Diajuakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Lembaga Keuangan Syari’ah non Bank
Disusun Oleh:
penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULAN.............................................................................................1
Latar Belakang....................................................................................................1
Rumusan Masalah...............................................................................................2
Tujuan..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
Pengertian Asuransi Syari’ah..............................................................................3
Mekanisme Bisnis Asuransi Syari’ah.................................................................4
Akad-Akad dalam Asuransi Syari’ah..................................................................5
Produk dalam Asuransi Syari’ah.........................................................................8
Isu Kasus dalam Asuransi Syari’ah.....................................................................10
BAB III PENUTUP....................................................................................................11
Kesimpulan ........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era yang semakin kompleks seperti sekarang, risiko yang mengancam
kehidupan manusia dapat muncul kapan saja. Oleh karena itu, penting bagi
masyarakat untuk memiliki perlindungan yang memastikan keamanan finansial
mereka dalam menghadapi risio-risiko tersebut. Salah satu solusi yang tepat adalah
melalui asuransi, dimana perusahaan asuransi memberikan perlindungan untuk
memberikan rasa aman bagi masyarakat terhadap risiko yang mungkin terjadi1.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan mekanisme bisnis asuransi syari’ah
2. Apa saja akad dan produk-produk dalam asuransi syari’ah
3. Apa saja isu kasus dalam asuransi syari’
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan mekanisme bisnis asuransi syari’ah
2. Mengetahui akad dan produk-produk dalam asuransi syari’ah
3. Mengetahui isu kasus dalam asuransi syari’ah
3
Ajib, ASURANSI SYARIAH.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asuransi Syari’ah
4
dalam sistem asuransi syariah diberlakukan pemisahan rekening yaitu
rekening tabarru’ dan rekening tabungan. Akad tabarru’ ini bersifat non profit
sehingga tidak boleh digunakan untuk tujuan komersial. dengan demikian
semua dana tabarru’ maupun hasil investasinya tidak dibagi hasilkan kepada
peserta maupun pengelola, namun menjadi rekening khusus tabarru’. Di sini
peserta hanya mendapatkan manfaat asuransinya saja apabila melakukan
klaim. Berbeda halnya dengan dana investasi peserta yang dikelola oleh
perusahaan asuransi syariah akan masuk ke rekening tabungan peserta setelah
dilakukan bagi hasil antara peserta dengan perusahaan sesuai dengan
kesepakatan awal. Atas pengelolaan dana yang diamanahkan kepada
perusahaan yang meliputi kegiatan operasional, proses klaim, dan
administrasi, maka perusahaan berhak mendapatkan biaya operasional, dan
biaya operasional yang diterima oleh perusahaan asuransi adalah sebesar 30%
untuk setiap pembayaran premi. Perusahaan asuransi berperan sebagai
lembaga penghimpun dana dari masyarakat melalui penyediaan jasa asuransi
untuk memberikan jaminan kepada peserta yang mengalami musibah di masa
mendatang. Dalam fatwa No. 21/DSNI-MUI/X/2001 menjelaskan akad yang
dilakukan antara sesama peserta (akad tabarru’) dan akan antara peserta
dengan perusahaan asuransi (akad tijarah)6.
1. Akad Tijarah
Akad tijarah merupakan sebuah perjanjian komersial yang
menggunakan mudharabah sebagai bentuknya. Jika salah satu pihak
yang memiliki hak tertahan rela melepaskan haknya, maka akad
tijarah dapat berubah menjadi akad tabarru', sehingga kewajiban
pihak yang belum memenuhi kewajibannya menjadi batal. Dalam akad
tijarah ini, uang premi yang diserahkan kepada perusahaan asuransi
syariah dielola oleh perusahaan tersebut sebagai mudharib, sementara
nasabahnya sebagai pemilik uang. Ketika masa perjanjian berakhir,
uang premi yang diakadkan dengan akad tijarah akan dikembalikan
bersama dengan bagi hasilnya.
2. Akad Tabarru’
Akad tabarru' merupakan segala jenis perjanjian yang
dilakukan dengan niat untuk kebaikan dan saling tolong-menolong,
bukan hanya untuk kepentingan komersial. Dalam akad tabarru', jenis
7
Abdullah Junaidi, “Akad-Akad Di Dalam Asuransi Syariah,” Tawazun: Journal of Sharia Economic Law
Vol. 1, No (2018): Hal. 18-22.
6
akad yang digunakan adalah akad hibah, dan tidak dimungkinkan
untuk mengubah akad tabarru' menjadi akad tijarah.
Dalam akad tabarru’, peserta memberikan hibah yang akan
digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah.
Sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelolah dana hibah.
Kedudukan para pihak dalam akad tabarru’ adalah:
a. Peserta dalam individu merupakan pihak yang berhak
menerima dana hibah.
b. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana hibah
atas dasar akad wakalah dari para peserta selain pengelola
investasi.
7
dengan mengurangi fee (ujrah) yang telah diterimanya kecuali
karna kecerobohan atau wan prestase.
4. Akad Mudharabah
Akad Mudharabah merupakan sebuah perjanjian tijarah di
mana perusahaan diberi wewenang sebagai mudharib untuk mengelola
investasi dana tabarru' atau dana investasi peserta. Wewenang ini
diserahkan dengan imbalan berupa bagi hasil yang telah disepakati
sebelumnya.
5. Akad Mudharabah Musyarakah
Akad Mudharabah Musyarakah adalah perjanjian tijarah di
mana perusahaan diberi wewenang sebagai mudharib untuk mengelola
investasi Dana tabarru' atau dana investasi peserta. Investasi ini
digabungkan dengan kekayaan perusahaan, dengan wewenang yang
telah diberikan. Sebagai imbalan, akan diberikan bagi hasil yang
ditentukan berdasarkan komposisi kekayaan yang digabungkan dan
telah disepakati sebelumnya.
9
7. Asuransi Haji dan Umroh
Produk atau asuransi ini memberikan perlindungan finansial bagi
jama’ah haji dan umroh atas musibah yang dialami saat melaksanakan
ibadah haji dan umroh. Dan khusus asuransi haji telah diatur fatwa
MUI nomor 39/DSN-MUI/X/2002.
D. Isu Kasus Dalam Asuransi Syari’ah
Salah satu isu kasus masalah yang pernah dihadapi oleh asuransi
syariah adalah masalah prioritas dalam inovasi fintech asuransi termasuk
aspek human, yang mencakup kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang
terlatih dalam bidang tersebut, serta tantangan regulasi yang meliputi
persyaratan syari’ah dan perubahan hukum, kurangnya SDM yang memahani
teknologi dan prinsip-prinsip asuransi syari’ah dapat menghambat
kemampuan perusahaan untuk mengembangkan dan menerapkan inovasi
fintech dengan efektif. Di samping itu, tantangan regulasi seperti persyaratan
syari’ah yang kompleks dan perubahan peraturan yang terjadi dapat
memperlambat atau menghambat proses inovasi fintech dalam industri
asuransi syariah9.
9
Nuranggraeni Indri, “Inovasi Financial Technology (Fintech) Pada Asuransi Syariah (Studi Kasus: PT
Duta Danadykasa Teknologi),” Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia Vol. 9, No (2019).
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuransi syariah merupakan sebuah sistem perlindungan finansial
yang didasarkan pada prinsip-prinsip syariah Islam. Konsep utama dari
asuransi syariah adalah ta'awun, yang mengedepankan ide saling tolong-
menolong dan saling membantu antara para peserta. Dalam asuransi syariah,
risiko dan kerugian dibagi bersama antara para peserta, sehingga setiap
individu tidak harus menanggung beban secara penuh jika terjadi musibah
atau kerugian.
Dalam praktiknya, asuransi syariah menggunakan akad-akad yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, seperti mudharabah, musyarakah,
wakalah, dan tabarru'. Akad mudharabah misalnya, adalah akad bagi hasil, di
mana peserta dan perusahaan asuransi berbagi keuntungan dan kerugian
sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan. Sedangkan akad tabarru'
adalah akad di mana peserta menyerahkan sebagian atau seluruh haknya atas
harta kepada perusahaan asuransi syariah dengan tujuan untuk memberikan
bantuan finansial kepada peserta yang membutuhkan.
Tujuan utama dari asuransi syariah adalah untuk melindungi peserta
dari risiko-risiko yang tidak dapat mereka tanggung sendiri, seperti musibah
atau kerugian finansial akibat bencana alam, kecelakaan, atau penyakit serius.
Dengan adanya asuransi syariah, peserta dapat merasa lebih aman dan tenang
11
karena mereka tahu bahwa ada sebuah sistem yang dapat membantu mereka
dalam mengatasi risiko-risiko tersebut.
Selain itu, asuransi syariah juga memiliki peran penting dalam
memperkuat solidaritas dan kebersamaan dalam masyarakat. Melalui konsep
ta'awun, asuransi syariah mendorong para peserta untuk saling membantu dan
mendukung satu sama lain dalam menghadapi musibah dan kesulitan
finansial. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya
saling tolong-menolong dan kepedulian terhadap sesama.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa asuransi syariah adalah
sebuah sistem perlindungan finansial yang didasarkan pada prinsip-prinsip
syariah Islam, di mana peserta saling melindungi dan membantu satu sama
lain untuk mengatasi risiko-risiko yang tidak dapat mereka tanggung sendiri.
Melalui konsep ta'awun, asuransi syariah juga memperkuat solidaritas dan
kebersamaan dalam masyarakat Islam.
12
DAFTAR PUSTAKA
Saifudin, Dkk. “Az Zarqa’.” Jurnal Hukum Bisnis Islam Vol. 11, N (2019).
13