Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASURANSI SYARIAH
(TAKAFUL)
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
Dosen Pengampu : Ema Elisa,M.E.I

Disusun Oleh Kel. 6


Suryani 12007073
M.Fiqri Haikhal 12007033

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Asuransi Syariah (Takaful) tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai syarat untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Fiqih Perbankan Syariah
Penulis paham tanpa bantuan dan bimbingan dari semua orang yang
terlibat, makalah ini tidak akan selesai dengan baik. Untuk itu, penulis
menyampaikan terima kasih atas kontribusi kepada :
1. Ema Elisa, M.E.I selaku dosen pengampu Mata Kuliah Aspek Hukum
Perbankan Syariah
2. semua pihak yang terlibat atas kesempatan dan bantuan yang diberikan
kepada penulis dalam penyusunan makalah ini dan memperoleh
informasi;
3. Seluruh teman-teman angkatan 2020 Perbankan Syariah yang telah
memberikandukungan moral dari kalian semua;
Meskipun telah berusaha menyelesaikan makalah ini dengan baik,maka
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis, dan
berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Pontianak, 9 September 2023

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1
BAB I .................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ............................................................................................... 3
A. Latar Belakang .......................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .................................................................................................. 6
B. Sejarah Asuransi Syariah ........................................................................... 6
C. Perkembangan Asuransi Takaful di Indonesia ........................................... 9
D. Produk – Produk Asuransi Syariah (Tafakul) ........................................... 10
E. Pendapat Para Ulama Mengenai Asuransi Syariah ................................... 11
BAB III.............................................................................................................. 12
PENUTUP ......................................................................................................... 12
F. KESIMPULAN ....................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuransi syariah merupkan salah satu bisnis yang tidak terlepas dari
persaingan. Persaingan ketat yang dihadapi oleh masing – masing lembaga
memaksa pihak manajeman untuk merancang strategi agar nasabah tetap
loyal. Karena itu pada asuransi syariah diperlukan adanya kualitas
pelayanan yang dapat mempengaruhi kepuasan dan loyalitas para
pemegang polis. Kondisi seperti ini dapat dimaknai bahwa asuransi syariah
tidak dapat hanya bertahan dan menggunakan pendekatan serta
mempertahankan nasabah yang ada dengan memanfaatkan sentimen
emosional saja karena alasan agama. Asuransi syariah harus dapat mencari
solusi tepat dalam bertahan dan menarik pelanggan.(Sula, dalam Wuryanti
Koentjoro. Kualitas pelayanan dan pengaruhnya Terhadap Kepuasan dan
Loyalitas Yang Syar’i Pemegang Polis Asuransi Syariah. Ekobis, Jurnal
Ekonomi Vol.10, No.2, 375-385, 2009)

Kegiatan perusahaan asuransi, diarahkan untuk memproteksi keadaan


dimasa datang yang belum pasti terjadi atas sebuah risiko yang berkaitan
dengan nilai aktivitas ekonomi seseorang. Apalagi masa yang akan datang
adalah sebuah masa yang penuh dengan ketidakpastian (Uncertinty). Dalam
hal ini manusia hanya dapat merencanakan dan memprediksi kejadian
dimasa datang, sedang kepastian (certainty) hanya ada pada Allah SWT.

Perusahaan asuransi syariah sudah berkembang dengan pesat meskipun


tidak terlalu banyak yang dikenal seperti perbankan syriah. Perbedaan dari
asuransi syariah dan asuransi konvensional mungkin tidak terlalu terlihat
tetapi pada dasarnya perbedaan tersebut terletak pada perjanjian
transaksinya. Terdapat perbedaan antara asuransi syariah dengan asuransi
konvensional dari operasionalnya. Dalam asuransi syariah, peserta akan
mengikatkan diri dalam suatu komunitas dan mereka akan saling
menanggung apabila terdapat musibah. Sementara itu, asuransi

3
konvensional, nasabah membeli perlindungan apabila musibah terjadi.
Produk keungan yang menjadi tren kedepan adalah produk syariah
sehingga banyak pemilik modal yang berinfestasi pada produk keungan ini.
Di Indonesia produk syariah sudah menjamur karena masyarakat Indonesia
yang mayoritas muslim berminat memiliki produk keungan syariah. (Novi
Puspitasari. 2015:viii)

Dalam Al – Qur’an hubungan konsumen dengan produsen tidak hanya


sebatas mitra, tetapi juga sebagai saudara yang harus dilayani dengan baik
diantara keduanya. Islam mengajarkan, segala sesuatu harus memilki
manajemen yang baik,benar,rapi dan teratur, tidak asal – asalan. Seperti
sebuah lembaga akan berjalan dengan baik jika dikelola dengan baik, maka
organisasi apapun akan senantiasa membutuhkan managemen yang baik.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diwiryatkan oleh
Imam Thabrani, yang artinya :

“Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang yang jika


melakukan sesuatu pekerjaan dilakukan secara itqon (tepat,terarah dan
jelas)” (Mahrum Sayyid,Ahmad Al-Hasim:34).

Kepuasan nasabah penting untuk diukur, agar perusahaan dalam hal ini
asuransi dapat mengetahui atribut apa dari suatu produk yang dapat
memuaskan nasabah. Misalnya seorang nasabah merasa puas setelah
menerima pembayaran klaim dari perusahaan asuransi, dikarenakan proses
pencairan dananya cepat, bahkan lebih cepat dari yang dia harapkan.
Pengetahuan tentang persepsi nasabah akan membantu asuransi
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada nasabahnya, sehngga
nasabah merasa puas dan dapat memberikan loyalitas yang tinggi kepada
asuransi.

Kepuasan nasabah adalah tingkat perasaan seseorang setelah


membandingkan kinerja/hasil yang dirasakan dengan harapannya
(Oliver,1980). Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan

4
antara kinerja yang dirasakan dengn harapan. Apabila kinerja dibawah
harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan,
pelanggan akan sangt puas. Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh
pengalaman masa lampau,komentar dari kerabtnya serta janji dan informasi
pemasar dan siangannya. Pelanggan yang puas akan setia lebih
lama,kurang sensitif terhadap harga dan memberi komentar yang baik
tentang perusahaan. (J. Suprapto,2011:233)

Sebagai perusahaan asuransi syariah, Takaful keluarga beroperasi


dengan konsep tolong – menolong, sebagaimana telah digariskan di dalam
Al – Qur’an,

‫علَى ْالبِ ِر َوالتَّ ْق ٰو ۖى‬


َ ‫علَى ْالبِ ِر َوالت َّ ْق ٰو ۖى َوتَعَ َاونُ ْوا‬
َ ‫َوتَعَ َاونُ ْوا‬

"Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa” (QS. Al-
Maidah:2). Dengan landasan ini, tafakul keluarga menjadikan semua pesert
sebagai satu keluarga besar yang akan saling melindungi dan bersama-sama
menanggung resiko keuangan dari musibah yang mugkin terjadi diantara
mereka.
Masyarkat muslim sekarang sangat memerlukan asuransi untuk
melindungi harta dan keluarga mereka dari akibat musibah usaha. Usaha yang
maju dan menguntungkan mungkin bisa bangkrut dalam seketika ketika
kebakaran melanda dalam usahanya. Asuransi memang tidak bisa mencegah
musibah tapi setidaknya bisa menanggulangi akibat keuangan yang terjadi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

B. Sejarah Asuransi Syariah


Praktek asuransi sudah ada sejak zaman sebelum Rasulullah SAW.
Asuransi adalah budaya dyang berasal dari suku Arab kuno. Praktek asuransi
disebut dengan âqilah.
Kata âqilah secara sederhana dapat diartikan sebagai saling memikul dan
bertanggung jawab bagi keluarga. Hal ini dapat menggambarkan bahwa suku
Arab pada saat itu harus siap untuk melakukan kontribusi financial atas nama
pembunuhan untuk membayar sejumlah uang kepada keluarga atau ahli waris
korban.
Dalam âqilah, setiap anggota suku memberikan kontribus yang fungsinya
untuk membayar uang darah apabila salah satu anggota suku membunuh
anggota suku lain. Praktek âqilah sama halnya dengan praktek asuransi,
kontribusi yang dberikan kepada ahli waris korban sama dengan nilai
pertanggungan. Dengan demikian, maka suku Arab pada zaman dahulu sudah
mempraktekkan asuransi dengan cara melakukan proteksi terhadap anggota
sukunya terhadap risiko pembunuhan yang bisa terjadi setiap saat tanpa duga
sebelumnya. Pembahasan asuransi dalam wilayah kajian ilmu-ilmu keislaman
baru muncul pada fase lahirnya ulama kontemporer.
Tercatat dalam literature sederet nama yang menekuni kajian asuransi
diantaranya adalah, Ibnu Abidin (1784-1836), Muhammad Nejatullah al
Shiddiqi, Muhammad Muslehuddin, Fazlur Rahman, Mannan, Yusud al
Qardhawi, Mohd. Ma‟shum Billah, merupakan deretan nama ulama ternama
yang hidup di era abad modern. Di sini, kajian tentang asuransi merupakan
sebuah paket dari kajian ekonomi Islam yang biasanya selalu dikaji bersama-
sama dengan pembahasan perbankan dalam Islam, Jadi, asuransi Islam atau
asuransi syariah merupakan hasil pemikiran ulama kontemporer.
Sejarah terbentuknya asuransi syariah dimulai sejak tahun 1979 yang
ditandai dengan berdirinya perusahaan asuransi di Sudan bernama Sudanese

6
Islamic Insurance. Perusahaan tersebut pertama kali memperkenalkan asuransi
syariah. Pada tahun yang sama sebuah perusahaan asuransi jiwa di Uni Emirat
Arab juga memperkennalkan asuransi syariah di wilayah Arab. Kemudian
asuransi syariah juga dikenal di Swiss yang ditandai dengan berdirinya asuransi
syariah bernama Dar al Mâl al Islâmi pada tahun 1981 yang selanjutnya
memperkenalkan asuransi syariah ke Jenewa. Di Eropa, asuransi syariah kedua
bernama Islamic Takafol Company (ITC) yang berdiri di Luksemburg pada
tahun 1983, dan diikuti oleh beberapa Negara lainnya.
Secara prinsipil kajian ekonomi Islam selalu mengedepankan asas
keadilan, tolong- menolong, menghindari kezaliman,pengharaman riba, prinsip
profit and loss sharing serta penghilangan unsur gharar, Maka dari sini ditarik
garis parallel terhadap prinsip-prinsip yang harus ada dalam sebua institusi
asuransi syariah. Sebab, asuransi syariah secara teoritis masih menginduk
kepada kajian ekonomi Islam secara umum.
Di samping prinsip dasar di atas yang harus dipenuhi oleh lembaga
asuransi syariah, asuransi syariah juga harus mengembangkan sebuah
manajemen asuransi secara mandiri, terpadu, professional serta tidak
menyalahi aturan dasar yang telah digariskan dalam syariah Islam.

untuk tujuan menjaga agar selalu sesuai dengan syari‟at Islam maka pada
setiap asuransi harus ada Dewan
Subsatansi dari aktivitas asuransi adalah perlindungan atas resiko.
Kehidupan manusia itu tidak terlepas dari resiko, misalnya adanya gempa, atau
kejadian-kejadian lainnya yang menyebabkan adanya perlindungan, diamana
kemudian potensi resiko itu tidak terlalu besar. Sebagai seorang muslim kita
mempunyai al-quran dan hadits dan sumber hukum Islam yang disepakati
lainnya. Kemudian ketika kita menelaah al-quran hanya beberapa praktek yang
telah dilakukan oleh para nabi, dalam Islam konsep asuransi itu bukanlah suatu
hal yang baru karena sudah ada sejak zaman Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam yang sering dikenal sebagai Aqilah.

7
Aqillah berarti ashobah yang menunjukkan hubungan ayah dengan
pembunuh (khan.1997). Jaman dahulu di arab jika ada salah satu anggota suku
yang terbunuh oleh anggota suku yang lain pewaris korban akan dibayar dari
pembunuh saudara terdekat membunuh yang disebut aqilah yang harus
membayar hutang darah atas nama pembunuh. untuk membayar kontribusi
keuangan ini sama dengan premi dipraktik asuransi. sedangkan kompensasi
yang dibayar berdasarkan Aqilah mungkin sama dengan nilai pertanggungan
dalam praktik asuransi saat ini. Dengan demikian hal ini merupakan bentuk
perlindungan keuangan untuk pewaris terhadap kematian yang tidak
diharapkan dari sang korban. Sistem pembayaran diat ini tetap dipertahankan
setelah datangnya Islam karena manfaatnya di antara lain yang pertama
mengurangi pertumpahan darah, lalu yang kedua menggantikan tanggungjawab
individu menjadi tanggung jawab bersama beban keuangan individu dan
mengembangkan Smart kerjasama dan persaudaraan.
Pada masa khalifah abu bakar,utsaman dan Ali, konsep aqilah kemudian
sudah diatur oleh badan khusus, dan ini sudah mengarah pada praktek modern,
dimana saat ini asuransi dikelola oleh badan khusus, dan dijaman Khulafaur
Rasyidin juga sudah dipegang oleh badan khusus, yang dinamakan dengan
diwan mujahidin. Diwan mujahidi adalah orang yang dipilih secara khusus
untuk mengelola praktik aqilah. Pada abad ke 14 dan 17 ada praktik asuransi
kelautan. Diasuransi konvensional asuransi pertama itu asuransi laut atau
asuransi maritim. Yang pada saat itu untuk segala pengiriman barang dilakukan
dengan mengirim barang dengan transportasi laut.
Dalam islam, konsep asuransi itu bukanlah suatu yang baru. Karena sudah
ada sejak zaman Rasulullah SAW, yang sering dikenal sebagai aqilah. Aqilah
berarti asabah yang menunjukkan hubungan ayah dengan pembunuh. Jadi
zaman dahulu di Arab, jika ada salah satu anggota suku yang terbunuh oleh
anggota suku yang lain, pewaris korban akan dibayar sejumlah uang darah
(diyat) sebagai konvensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh. Saudara
terdekat pembunuh, yang disebut aqila yang harus membayar uang darah atas
nama pembunuh. Kesiapan untuk membayar kontribusi keuangan in sama

8
dengan premi di praktik asurasi. Sedangkan, konvensasi yang dibayar
berdasarkan aqilah mungkin sama dengan nilai

pertanggungan dalam praktik asuransi saat ini. Dengan demikian, hal ini
merupakan bentuk perlindungan keuangan untuk pewaris terhadap kematian
yang tidak diharapkan dari sang korban. Pada perkembangan selanjutnya,
sistem Al-Aqilah ini diterima oleh nabi Muhammad SAW menjadi bagian dari
hukum Islam dan kemudian dibuat menjadi wajib selama periode khalifah ke-2
umar bin khatab.

C. Perkembangan Asuransi Takaful di Indonesia


Di Indonesia, takāful (Sharīʻah) tumbuh 8,6% y-o-y menjadi USD 1,1
miliar pada 2018. Mirip dengan Malaysia, segmen takāful keluarga
mendominasi pasar, menyumbang lebih dari tiga perempat kontribusi takāful.
Bersama China, pasar Indonesia dianggap sebagai salah satu pasar asuransi
jiwa dengan kinerja terbaik didunia. perkembangan asuransi syariah di
Indonesia dapat dikatakan sangat baik. Berdasarkan data yang ada, dapat kita
lihat bahwa asuransi syariah sangat berkembang di Indonesia.

Hingga saat ini, Indonesia merupakan salah satu Negara dengan operator
asuransi syariah terbanyak di dunia. Tercatat terdapat 49 perusahaan asuransi
syariah yang telah terverifikasi.Hal lain yang dapat kita lihat dari
berkembangnya asuransi syariah di Indonesia yaitu semakin banyaknya
masyarakat yang ingin berinvestasi. Tak hanya itu, kini masyarakat juga mulai
melirik asuransi syariah sebagai wadah penyimpanan dana yang terpercaya dan
tidak merugikan bagi pengguna jasa asuransi tersebut.

9
D. Produk – Produk Asuransi Syariah (Tafakul)
Adapun produk asuransi syariah berdasarkan rilisan Otoritas Jasa Keuangan
adalah sebagai berikut :

 Asuransi Jiwa Syariah. Perusahaan asuransi akan memberikan manfaat


berupa uang pertanggungan kepada ahli waris apabila peserta asuransi
meninggal dunia.
 Asuransi Pendidikan Syariah. Dengan asuransi ini dana pendidikan akan
telah disepakati akan diberikan kepada penerima hibah (Anak) sesuai
dengan jenjang pendidikan. Ahli waris juga tetap akan mendapatkan
manfaat dana pendidikan apabila peserta asuransi meninggal dunia.
 Asuransi Kesehatan Syariah. Asuransi yang akan memberikan santunan atau
penggantian jika peserta asuransi sakit, atau kecelakaan.
 Asuransi dengan Investasi (unit link) Syariah. Produk yang memberikan
manfaat asuransi dan manfaat hasil investasi. Sebagian premi yang dibayar
dalam investasi ini dialokasikan untuk dana tabarru’ dan sebagian
dialokasikan sebagai investasi peserta.
 Asuransi Kerugian Syariah. Asuransi yang memberikan ganti rugi kepada
tertanggung atas kerugian harta benda yang dipertanggungjawabkan.
 Asuransi Syariah Berkelompok. Asuransi ini dirancang khusus untuk
peserta kumpulan seperti perusahaan, organisasi, maupun komunitas.
Dengan jumlah peserta yang lebih banyak asuransi ini lebih murah bila
dibandingkan dengan asuransi syariah individu.
 Asuransi Haji dan Umroh. Asuransi ini memberikan perlindungan finansial
bagi jama’ah haji/umroh atas musibah yang terjadi selama menjalankan
ibadah haji/umroh. Khusus asuransi haji telah diatur melalui fatwa MUI
nomor 39/DSN-MUI/X/2002 tentang asuransi haji agar para jamaah
mendapatkan ketenangan selama menjalankan ibadah haji.

10
E. Pendapat Para Ulama Mengenai Asuransi Syariah

pendapat yang pertama yaitu segala asuransi dalam segala aspeknya adalah
haram, termasuk Asuransi Jiwa, Asuransi Sosial, Maupun Asuransi
Komersial. Pendapat ini dikemukakan oleh kalangan Ulama seperti Sayid
Sabiq (pengarang Fiqh as-Sunnah), Abdullah Al- Qalqili (Mufti Yordan),
Muhammad Yusuf Qordawi (pengarang al-Halal wa al-Haram fi al-Islam),
dan Muhammad Bakhit Al-Muth’i (Mufti Mesir). Menurut pandangan
kelompok ini asuransi diharamkan karena beberapa alasannya diantara lain
adalah:

 Asuransi mengandung unsur perjudian (Maisyir) yang dilarang dalam


Islam.
 Asuransi mengandung ketidak pastian (Gharar).
 Asuransi mengandung unsur riba/ranten yang secara jelas dan tegas
dlarang dalam Islam.
 Asuransi bersifat eksploitasi karena jika peserta tidak sanggup
melanjutkan pembayaran premi sesuai dengan perjanjian maka premi
hangus/ hilang atau dikurangi secara tidak adil (peserta dizalimi).
 Premi-premi yang sudah dibayarkan seringkali akan diputar dalam
praktik-praktik riba.
 Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang yang bersifat
tidak tunai (akad sharf).
 Pada Asuransi Jiwa menjadikan hidup/mati seseorang sebagai obyek
bisnis, yang berarti mendahului takdir Allah (Anshori, 2008:10).

11
BAB III
PENUTUP

F. KESIMPULAN

Asuransi Syariah adalah Asuransi dalam sudut pandangan ekonomi


merupakan metode untuk mengurangi risiko dengan jalan memindahkan dan
mengombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan. Dan dari
sudut pandang bisnis adalah sebuah perusahaan yang usaha utamanya
menerima atau menjual jasa, pemindahan risiko dari pihak lain, dan
memperoleh keuntungan dengan berbagi risiko di antara sejumlah nasabahnya.
Dasar Hukum Asuransi Peraturan perundang-undangan tentang perasuransian
di Indonesia diatur dalam beberapa tempat, antara lain dalam Kitab Undang-
undang Hukum Dagang (KUHD), Dalam Kitab UndangUndang Hukum
Dagang KUHD ada dua cara pengaturan asuransi, yaitu pengaturan yang
bersifat umum dan yang bersifat khusus. Prinsip asuransi syariah Tauhid,
keadilan, tolong-menolong, kerja sama, amanah, kerelaan, tidak mengandung
gharar.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ajib, M. (2019). Asuransi Syariah. Jakarta: Rumah Fiqh Publishing.Arens, A. A.,


Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2012,2010,2008,2006,2005,). Auditing and
assurance services an integrated appoach

Bayinah, A. N., Mardian, S., Mulyati, S., & Maulidha, E. (2019). Akuntansi
Asuransi Syariah. Jakarta:Salemba Empat.

Hendi, S., & K, D. (2005). Asuransi Takaful dari Teoritis ke Praktik. BAndung:
Mimbar Pustaka. IAI. (n.d.). AKUNTANSI TRANSAKSI ASURANSI
SYARIAH "Pernyataan Stanar Akuntansi Keuangan.

Jatmika, M. (2000). Jurnal Al-Muqayyad. Pemikiran Afzalur Rahman Tentang


Konsumsi Dalam Ekonomi Islam, 1(1).

Masrur, M. (2017, Juni). Konsep Harta Dalam Al-Qur'an Dan Hadis. Jurnal
Hukum Islam, 15(1), 95-128. Muhaimin, I. (2005). Asuransi Umum Syariah
Dalam Praktik. Ekonomi Islam, 2.

Rahayu, T. P. (2019). Pelaku Kegiatan Ekonomi. Semarang, Jawa Tengah.Ulum,


K. (2017, Maret). Mengenal Asuransi Syariah Dari Sejarah, Dasar Hukum
sampai akad Transaksi.Jurnal Ekonomi Syariah, 2(1).

13

Anda mungkin juga menyukai