Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASURANSI SYARIAH

Guru Mata Pelajaran : Ihsan Zaenisssalam, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

DESTA EKKI SAPUTRA


DIKO SALMAN ALFARISI
DINA NURMEISA
EKA CINDY ARIYANTI
HANIF MAULANA
LUSY MAULIDINA FIRDAUS
M PARIZ ALU ALVI MUBAROK
MUHAMAD RIFKI ARDIANSYAH
MUHAMMAD DHIKA FADILAH
NADIA SETIA ANANDA
SHIFA DWI MARYADI
TISA RAMDAN SEPTIA

X BDP 3

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN
CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH XII
SEKOLAH MENENGAH KEJURUSAN NEGERI 1 BANJAR
Jalan. KH. Mustofa Telp-Fax (0265) 741722-744860 Kota Banjar 46311
Email : smkn1banjar@gmail.com Website : http://smkn1banjar.sch.id
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT


yang telahmemberikan limpahan rahmat, taufik, serta hidayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikanmakalah ini dengan baik. Harapan kami bahwa makalah
sebagai bahan ajar ini dapat membantu para mahasiswadan tim pengajar dalam
kegiatan perkuliahan.
Ucapan terima kasih disampaikan kepadasemua pihak yang telah banyak
membantu dan mengarahkan dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari
bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itusaran dan
kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Banjar, November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
2.1 Pengertian Asuransi Syariah........................................................... 2
2.2 Sejarah Asuransi Syariah................................................................ 2
2.3 Hukum Asuransi Syariah................................................................ 2
2.4 Rukun Syarat Asuransi Syariah...................................................... 3
2.5 Jenis Jenis Asuransi Syariah........................................................... 3
2.6 Apa saja Produk Asuransi Syariah.................................................. 4
2.7 Tujuan dan Prinsip Asuransi Syariah.............................................. 5
2.8 Manfaat Asuransi Syariah............................................................... 7
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 9
3.2 Saran............................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan, seorang manusia pasti akan mengalami sebuah
musibah atau sebuah masalah yang mana masalah tersebut akan menimbulkan
sebuah kerugian atau risiko. Nah dalam hal ini ada yang namanya asuransi,
yang berfungsi sebagai solusi untuk mengatasi hal tersebut. Sebagai orang
muslim disini kami akan membahas mengenai akuntansi transaksi Asuransi
yang Syariah tentunya. Sehingga dengan adanya pembahasan ini maka kita
akan tahud an paham mengenai akuntansi Asuransi. Akuntansi Asuransi yang
akan kami bahas disini adalah yang digunakan di lembaga keuangan syariah.
Dalam akuntasi asuransi syariah ada beberapa prinsip yang ada didalamnya
yang harus diterpakan meliputi : saling bertanggung jawab, saling
bekerjasama, saling melindungi. Dan akuntnasi asuransi syariah dan
konvensional mempunyai perbedaan. Dan dengan ini kami akan
mempersembahkan sebuahmakalah yang akan memaparkan hal-hal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalahnya yaitu :
1) Apa pengertian asuransi syariah?
2) Bagaimana sejarah asuransi syariah?
3) Bagaimana hukum asuransi syariah?
4) Apa saja rukun syarat asuransi syariah?
5) Jenis jenis asuransi syariah?
6) Apa saja produk asuransi syariah?
7) Tujuan dan prinsip asuransi syariah?
8) Manfaat asuransi syariah?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui tentang definisi, Sejarah, hukum, jenis-jenis,


produk, tujuan, prinsip dan manfaat Asuransi Syariah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asuransi Syariah


Asuransi syariah adalah sebuah usaha untuk saling melindungi dan
saling tolong menolong di antara para pemegang polis (peserta), yang
dilakukan melalui pengumpulan dan pengelolaan dana tabarru yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui
akad (perikatan) yang sesuai dengan prinsip syariah.

2.2 Sejarah Berdirinya Asuransi Syariah


Perusahaan asuransi yang pertama kali berdiri di Indonesia diprakarsai
oleh pemerintah Hindia Belanda bergerak di bidang asuransi sektor
perkebunan yang bernama Bataviasche Zee End Brand Asrantie Maatscappij
pada tahun 1843. Asuransi tersebut mencakup segala risiko yang diakibatkan
oleh kebakaran dan risiko kecelakaan pada saat pengangkutan hasil
perkebunan. Berturut-turut kemudian berdirilah perusahaan-perusahaan
asuransi lain, namun setelah penjajahan Jepang, perekonomian Indonesia
mengalami kekacauan sehingga banyak perusahaan asuransi yang bangkrut.
Adapun perusahaan asuransi syariah pertama yang lahir di Indonesia, diawali
dari kepedulian yang tulus dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
(ICMI). ICMI bekerja sama dengan PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Bank
Muamalat Tbk., Departemen Keuangan RI dan beberapa pengusaha muslim
Indonesia, dengan bantuan teknis dari Syarikat Takaful Malaysia, Bhd.
Kemudian melalui Tim Pembentuk Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI)
didirikanlah PT Syarikat Takaful Indonesia (Takaful Indonesia) pada tanggal
24 Februari 1994 yang diresmikan oleh Menristek/Kepala BPPT BJ Habibie
sebagai perusahan perintis pengembangan asuransi syariah yang pertama di
Indonesia.

2.3 Hukum Asuransi Syariah di Indonesia


Pertumbuhan dan perkembangan asuransi syariah sesungguhnya
merupakan solusi di tengah anggapan bahwa esensi asuransi bertentangan

2
dengan syariat agama karena terdapat praktik riba dan gharar tersebut. Oleh
sebab itulah pada tahun 2001 MUI menerbitkan fatwa bahwa asuransi syariah
secara sah diperbolehkan dalam ajaran agama Islam.
Fatwa MUI Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 tersebut mempertegas
kehalalan asuransi syariah yang di antaranya mengatur tentang prinsip umum
dan akad asuransi syariah. Dengan demikian jaminan perlindungan/takaful
yang ditawarkan melalui program asuransi syariah ini jelas hukumnya halal
sesuai dengan fatwa yang diterbitkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Sedangkan regulasi yang mengatur tentang seluk beluk dan
pengelolaan asuransi di Indonesia diatur dalam UU No. 40 Tahun 2014
tentang Perasuransian. Undang-undang ini mengatur tidak hanya asuransi
konvensional, namun juga mengatur tentang tata kelola asuransi syariah
dengan sangat jelas dan terperinci.

2.4 Rukun, Syarat dan Larangan Asuransi Syariah


Imam Hanafi menyebutkan bahwa rukun asuransi hanya ada satu yaitu
ijab dan kabul. Sedangkan menurut ulama fikih yang lain, rukun asuransi
adalah terdiri dari empat hal yaitu:
1) Kafil;
Yaitu orang yang menjamin (baligh, berakal, bebas berkehendak, tidak
tercegah membelanjakan hartanya).
2) Makful lah;
Yaitu orang yang berpiutang disarankan sudah dikenal oleh kafil.
3) Makful ‘anhu;
Yaitu orang yang berhutang.
4) Makful bih;
Yaitu utang, baik barang maupun uang disyaratkan diketahui dan
jumlahnya tetap.

2.5 Jenis-jenis ASuransi


Berdasarkan Fatwa DSN-MUI akad dalam asuransi syariah terdapat 4
jenis akad yaitu akad tabarru’, akad tijarah, akad wakalah bil Ujrah, dan akad
mudharabah musytarakah, berikut penjelasannya:

3
1) Akad Tabarru’ (Hibah / Tolong Menolong)
Peserta Asuransi memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong
peserta lain yang terkena musibah, sedangkan perusahaan asuransi sebagai
pengelola dana hibah.
2) Akad Tijarah (Mudharabah)
Dalam akad ini perusahaan asuransi sebagai mudharib (Pengelola), dan
peserta sebagai shahibul mal (Pemegang Polis). Premi dari akad ini dapat
diinvestasikan dan hasil keuntungan atas investasi tersebut dibagi-hasilkan
kepada para pesertanya.
3) Akad Wakalah bil Ujrah
Akad ini memberikan kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk
mengelola dana peserta dengan imbalan pemberian ujrah (fee). Perusahaan
asuransi sebagai wakil dapat menginvestasikan premi yang diberikan,
namun tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi.
4) Akad Mudharabah Musytarakah
Akad ini merupakan pengembangan dari akad mudharabah, dimana
perusahaan asuransi sebagai mudharib dan juga menyertakan dananya
dalam investasi bersama dana peserta. Bagi hasil investasi dibagikan
antara perusahaan asuransi dan peserta sesuai nisbah yang disepakati
sesuai dengan porsi dana masing-masing.

2.6 Produk Asuransi Syariah


Saat ini sudah sangat beragam produk dari asuransi syariah, berikut ini
produk asuransi syariah yang beredar pada umumnya :
1. Asuransi Jiwa Syariah
Perusahaan asuransi akan memberikan manfaat berupa uang
pertanggungan kepada ahli waris apabila peserta asuransi meninggal
dunia.
2. Asuransi Pendidikan Syariah
Dengan asuransi ini dana pendidikan akan telah disepakati akan
diberikan kepada penerima hibah (Anak) sesuai dengan jenjang

4
pendidikan. Ahli waris juga tetap akan mendapatkan manfaat dana
pendidikan apabila peserta asuransi meninggal dunia.

5
3. Asuransi Kesehatan Syariah
Asuransi yang akan memberikan santunan atau penggantian jika
peserta asuransi sakit, atau kecelakaan.
4. Asuransi dengan Investasi (unit link) Syariah\
Produk yang memberikan manfaat asuransi dan manfaat hasil
investasi. Sebagian premi yang dibayar dalam investasi ini dialokasikan
untuk dana tabarru’ dan sebagian dialokasikan sebagai investasi peserta.
5. Asuransi Kerugian Syariah
Asuransi yang memberikan ganti rugi kepada tertanggung atas
kerugian harta benda yang dipertanggungjawabkan.
6. Asuransi Syariah Berkelompok
Asuransi ini dirancang khusus untuk peserta kumpulan seperti
perusahaan, organisasi, maupun komunitas. Dengan jumlah peserta yang
lebih banyak asuransi ini lebih murah bila dibandingakan dengan asuransi
syariah individu.
7. Asuransi Haji dan Umroh
Asuransi ini memberikan perlindungan finansial bagi jama’ah
haji/umroh atas musibah yang terjadi selama menjalankan ibadah
haji/umroh. Khusus asuransi haji telah diatur melalui fatwa MUI nomor
39/DSN-MUI/X/2002 tentang asuransi haji agar para jamaah mendapatkan
ketenangan selama menjalankan ibadah haji.

2.7 Tujuan dan Prinsip Asuransi


Mekanisme asuransi jiwa syariah menerapkan beberapa prinsip-prinsip
syariat Islam, di antaranya:
1. Tolong-menolong (Ta'awun)
Inilah prinsip utama asuransi jiwa syariah: tolong-menolong atau
ta’awun. Dalam asuransi jiwa syariah, terjadi tolong-menolong antar
Peserta dan tentunya pihak pengelola asuransi. Di saat seorang Peserta
diterpa risiko, maka Peserta lain memberikan pertolongan melalui dana
yang telah disetorkannya. Hal yang sama akan terjadi saat Peserta yang
sudah membantu terkena risiko, maka Peserta lain pun akan memberikan
bantuan.

6
2. Adil
Prinsip asuransi jiwa syariah yang satu ini berarti seluruh pihak
yang terlibat berhak memiliki hak dan kewajiban secara adil. Itu berarti,
tidak ada pihak yang merasa dirugikan selama proses pengelolaan asuransi
berlangsung.
3. Amanah
Amanah berarti dapat dipercaya. Hal ini berlaku untuk perusahaan
sekaligus Peserta. Pihak perusahaan asuransi harus bisa mengelola dana
asuransi secara jujur. Sementara itu, Peserta juga harus mengajukan klaim
dengan sejujur mungkin.
4. Kerelaan (Ridha)
Kerelaan atau ridha menunjukkan kesediaan Peserta asuransi untuk
bersama-sama menghibahkan sebagian dana untuk menolong sesama
dalam bentuk dana tabarru’. Para Peserta juga setuju untuk memberikan
sejumlah upah untuk perusahaan asuransi untuk mengelola dana tabarru’
tersebut.
5. Kepercayaan
Prinsip asuransi jiwa syariah berikutnya adalah kepercayaan. Baik
Peserta maupun pengelola harus saling percaya. Peserta harus percaya
bahwa kontribusi yang disetorkan akan dikelola sebaik dan seadil
mungkin. Sedangkan, pengelola harus percaya bahwa Peserta mengajukan
klaim sebenar-benarnya.
6. Terbebas dari riba
Riba adalah bunga yang muncul setelah sejumlah uang disimpan
dalam jangka waktu tertentu. Dalam syariat Islam, hal tersebut dilarang
karena bukan merupakan suatu hak dan harus dijauhi. Asuransi jiwa
syariah menerapkan akad mudharabah atau bagi hasil sehingga tidak
terdapat riba.
7. Terbebas dari perjudian
Masih ada pandangan pada asuransi ada pihak yang mendapatkan
klaim dianggap sebagai pihak yang menang karena mendapatkan manfaat
dan yang tidak mendapatkan klaim sebagai pihak yang kalah. Dalam

7
asuransi jiwa syariah hal ini tidak terjadi karena konsep asuransi jiwa
syariah berdasarkan tolong menolong.
Pihak yang mendapatkan klaim akan terbantu oleh peserta yang
lain, sedangkan kontribusi yang dibayarkan pihak yang tidak mendapat
klaim tidak akan hangus dan tetap berada di dana tabarru’ untuk terus
membantu dirinya atau peserta lain bila terjadi risiko.
8. Menghindari ketidakpastian (Gharar)

Dalam syariah Islam suatu transaksi jual beli harus memastikan


salah satunya adalah kapan benda atau jasa yang dibeli diberikan. Dalam
asuransi, kita tidak dapat memastikan suatu risiko akan terjadi. Konsep
asuransi jiwa syariah tidak berdasarkan akad jual beli, melainkan akad
tolong menolong. Dengan akad tolong menolong, gharar dapat
dihindarkan.
9. Akad sesuai syariat Islam

Terakhir, seluruh mekanisme dan operasional asuransi jiwa syariah


dibuat dengan menerapkan kaidah-kaidah dalam syariat Islam. Untuk
memastikan kesesuaian dengan syariat Islam, akad harus selaras dengan
Fatwa DSN MUI dan juga disetujui oleh Dewan Pengawas Syariah.
Seluruh produk asuransi jiwa syariah juga telah disetujui oleh OJK IKNB
Syariah. Untuk memastikan kesesuaian dengan syariat Islam, akad harus
selaras dengan Fatwa DSN MUI dan juga disetujui oleh Dewan Pengawas
Syariah. Seluruh produk asuransi jiwa syariah juga telah disetujui oleh
OJK IKNB Syariah.

2.8 Manfaat Asuransi Syariah bagi Umat


Dengan berkembangnya asuransi syariah di tengah masyarakat, maka
beberapa manfaat yang dapat diambil dengan menggunakan asuransi syariah
adalah:
1) Merupakan cerminan dari perintah Allah Swt. dan Rasulullah Saw. untuk
5) saling tolong menolong dalam kebaikan
2) Menumbuhkan rasa persaudaraan dan kepedulian antar sesama anggota
3) Melindungi diri dari praktik-praktik muamalah yang tidak bersyariat

8
4) Memberikan jaminan perlindungan dari risiko kerugian yang diderita oleh
6) hanya satu pihak
5) Efisien, dikarenakan tidak perlu lagi mengalokasikan biaya, waktu dan
7) tenaga tersendiri untuk memberikan perlindungan diri
6) Sharing cost, yaitu cukup hanya dengan membayar biaya dengan jumlah
8) tertentu, dan tidak perlu membayar sendiri jumlah biaya kerugian yang
9) timbul karena sesuatu yang tidak bisa diprediksi.
7) Menabung, karena premi yang dibayarkan kepada pihak asuransi, pada
saat
10) jatuh tempo akad selesai, maka uang tersebut akan dikembalikan kepada
11) peserta asuransi.

9
BAB III
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Penerapan prinsip syariah dalam Asuransi Syariah di Asuransi Jiwa
Bersama Bumiputera Tulungagung adalah bahwa dari hasil wawancara dengan
narasumber, observasi lapangan, dokumen-dokumen yang tersedia diperoleh
keterangan bahwa asuransi syariah yang ada dalam produkproduk asuransi syariah
di PT AJB Bumi Putera Cabang Tulungagung diawasi oleh dewan pengawas
syariah dimana seluruh kegiatannya dipantau oleh dewan pengawas syariah guna
memastikan bahwa produk tersebut aman dan sesuai dengan syariah dalam artian
produk syariah haruslah terbebas dari maisir, riba dan gharar.

2.2 Saran
Setelah menyelesaikan penelitian skripsi ini, adapun saran dari penulis
sebagai berikut:
1. Saran Bagi Akademisi
Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai penerapan prinsip syariah
dalam asuransi syariah di instansi-instansi yang memiliki produk-produk
syariah umumnya atau produk asuransi syariah khususnya.
2. Saran Bagi Dewan Pengawas Syariah

Perlunya pengawasan yang ketat terkait usaha-usaha produk syariah


agar tidak terjadi riba, gharar maupun maisyir
3. Saran Bagi Masyarakat

Masyarakat harus berhati-hati sebelum ikut serta dalam kegiatan


perekonomian dan keuangan di Indonesia, khusunya yang beragama Islam,
dengan cara mengetahui apakah peraturan yang melandasinya sudah sesuai
dengan kaidah yang layak atau sesuai dengan syariat Islam. Apabila masih ada
keraguan, masyarakat sebaiknya memilih fasilitas yang berbasis syariah,
misalnya takaful, untuk meminimalisir kerugian material dan spiritual.

10

Anda mungkin juga menyukai