Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdullilah yang tidak terkira dipanjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya berupa ilmu
pengetahuan, kesehatan, dan petunjuk dalam berjuang menempuh ilmu. Shalawat
serta salam semoga tercurah kepada suri tauladan kita. Nabi Muhammad SAW.
Nabi yang menginspirasi bagaimana menjadi pemuda tangguh, pantang mengeluh,
mandiri dengan kehormatan diri, yang cita-citanya melangit namun karya
nyatanya membumi.

Disadari bahwa dalam penulisan makalah, yang berjudul “Mimpi ” ini


masih kurang sempurna, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang
membangun dan bimbingan, berguna bagi kita semua. Amiin

Ucapan terimakasih kepada dosen yang telah memberikan ilmu semoga


kelak dapat bermanfaat.

29 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Mimpi .........................................................................................3


B. Fungsi Mimpi................................................................................................5
C. Cara Menyikapi Mimpi.................................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................15
B. Saran.............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mimpi merupakan salah satu jenis aktivitas alam bawah sadar manusia
yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indera-
indera lain dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata
yang cepat (rapid eye movement / REM sleep). Didalam mimpi, seseorang
akan mendapatkan imajinasi yang bercerita, seperti layaknya sedang
menonton sebuah film. Imajinasi didalam mimpi adalah sebuah proyeksi
virtual yang diberikan oleh pikiran bawah sadar manusia. Seseorang tidak
dapat menentukan alur cerita didalam mimpi, karena pikiran manusia
ketika tidur dalam keadaan tidak sadar. Bagi sebagian orang, mimpi
hanyalah diaggap sebagai kembang tidur, tapi sejarah berkata bahwa sejak
beribu-ribu tahun yang lalu terdapat manusia yang menaruh perhatian
besar terhadap mimpi. Catatan yang bercerita tentang mimpi pertama kali
ditemukan di Ninive tepatnya di perpustakaan raja Ashurbanipal (669-629
SM), atau tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Mesir kuno yang
membuat semacam ritual yang dinamakan inkubasi mimpi.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi mimpi?
2. Bagaimana fungsi mimpi?
3. Bagaimana cara menyikapi mimpi?
B. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian mimpi
2. Mengetahui fungsi mimpi
3. Mengetahui cara menyikapi mimpi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mimpi
Al-Qur‟an menyebut mimpi dalam berbagai bentuk kata yaitu
ahla>m, ru’ya,> dan ahadis. Ketiga kata ini disebut dalam kondisi yang
berbeda sehingga maksud yang dihasilkan juga berbeda, bahkan
beberapa perbedaan dalam menggali makna kata-kata ini tidak terlalu
sulit ditemukan didalam berbagai produk tafsir. Diantaranya adalah
perbedaan mengenai kata ru’ya dalam ayat yang menceritakan
peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad. Dalam pro-kontra ini yang
diangkat adalah pemahaman terhadap kata ru’ya itu sendiri.
Selain al-ru‘ya al-Quran juga menggunakan kata al-hilm, berbeda
dengan al-ruya yang tidak didahului oleh sibuknya otak memikirkan
sesuatu sebelum tidur dan tidak ada campur tangan syaithan, sebagai
contoh bila orang yang lapar menginginkan makanan lalu dalam
tidurnya dia melihat sesuatu yang ada hubungannya dengan makanan
maka itulah hilm bukan ru‘ya dan bila dalam tidur seseorang dia
melihat sesutu yang bertentangan dengan aturan Allah maka itu
merupakan mimpi dari syaithan. Selain kedua istilah tadi dalam al-
Quran juga kita temukan kata ‫ أضغاث‬adghast yang berarti bercampur
atau kalut maka dia tidak memiliki arti, itu yang digambarkan dalam
surah Yusuf ayat 44 di mana para pembesar al-Malik (raja Mesir) di
masa Nabi Yusuf as. menduga mimpi raja ketika itu sebagai adghas al
ahlam karena bercampurnya mimpi dengan mengatakan: itu adalah
mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu
menta'birkan mimpi itu." (Sya`rawi, Tafsir Sya`rawi juz 10 hlm.
6037) . Adghatsu ahlam adalah merupakan mimpi yang sulit
ditafsirkan karena kekalutannya. Inilah yang kemudian banyak dikaji
oleh psikolog modern, karena mimpi ini terklasifikasi sebagai tampilan
yang berupa symbol-simbol, lambang dan sandi-sandi.
B. Fungsi Mimpi
Dari ayat-ayat al-Quran dan sebagian hadis Nabi saw. di atas, didapati
bahwa mimpi dialami oleh siapa saja baik mukmin maupun kafir, para
Nabi maupun umatnya, raja maupun jelata dan seterusnya. Untuk
melihat lebih jelasnya penulis akan menampilkan ayat per-ayat untuk
melihat fungsinya dan hadis yang terkait dengan cara menyikapinya.
Ayat Pertama: Surat Yunus Ayat 64
‫َل ُهم ْال ُب ْش ٰرى فِى ْالح ٰيو ِة ال ُّد ْنيا وفِى ااْل ٰ خِر ۗ ِة اَل َت ْب ِد ْيل لِ َكل ِٰم ِ هّٰللا‬
َ ِ‫ت ِ ٰۗذل‬
‫ك ُه َو‬ َ َ َ َ َ ُ
‫ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ْي ۗ ُم‬
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan dalam
kehidupan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat
(janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.
Kata busyra yang artinya kabar gembira dalam kehidupan dunia adalah
berita tentang kemenangan dan kesudahan yang baik dalam segala hal
yaitu bahwa mereka akan menjadi khalifah di atas bumi, selagi mereka
menegakkan syari‟at Allah dan sunnatullah, serta menolong
agamaNya, dan meninggikan kalimat-Nya, juga dengan diberi ilham
kepada kebenaran dan kebaikan, sebagaimana disebutkan dalam hadis
Marfu’ yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas‟ud:
Banyak pentabir mimpi menjadikan mimpi berulang seperti yang
dialami Nabi Ibrahim as sebagai tanda kebenaran mimpi tersebut
dengan dua model: pertama orang yang sama mendapat satu mimpi
lebih dari sekali model kedua mimpi yang sama dilihat oleh orang
yang banyak Abdullah ibnu Umar menceritakan bahwa beberapa orang
dilihatkan Lailatil Qodar berada pada tujuh malam terakhir (bulan
Ramadhan). Nabi berkata, “Aku melihat bahwa mimpi kalian saling
menguatkan satu sama lain bahwa Lailatul Qodar ada pada tujuh
malam terakhir pada bulan Ramadhan, maka barangsiapa yang
mencarinya, akan mencarinya pada tujuh malam terakhir (bulan
Ramadhan).” Dalam ayat ini mimpi muncul dalam manifestasi berupa
perintah yang harus diemban oleh Nabi Ibrahim as yang berfungsi
sebagai ujian keimanan dan keta`atan baginya dan keluarganya. Ayat
Ketiga: Surat Yusuf Ayat 4

‫ْس َو ْال َق َم َر‬ ِ ‫ا ِْذ َقا َل ي ُْوسُفُ اِل َ ِب ْي ِه ٰ ٓيا َ َب‬


ُ ‫ت ِا ِّنيْ َراَي‬
َ ‫ْت اَ َحدَ َع َش َر َك ْو َكبًا َّوال َّشم‬
‫َراَ ْي ُت ُه ْم لِيْ ٰس ِج ِدي َْن‬
Ingatlah, ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku
sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan
bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.
Dalam ayat ini dikisahkan bahwa Yusuf as. melihat benda langit yang
dalam pandangan mata lahir tidak mungkin tampak secara bersamaan
dimana sebelas bintang, matahari dan bulan terlihat muncul bersamaan
dan tidak lazim karena kita sering memandang langit yang ditaburi
ribuan bintang tetapi Yusuf hanya melihat sebelas bintang dan benda-
benda langit tersebut bersujud kepadanya. (Sya`rawi Tafsir Sya`rawi :
11 : 6841)
C. Cara Menyikapi Mimpi
Ibnu Sirin berkata ada dua macam mimpi yaitu: yang hak (benar) dan
yang bathil (tidak benar). Adapun mimpi yang hak adalah mimpi yang
dilihat seseorang dalam keadaan jiwa yang stabil, tidak sedang
memikirkan atau mengharap sesuatu. sedangkan mimpi yang bathil
adalah mimpi yang berasal dari bisikan hati, cita-cita, keinginan,
mimpi bercampur (seksual) juga mimpi yang menakutkan dan
membuat pilu hati yang berasal dari Syaithan maka mimpi seperti ini
tidak ada tafsirannya. Karena mimpi itu berbeda maka cara
menyikapinyapun juga tidak sama antara satu dengan yang lainnya
seperti sikap terhadap mimpi yang baik harus dibedakan dengansikap
terhadap mimpi yang buruk maka disini peneliti akan menjelaskan
beberapa sikap yang harus oleh (shahib al-ru‘ya) orang yang
bermimpi.
Dalam hadis ini tersimpan pesan yaitu agar mimpi tidak diceritakan
sembarangan hendaknya mimpi tidak diberitahukan kecuali kepada
orang yang dapat memberi nasihat atau orang alim yang mengetahui
tentang takwil mimpi itu karena mereka akan memilih makna yang
terbaik atau menyampaikan pelajaran dan peringatan dari mimpi
tersebut. Pada hadis yang lain berbunyi:
Mimpi itu berada di kaki burung selama tidak ditakwilkan. Maka jika
ditakwilkan, niscaya ia akan jatuh (terjadi)." Beliau bersabda:
"Janganlah menceritakan mimpi kecuali kepada orang yang
mencintaimu dan yang bijaksana mengerti takwil mimpi.
Dalam hadis ini tidak diperkenankan menceritakan mimpi kecuali
kepada dua jenis orang yaitu yeng mencintai kita dan yang mengerti
takwil mimpi karena orang yang mencintai dan menyayangi kita tentu
tidak menakwikan mimpi kita kecuali dengan takwil yang baik atau
kita suka. Kalau ia tidak mengetahui pelajaran dibalik mimpi
setidaknya ia tidak membuat kita khawatir dan dzu ra’yi artinya
seorang yang mengerti tentang takwil mimpi ia akan memberitahukan
tentang takwil yang sebenarnya yang mendekati arti yang mungkin
dalam mimpi tersebut terkandung peringatan atas perbuatan jelek yang
sedang kita lakukan atau sebaliknya merupakan berita gembira
sehingga kita bersyukur kepada Allah swt. atas kabar gembira tersebut.
Mimpi pada kategori awal adalah bisikan hati yang terjadi karena
sebelum tidur seseorang memiliki angan-angan, keinginan dan yang
semisalnya yang memenuhi fikirannya sehingga terbawa dalam tidur
jenis inilah yang dikemukakan Freud melalui teori pemadatan
(condensation) dan pemindahan (displacement) di mana mimpi sebagai
jalan pemenuhan keinginan (wishfulfillment) dari alam bawah sadar
yang kita represi. Sedangkan mimpi pada ketegori kedua merupakan
permainan dan gangguan syaithan yang bermaksud melahirkan rasa
takut dan sedih pada diri manusia yang mengakibatkan murung, lesu
dan penuh kekhawatiran yang terbawa sampai saat orang itu terjaga,
mimpi jenis ini yang diistilahkan Nabi saw. dengan Ahawil mina al-
syaithan pada hadis: Potongan hadis ini menunjukkan adanya campur
tangan syaithan dalam mimpi manusia dan memang sudah merupakan
janjinya untuk mengganggu anak cucu Adam kapan dan di mana pun
manusia berada seperti riwayat dari Jabir Nabi bersabda:
syaithan suka mendatangi kalian dalam setiap keadaan sampai pada
waktu makan, maka apabila makanannya jatuh pungut dan bersihkan,
kemudian makanlah dan janganlah menyisakan untuk syaithan dan
apabila telah selesai maka jilatlah jari-jarinya karena sesungguhnya
ia tidak tahu dari makanan mana terdapat berkah.(Hadis ini
diriwayatkan oleh lima imam kecuali Bukhari)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Islam mimpi dianggap sebagai karunia dari Allah yang diberikan
pada seluruh manusia dalam tidurnya melalui malaikat, setan, ataupun
pengaruh kondisi tubuh, tanpa memandang agama, suku, dan lain
sebagainya. Sedangkan tidur didalam Islam dianggap sebagai kematian
kecil, karena pada prinsipnya seorang yang tidur sama dengan orang
mati, yakni ru>h nya sama-sama ditahan oleh Allah. Kematian kecil
inilah yang dikatakan sebagai kondisi tidak sadar manusia. Sedangkan
dalam al-Qur‟an mimpi dikatakan sebagai ru’ya, ahlam, dan, ahadis|.
Dua istilah pertama menurut para ulama menunjukkan bentuk mimpi.
Ru’ya menunjukkan mimpi yang jelas, sedangkan hulm menunjukkan
mimpi yang kosong. Adapun ahadis| dikatakan sebagai mimpi jika
sudah digabung dengan kata ta’wil sehingga makna yang dihasilkan
adalah tafsir terhadap mimpi yang berbentuk simbol dan isyarat. Mimpi
yang benar berupa wahyu yang diterima oleh para Nabi dan orang yang
saleh, sedangkan mimpi bohong adalah mimpi orang kafir, munafik,
fasiq, dan lain sebagainya. Kedua macam mimpi tersebut ditentukan oleh
tingkatan nafs yang berada pada diri manusia. ru’ya sadiqah berada
dalam tingkatan nafs mutm} ainnah, sedangkan ru’ya kazibah berada
dalam tingkatan nafs lawwamah dan nafs ammarah. Nafs
mutmainnah dibagi menjadi dua yaitu nafs mut}mainnah mard}iyyah
sebagai tingkatan nafs yang paling tinggi dan hanya dimiliki oleh para
Nabi, oleh karena itu mimpinya merupakan wahyu. nafs mut}mainnah
radiyah adalah tingkatan nafs dibawah nafs mutmainnah mardiyyah,
tingkatan nafs ini dimiliki hanya dimiliki oleh orang saleh, oleh karena
itu mimpinya merupakan mubasysyirah, ilham, atau bahkan berupa ilmu
laduni. Sedangkan mimpi yang terjadi pada tingkat nafs lawwamah dan
nafs ammarah lebih dipengaruhi oleh kondisi jasad dan bisikan-bisikan
setan, oleh karena itu mimpinya lebih condong kepada berita bohong,
kalaupun ditafsirkan dan menjadi kenyataan, hasilnya memberikan efek
negatif. Bahkan jika mimpi ini berada pada dukun, maka bisa jadi
mimpinya merupakan pengetahuan untuk memperoleh mantra.
C. Saran
Dengan adanya makalah ini saya berharap semoga dapat bermanfaat bagi
mahasiswa khususnya dan pada umumnya untuk masyarakat. Semoga
makalah ini dapat memberikan penambahan ilmu dan pengetahuan bagi
kita semua yang memanfaatkan makalah ini. Saya selaku pihak penyusun
juga mengharapkan sebuah kritik dan saran yang membanggun untuk
makalah ini demi kesempurnaan tugas saya pada waktu yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA

Aris, Fuad, Pelajaran Surah Yusuf: Yang Tersirat dan Yang Memikat dari
Surah Yusuf a.s. (Jakarta: Zaman, 2013)

Kasim, Nur Atik, Tafsir Mimpi Menurut Nabi, (Klaten: Citra Media
Pustaka, 2010)

Muhamad Arpah Nurhayat, Mimpi Dalam Pandangan Islam, Jia/Juni


2016/Th.17/Nomor 1

Anda mungkin juga menyukai