24 Oktober 2021
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Asuransi Syariah...........................................................................................3
B. Asuransi Konvensional.................................................................................5
C. Perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional................................8
D. Perbedaan Gadai Syariah Dan Gadai Konvensional....................................11
A. Kesimpulan .................................................................................................14
B. Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuransi merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran penting,
karena setiap insan dalam hidupnya tidak lepas dari resiko, bahaya atau
kerugian. Saat ini bahaya dan resiko kerugian merupakan hal nyata yang
harus dihadapi oleh manusia dan mungkin ada sebagian manusia yang
tidak mampu menghadapi hal tersebut. Perusahaan asuransi merupakan
industri jasa yang sangat membutuhkan faktor kepercayaan,
keberadaannya tidak hanya sebagai bentuk dari sebuah industri bisnis
semata akan tetapi merupakan salah satu instrument finansial
kesejahteraan dan ketentraman bagi nasabahnya. Asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Pada
hakekatnya asuransi adalah suatu perjanjian antara nasabah asuransi
(tertanggung) dengan perusahaan asuransi (penanggung) mengenai
pengalihan resiko dari nasabah kepada perusahaan asuransi.
Pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan lainnya yang sudah
lama beroperasi di Indonesia. Lembaga ini dimaksudkan untuk
memberikan pinjaman – pinjaman kepada perseorangan. Sejarah lembaga
ini sudah cukup lama sejak zaman kolonial. Ia sangat dibutuhkan oleh
rakyat kecil. Kredit atau pinjaman yang diberikan didasarkan pada nilai
barang jaminan yang diserahkan. Tujuan lembaga ini adalah mencegah
rakyat kecil yang membutuhkan pinjaman agar tidak jatuh ke tangan para
pelepas uang yang dalam pemberian pinjaman mengenakan bunga sangat
tinggi dan berlipat ganda (rentenir). Lembaga ini beroperasi dan tersebar
di daerah perkotaan (urban) maupun di daerah pedesaan (rural).
Peranannya tetap penting di masa lalu terutama sebagai akibat kebutuhan
ekonomi dan keuangan masyarakat, yang mendesak akan uang tunai dari
golongan yang berpenghasilan rendah dengan tata cara pemberian
pinjaman yang sederhana. Walaupun tingkat bunga cukup tinggi, namun
masih lebih rendah daripada tingkat suku bunga rentenir.
B. Rumusan Masalah
1. Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional?
2. Perbedaan Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional
2. Mengetahui Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi Syariah
Dalam bahasa Arab, Asuransi disebut at-ta’min, penanggung disebut
mu’ammin, sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau
musta’min. At-ta’min memiliki arti member perlindungan,
ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut. Men-ta’min-kan
sesuatu, artinya adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang
cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang
sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti
terhadap harta yang hilang, dikatakan ‘seseorang mempertanggungkan
atau mengasurasnsikan hidupnya, rumahnya atau mobilnya’. Ada
tujuan dalam Islam yang menjadi kebutuhan mendasar, yaitu al-
kifayah ‘kecukupan’ dan al-amnu ‘keamanan’. Sebagaimana firma
Allah swt, “Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan’’,
sehingga sebagaian masyarakat menilai bahwa bebas dari lapar
merupakan bentuk keamanan. Mereka menyebutnya dengan al-amnu
al-qidza i aman konsumsi. Dari prinsip tersebut, Islam mengarahkan
kepada umatnya untuk mencari rasa aman baik untuk dirinya sendiri
dimasa mendatang maupun untuk keluarganya sebagai nasihat Rasul
kepada Sa’ad bin Abi Waqqash agar bersedekahkan sepertiga hartanya
saja. Selebihnya ditinggalkan untuk keluarganya agar mereka tidak
menjadi beban masyarakat. Asuransi merupakan bisnis yang unik,
yang didalamnya terdapat lima aspek yaitu aspek ekonomi, hokum,
social, bisnis, dan aspek matematika.
Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha
saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak
melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru’ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Akad yang sesuai
dengan syariah adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan),
maysir (perjudian), riba, dzulm (penganiayaan), risywah (suap), barang
haram dan maksiat.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesi (DSN-MUI) dalam
fatwanya tentang pedoman umum asuransi syariah, memberikan
definisi tentang asuransi. Menurutnya, Asuransi Syariah (Ta’min,
Tafakul, Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam
bentuk asset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai
dengan syariah. Dari definisi di tersebut tampak bahwa asuransi
syariah bersifat saling melindungi dan tolong menolong yang disebut
dengan ta’awun. Yaitu prinsip hidup saling melindungi dan saling
tolong menolong atas dasar ukhuwal Islamiyah antara sesame anggota
perserta Asuransi Syariah dalam menghadapi malapetaka (risiko).
2. Landasan Hukum Asuransi Syariah
Hukum-hukum muamalah adalah bersifat terbuka artinya Allah SWT
dalam Al-Quran hanya memberikan aturan yang bersifat garis
besarnya saja. Selebihnya adalah terbuka bagi mujahit untuk
mengembangkan melalui pemikirannya selama tidak bertentangan
dengan Al-Qur’an dan hadist . Al-Qur’an maupun hadist tidak
menyebutkan secara nyata apa dan bagaimana berasuransi. Namun
bukan berarti bahwa asuransi hukumnya adalah haram karena ternyata
dalam hokum Islam memuat substansi perasuransian secara Islami.
Hakikat asuransi secara Islami adalah saling bertanggung jawab, saling
bekerjasama, saling tolong menolong, dan saling melindungi
penderitaan satu sama lain. Oleh karena itu berasuransi diperbolehkan
secara syaria’h, karena prinsip-prinsip dasar syariat mengajak kepada
setiap sesuatu yang berakibat kerataan jalinan sesama manusia dan
kepada sesuatu yang meringankan bencana mereka sebagaimana
firman Allah Taala dalam Al-Quran surah al-Maidah ayat 2 yang
artinya :
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan
takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.”
Dari segi hokum positif, hingga saat ini asuransi syariah masih
mendasarkan legalitasnya pada UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian yang sebenarnya kurang mengakomodasi asuransi
syariah di Indonesia karena tidak mengatur mengenai keberadaan
asuransi berdasarkan prinsip syariah. Dengan kata lain, UU No. 2
Tahun 1992, tidak dapat dijadikan landasan hokum yang kuat bagi
asuransi syariah. Adapun peraturan perundang-undangan yang telah
dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan asuransi syariah yaitu :
a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
426/KMK.06/2003 tentang perizinan Usaha dan Kelembagaan
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
c. Keputusan Direktur Jendral Lemabga Keuangan Nomor Kep.
4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan system
Syariah.
B. Asuransi konvensional
Asuransi konvensional adalah sebuah produk asuransi dengan prinsip jual
beli risiko yang dalam penerapannya, nasabah akan dikenakan premi demi
mendapatkan imbalan berupa proteksi atas risiko yang mungkin terjadi.
Manfaat perlindungan asuransi konvensional pun ada beragam jenisnya,
yakni dapat berbentuk asuransi kesehatan hingga keselamatan jiwa.
Jenis-jenis asuransi kovensional dibedakan atas beberapa bagian macam
berdasarkan prinsip asuransi yakni diantaranya:
1. Asuransi Kebakaran (fire insurance), tujuan dari asuransi kebakaran
adalah untuk mengganti kerugian akibat kebakaran. Dalam asuransi
terdapat kontrak syarat yang diantaranya :
a. Insuring Clause yakni syarat yang hanya menjamin semua
kerusakan atau keruguan atas semua hak milik.
b. Stipulation conditions yakni syarat yang hanya menjamin
mengenai tempat atau lokasinya.
c. Form of Contracts yakni syarat yang ditujukan untuk jenis atau
kontrak yang digunakan.
2. Asuransi Jiwa (life insurance), tujuan dari asuransi ini adalah
menanggung seseorang terhadap kerugian financial yang tak terduga
akibat meninggal cepat atau terlalu lama. Resiko dari asuransi jiwa ada
dua yaitu : kematian dan hidup orang terlalu lama.
3. Asuransi Laut (Ocean marine insurance), tujuan dari asuransi ini adalah
untuk mengganti kerugian yang terjadi akibat kecelakaan yang terjadi
dilaut.
4. Asuransi Angkutan Udara, tujuan dari asuransi ini adalah untuk
mengganti kerugian dari pada pesawat dan muatannya baik barang serta
penumpamnya terhadap bahaya yang terjadi di bandara atau pada saat
terbang.
5. Asuransi Angkutan Darat , objek dari asuransi ini adalah penumpang,
barang yang diangkut, dan kendaraan pengangkut.
6. Asuransi Kredit
7. Asuransi Kesehatan, jenis asuransi ini adalah kecelakaan dan penyakit.
8. Asuransi Tanggung Gugat, tujuannya adalah melindungi tergugat
terhadap kerugian yang timbul dari gugatan pihak ketiga karena
kelalaian.
Asuransi
Keterangan Asuransi Syari'ah
Konvensional
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan
simpulan sebagai berikut.
Asuransi merupakan sebuah lembaga keuangan Non-bank yang bertujuan
untuk memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan
yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya.
Asuransi Syariah, merupakan sebuah sistem dimana para peserta
menginfaqkan atau menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang
akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami
oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas
pengelolaan operasional asuransi dan investasi dari dana-dana atau
kontribusi yang diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.
Prinsip-prinsip yang dijalankan oleh asuransi syariah dalam
mengoprasikan kegiatannya antara lain Saling bekerja sama atau bantu-
membantu, Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan
satu sama lain, saling bertanggung jawab, dan menghindari unsur-unsur
yang mengandung gharar, maysir dan riba.
Perbedaan yang paling mendasar antara asuransi syariah dengan asuransi
kovensional adalah pada keberadaan Pengawasan Dewan Syariah (PDS),
akad, Investasi dana, kepemilikan dana, pembayaran klaim dan
keuntungan.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini saya berharap semoga dapat bermanfaat bagi
mahasiswa khususnya dan pada umumnya untuk masyarakat. Semoga
makalah ini dapat memberikan penambahan ilmu dan pengetahuan bagi
kita semua yang memanfaatkan makalah ini. Saya selaku pihak penyusun
juga mengharapkan sebuah kritik dan saran yang membanggun untuk
makalah ini demi kesempurnaan tugas saya pada waktu yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Gemala dewi. 2004. Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan &
Perasuransian Syari’ah di Indonesia, Jakarta:Prenada Media
M. hasan ali,1997. Masa’il Fiqiyah Zakat Pajak Asuransi dan Lembaga
Keuangan, Jakarta:Raja Grafindo Persada
Wirdyaningsih,sh.et.al, 2006. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia,
Jakarta:Prenada media