Kelompok 2
Kelas X-2
Muhammad Zidane
Marcello Obraien
Fahrel Ariansyah
Syaifah Ayiriza Helmi
Ayla Azzura Diyantri
Agustina Rara
Saputri
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan seluruh nikmat
iman dalam islam serta sehat wal alfiat, tak lupa shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW kepada keluarga,
sahabat, tabilt tabi'in dan kepada kita semua sebagai umatnya yang
Insyaallah senantiasa istiqamah dijalannya.
Makalah ini saya buat berjuan untuk memberikan ringkasan
informasi mengenai apa itu syariah dan lain lain. Semoga makalah ini dapat
memberikan ilmu serta wawasan bagi pembaca menjadi lebih luas lagi.
Kami sangat menyadari keterbatasan dalam penulisan laporan ini
maupun dalam pelaksanaan kegiatan sekalipun. Oleh karena itu, Tiada yang
sempurna di dunia, melainkan Allah SWT, tuhan yang maha sempurna.
Maka kritik serta anjuran yang sifatnya membangun, sangat kami harapkan
guna kesempurnaan makalah ini Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita dan kegiatan ini dapat berjalan sengan lancar sesuai
dengan harapan kami. Aamiin
(Kelompok 2)
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUA
N
A. Latar Belakang
Asuransi pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Hindia
Belanda yang bergerak di bidang asuransi sektor perkebunan yang bernama Bataviasche
Zee End Brand Arrantie Maatscappij pada tahun 1843. Awalnya asuransi menjamin
segala risiko yang diakibatkan oleh kebakaran dan risiko kecelakaan pada saat
pengangkutan hasil perkebunan. Setelah itu muncullah beberapa perusahaan penyedia
jasa asuransi pada berbagai bidang hingga datangnya penjajahan Jepang yang
menyebabkan banyak perusahaan asuransi yang bangkrut. Adapun perusahaan asuransi
syariah pertama yang lahir di Indonesia, diawali dari inisiatif Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI) dengan kontribusi dari PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Bank
Muamalat Tbk., Departemen Keuangan RI dan beberapa pengusaha muslim.
Indonesia, dengan bantuan teknis dari Syarikat Takaful Malaysia, Bhd. Oleh Tim
Pembentuk Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI), akhirnya mulailah operasi penyedia
jasa asuransi PT Syarikat Takaful Indonesia (Takaful Indonesia) pada tanggal 24
Februari 1994 yang diresmikan oleh Menristek/Kepala BPPT BJ Habibie sebagai
perusahaan perintis pengembangan asuransi syariah yang pertama di Indonesia.
1
A. Rumusan Masalah
1. Pengertian Syariah
2. Apa saja Landasan yang menjadi pendoman Bank Syariah
3. Bagaimana jalannya Koperasi Syariah
C.Tujuan
1. Mengetahui apa itu Syariah
2. Mengetahui apa saja yang ada Bank Syariah
3. Mengetahui apa itu Koperasi Syariah
2
BAB II
PEMBAHASA
N
A. Pengertian Asuransi
Secara bahasa kata “asuransi” diambil dari bahasa Inggris yaitu insurance, yang
konstan diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi istilah asuransi. Arti insurance
menurut Meriam Webster ialah “a means of guaranteeing protection or” atau "suatu
kegunaan dalam menjamin perlindungan atau keamanan." Definisi asuransi menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pertanggungan, secara umum asuransi
lebih dikenal dengan “jaminan” Sementara pengertian asuransi dikutip dari Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), yakni perjanjian antara perusahaan asuransi dan pemegang polis yang
menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan dalam
bentuk mengganti atau mengurangi kerugian.
Dalam asuransi ada dua istilah yang dikenal dengan polis dan premi. Polis adalah
dokumen legal yang menjadi kontrak tertulis antara pemegang polis dan perusahaan
asuransi sebagai penanggung. Sedangkan premi adalah kewajiban yang harus dibayar
tertanggung kepada pihak asuransi sebagai jasa pengalihan risiko sesuai dengan
perjanjian yang tertera dalam polis.
B. Jenis Asuransi
1. Asuransi Jiwa
2. Asuransi Kesehatan
3. Asuransi Pendidikan
4. Asuransi Investasi
5. Asuransi Kendaraan
6. Asuransi Kecelakaan
7. Asuransi Korporasi
8. Asuransi Hari Tua
C. Asuransi Syariah
1. Kafalah
Praktik asuransi syariah di Indonesia didasarkan pada hukum kafalah atau
takaful, kafalah adalah suatu hukum jaminan dalam islam untuk menyatukan
tanggung jawab Penjamin kepada orang yang di jamin guna menunaikan hak
wajib di waktu itu atau di masa yang akan datang.
2. Rukun Kafalah
A. Kafil (orang yang menjamin atau penjamin)
B. Al-makful labu (orang yang meminjamkan uang)
C. Al-makful anbu (orang yang beruntung)
D. Al-makful Bibi (objek jaminan biasanya berupa uang, utang, barang atau
orang)
E. Sigat (akad/ijab)
3
3. Syarat Kafalah
A. Kafil (penjamin), yaitu orang yang menjamin di syaratkan sudah balig dan
memiliki hak penuh untuk melakukan undakan hukum dalam urusan
hartanya
B. Al-makful anbu (orang yang berutang) di syaratkan memiliki kesanggupan
C. Menyerahkan tanggungannya kepada penjamin
D. Al-makful labu (orang yang meminjamkan uang) memiliki syarat, yaitu
berakal, dapat hadir pada waktu akad, dan di ketahui Identitas nya
E. Al-makful bibi (objek pinjaman) harus berupa uang, barang atau pekerjaan,
harus piutang mengikat (lazim) yang tidak akan hilang setelah di bayar atau
di bebaskan
F. Sigat (akad) syarat nya harus mengandung makna menjamin secara nyata
dan jelas
4
D. Bank Syariah
5
B. Lembaga Penyaluran Dana
Bank syariah berusaha tidak meminjamkan uang ke nasabah sebagai
output penyaluran dana ke masyarakat, namun bank syariah
mengeluarkan dana dalam bentuk pendanaan usaha, di antaranya sebagai
berikut.
c.Istisnak
Istisnak secara sederhana, artinya akad yang terjalin antara
pemesan sebagai pihak pertama dengan seorang produsen suatu
barang atau penyedia jasa maupun yang serupa sebagai pihak
kedua.
Persewaan (jarab) 2
Sewa – menyewa ini, dilakukan oleh bank syariah dalam dua
cara, yaitu sebagai berikut.
6
1. Perwakilan (Wakalah)
Wakalah adalah upaya pemberian hak kuasa penuh dari satu orang ke
orang lain. Wakalah dapat berupa pelimpahan oleh seseorang kepada
orang lain atas urusan yang boleh ia lakukan sendiri dan boleh ia
lakukan sendiri dan boleh diambil orang lain agar dilakukan ketika ia
masih hidup.
3. Kafalah
Kafalah ialah upaya yang dilakukan suatu pihak guna menjamin pihak
lain untuk memenuhi kewajiban pihak kedua yang ditanggungnya.
4. Gada (Raban)
Rahan adalah menahan barang nasabah yang memiliki nilai tertentu
sebagai jaminan untuk mendapatkan uang pinjaman dari bank (el
Lateral dengan ketetapan mengacu pada syariah islam).
7
E. KoperasiSyariah
Pengertian Koperasi
Syariah
Koperasi jasa keuangan syariah adalah lembaga keuangan mikro di indonesia. KJKS
pada dasarnya pengembangan dari konsep ekonomi islam yang disebut syariah,
terutama pada lembaga keuangan. Merupakan lembaga berbadan hukum yang
menjalankan operasionalnya mengacu pada prinsip – prinsip syariah tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam masalah muamalat, adat kebiasaan bisa dijadikan dasar hukum
dengan syarat hubungan keperdataan tersebut tidak dilarang oleh al-qur’an
dan as-sunnah. Ini berarti Islam membuka pintu selebar-lebarnya kepada
pihak –pihak yang berkepentingan untuk mengembangkan dan menciptakan
bentuk dan macam-macam transaksi baru sesuai dengan perkembangan
zaman sepanjang itu tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Selain itu dalam transaksi-transaksi muamalat, yang menjadi acuannya
adalah terciptanya unsur kemaslahatan yang mengandung makna bahwa
hubungan itu mendatangkan kebaikan, berguna dan berfaedah bagi kehidupan
pribadi dan masyarakat.
B. Saran
Sesuai yang telah dituliskan dalam makalah ini maka dapat disarankan sebagai berikut.
1. Di masa yang serba modern berbasis teknologi sekarang ini, sangat diperlukan
pemahaman mengenai segala hal yang dilakukan sehari-hari bagi manusia yang
bersumber dari hukum syara’ yang jelas sanadnya dan rujukan ayat-ayat mengenai
fenomena online shopping berdasarkan pemahaman yang benar sesuai penafsiran para
Ulama’. Dengan demikian, orang-orang akan mengetahui bahwa semua yang terkait
dengan muamalah sudah di nash dan ada aturannya dalam syariat Islam. Sehingga, adanya
tren baru yang serba memudahkan manusia dalam bermuamalah tidak disalahgunakan
pada yang tidak fungsinya.
2. Dalam tulisan ini, mengenai relevansi online shopping dengan ayat-ayat tentang jual
beli yang dikaji dengan pendekatan tafsir maudlu’i dan maqashidi dirasa masih sangat
banyak kekurangan, baik dari segi kelengkapan isi pembahasan, sumber rujukan, ataupun
lainnya. Maka dari itu, penulis berharap bagi peneliti selanjutnya dapat membahas lebih
dalam lagi mengenai tema tulisan ini dari berbagai sudut pandang sesuai perkembangan
zaman serta dapat mengembangkan lebih lanjut, menuangkan ide dan pemikiran yang
lebih baik, sehingga dapat menambah sumbangan ilmu dan pemahaman yang mudah
dimengerti oleh para pembaca, dan juga menjadi bahan acuan untuk peneliti-peneliti
selanjutnya.
9