Anda di halaman 1dari 28

ASURANSI SYARIAH

MAKALAH
Dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah BANJK &
LKNB

Dosen Pengampu: Ummul Wafia, S.E.,M.E.

OLEH :
KELOMPOK 3
SUTIMAN ( 20420224 )
ASRIANTO (20420205)

HUKUM EKONOMI SYARIAH 6 B


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
IAI AS’ADIYAH SENGKANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah , dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan limpahan rahmat, taufik ,serta hidayahnya sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Harapan kami bahwa makalah sebagai bahan ajar ini dapat membantu para

mahasiswa dan tim pengajar dalam kegiatan perkuliahan.Ucapan terima kasih

disampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan mengarahkan

dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna. Oleh

karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Sutiman , 19 Mei 2023

Penulis

i
KATAPENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTARISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang ...............................................................................................1

B. RumusanMasalah ..........................................................................................1

C. Tujuan ...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi Syariah ..........................................3

B. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah .................................................................6

C. Manfaat dan Tujuan Sistem Asuransi Syariah .............................................7

D. Sistem-Sistem Asuransi Syariah ..................................................................9

E. Produk-produk Asuransi Syariah (Takaful Keluarga) ...............................10

F. Sistem Pengelolaan dana asuransi syariah ..................................................11

G. Perbedaan Sistem Akuntansi Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional

.....................................................................................................................17

H. Implementasi Akuntansi Islam pada Asuransi Syariah ..............................21

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................23

B. Saran ...........................................................................................................24

DAFTARPUSTAKA ................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan, seorang manusia pasti akan mengalami sebuah musibah atau

sebuah masalah yang mana masalah tersebut akan menimbulkan sebuah kerugian

atau risiko. Nah dalam hal ini ada yang namanya asuransi, yang berfungsi sebagai

solusi untuk mengatasi hal tersebut. Sebagai orang muslim disini kami akan

membahas mengenai akuntansi transaksi Asuransi yag Syariah tentunya. Sehingga

dengan adanya pembahasan ini maka kita akan tahu dan paham mengenai akuntansi

Asuransi. Akuntansi Asuransi yang akan kami bahas disini adalah yang digunakan

di lembaga keuangan syariah. Dalam akuntasi asuransi syariah ada beberapa prinsip

yang ada didalamnya yang harus diterpakan meliputi : saling bertanggung jawab,

saling bekerjasama, saling melindungi. Dana kuntnasi asuransi syariah dan

konvensional mempunyai perbedaan.Dan dengan ini kami akan mempersembahkan

sebuah makalah yang akan memaparkan hal-hal tersebut.

B. Rumusan Masalah:

Berdasarkan Latar belakang diatas adapaun Rumusan Masalah:

a. Apa Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi Syariah?

b. Bagaimana Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah?

c. Apa Manfaat dan Tujuan Sistem Asuransi Syariah?

d. Bagaiman Sistem-Sistem Asuransi Syariah?

e. Bagaimanan Produk-produk Asuransi Syariah (Takaful Keluarga)

f. Bagaimana Sistem Pengelolaan dana asuransi syariah ?

g. Apa Perbedaan Sistem Akuntansi Asuransi Syariah dan Asuransi

Konvensional ?

h. Bagaimana Implementasi Akuntansi Islam pada Asuransi Syariah?

1
2

C. Tujuan penulisan:

a. Untuk mengetahui konsep-konsep akuntansi asuransi syariah

b. Untuk mengetahui perbedaan akuntansi asuransi syariah dan asuransi

konvensional

c. Untuk mengetahui implementasi akuntansi islam pada asuransi syariah


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi Menurut Syariah

Dalam bahasa Arab, Asuransi disebut at-ta’min, penanggung disebut

mu’ammin, sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min. At-

ta’min memiliki arti member perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari

rasa takut. Men-ta’min-kan sesuatu, artinya adalah seseorang membayar atau

menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah

uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap

harta yang hilang, dikatakan ‘seseorang mempertanggungkan atau

mengasurasnsikan hidupnya, rumahnya atau mobilnya’.

Ada tujuan dalam Islam yang menjadi kebutuhan mendasar, yaitu al-kifayah

‘kecukupan’ dan al-amnu ‘keamanan’. Sebagaimana firma Allah swt, “Dialaha

Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan’’, sehingga sebagaian masyarakat

menilai bahwa bebas dari lapar merupakan bentuk keamanan. Mereka menyebutnya

dengan al-amnu al-qidza i aman konsumnsi. Dari prinsip tersebut, Islam

mengarahkan kepada umatnya untuk mencari rasa aman baik untuk dirinya sendiri

dimasa mendatang maupun untuk keluarganya sebagai nasihat Raul kepada Sa’ad

bin Abi Waqqash agar mensedekahkan sepertiga hartanya saja. Selebihnya

ditinggalkan untuk keluarganya agar mereka tidak menjadi beban masyarakat.

Asuransi merupakan bisnis yang unik, yang didalamnya terdapat lima aspek yaitu

aspek ekonomi, hokum, social, bisnis, dan aspek matematika.

Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling

melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui investasi

dalam bentuk aset dan / atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk

menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.

3
4

Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang tidak mengandung gharar

(penipuan), maysir (perjudian), riba, dzulm (penganiayaan), risywah (suap), barang

haram dan maksiat.Menurut Husain Hamid Hisan, mengatakan bahwa asuransi

adalah sikap ta’awun yang telah diatur dengan system yang sangat rapih, antara

sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiawa. Jika

Sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong

dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian (derma) yang

diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian (derma) tersebut, mereka

dapat menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa

musibah.

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesi (DSN-MUI) dalam

fatwanya tentang pedoman umum asuransi syariah, memberikan definisi tentang

asuransi. Menurutnya, Asuransi Syariah (Ta’min, Tafakul, Tadhamun) adalah

usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak

melalui investasi dalam bentuk asset dan atau tabarru’ yang memberikan pola

pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang

sesuai dengan syariah. Dari definisi di tersebut tampak bahwa asuransi syariah

bersifat saling melindungi dan tolong menolong yang disebut dengan ta’awun.

Yaitu prinsip hidup saling melindungi dan saling tolong menolong atas dasar

ukhuwal Islamiyah antara sesame anggota perserta Asuransi Syariah dalam

menghadapi malapetaka (risiko).

Landasan Hukum Asuransi Syariah

Hukum-hukum muamalah adalah bersifat terbuka artinya Allah SWT dalam Al-

Quran hanya memberikan aturan yang bersifat garis besarnya saja. Selebihnya

adalah terbuka bagi mujahit untuk mengembangkan melalui pemikirannya selama

tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadist . Al-Qur’an maupun hadist tidak
5

menyebutkan secara nyata apa dan bagaimana berasuransi. Namun bukan berarti

bahwa asuransi hukumnya adalah haram karena ternyata dalam hokum Islam

memuat substansi perasuransian secara Islami. Hakikat asuransi secara Islami

adalah saling bertanggung jawab, saling bekerjasama, saling tolong menolong, dan

saling melindungi penderitaan satu sama lain. Oleh karena itu berasuransi

diperbolehkan secara syaria’h, karena prinsip-prinsip dasar syariat mengajak

kepada setiap sesuatu yang berakibat kerataan jalinan sesama manusia dan kepada

sesuatu yang meringankan bencana mereka sebagaimana firman Allah Taala dalam

Al-Quran surah al-Maidah ayat 2 yang artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu

dalam mengerjakan kebajikan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam

berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,

sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

Allah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya untuk senantiasa melakukan

persiapan untuk menghadapi hari esok. Allah berfirman dalam surat al Hasyr ayat

18: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa

depan). Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

yang kamu kerjakan [al Hasyr: 18] . Ayat ini dikaitkan oleh sebagian umat Islam

dengan aktivitas menabung atau berasuransi. Menabung adalah upaya

mengumpulkan dana untuk kepentingan mendesak atau kepentingan yang lebih

besar di masa depan, sedangkan asuransi adalah upaya berjaga-jaga jika suatu

musibah datang menimpa, di mana hal ini membutuhkan perencanaan dan

kecermatan.

Dari segi hokum positif, hingga saat ini asuransi syariah masih mendasarkan

legalitasnya pada UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang

sebenarnya kurang mengakomodasi asuransi syariah di Indonesia karena tidak


6

mengatur mengenai keberadaan asuransi berdasarkan prinsip syariah. Dengan kata

lain, UU No. 2 Tahun 1992, tidak dapat dijadikan landasan hokum yang kuat bagi

asuransi syariah. Adapun peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan

pemerintah berkaitan dengan asuransi syariah yaitu :

a) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003

tentang perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan

Perusahaan Reasuransi.

b) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003

tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan

Reasuransi.

c) Keputusan Direktur Jendral Lemabga Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000

tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan

Perusahaan Reasuransi dengan system Syariah.

B. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah

Prinsip utama dalam asuransi syaraiah adalah ta’awanu ‘ala al birr wa al-

taqwa (tolong-menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa) dan al-

ta’min (rasa aman). Para pakar ekonomi Islam mengemukakan bahwa asuransi

syariah atau asuransi tafakul ditegakan atas tiga prinsip utama, yaitu :

a. Saling bekerja sama atau Bantu-membantu.

Seorang muslim bagian dari sistem kehidupan masyarakat. Oleh karena itu,

seorang muslim dituntut mampu merasakan dan memikirkan saudaranya

yang akan menimbulkan sikap saling membutuhkan dalam menyelesaikan

masalah.

“Dan tolong menolonglah kamu (dalam mengerjakan)kebaikan dan taqwa.

Dan jangan tolong,menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”(QS.Al

Maidah[5];2)
7

b. Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan satu sama lain.

Hubungan sesama muslim ibarat suatu badan yang apabila satu anggota badan

terganggu atau kesakitan maka seluruh badan akan ikut merasakan. Maka

saling membantu dan tolong-menolong menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dalam sistem kehidupan masyarakat.

“Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-

wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta maka, janganlah kamu

menghardiknya”’.(Adh.Duiha [93]9-10)

c. Sesama muslim saling bertanggungjawab

Kesulitan seorang muslim dalam kehidupan menjadi tanggung jawab sesama

muslim. Sebagaimana dalam firman Allah swt surat Ali Imran93) ayat 103.

“Dan peganglah kamu kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu

bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepamu ketika dahulu (masa

Jahilliyah) bermusuh-musuhan, maka, Allah merpersatukan hatimu, lalu

menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-orang bersaudara, dan kamu

telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu

daripadanya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar

kamu mendapat petunjuk”.

C. Manfaat Asuransi

Menurut Soemitra (255: 2010), Asuransi pada dasarnya dapat memberi manfaat

bagi para peserta asuransi antara lain sebagai berikut:

1) Rasa aman dan perlindungan.

2) Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil.

3) Berfungsi sebagai tabungan.


8

4) Alat penyebaran risiko. Dalam asuransi syariah risiko dibagi bersama para

peserta sebagai bentuk saling tolong menolong dan membantu diantara

mereka.

5) Membantu meningkatkan kegiatan usaha karena perusahaan asuransi akan

melakukan investasi sesuai dengan syariah atas suatu bidang usaha tertentu.

Tujuan Akuntansi Asuransi Keuangan Syariah

Akuntansi keuangan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu seiring

dengan tingkat kebutuhan perusahaan untuk menetapkan hak dan kewajiban

keuangan, hasil operasi dan untuk memberikan imformasi mengenai posisi

keuangan pada waktu tertentu.

Suatu transaksi dikatakan sesuai dengan prinsip syariah apabila telah memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut:

• Transaksin tidak mengandung unsur kezaliman

• Transaksi tidak mengandung unsur riba

• Transaksi tidak mengandung unsur judi

• Transaksi tidak mengandung unsur penipuan

• Transaksi tidak mengandung material yang diharamkan

• Transaksi tkidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain

Adapun tujuan dari Akuntansi Keuangan Syariah baik pada asuransi syariah

maupun pada lembaga keuangan syariah lainnya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait termasuk hak dengan

kewajiban yang berasal dari transaksi yang belum selesai dan atau kegiatan

ekonomi lain, sesuai dengan prinsip syariah yang berdasarkan pada

konsep kejujuran, keadilan, kebajikan dan kepatuhan terhadap nilai-nilai

bisnis Islam.
9

b. Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi pemakai laporan

untuk mengambil keputusan.

c. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi

dan kegiatan usaha.

D. Sistem-Sistem Asuransi

Menurut Syahatah (2006: 4) Sistem asuransi yang paling banyak berkembang dan

beredar dewasa ini antara lain sebagai berikut:

1) Perusahaan jasa asuransi niaga

Asuransi niaga terkait erat dengan bahaya-bahaya atau risiko-risiko yang

muncul akibat menjalankan aktivitas perdagangan, terutama angkutan

barang dan sejenisnya dari satu tempat ke tempat lain, meliputi: Asuransi

laut, asuransi darat, Asuransi udara.

2) Sistem asuransi jiwa

Asuransi ini berkaitan dengan marabahaya dan risiko yang dapat menimpa

seseorang, seperti luka-luka akibat kecelakaan, sakit, meninggal, atau

pension. Dan diantara model asuransi jiwa yang paling penting adalah

sebagai berikut:

• Asuransi hidup

• Asuransi Kecelakaan

• Asuransi Sosial

• Asuransi Sakit

3) Sistem asuransi dari marabahaya yang menimpa harta benda

Model asuransi ini yang paling populer antara lain sebagai berikut.

• Asuransi dari kebakaran, pencurian, dan pengrusakan/ pemusnahan.

• Jaminan asuransi dari tanggung jawab sipil, pekerjaan, dan

kecelakaan kerja.
10

• Jaminan asuransi dari kemacetan pembayaran.

4) Sistem asuransi investasi

Asuransi ini berlandaskan pada sistem pemberian sejumlah dana untuk

investasi bersama sejumlah orang atau perusahaaan, kemudian sebagian

modal dan labanya diberikan kepada pihak yang mengalami kerugian,

sementara sisanya dikembalikan pada mereka ketika telah mencapai jangka

waktu tertentu. Dengan demikian, ini menggabungkan antara sistem

investasi dan asuransi.

E. Produk-produk Asuransi Syariah (Takaful Keluarga)

Asuransi syari‟ah yang sebenarnya terjadi adalah saling bertanggung jawab,

bantu-membantu dan melindungi para peserta sendiri. Perusahaan asuransi takaful

diberi kepercayaan (amanah) oleh para peserta untuk mengelola premi para peserta,

mengembangkan dengan jalan halal, memberikan santunan kepada yang

mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian Muhammad dalam Hilaliyah

(2008:41).

Takaful keluarga sendiri adalah bentuk takaful yang memberikan

perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan kecelakaan atas diri peserta

takaful dalam musibah kematian yang akan menerima santunan sesuai perjanjian

adalah keluarga/ahli warisnya, atau orang yang ditunjuk, dalam hal tidak ada ahli

waris. Dalam musibah kecelakaan yang tidak mengakibatkan kematian, santunan

akan diterima oleh peserta yang mengalami musibah. Menurut Muhammad dalam

Hilaliyah (2008:42), Jenis takaful keluarga meliputi:

1. Produk takaful individu dengan unsur tabungan, meliputi:

a. Takaful berencana/dana investasi

b.Takaful dana haji

c. Takaful pendidikan/dana siswa


11

d.Takaful dana jabatan

e. Takaful hasanah

2. Produk takaful individu tanpa unsur tabungan, meliputi:

a. Takaful kesehatan individu

b. Takaful kecelakaan diri individu

c. Takaful Al-Khairat individu

3. Produk takaful kumpulan

a. Takaful Kecelakaan Diri Kumpulan

b. Takaful Majelis ta‟lim

c. Takaful Al-Khairat

d. Takaful Al-Khairat+Tabungan Haji (Takaful Iuran Haji)

e. Takaful Pembiayaan

f. Takaful Kecelakaan Siswa

g. Takaful Wisata dan Perjalanan

h. Takaful Medicare

i. Takaful perjalanan haji dan umrah

F. Sistem Pengelolaan Dana Asuransi Syariah

Informasi tentang pengelolaan dana asuransi syariah ini juga diberikan oleh

perusahaan asuransi pertama yang memperkenalkan asuransi syariah

sebagai sejarah terbentuknya asuransi syariah di dunia. Dalam hal keuntungan yang di

dapat oleh perusahaan asuransi atas pengembangan dana asuransi syariah dari

setiap nasabah asuransi syariah ini di bagi secara merata dan seimbang. Ini sesuai

dengan prinsip asuransi syariah “mudharabah” atau biasa disebuat dengan prinsip

bagi hasil. Dan besarnya pembagian hasil dari keuntungan tersebut, ini tergantung

pada kesepakatan antara peserta asuransi syariah di mana nasabah asuransi syariah

ini menjadi pemilik modal dengan perusahaan asuransi yang berfungsi sebagai
12

media untuk mengembangakan dan menjalankan modal tersebut pada saat akad

perjanjian dilaksanakan. Dalam pengelolaan dana asuransi syariah dari para

nasabah, perusahaan asuransi dalam hal ini asuransi syariah mempunyai

mekanisme atau cara kerja yang terbagi menjadi 2 cara dalam mengelola dana

asuransi syariah, adalah sebagai berikut :

a. Sistem pengelolaan dana yang mengandung unsur tabungan

Menjadi nasabah asuransi, baik produk asuransi konvensional maupun asuransi

syariah yang berbasiskan Islam sebagai landasan hukum semua nasabah

asuransi harus memberikan atau membayar iuran yang jumlah telah ditentukan

kepada perusahaan asuransi secara rutin. Atau dalam dunia asuransi, iuran tersebut

disebut dengan premi asuransi. Tetapi khusus untuk asuransi syariah ini, besar

premi asuransi yang akan dibayarkan itu sesuai dengan kemampuan para masing-

masing nasabah asuransi dan sesuai dengan kesepakatan pada saat akad perjanjian

dilakukan.

Untuk pembayaran iuran atau premi asuransi syariah, para nasabah bisa memilih

cara pembayarannya baik dengan transfer atau bayar langsung. Dan waktu

pembayaran premi asuransi ini juga bisa di pilih langsung oleh setiap nasabah

asuransi, bisa dengan melakukan pembayaran setiap bulan, 3 bulan sekali, per 6

bulan, bahkan sampai 1 tahun sekali pembayarannya. Untuk setiap dana premi

asuransi syariah yang dikeluarkan oleh tiap nasabah asuransi syariah yang

berhubungan dengan tabungan, ini akan langsung dipisahkan oleh perusahaan

asuransi ke dalam dua rekening yang berbeda.

Rekening Tabungan, yaitu kumpulan premi dana asuransi syariah dari setiap

peserta asuransi syariah yang merupakan milik peserta sekaligus sebagai simpanan.

Dana premi asuransi tersebut secara otomatis menjadi hak dari nasabah asuransi

syariah dan akan dikembalikan bila :


13

• Perjanjian asuransi syariah ini telah berakhir

• Nasabah asuransi syariah tersebut mengundurkan diri

• Nasabah asuransi syariah tersebut meninggal dunia. Dan dana asuransi

syariah tersebut diberikan kepada ahli waris atau keluarganya.

b. Sistem yang tidak mengandung unsur tabungan.

Khusus untuk produk asuransi syariah, premi asuransi syariah akan harus

dibayarkan oleh setiap nasabah asuransi syariah ini akan dipisahkan langsung oleh

perusahaan asuransi. Pemisahan dana asuransi syariah tersebut, salah satunya untuk

sumbangan yang digunakan untuk membantu sesama nasabah asuransi syariah dan

juga untuk sesama umat muslim.

Rekening Tabarru, yaitu kumpulan dana premi asuransi yang diberikan oleh

setiap nasabah asuransi syariah sebagai iuran atau sumbangan untuk kebaikan

dengan tujuannya untuk saling tolong-menolong dan saling membantu sesama umat

muslim dan nasabah asuransi syariah. Untuk dana yang berupa premi asuransi

syariah tersebut akan dibayarkan apabila :

• Nasabah asuransi syariah tersebut meninggal dunia. Dan dana asuransi

syariah tersebut diberikan kepada ahli waris atau keluarganya.

• Perjanjian asuransi syariah telah berakhir. Untuk dana premi asuransi

syariah ini akan di berikan jika ada surplus dana yang diterima oleh

perusahaan asuransi.

Semua sistem dan cara pengelolaan dana asuransi syariah yang telah dihimpun

dan dikelola oleh perusahaan asuransi ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariat

Islam demi untuk mendapatkan keuntungan. Nah, setiap keuntungan yang didapat

dari hasil investasi tersebut, akan dibagikan secara merata dengan jumlah yang adil

antara nasabah asuransi syariah dengan perusahaan asuransi. Pembagian

keuntungan dari investasi ini, tentunya setelah dikurangi beban asuransi, yaitu
14

klaim dan premi asuransi. Pembagian keuntungan ini juga akan dilakukan dengan

mengedepankan atau menggunakan prinsip Al-Mudharabah dan sesuai dengan

perjanjian atau pada saat akad asuransi syariah dilakukan.

Sumber Biaya Operasional

Dalam operasionalnya asuransi syariah yang berbentuk bisnis seperti

Perseroan Terbatas (PT), sumber biaya operasional menjadi sangat menentukan

dalam perkembangan dan percepatan pertumbuhan industri. Lain halnya dengan

asuransi syariah yang berbentuk sosial, mutual atau koperasi, disini peran

pemerintah harus dominan terutama dalam memberikan subsidi ditahap awal

berdirinya asuransi tersebut. Asuransi syariah yang bersifat sosial tentu tidak

terlampau mengutamakan aspek bisnis atau perolehan profit. Tetapi lebih

mengutamakan aspek manfaat sebesar-besarnya bagi anggotanya sebagaimana

fungsi utama asuransi syariah, yaitu wataawanu alal birri wattaqwa’ saling

menolong dalam kebajikan dan taqwa‟.

a. Bagi Hasil Surplus Underwriting

Menurut Sula (2004:180) bagi hasil surplus underwriting adalah bagi hasil

yang diperoleh dari surplus underwriting, yang dibagi secara proporsional antara

peserta (shohibul mal) dan pengelola (mudhorib) dengan nisbah yang telah

ditetapkan sebelumnya. Sedangkan, untuk produk-produk non saving dalam

asuransi jiwa, surplus underwriting juga merupakan sumber biaya operasional.

Surplus underwriting diperoleh dari kumpulan dana peserta yang diinvestasikan,

lalu dikurangi biaya-biaya atau beban asuransi seperti reasuransi dan klaim.

Kemudian surplus tersebut dibagi hasil antara peserta dan perusahaan. Bagian

perusahaan inilah yang diambil sebagai biaya operasional sebelum menjadi profit

perusahaan.
15

Menurut Richard Bailey dalam Sula (183:2004), Tujuan underwriting membuat

taksiran risiko dan penetapan calon tertanggung kedalam kelompok-kelompok

risiko, sasaran underwriting perusahaan adalah menyetujui dan menerbitkan polis

yang:

1. Adil Bagi Nasabah (Equitable to The Client) :

Salah satu prinsip dasar asuransi ialah bahwa masing-masing tertanggung

membayar premi yang proporsional terhadap risiko yang ditaksir perusahaan

terhadap tertanggung tersebut. Dengan diterimanya aplikasi asuransi jiwa,

perusahaan harus menetapkan tingkat risiko dan harus membebani premi

secara adil atas risiko tersebut.

2. Dapat Dijual oleh Agen (deliverable by the agent) :

Pembeli membuat keputusan terakhir apakah polis asuransi tertentu dapat

diterima. Jika pembeli memutuskan tidak membeli polis jika agen berusaha

menjual polis tersebut, dikatakan bahwa polis tidak dapat dijual

(undeliverable) atau tidak dibeli (not taken). Satu di antara alasan-alasan

sebuah polis tidak dibeli ialah karena keputusan underwriting yang tidak

menguntungkan dengan hasil pembebanan premi antisipasi yang lebih tinggi.

Misalnya, jika underwriter telah memutuskan beban premi lebih tinggi dari

premi normal untuk satu penutupan atau membatasi uang pertanggungan atau

jenis benefit tambahan atau rider yang dikehendaki, maka calon tertanggung

mungkin menolak polis.

Adapun syarat diterimanya suatu polis adalah:

▪ Polis harus menyediakan benefit yang memenuhi kebutuhan pembeli.

▪ Premi yang ditetapkan oleh polis harus dalam batas kemampuan keuangan

pembeli.

▪ Premi yang dibebankan untuk asuransi harus bersaing dengan pasar.


16

3. Menguntungkan Perusahaan (profitable to the company)

Underwriter harus membuat keputusan yang menguntungkan perusahaan.

Semua perusahaan asuransi, apakah itu perseroan terbatas, asuransi jiwa

bersama, atau fraternal, meminta underwriting yang sehat untuk meyakinkan

hasil keuangan yang menguntungkan. Perseroan terbatas membayar deviden

kepada pemegang saham. Dan dalam beberpa kasus, asuradur (penanggung)

perusahaan mutual maupun fraternal membayar deviden kepada pemegang

polis (peserta).

b. Bagi Hasi Investasi

Menurut Sula (2004:180) bagi hasil investasi adalah bagi hasil yang

diperoleh secara proporsional berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah ditentukan,

baik dari hasil investasi dan rekening tabungan peserta maupun dari dana rekening

tabarru’. Setelah dana peserta dibayarkan, dan terkumpul dalam total dana peserta,

kemudian diinvestasikan. Profit yang diperoleh dari investasi kemudian dilakukan

bagi hasil antara peserta dan pengelola atau perusahaan asuransi.

c. Dana Pemegang Saham

Dana pemegang saham adalah dana yang disiapkan oleh para pemegang

saham sebagai modal setor bagi perusahaan, baik pada tahap awal berdirinya

perusahaan maupun penambahan dana setelah perusahaan berjalan, beserta hasil

investasi atas dana tersebut atau dengan kata lain, akumulasi laba ditambah modal

yang disetor oleh pemegang saham.

d. Loading (Kontribusi Biaya)

Menurut Sula (2004:181) loading adalah kontribusi biaya yang dibebankan

kepada peserta, yang biasanya pada asuransi konvensional diambil dari premi tahun

pertama dan kedua. Pada beberapa asuransi syariah di Indonesia, loading dikenakan

sebesar kurang lebih 25 persen dari premi tahun pertama atas sepengetahuan peserta
17

dan terutama diperuntukkan untuk biaya komisi agen. Adapun jumlah kontribusi

yang diambil berpulang kepada kebijakan perusahaan masing-masing dengan

mempertimbangkan aspek keadilan dan aspek market.

Perusahaan asuransi syariah seperti Syarikat Takaful di Malaysia, dan

sebagian asuransi syariah di Indonesia seperti Asuransi Syariah Mubarokah tidak

membebankan loading kepada peserta dengan alasan bertentangan dengan kaidah

syara‟. Sementara sebagian yang lain seperti Takaful Keluarga, MAA syariah dan

asuransi syariah lainnya, Dewan Pengawas Syariah (DPS) membolehkan loading

(misalnya sebesar 3 persen) dari premi tahun pertama, sepanjang dilakukan secara

transparan dan sepengetahuan peserta takaful diawal akad. Hal ini dianggap tidak

bertentangan dengan kaidah-kaidah syara‟.

Menurut Sula (2004:181) pengertian biaya loading pada asuransi syariah adalah

kontribusi biaya yang diambil dari sebagian kecil kontribusi peserta (premi) tahun

pertama, misalnya 20%-30% dari premi tahun pertama. Biaya tersebut terutama

diperuntukkan untuk komisi agen dan biaya penagihan (incasso).

G. Perbedaan Sistem Akuntansi Asuransi Syariah dan Asuransi

Konvensional

Konsep akuntansi Islam dan akuntansi konvensional memiliki sifat dan

karakteristik yang berbeda. Sebab dasar-dasar akuntansi Islam adalah syariat Islam

yang diimplementasikan dikalangan masyarakat muslim, yang prosesnya ditangani

oleh para akuntan yang mengombinasikan kemampuan dan kecakapan dengan

kejujuran kerja. Berdasarkan pengertian, landasan syar’i dan prinsip-prinsip

akuntansi syariah serta keterangan-keterangan diatas, dapat kita simpulkan sifat-

sifat spesifik akuntansi syariah diantaranya sebagai berikut. :

• Kaidah-kaidah dasar akuntansi Islam bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah

nabawiyah serta fiqih para ulama


18

• Akuntansi Islam dilandasi oleh kaidah yang kuat, iman, serta pengakuan

bahwa Allah itu adalah Tuhan, Islam adalah agama, Muhammad adalah Rasul,

dan juga percaya pada hari akhir.

• Akuntansi Islam berlandaskan pada akhlak yang baik. Karenanya, seorang

akuntansi yang melaksanakan proses akuntansi harus mampu mempunyai sifat

amanah, jujur, netral, adil, dan professional.

• Dalam Islam, seorang akuntan dianggap bertanggung jawab di depan

masyarakat dan umat Islam tentang berapa jauh kesatuan ekonomi yang

dipengaruhi oleh hokum syariat Islam, terutama yang berkaitan dengan

muamalah.

• Berdasarkan keistimewaan-keistimewaan yang bersifat kaidah dan akhlak,

akuntansi dalam Islam juga berkaitan dengan proses-proses keuangan yang

sah.

• Akuntansi dalam Islam sangat memperhatikan aspek-aspek tingkah laku

sebagai unsur dan juga berperan dalam kesatuan ekonomi.

Dalam system akuntansi syariah memiliki beberapa perbedaan system

akuntansi dengan akuntansi konvensional. Mohamed Arif bin Abdul Rashid, CEO

PT. Syarikat Takaful Indonesia, dalam Eccounting Concept In Takaful Busines

menjelaskan beberapa perbedaan tersebut sebagai berikut:

a) Cash Bases

Dalam praktik akuntansi konvensional, premi asuransi diakui sebagai

pendapatan, walaupun premi asuransi belum dibayarkan. Sedangkan dalam

praktik akuntansi takaful atau asuransi syariah, angsuran atau premi dan

laba dari investasi benar-benar diakui sebagai pendapatan jika perusahaan

telah menerimanya secara tunai. Praktik akuntansi ini memiliki arti yang
19

penting yang berkaitan dengan system bisnis yang berperinsip pada

mudharabah dimana akad mengikat antara peserta dengan perusahaan

dalam kesepakatan bagi hasil.

b) Technical Reserve

Cadangan teknis merupakan bagian dari premi asuransi yang belum

dihasilkan atau dikenal sebagai cadangan premi yang belum dihasilkan.

Dalam system akuntansi takaful, cadangan teknik dihitung dengan

menggunakan metode 1/365. Premi akan diakui sebagai pendapatan serta

ditentukan menurut jumlah hari yang sebenarnya selama periode akuntansi

dan masa perjanjian/kontrak Tafakul. Premi yang tidak digunakan selama

masa perjanjian dianggap cadangan.

c) Beban Retakaful

Dalam praktik asuransi konvensional beban reasuransi selama masa

perjanjian, diakui sebagai asuransi awal yang dikover. Praktik akutansi ini

sesuai dengan standar yang diterima, yaitu perbandingan pendapatan

dengan beban yang terjadi pada periode berjalan. Dalam system akuntansi

Takaful, beban retakaful selama masa perjanjian diakui sebagai utang

sampai angsuran atau premi Takaful dibayar oleh peserta. Akan tetapi,

beban retakaful ini akan diakui sebagai pendapatan juika seluruh premi

dibayar lebih awal oleh peserta.

d) Surplus (Pada Asuransi Jiwa)

Dalam asuransi konvensional, surplus dari investasi ditrasfer ke pemegang

saham sebagai pendapatan. Tetapi, di Takaful keluarga (jiwa), perusahaan

tidak berhak mengakui surplus ini sebagai pendapatan. Pada Takaful

keluarga hanya laba dari dana investasi dibagikan antara peserta dan

perusahaan sesuai yang diperjanjikan (misalnya 70:30 atau 60:40). Setelah


20

dikurangi bagian keuntungan bagi perusahaan, sisa dari keuntungan ini

merupakan pendapatan bagi peserta Takaful yang dikreditan kerening

peserta.

e) Surplus (Pada Asuransi Kerugian)

Laba dari Takaful Umum (kerugian) dibagikan berdasarkan rasio pembagian

keuntungan yang telah disepakati antara perusahaan dan peserta Takaful.

Keuntungan dibayarkan jika peserta tafakul masih terikat perjanjian atau kontrak.

Aspek teknis akuntansi, asuransi Tafakul menggambarkan nilai tambah atau

keuntungan yang diungkapkan secara adil dan transparan. Sehingga, baik

perusahaan maupun peserta asuransi tafakul tidak merasa dirugikan. Keuntungan

lain yang bersifat jangka panjang bahwa adanya nilai kebersamaan, tolong-

menolong, dan saling menaggung jika di antara peserta terjadi klaim kerugian.

Inilah sisi kemungkinan yang didapatkan dari asuransi Takaful. Secara ringkas

perbedaan antara akuntansi asuransi konvensial dengan akuntansi asuransi syariah

dapat dilihat pada tabel berikut:

No. Akuntansi Asuransi Konvensional Akuntansi Asuransi Syariah

1. Premi Asuransi diakui sebagai Premi Asuransi benar-benar diakui

pendapatan meskipun premi sebagai pendapatan jika diterima

asuransi belum dibayarkan secara tunai.

2. Beban retafakul selama perjanjian Beban retakaful diakui sebagai utang

diakui sebagai asuransi awal yang sampai angsuran atau premi takaful

dikover. dibayarkan. Dan beban retakaful

diakui sebagai pendapatan jika

dibayar lebih awal.

3. Dana asuransi yang terhimpun Dana asuransi tafakul yang terhimpun

dikelola untuk kepentingan bisnis dikelola dengan konsep mudharabah


21

perusahaan dengan keuntungan

yang dinikmati oleh perusahaan dan

pemegang saham.

4. Laba atau surplus investasi ditrasfer Laba investasi dari dana Takaful

ke pemegang saham. keluarga yang terhimpun dibagikan

kepada peserta takaful keluarga dan

perusahaan tidak berhak mengakui

surplus ini sebagai pendapatan.

5. Keuntungan yang didapatkan oleh Ada pembagian


perusahaan asuransi merupakan laba keuntungan/berdasarkan rasio yang

perusahaan disepakati dalam perjanjian

H. Implementasi Akuntansi Islam pada Asuransi Syariah

a) Akuntansi syariah dengan akad mudharabah.

Dalam akad ini terdapat pemisahan pengelolaan dana antara dana

pemegang saham(DPS) dengan dana peserta asuransi (DPA). Perusahaan bertindak

sebagai pemegang amanah untuk mengelola kontribusi yang diterima dari peserta

yang digunakan apabila di antara para peserta terjadi musibah. Di lain pihak ,peserta

menyetujui Bahwa dana ynag disetor akan dikelola secara professional oleh

operator. Jika pada akhir periode, peserta yang tidak mendapatkan musibah akan

memperoleh bagi hasil. Dengan demikian, dalam akad ini dana yang disetorkan

partisipan merupakan milik peserta, dan tidak dapat dipergunakan untuk

kepentingan pemegang saham. Konsikuensinya, system akuntansi yang diterapkan

harus dipisahkan antara akuntansi Dana Pemegang Saham (DPS) dengan akuntansi

Dana Peserta Asuransi (DPA).


22

b) Akuntansi syariah dengan akad wakalah.

Dalam akad ini tidak terdapat pemisahan penegelolaan dana antara

pemegang saham dengan dana peserta asuransi. Perusahaan menerima dana

tabarru’ dari peserta dan berhak digunakan untuk seluruh kegiatan perusahaan.

Dana yang berasal dari pemegang saham dengan dana peserta dicampurkan.

Sehingga, konsekuensinya, akuntansi tidak harus dipisahkan antara akuntansi dana

pemegang saham dengan akuntansi dana peserta asuransi.


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan

sebagai berikut.

• Asuransi merupakan sebuah lembaga keuangan Non-bank yang bertujuan

untuk memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan yang

ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya.

• Asuransi Syariah, merupakan sebuah sistem dimana para peserta

menginfaqkan atau menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang

akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami

oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan

operasional asuransi dan investasi dari dana-dana atau kontribusi yang

diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.

• Prinsip-prinsip yang dijalankan oleh asuransi syariah dalam mengoprasikan

kegiatannya antara lain Saling bekerja sama atau bantu-membantu, Saling

melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan satu sama lain, saling

bertanggung jawab, dan menghindari unsur-unsur yang mengandung gharar,

maysir dan riba.

• Perbedaan yang paling mendasar antara asuransi syariah dengan asuransi

kovensional adalah pada keberadaan Pengawasan Dewan Syariah (PDS),

akad, Investasi dana, kepemilikan dana, pembayaran klaim dan keuntungan.

23
24

B. Saran

Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.

• Asuransi syariah bisa menjadi salah satu alternative bagi masyarakat

muslim yang ingin membantu sesamanya

• Perlu diadakannya sosialisasi mengenai produk-produk dari asuransi

syariah ini kepada masyarakat agar masyarakat tidak tabu dengan informasi

mengenai produk-produk yang ditawarkan.

• Sebaiknya diadakan penyuluhan mengenai pentingnya asuransi syariah itu

sendiri guna menumbuhkembangkan minat masyarakat terutama

masyarakat yang muslim untuk menginvestasikan sebagian hartanya agar

dapat menolong sesame.

• Pemerintah sebaiknya mendukung dan membantu program-program yang

dilakukan oleh asuransi syariah, agar tujuan untuk memakmurkan

perekonomian Negara ini dapat tercapai dengan baik


DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2008.Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 111
http://innazeyina.blogspot.co.id/2014/06/contoh-makalah-asuransi-syariah.html
https://sitisarahadi.wordpress.com/2013/06/22/tugas-makalah-akuntansi-asuransi-syariah/
Skripsi Evaluasi Mekanisme Pengelolaan Dana Dengan Sistem Mudharabah
Pada Asuransi Syariah (Studi Kasus Pada Pt. Asuransi Takaful Keluarga Cab.
Makassar). 2014 : Andi Sriwahyuni.

Anda mungkin juga menyukai