Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdullilah yang tidak terkira dipanjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya berupa ilmu
pengetahuan, kesehatan, dan petunjuk dalam berjuang menempuh ilmu. Shalawat
serta salam semoga tercurah kepada suri tauladan kita. Nabi Muhammad SAW.
Nabi yang menginspirasi bagaimana menjadi pemuda tangguh, pantang mengeluh,
mandiri dengan kehormatan diri, yang cita-citanya melangit namun karya
nyatanya membumi.

Disadari bahwa dalam penulisan makalah, yang berjudul “Perbedaan


Antara Asuransi, Pegadaian Syariah & Asuransi, Pegadaian Konvensional ” ini
masih kurang sempurna, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang
membangun dan bimbingan, berguna bagi kita semua. Amiin

Ucapan terimakasih kepada dosen yang telah memberikan ilmu semoga


kelak dapat bermanfaat.

24 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Asuransi Syariah...........................................................................................3
B. Asuransi Konvensional.................................................................................5
C. Perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional................................8
D. Perbedaan Gadai Syariah Dan Gadai Konvensional....................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................14
B. Saran.............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuransi merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran penting,
karena setiap insan dalam hidupnya tidak lepas dari resiko, bahaya atau
kerugian. Saat ini bahaya dan resiko kerugian merupakan hal nyata yang
harus dihadapi oleh manusia dan mungkin ada sebagian manusia yang
tidak mampu menghadapi hal tersebut. Perusahaan asuransi merupakan
industri jasa yang sangat membutuhkan faktor kepercayaan,
keberadaannya tidak hanya sebagai bentuk dari sebuah industri bisnis
semata akan tetapi merupakan salah satu instrument finansial
kesejahteraan dan ketentraman bagi nasabahnya. Asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Pada
hakekatnya asuransi adalah suatu perjanjian antara nasabah asuransi
(tertanggung) dengan perusahaan asuransi (penanggung) mengenai
pengalihan resiko dari nasabah kepada perusahaan asuransi.
Pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan lainnya yang sudah
lama beroperasi di Indonesia. Lembaga ini dimaksudkan untuk
memberikan pinjaman – pinjaman kepada perseorangan. Sejarah lembaga
ini sudah cukup lama sejak zaman kolonial. Ia sangat dibutuhkan oleh
rakyat kecil. Kredit atau pinjaman yang diberikan didasarkan pada nilai
barang jaminan yang diserahkan. Tujuan lembaga ini adalah mencegah
rakyat kecil yang membutuhkan pinjaman agar tidak jatuh ke tangan para
pelepas uang yang dalam pemberian pinjaman mengenakan bunga sangat
tinggi dan berlipat ganda (rentenir). Lembaga ini beroperasi dan tersebar
di daerah perkotaan (urban) maupun di daerah pedesaan (rural).
Peranannya tetap penting di masa lalu terutama sebagai akibat kebutuhan
ekonomi dan keuangan masyarakat, yang mendesak akan uang tunai dari
golongan yang berpenghasilan rendah dengan tata cara pemberian
pinjaman yang sederhana. Walaupun tingkat bunga cukup tinggi, namun
masih lebih rendah daripada tingkat suku bunga rentenir.
B. Rumusan Masalah
1. Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional?
2. Perbedaan Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional
2. Mengetahui Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi Syariah 
Dalam bahasa Arab, Asuransi disebut at-ta’min, penanggung disebut
mu’ammin, sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau
musta’min. At-ta’min memiliki arti member perlindungan,
ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut. Men-ta’min-kan
sesuatu, artinya adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang
cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang
sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti
terhadap harta yang hilang, dikatakan ‘seseorang mempertanggungkan
atau mengasurasnsikan hidupnya, rumahnya atau mobilnya’. Ada
tujuan dalam Islam yang menjadi kebutuhan mendasar, yaitu al-
kifayah ‘kecukupan’ dan al-amnu ‘keamanan’. Sebagaimana firma
Allah swt, “Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan’’,
sehingga sebagaian masyarakat menilai bahwa bebas dari lapar
merupakan bentuk keamanan. Mereka menyebutnya dengan al-amnu
al-qidza i aman konsumsi. Dari prinsip tersebut, Islam mengarahkan
kepada umatnya untuk mencari rasa aman baik untuk dirinya sendiri
dimasa mendatang maupun untuk keluarganya sebagai nasihat Rasul
kepada Sa’ad bin Abi Waqqash agar bersedekahkan sepertiga hartanya
saja. Selebihnya ditinggalkan untuk keluarganya agar mereka tidak
menjadi beban masyarakat. Asuransi merupakan bisnis yang unik,
yang didalamnya terdapat lima aspek yaitu aspek ekonomi, hokum,
social, bisnis, dan aspek matematika.
Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha
saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak
melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru’ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Akad yang sesuai
dengan syariah adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan),
maysir (perjudian), riba, dzulm (penganiayaan), risywah (suap), barang
haram dan maksiat.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesi (DSN-MUI) dalam
fatwanya tentang pedoman umum asuransi syariah, memberikan
definisi tentang asuransi. Menurutnya, Asuransi Syariah (Ta’min,
Tafakul, Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam
bentuk asset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai
dengan syariah. Dari definisi di tersebut tampak bahwa asuransi
syariah bersifat saling melindungi dan tolong menolong yang disebut
dengan ta’awun. Yaitu prinsip hidup saling melindungi dan saling
tolong menolong atas dasar ukhuwal Islamiyah antara sesame anggota
perserta Asuransi Syariah dalam menghadapi malapetaka (risiko).
2. Landasan Hukum Asuransi Syariah
Hukum-hukum muamalah adalah bersifat terbuka artinya Allah SWT
dalam Al-Quran hanya memberikan aturan yang bersifat garis
besarnya saja. Selebihnya adalah terbuka bagi mujahit untuk
mengembangkan melalui pemikirannya selama tidak bertentangan
dengan Al-Qur’an dan hadist . Al-Qur’an maupun hadist tidak
menyebutkan secara nyata apa dan bagaimana berasuransi. Namun
bukan berarti bahwa asuransi hukumnya adalah haram karena ternyata
dalam hokum Islam memuat substansi perasuransian secara Islami.
Hakikat asuransi secara Islami adalah saling bertanggung jawab, saling
bekerjasama, saling tolong menolong, dan saling melindungi
penderitaan satu sama lain. Oleh karena itu berasuransi diperbolehkan
secara syaria’h, karena prinsip-prinsip dasar syariat mengajak kepada
setiap sesuatu yang berakibat kerataan jalinan sesama manusia dan
kepada sesuatu yang meringankan bencana mereka sebagaimana
firman Allah Taala dalam Al-Quran surah al-Maidah ayat 2 yang
artinya :
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan
takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.”

Dari segi hokum positif, hingga saat ini asuransi syariah masih
mendasarkan legalitasnya pada UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian yang sebenarnya kurang mengakomodasi asuransi
syariah di Indonesia karena tidak mengatur mengenai keberadaan
asuransi berdasarkan prinsip syariah. Dengan kata lain, UU No. 2
Tahun 1992, tidak dapat dijadikan landasan hokum yang kuat bagi
asuransi syariah. Adapun peraturan perundang-undangan yang telah
dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan asuransi syariah yaitu :
a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
426/KMK.06/2003 tentang perizinan Usaha dan Kelembagaan
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
c. Keputusan Direktur Jendral Lemabga Keuangan Nomor Kep.
4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan system
Syariah.
B. Asuransi konvensional
Asuransi konvensional adalah sebuah produk asuransi dengan prinsip jual
beli risiko yang dalam penerapannya, nasabah akan dikenakan premi demi
mendapatkan imbalan berupa proteksi atas risiko yang mungkin terjadi.
Manfaat perlindungan asuransi konvensional pun ada beragam jenisnya,
yakni dapat berbentuk asuransi kesehatan hingga keselamatan jiwa.
Jenis-jenis asuransi kovensional dibedakan atas beberapa bagian macam
berdasarkan prinsip asuransi yakni diantaranya:
1. Asuransi Kebakaran (fire insurance), tujuan dari asuransi kebakaran
adalah untuk mengganti kerugian akibat kebakaran. Dalam asuransi
terdapat kontrak syarat yang diantaranya :
a. Insuring Clause yakni syarat yang hanya menjamin semua
kerusakan atau keruguan atas semua hak milik.
b. Stipulation conditions yakni syarat yang hanya menjamin
mengenai tempat atau lokasinya.
c. Form of Contracts yakni syarat yang ditujukan untuk jenis atau
kontrak yang digunakan.
2. Asuransi Jiwa (life insurance), tujuan dari asuransi ini adalah
menanggung seseorang terhadap kerugian financial yang tak terduga
akibat meninggal cepat atau terlalu lama. Resiko dari asuransi jiwa ada
dua yaitu : kematian dan hidup orang terlalu lama.
3. Asuransi Laut (Ocean marine insurance), tujuan dari asuransi ini adalah
untuk mengganti kerugian yang terjadi akibat kecelakaan yang terjadi
dilaut.
4. Asuransi Angkutan Udara, tujuan dari asuransi ini adalah untuk
mengganti kerugian dari pada pesawat dan muatannya baik barang serta
penumpamnya terhadap bahaya yang terjadi di bandara atau pada saat
terbang.
5. Asuransi Angkutan Darat , objek dari asuransi ini adalah penumpang,
barang yang diangkut, dan kendaraan pengangkut.
6. Asuransi Kredit
7. Asuransi Kesehatan, jenis asuransi ini adalah kecelakaan dan penyakit.
8. Asuransi Tanggung Gugat, tujuannya adalah melindungi tergugat
terhadap kerugian yang timbul dari gugatan pihak ketiga karena
kelalaian.

C. Perbedaan Asuransi Syari'ah (asuransi yang diperbolehkan) dengan


Asuransi Konvensional (yang masih diragukan kebolehannya)
1. Keberadaan dewan pengawas syariah (DPS) dalam asuransi syari'ah
merupakan suatu keharusan. Dewan ini berperan mengawasi
manajemen, produk serta kebajikan investasi serta kebajikan
investasi supaya senantiasa sejalan dengan syari'at islam.
2. Prinsip asuransi syari'ah adalah takafuli (tolong menolong)
sedangkan prinsip asuransi konvensional tadabuli (jual beli antara
nasabah dengan perusahaan).
3. Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syari'ah
(premi) diinvestasikan berdasarkan syari'ah dengan sistem bagi hasil
(mudharabah). Sedangkan pada asuransi konvensional investasi
dana dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga.
4. Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik
nasabah. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk
mengelolanya. Sedangkan asuransi konvensional, premi menjadi
milik perusahaan dan perusahaanlah yang memiliki otoritas penuh
untuk menetapkan kebijakan pengelolaan dana tersebut.
5. Untuk kepentingan pembayaran klaim nasabah, dana diambil dari
rekening tabarru’ seluruh peserta yang sudah diikhlaskan untuk
keperluan tolong menolong bila ada peserta yang terkena musibah.
Sedangkan dalam asuransi konvensional, dana pembayaran klaim
diambil dari rekening milik perusahaan.
6. Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah selaku pemilik
dana dengan perusahaan selaku pengelola, dengan prinsip bagi
hasil. Sedangkan dalam asuransi knvensional, jika tidak ada klaim,
nasabah tidak mendapatkan apa-apa.

Asuransi
Keterangan Asuransi Syari'ah
Konvensional

Pengawasan Adanya Dewan Tidak ada


Dewan Pengawas  Syari'ah.
Syari'ah Fungsinya
(PDS) 7 mengawasi produk
yang dipasarkan dan
investasi dana

Aqad Tolong menolong Jual beli


(Takafuli)

Investasi Investasi dana Investasi dana


dana berdasarkan  syari'ah berdasarkan bunga
dengan sistem bagi
hasil (mudharabah)

Kepemilikan Dana yang terkumpul Dana yang


dana dari nasabah (premi) terkumpul dari
merupakan milik nasabah (premi)
peserta. Perusahaan menjadi milik
hanya sebagai perusahaan,
pemegang amanah perusahaan bebas
untuk mengelola menentukan
investasinya.

Pembayaran Dari rekening Dari rekening dana


klaim tabarru’ (dana perusahaan
kebijakan) seluruh
peserta ; sejak awal
telah diikhlaskan oleh
peserta untuk
keperluan tolong
menolong bila terjadi
musibah.

Keuntungan Dibagi antara Seluruhnya menjadi


(profit) perusahaan dengan miliknya perusahaan
peserta dengan
prinsip bagi hasil
Perbedaan asuransi syari'ah dan asuransi konvensional dapat dilihat dalam
tabel berikut ini.

D. Perbedaan Gadai Syariah Dan Gadai Konvensional


Kegiatan gadai merupakan salah satu produk yang paling banyak diminati
oleh masyarakat terutama di awal tahun ajaran sekolah. Hal ini
dikarenakan seseorang bisa mendapatkan uang dengan cepat tanpa harus
menjual barang atau perhiasan yang ada.
Untuk saat ini gadai ada 2 macam, yaitu Gadai Syariah dan Gadai
Konvensional. Gadai sendiri memiliki pengertian (menurut KBBI)
meminjam uang dalam batas waktu tertentu dengan menyerahkan barang
sebagai tanggungan, jika telah sampai pada waktunya tidak ditebus, barang
itu menjadi hak yang memberi pinjaman. Gadai Syariah adalah sistem
menjamin utang dengan barang yang dimiliki yang mana memungkinkan
untuk dapat dibayar dengan uang atau hasil penjualannya.
Produk gadai yang selama ini dikenal dan sering dilakukan adalah gadai
emas. Lalu, apa bedanya gadai syariah dan gadai konvensional?
Sebelumnya, bank syariah pernah sedikit menginformasikan terkait
perbedaan keduanya di Jenis Produk Bank Syariah. Namun, untuk lebih
jelasnya berikut beberapa perbedaan kedua sistem gadai.

1. Sistem Gadai Konvensional


a. Pegadaian konvensional pada umumnya tidak berbeda dengan
yang dilakukan oleh masyarakat selama ini. Kita kadang membawa
barang yang akan digadaikan yaitu emas,
b. Barang tersebut lalu ditaksir harganya dan diputuskan jumlah yang
bisa dipinjam,
c. Pinjaman ini dikenakan bunga misalnya 1.15% per 2 minggu, atau
2.3% per bulan. Lalu menjadi 3.45% per 45 hari atau 4.6% per
bulan dan seterusnya. Bunga pinjaman ditentukan berdasarkan
jumlah pinjaman dan jika nilai pinjaman semakin besar, maka
bunga yang dibebankan akan semakin besar,
d. Perhitungan biaya pinjaman ini dihitung setiap 15 hari, kemudian
akan naik di hari ke 16 dan seterusnya,
e. Masa penitipan gadai ini selama 4 bulan, bisa diperpanjang dengan
membayar biaya sewa modal,
f. Selanjutnya pinjaman ini diberlakukan tanggal jatuh tempo saat
pinjaman tersebut harus dilunasi,
g. Selain itu diberikan persyaratan bila tidak melunasi pinjaman
beserta bunganya, barang jaminan akan dilelang kepada siapapun
hingga tanggal tertentu.
2. Sistem Gadai Syariah
a. Sistem emas berbasis syariah, tidak memberlakukan sistem bunga.
Pihak pegadaian syariah tidak mengambil keuntungan dari sistem
bunga pinjaman maupun sistem bagi hasil,
b. Pegadaian syariah hanya mengambil keuntungan dari upah jasa
pemeliharaan barang jaminan,
c. Pegadaian konvensional menentukan bunga atau sewa modal
berdasarkan jumlah pinjaman yang diajukan. Sedangkan pegadaian
syariah menentukan besarnya pinjaman dan biaya pemeliharaan
berdasarkan taksiran emas yang digadaikan. Taksiran emas yang
diperhitungkan antara lain adalah karatase emas, volume serta berat
emas yang digadaikan,
d. Biaya yang dikenakan juga merupakan biaya atas penitipan barang,
bukan biaya atas pinjaman, karena pinjaman yang mengambil
untung itu tidak diperbolehkan. Biaya penitipan barang jaminan
meliputi biaya penjagaan, biaya penggantian kehilangan, asuransi,
gudang penyimpanan, dan pengelolaan,
e. Oleh karenanya dalam pegadaian syariah ini terdapat akad, pinjam
meminjam dengan menyerahkan agunan (rahn) yang didalamnya
membolehkan biaya pemeliharaan atas barang jaminan (Mu’nah).
Dalam akad pinjam meminjam dengan menyerahkan agunan
(rahn).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan
simpulan sebagai berikut.
Asuransi merupakan sebuah lembaga keuangan Non-bank yang bertujuan
untuk memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan
yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya.
Asuransi Syariah, merupakan sebuah sistem dimana para peserta
menginfaqkan atau menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang
akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami
oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas
pengelolaan operasional asuransi dan investasi dari dana-dana atau
kontribusi yang diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.
Prinsip-prinsip yang dijalankan oleh asuransi syariah dalam
mengoprasikan kegiatannya antara lain Saling bekerja sama atau bantu-
membantu, Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan
satu sama lain, saling bertanggung jawab, dan menghindari unsur-unsur
yang mengandung gharar, maysir dan riba.
Perbedaan yang paling mendasar antara asuransi syariah dengan asuransi
kovensional adalah pada keberadaan Pengawasan Dewan Syariah (PDS),
akad, Investasi dana, kepemilikan dana, pembayaran klaim dan
keuntungan.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini saya berharap semoga dapat bermanfaat bagi
mahasiswa khususnya dan pada umumnya untuk masyarakat. Semoga
makalah ini dapat memberikan penambahan ilmu dan pengetahuan bagi
kita semua yang memanfaatkan makalah ini. Saya selaku pihak penyusun
juga mengharapkan sebuah kritik dan saran yang membanggun untuk
makalah ini demi kesempurnaan tugas saya pada waktu yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Gemala dewi. 2004. Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan &
Perasuransian Syari’ah di Indonesia, Jakarta:Prenada Media
M. hasan ali,1997. Masa’il Fiqiyah Zakat Pajak Asuransi dan Lembaga
Keuangan, Jakarta:Raja Grafindo Persada
Wirdyaningsih,sh.et.al, 2006. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia,
Jakarta:Prenada media

Anda mungkin juga menyukai