Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH LEMBAGA ASURANSI SYARI’AH

Diajuakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Lembaga Keuangan Syari’ah non Bank

Disusun Oleh:

1. Ikmalur Rizal (220721100019)


2. Fathur Rozi (220721100183)
3. ‘Iffan Al Faris (220721100115)

PROGAM STUDI EKOMONI SYARI’AH


FAKULTAS KEISLAMAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa selalu kita Panjatkan kepada Alloh SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat, taufik dan hidayah-nya sehingga kami dapat
menyelsaikan penyusunan makalah ini. Sholawat serta salam kita curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di
dunia dan di akhirat kepada umat manusia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing
dalam proses kegiatan belajar mengajar. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Lembaga Keuangan Syari’ah non Bank dan juga untuk teman-teman
guna sebagai bahan Penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang bermanfaat
bagi kita semua.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami
sebagai penyusun makalah ini. Kami mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang
membaca makalah ini terutama Dosen mata kuliah Lembaga Keuangan Syari’ah non
Bank yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Bangkalan, 12 Maret 2024

penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULAN.............................................................................................1
Latar Belakang....................................................................................................1
Rumusan Masalah...............................................................................................2
Tujuan..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
Pengertian Asuransi Syari’ah..............................................................................3
Mekanisme Bisnis Asuransi Syari’ah.................................................................4
Akad-Akad dalam Asuransi Syari’ah..................................................................5
Produk dalam Asuransi Syari’ah.........................................................................8
Isu Kasus dalam Asuransi Syari’ah.....................................................................10
BAB III PENUTUP....................................................................................................11
Kesimpulan ........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era yang semakin kompleks seperti sekarang, risiko yang mengancam
kehidupan manusia dapat muncul kapan saja. Oleh karena itu, penting bagi
masyarakat untuk memiliki perlindungan yang memastikan keamanan finansial
mereka dalam menghadapi risio-risiko tersebut. Salah satu solusi yang tepat adalah
melalui asuransi, dimana perusahaan asuransi memberikan perlindungan untuk
memberikan rasa aman bagi masyarakat terhadap risiko yang mungkin terjadi1.

Asuransi syari’ah di Indonesia berkembang pada tahun 1994, yaitu dengan


berdirinya Asuransi Takaful Indonesia pada tanggal 25 Agustus 1994. Asuransi
Syari’ah di Indonesia merupakan cita-cita yang telah dibangun sejak lama, dan
menjadi salah satu lembaga asuransi modern yang siap melayani umat Islam
Indonesia yang bersaing dengan lembaga asuransi konvensional2.

Kajian ekonomi Islam menekankan pada keadilan, tolong-menolong, dan


menghindari kezaliman serta riba. Asuransi syariah harus mematuhi prinsip-prinsip
tersebut serta mengembangkan manajemen profesional sesuai syariah. Setiap asuransi
syariah harus memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS). Ulama kontemporer
berperan dalam merumuskan kinerja asuransi syariah, dengan menekankan
1
Makhrus Fadilah Amalia, “PENGELOLAAN DANA TABARRU’ PADA ASURANSI SYARIAH DAN RELASINYA
DENGAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL,” JHES Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Vol 2, No, (2019):
88.
2
Muhammad Ajib, ASURANSI SYARIAH (Jakarta Selatan: Rumah Fiqih Publishing, 2019), Hal. 32.
1
pentingnya tolong-menolong. Asuransi syariah bertugas membersihkan nilai-nilai
materialistis, individualistis, dan kapitalis, dengan semangat keadilan dan kerja
sama3.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan mekanisme bisnis asuransi syari’ah
2. Apa saja akad dan produk-produk dalam asuransi syari’ah
3. Apa saja isu kasus dalam asuransi syari’

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan mekanisme bisnis asuransi syari’ah
2. Mengetahui akad dan produk-produk dalam asuransi syari’ah
3. Mengetahui isu kasus dalam asuransi syari’ah

3
Ajib, ASURANSI SYARIAH.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asuransi Syari’ah

Asuransi syari’ah adalah asuransi dalam bahasa arab dikenal dengan


istilah At-ta’min,penanggung disebut Mu’aimin,sedangkan tertanggung
disebut Mu’amman lahu atau Musta’min. Kata At-ta’min diambil dari kata
Amana yang mepunyai arti memberin perlindungan,ketenangan,rasa aman
dari rasa takut. Menurut dewan syari’ah nasional menjelaskan bahwa asuransi
syari’ah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara
sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset atau tabarru’
yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad yang sesuai dengan syari’ah4.

Asuransi syariah merupakan jenis usaha yang beroperasi sesuai


dengan prinsip-prinsip syariah. Ketertarikan dunia Islam terhadap asuransi
syariah muncul ketika mereka ingin memahami secara lebih mendalam
bagaimana menerapkan konsep ekonomi syari'ah. Dikenal juga dengan
sebutan asuransi ta'awun, yang mengedepankan konsep tolong-menolong atau
saling membantu. Dengan demikian, asuransi ta'awun memiliki prinsip dasar
yang bersandar pada ajaran syariat, di mana manusia saling toleran dan
berkolaborasi untuk mengatasi dampak bencana yang mungkin terjadi5.
4
Fadilah Amalia, “PENGELOLAAN DANA TABARRU’ PADA ASURANSI SYARIAH DAN RELASINYA DENGAN
FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL,” Hal. 92.
5
Effendi Arif, “ASURANSI SYARIAH INDONESIA (Studi Tentang Peluang Ke Depan Industri Asuransi
Syariah),” Wahana Akademika Vol. 3, No (2016): Hal. 73.
3
Dari pengertian di atas bisa kita simpulkan bahwa Asuransi syariah
merupakan kesepakatan antara dua individu atau lebih untuk memberikan
bantuan dan perlindungan satu sama lain, dengan maksud menciptakan rasa
aman dan mengurangi risiko yang dapat timbul.

B. Mekanisme Bisnis Asuransi Syari’ah

Pada asuransi syariah, terdapat pemisahan yang jelas antara dana


peserta dan dana perusahaan, khususnya pada produk yang melibatkan unsur
tabungan atau investasi. Hal ini diatur secara tegas dalam undang-undang, di
mana perusahaan wajib memisahkan kekayaan dan kewajiban dana tabarru’
dari kekayaan dan kewajiban perusahaan. Selain itu, dana investasi peserta
juga harus dipisahkan dari kekayaan dan kewajiban perusahaan, maupun dari
kekayaan dan kewajiban dari dana tabarru’. Perusahaan juga diwajibkan untuk
membuat catatan terpisah untuk mencatat kekayaan dan kewajiban
perusahaan, dana tabarru’, dan dana investasi peserta. Perusahaan kemudian
menginvestasikan dana tersebut dalam kumpulan dana investasi. Keuntungan
dari investasi tersebut dibagikan secara proporsional antara dana peserta dan
dana perusahaan setelah pembagian keuntungan antara kedua belah pihak.
Sementara mekanisme pada non saving, dana premi peserta yang merupakan
dana tabarru’ terkumpul dalam Total Dana Peserta (TDP), kemudian di
investasikan oleh perusahaan. TDP plus hasil investasi kemudian dikurangi
dengan beban investasi. Keuntungan yang diperoleh dibagi antara peserta
(shahibul mal) dan pengelola (mudharib).

4
dalam sistem asuransi syariah diberlakukan pemisahan rekening yaitu
rekening tabarru’ dan rekening tabungan. Akad tabarru’ ini bersifat non profit
sehingga tidak boleh digunakan untuk tujuan komersial. dengan demikian
semua dana tabarru’ maupun hasil investasinya tidak dibagi hasilkan kepada
peserta maupun pengelola, namun menjadi rekening khusus tabarru’. Di sini
peserta hanya mendapatkan manfaat asuransinya saja apabila melakukan
klaim. Berbeda halnya dengan dana investasi peserta yang dikelola oleh
perusahaan asuransi syariah akan masuk ke rekening tabungan peserta setelah
dilakukan bagi hasil antara peserta dengan perusahaan sesuai dengan
kesepakatan awal. Atas pengelolaan dana yang diamanahkan kepada
perusahaan yang meliputi kegiatan operasional, proses klaim, dan
administrasi, maka perusahaan berhak mendapatkan biaya operasional, dan
biaya operasional yang diterima oleh perusahaan asuransi adalah sebesar 30%
untuk setiap pembayaran premi. Perusahaan asuransi berperan sebagai
lembaga penghimpun dana dari masyarakat melalui penyediaan jasa asuransi
untuk memberikan jaminan kepada peserta yang mengalami musibah di masa
mendatang. Dalam fatwa No. 21/DSNI-MUI/X/2001 menjelaskan akad yang
dilakukan antara sesama peserta (akad tabarru’) dan akan antara peserta
dengan perusahaan asuransi (akad tijarah)6.

C. Akad dan Produk yang Terdapat dalam Asuransi Syari’ah

Asuransi syariah melibatkan tanggung jawab bersama antara para


peserta, di mana ketika salah satu peserta mengalami risiko yang dijamin,
6
Dkk. Saifudin, “Az Zarqa’,” Jurnal Hukum Bisnis Islam Vol. 11, N (2019): Hal. 467-468.
5
mereka akan mendapatkan klaim yang didanai oleh peserta lainnya. Peserta
asuransi syariah harus menjalani akad yang sesuai dengan prinsip syariah,
tanpa unsur penipuan, perjudian, riba, penganiayaan, suap, barang haram, atau
perbuatan dosa. Berikut adalah beberapa akad yang terdapat dalam asuransi
syari’ah7:

1. Akad Tijarah
Akad tijarah merupakan sebuah perjanjian komersial yang
menggunakan mudharabah sebagai bentuknya. Jika salah satu pihak
yang memiliki hak tertahan rela melepaskan haknya, maka akad
tijarah dapat berubah menjadi akad tabarru', sehingga kewajiban
pihak yang belum memenuhi kewajibannya menjadi batal. Dalam akad
tijarah ini, uang premi yang diserahkan kepada perusahaan asuransi
syariah dielola oleh perusahaan tersebut sebagai mudharib, sementara
nasabahnya sebagai pemilik uang. Ketika masa perjanjian berakhir,
uang premi yang diakadkan dengan akad tijarah akan dikembalikan
bersama dengan bagi hasilnya.
2. Akad Tabarru’
Akad tabarru' merupakan segala jenis perjanjian yang
dilakukan dengan niat untuk kebaikan dan saling tolong-menolong,
bukan hanya untuk kepentingan komersial. Dalam akad tabarru', jenis

7
Abdullah Junaidi, “Akad-Akad Di Dalam Asuransi Syariah,” Tawazun: Journal of Sharia Economic Law
Vol. 1, No (2018): Hal. 18-22.
6
akad yang digunakan adalah akad hibah, dan tidak dimungkinkan
untuk mengubah akad tabarru' menjadi akad tijarah.
Dalam akad tabarru’, peserta memberikan hibah yang akan
digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah.
Sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelolah dana hibah.
Kedudukan para pihak dalam akad tabarru’ adalah:
a. Peserta dalam individu merupakan pihak yang berhak
menerima dana hibah.
b. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana hibah
atas dasar akad wakalah dari para peserta selain pengelola
investasi.

Akad-akad lain yang meliputi akad tijarah dan tabarru’:

3. Akad Wakalah bil Ujrah


Dalam praktik asuransi syari’ah dilakukan antara perusahaan
asuransi syari’ah dan peserta yang dimana perusahaan asuransi
syari’ah sebagai pengelola mendapatkan fee karna telah mendapatkan
kuasa dari peserta.
Kedudukan dan ketentuan dalam akad wakalah bil ujrah:
a. Wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain kecuali atas izin
pemberi kuasa.
b. Akad wakalah adalah bersifat amanah dan bukan tanggungan
sehingga wakil tidak menanggung resiko dalam kerugian investasi

7
dengan mengurangi fee (ujrah) yang telah diterimanya kecuali
karna kecerobohan atau wan prestase.
4. Akad Mudharabah
Akad Mudharabah merupakan sebuah perjanjian tijarah di
mana perusahaan diberi wewenang sebagai mudharib untuk mengelola
investasi dana tabarru' atau dana investasi peserta. Wewenang ini
diserahkan dengan imbalan berupa bagi hasil yang telah disepakati
sebelumnya.
5. Akad Mudharabah Musyarakah
Akad Mudharabah Musyarakah adalah perjanjian tijarah di
mana perusahaan diberi wewenang sebagai mudharib untuk mengelola
investasi Dana tabarru' atau dana investasi peserta. Investasi ini
digabungkan dengan kekayaan perusahaan, dengan wewenang yang
telah diberikan. Sebagai imbalan, akan diberikan bagi hasil yang
ditentukan berdasarkan komposisi kekayaan yang digabungkan dan
telah disepakati sebelumnya.

Asuransi syari’ah telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, dengan


berbagai jenis-jenis produk yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan
perlindungan dan investasi umat. Dan berikut adalah beberapa jenis produk asuransi
syari’ah yang umu beredar8:

1. Asuransi Jiwa Syari’ah


8
“Pentingnya Menabung Untuk Menyiapkan Dana Darurat,” Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2024,
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/20564.
8
Perusahaan asuransi syari’ah memberikan manfaat kepada ahli waris
dalam bentuk uang pertanggungan jika peserta asuransi meninggal
dunia.
2. Asuransi Pendidikan Syari’ah
Dengan produk ini dana asuransi yang telah disepakati akan diberikan
kepada penerima hadiah (hibah) sesuai dengan jenjang poendidikan.
Dan ahli waris juga tetap mendapatkan manfaat dana jika peserta
asuransi meninggal dunia.
3. Asuransi Kesehatan Syari’ah
Asuransi ini akan memberikan santunan kepada peserta asuransi jika
peserta asuransi tersebut terkena musibah misalnya, sakit atau
kecelakaan.
4. Asuransi Kerugian Syari’ah
Asuransi yang memberikan ganti rugi kepada tertanggung atas
kerugian harta benda yang dipertanggung jawabkan.
5. Asuransi dengan Investasi Syari’ah
Produk ini akan memberikan manfaat asuransi dan manfaat hasil dari
investasi. Sebagian dana dimasukkan ke dalam dana tabarru’ dan
sebagian dimasukkan untuk investasi peserta.
6. Asuransi Syariah Berkelompok
Produk ini diciptakan khusus untuk perusahaan, komunitas dan
organisasi. Produk atau asuransi ini lebih murah dibandingkan dengan
produk-produk yang lain.

9
7. Asuransi Haji dan Umroh
Produk atau asuransi ini memberikan perlindungan finansial bagi
jama’ah haji dan umroh atas musibah yang dialami saat melaksanakan
ibadah haji dan umroh. Dan khusus asuransi haji telah diatur fatwa
MUI nomor 39/DSN-MUI/X/2002.
D. Isu Kasus Dalam Asuransi Syari’ah

Salah satu isu kasus masalah yang pernah dihadapi oleh asuransi
syariah adalah masalah prioritas dalam inovasi fintech asuransi termasuk
aspek human, yang mencakup kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang
terlatih dalam bidang tersebut, serta tantangan regulasi yang meliputi
persyaratan syari’ah dan perubahan hukum, kurangnya SDM yang memahani
teknologi dan prinsip-prinsip asuransi syari’ah dapat menghambat
kemampuan perusahaan untuk mengembangkan dan menerapkan inovasi
fintech dengan efektif. Di samping itu, tantangan regulasi seperti persyaratan
syari’ah yang kompleks dan perubahan peraturan yang terjadi dapat
memperlambat atau menghambat proses inovasi fintech dalam industri
asuransi syariah9.

9
Nuranggraeni Indri, “Inovasi Financial Technology (Fintech) Pada Asuransi Syariah (Studi Kasus: PT
Duta Danadykasa Teknologi),” Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia Vol. 9, No (2019).
10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuransi syariah merupakan sebuah sistem perlindungan finansial
yang didasarkan pada prinsip-prinsip syariah Islam. Konsep utama dari
asuransi syariah adalah ta'awun, yang mengedepankan ide saling tolong-
menolong dan saling membantu antara para peserta. Dalam asuransi syariah,
risiko dan kerugian dibagi bersama antara para peserta, sehingga setiap
individu tidak harus menanggung beban secara penuh jika terjadi musibah
atau kerugian.
Dalam praktiknya, asuransi syariah menggunakan akad-akad yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, seperti mudharabah, musyarakah,
wakalah, dan tabarru'. Akad mudharabah misalnya, adalah akad bagi hasil, di
mana peserta dan perusahaan asuransi berbagi keuntungan dan kerugian
sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan. Sedangkan akad tabarru'
adalah akad di mana peserta menyerahkan sebagian atau seluruh haknya atas
harta kepada perusahaan asuransi syariah dengan tujuan untuk memberikan
bantuan finansial kepada peserta yang membutuhkan.
Tujuan utama dari asuransi syariah adalah untuk melindungi peserta
dari risiko-risiko yang tidak dapat mereka tanggung sendiri, seperti musibah
atau kerugian finansial akibat bencana alam, kecelakaan, atau penyakit serius.
Dengan adanya asuransi syariah, peserta dapat merasa lebih aman dan tenang

11
karena mereka tahu bahwa ada sebuah sistem yang dapat membantu mereka
dalam mengatasi risiko-risiko tersebut.
Selain itu, asuransi syariah juga memiliki peran penting dalam
memperkuat solidaritas dan kebersamaan dalam masyarakat. Melalui konsep
ta'awun, asuransi syariah mendorong para peserta untuk saling membantu dan
mendukung satu sama lain dalam menghadapi musibah dan kesulitan
finansial. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya
saling tolong-menolong dan kepedulian terhadap sesama.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa asuransi syariah adalah
sebuah sistem perlindungan finansial yang didasarkan pada prinsip-prinsip
syariah Islam, di mana peserta saling melindungi dan membantu satu sama
lain untuk mengatasi risiko-risiko yang tidak dapat mereka tanggung sendiri.
Melalui konsep ta'awun, asuransi syariah juga memperkuat solidaritas dan
kebersamaan dalam masyarakat Islam.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ajib, Muhammad. ASURANSI SYARIAH. Jakarta Selatan: Rumah Fiqih Publishing,


2019.

Arif, Effendi. “ASURANSI SYARIAH INDONESIA (Studi Tentang Peluang Ke


Depan Industri Asuransi Syariah).” Wahana Akademika Vol. 3, No (2016).

Fadilah Amalia, Makhrus. “PENGELOLAAN DANA TABARRU’ PADA


ASURANSI SYARIAH DAN RELASINYA DENGAN FATWA DEWAN
SYARIAH NASIONAL.” JHES Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Vol 2, No,
(2019).

Indri, Nuranggraeni. “Inovasi Financial Technology (Fintech) Pada Asuransi Syariah


(Studi Kasus: PT Duta Danadykasa Teknologi).” Jurnal Ekonomi Syariah
Indonesia Vol. 9, No (2019).

Junaidi, Abdullah. “Akad-Akad Di Dalam Asuransi Syariah.” Tawazun: Journal of


Sharia Economic Law Vol. 1, No (2018).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK). “Pentingnya Menabung Untuk Menyiapkan Dana


Darurat,” 2024. https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/20564.

Saifudin, Dkk. “Az Zarqa’.” Jurnal Hukum Bisnis Islam Vol. 11, N (2019).

13

Anda mungkin juga menyukai