuh pelengkapan.Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
dan membutuhkan saran dan masukan maupun kritikan dari para pembaca guna
membangun dan menyempurnakan makalah kami ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami buat bermanfaat bagi para
pembacanya.Amin yarobalalamin.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Salatiga, 20 Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................2
A. Konsep Operasional Asuransi Kerugian.................................................2
B. Perjanjian atau Akad dalam Asuransi Kerugian.....................................2
C. Prinsip-Prinsip Kerugian.........................................................................3
BAB III PENUTUP...........................................................................................5
A. Kesimpulan..............................................................................................5
B. Saran........................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuransi Syariah merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk saling tolong
menolong antara anggota asuransi yang sedang terkena musibah. Asuransi syariah
haruslah berlandaskan kententuan dalam Fatwa DSN MUI, dimana setiap kegiatan yang
dilakukan harus berdasarkan prinsip syariah. Dalam operasionalnya asuransi syariah
memiliki suatu akad atau perjanjian untuk mengikat anggotanya. Akad merupakan salah
satu aspek yang membedakan antar asuransi syariah dan konvensional.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Operasional Asuransi Kerugian?
2. Apa Perjanjian atau Akad dalam Asuransi Kerugian?
3. Apa Saja Prinsip-Prinsip Kerugian?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep Operasional Asuransi Kerugian.
2. Untuk mengetahui Perjanjian atau Akad dalam Asuransi Kerugian.
3. Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Kerugian.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Operasional Asuransi Kerugian


Konsep takafuli (tolong-menolong) Konsep tolong-menolong atau saling melindungi
dalam kebenaran Bermuamalat dalam surah al-Maa'idah ayat 2. Dalam hadits riwayat
Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda.
”Mukmin terhadap mukmin yang lainnya seperti bangunan yang merusak satu sama
lain.”
Pada hadits riwayat Bukhari yang lain,
“Orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka seperti satu badan.
Apabila salah satu anggota badan itu menderita sakit, maka seluruh badan
merasakannya.”
Bentuk tolong menolong ini diwujudkan dalam kontribusi dana kebajikan (dana
tabarru) yang ditetapkan. Apabila ada salah satu dari peserta asuransi yang takafuli atau
peserta syariah mendapat musibah maka peserta lainya ikut menaggung risiko, dimana
klaimnya dari akumulasi dana tabarru ' yang terkumpul. Pada beberapa praktik asuransi
syariah, surplus dan tabarru ' dikembalikan kepada peseta melalui mudharabah (bagi
hasil) Dalam dan akad yang mendasari di atas kalangan ulama berbeda pendapat.1

B. Perjanjian (Akad) Asuransi Kerugian


Akad yang mendasari kontrak asuransi syariah (kerugian) adalah akad tabbaru,
dimana pihak pemberi dengan ikhlas memberikan sesuatu (kontribusi/premi) tanpa ada
keinginan untuk menerima apapun dari orang yang menerima, kecuali hanya
mengharapkan keridhaan Allah. Hal ini tentu akan sangat berbeda dengan akad dalam
asuransi konvensional. Dalam asuransi konvensional, akad yang digunakan adalah akad
mu'awadhah. Yaitu suatu perjanjian di mana pihak yang memberikan sesuatu kepada
pihak lain, berhak menerima pihak yang diberinya.
Dalam praktek asuransi syariah saat ini terdapat larangan dalam implementasi akad
tabbaru. Sebagian asuransi syariah yang praktinya memberikan bagi hasil (mudharabah)

1
Jafril Khalil, Asuransi dalam Hukum Islam (Makalah Workshop Asuransi Syariah), IBI, 2013, hlm.12

2
terjadi surplus dana tabbaru ', dengan sistem yang diterapkan di Syarikat Tafakul
Malaysia, yang merupakan asuransi syariah terbesar didunia saat ini.
Sistem Operasional Asuransi Kerugian dalam mengeleminir Riba Dan Kontrak Batil
dalam asuransi yang berprinsip tabarru’ memiliki berbagai pandangan. Karena sebagian
besar asuransi dalam praktiknya memberikan bagian bagi hasil apabila terjadi surplus
dana tabarru’, maka dana tersebut telah diikhlaskan sebagai dana amal bagi peserta
asuransi guna menolong sesama. Namun menurut Ulama DSN takaful Indonesia
menyatakan bahwa akad tersebut dilarang dan tidak sah, karena terdapat dua akad dalam
satu akad yaitu akad tabarru’ dan akad tijarah. Syarat akad tabarru’ :
1) Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru’ bila pihak yang tertahan
haknya denga rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban pihak
yang belum menunaikan kewajibannya.
2) Jenis akad tabarru’ tidak dapat diubah menjadi akad tijarah.2

C. Prinsip-prinsip Asuransi Kerugian


1) Prinsip berserah diri dan ikhtisar
2) Prinsip tolong menolong
3) Prinsip saling betanggung jawab
4) Prinsip saling kerjasama dan bantu membantu
5) Prinsip saling melindungi dan berbagi kesusahan
6) Prinsip kepentingan terasuransikan
7) Prinsip itikad baik
8) Prinsip ganti rugi
9) Prinsip penyebab dominan, tuntutan ganti rugi dari pihak tertanggung jawab dapat
dijamin jika penyebab dari kejadian tersebut dijamin atau tidak dikecualikan dengan
polis.
10) Hak subrogasi, ganti rugi yang diberikan pihak asuransi tertanggung karena adanya
sebab kecerobohan pihak ketiga.
11) Prinsip kontribusi, bentuk kerjasama dimana setiap anggota memberikan konstribusi
dana.

Sedangkan menurut para pakar ekonomi islam, sebagaimana dikutip pada Gemala Dewi,
mengemukakan bahwa asuransi syariah mengemukakan atau tiga prinsip utama, yaitu :
2
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Hidup dan Umum), Jakarta, Gema Insani, 2004, hlm. 225

3
1) Saling bertanggung jawab yang berarti peserta asuransi memiliki rasa tanggung
jawab bersama membantu dan menolong peserta lain yang mengalami musibah atau
kerugian dengan niat ihklas.
2) Saling bekerja sama atau saling membantu yang berarti diantara peserta asuransi
syariah tafakul yang satu dengan yang lain bekerja sama dan saling tolong-
menolong dalam mengatasi kesulitan yang dialami karena sebab musibah yang
diderita.
3) Saling melindungi penderitaan satu sama lain yang berarti bahwa para peserta
asuransi tafakul akan berperan sebagai pelindung bagi peserta lain yang mengalami
ganguguan keselamatan berupa musibah yang dideritanya.
Jadi, Dalam sistem operasional asuransi jiwa yang benar adalah yang tidak terdapat
gharar, maysir dan riba. Untuk mengeliminir terjadinya tiga unsur tersebut maka
asuransi syariah menggunakan akad wakalah, kafalah, wadiah, dan qard hasan. Dengan
menggunakan prinsip-prinsip diantaranya saling berikhtisar, saling tolong menolong,
salaing membantu, bekerjasama, dan lain sebagainya.3

3
Zainal Abidin. Studi Komparatif Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensioanal dalam Perspektif Hukum Islam.
2017. Jurnal. Kediri. STIS Wahidiyah Kediri.

4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep takafuli (tolong-menolong) Konsep tolong-menolong atau saling
melindungi dalam kebenaran Bermuamalat dalam surah al-Maa'idah ayat 2. Dalam
hadits riwayat Bukhari dan Muslim.
Akad yang mendasari kontrak asuransi syariah (kerugian) adalah akad tabbaru,
dimana pihak pemberi dengan ikhlas memberikan sesuatu (kontribusi/premi) tanpa
ada keinginan untuk menerima apa pun dari orang yang menerima, kecuali hanya
mengharapkan keridhaan Allah. Hal ini tentu akan sangat berbeda dengan akad dalam
asuransi konvensional. Dalam asuransi konvensional, akad yang digunakan adalah
akad mu'awadhah. Yaitu suatu perjanjian di mana pihak yang memberikan sesuatu
kepada pihak lain, berhak menerima pihak yang diberinya.
Sistem Operasional Asuransi Kerugian dalam mengeleminir Riba Dan
Kontrak Batil dalam asuransi yang berprinsip tabarru’ memiliki berbagai pandangan.
Karena sebagian besar asuransi dalam praktiknya memberikan bagian bagi hasil
aabila terjadi surplus dana tabarru’, maka dana tersebut telah diikhlaskan sebagai dana
amal bagi peserta asuransi guna menolong sesama. Namun menurut Ulama DSN
takaful Indonesia menyatakan bahwa akad tersebut dilarang dan tidak sah, karena
terdapat dua akad dalam satu akad yaitu akad tabarru’ dan akad tijarah. Syarat akad
tabarru’ : 1. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru’ bila pihak
yang tertahan haknya denga rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan
kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya. 2. Jenis akad tabarru’ tidak
dapat diubah menjadi akad tijarah.
Adapun Prinsip-prinsip Asuransi (Kerugian)
a. Prinsip berserah diri dan ikhtisar
b. Prinsip tolong menolong
c. Prinsip saling betanggung jawab
d. Prinsip saling kerjasama dan bantu membantu
e. Prinsip saling melindungi dan berbagi kesusahan
f. Prinsip kepentingan terasuransikan
g. Prinsip itikad baik
h. Prinsip ganti rugi

5
i. Prinsip penyebab dominan.
j. Hak subrogasi.
k. Prinsip kontribusi.

B. Saran
Kami menyadari ketidaksempurnaan pada makalah ini, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dan memperbaiki makalah
ini. Semoga makalah yang kami susun dapat memberikan manfaat kepada semua
orang terutama bagi yang membaca.

6
DAFTAR PUSTAKA

Abidin. Zainal. 2017. Studi Komparatif Asuransi Syariah dan Asuransi


Konvensioanal dalam Perspektif Hukum Islam. Jurnal. Kediri. STIS
Wahidiyah Kediri.
Khalil, Jafril. 2013. Asuransi dalam Hukum Islam (Makalah Workshop
Asuransi Syariah), IBI.
Syakir Sula, Muhammad. 2004. Asuransi Syariah (Hidup dan Umum), Jakarta.
Gema Insani.

Anda mungkin juga menyukai