Oleh
Rochelle D 121611133033
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
Ampel Surabaya”.
Penyusunan makalah ini tidak akan berhasil tanpa adanya bimbingan dan
sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Sri Wiryanti selaku dosen mata
kuliah sosiolinguistik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun diperlukan. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat dengan baik bagi semua pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
bahasayang digunakan. Selain itu, bahasa memiliki banyak ragam dan variasi. Hal
tersebut menjadi salah satu faktor munculnya fenomena kedwibahasaan. Pada era
menggunakan dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa daerahnya masing-
masing.
dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya. Hal ini sesuai dengan fakta
Tidak hanya ditemukan pada usia dewasa, pada usia anak-anak juga
pemerolehan bahasa anak dimulai pada saat anak memasuki jenjang sekolah dasar
2
(SD). Pada tingkat inilah anak mulai diajari kaidah dan aturan dalam berbahasa.
(Zaenab, 2016)
berbicara dua bahasa dengan sama baiknya, atau minimal hampir sama baiknya.
yang pertama kali dikenalkan pada anak-anak tersebut. mereka juga menguasai
bahasa keduanya, yakni bahasa lain yang diketahuinya setelah bahasa pertama,
saat mereka dalam proses interaksi baik di keluarga, sekolah maupun lingkungan
tempat tinggal.
Sunan Ampel Surabaya. Objek penelitian ini merupakan anak usia 12 tahun yang
telah memahami bagaimana mereka berbahasa dan bahasa apa saja yang telah
digunakan dalam keseharian mereka. Objek penelitian ini juga telah memahami
3
1.2.2 Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan
Ampel?
1.3 Tujuan
anak di SD Al Khoiriyah
1.4 Manfaat
SD Islam Alkhoiriyah Sunan Ampel” ini dapat memberikan manfaat teoretis dan
4
1.4.2 Manfaat Praktis
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kedwibahasaan
yang mengetahui akan dua bahasa atau lebih disebut dengan bilingual dan seorang
bilingual tidak harus aktif dalam menggunakan kedua bahasa itu, tapi cukup
Kedwibahasaan adalah tahu dua bahasa. Jika diuraikan secara umum maka
without speaking.
berarti bilingual. Seorang bilingual tidak perlu secara aktif menggunakan kedua
bahasa itu, tetapi cukup kalau bisa memahaminya saja dan mempelajari bahasa
kedua, apalagi bahasa asing, tidak dengan sendirinya akan memberi pengaruh
pada tingkat awal (incipient bilingualism) yaitu bilingualisme yang dialami oleh
6
tahap permulaan. Pada tahap ini bilingualisme itu masih sangat sederhana dan
dalam tingkat rendah. Namun, tidak dapat diabaikan karena pada tahap inilah
bahwa kemampuan berbahasa salah satu bahasa lebih baik daripada kemampuan
individu.
B2 atau sebaliknya.
7
2.2 Pemerolehan Bahasa
kata,makna, struktur, dan pragmatik. Itu tidak lain berhubungan dengan proses
sebelum atau sekitar usia sebelas dan bahasa yang yang lainnya sesudah periode
ini disebut bilingualisme lambat (late bilingualism). Ada yang menyebut masing-
serempak pada usia dini dan dalam konteks alamiah (balance bilingualism).
Kedua, pemerolehan bahasa kedua setelah bahasa pertama ketika dewasa dan
bilingualisme simultan apakah kedua bahasa itu pada mulanya diperoleh sebagai
sistem tunggal dan kemudian dibedakan, atau kedua bahasa itu berkembang
8
Inggris yang dipimpin oleh Swain (dalam Kamaruddin 1989: 163) menyimpulkan
bahwa pemerolehan dua bahasa secara simultan tidaklah berbeda secara signifikan
dengan pemerolehan satu bahasa, selagi dalam kedua peristiwa itu anak tersebut
olah hanya belajar satu bahasa. Pendekatan ini dapat dilihat pada terjadinya
pencampuran (mixing) kosa kata pada tahap awal. Kata-kata disimpan tanpa
membedakan bahasa yang muncul di dalam urutan yang sama pada anak bilingual
dengan temannya yang monolingual. Analisis interaksi kode yang dilakukan oleh
untuk bahan, tindakan, dan fungsi yang sama, tetapi sewaktu-waktu dapat
3. Code separation stage, anak itu memisahkan kedua sistem bahasa dengan
misalnya faktor sosiolinguistik, yaitu alokasi fungsi dua bahasa dan pola interaksi,
bilingualisme simultan :
9
1. Anak yang mengalami dan menghadapi secara seimbang (balance exposure)
terhadap dua bahasa mengembangkan kedua bahasa itu seperti halnya penutur
monolingual bagi setiap bahasa itu. Pada mulanya, kelihatan anak itu bekerja dari
perangkat kaidah.
2. Kalau pengalaman bahasa itu kurang seimbang maka mungkin terjadi lebih
banyak transfer bahasa dan lebih banyak memasukkan kosa kata dari satu bahasa
3. Ada sistem bahasa yang tunggal yang mendasari kedua bahasa anak bilingual
itu. Sistem kebahasaan yang terpisah atau lebih ekonomis menganggap kedua
bahasa bilingual sebagai subsistem kebahasaan yang terpisah, enalog dengan kode
tahun atau ketika berusia prasekolah sering dilengkapi dengan interaksi terhadap
penutur asli bahasa itu yang ada di dalam masyarakat sekitarnya (baik anak
maupun orang dewasa) atau di sekolah (guru atau teman sekelas). Anak pada
kelompok usia ini sudah mempunyai ketrampilan berbahasa yang dasar serta
10
BAB III
PEMBAHASAN
tuturkan sejak ia masih kecil dari ajaran orang tua dan B2 bahasa Arab yang
dalam kasus ini ia paham jika orang tuanya bertutur dalam bahasa arab akan tetapi
dia masih bingung dalam membalas tuturan dari orang tuanya itu.
Anak bernama Ridwan merupakan anak berasal dari Madura yang tinggal
Indonesia karena bahasa tersebut sudah di peroleh sejak kecil dan B2 bahasa
menggunakan bahasa yang ia punya sesuai konteks dengan siapa ia berbicara atau
dimana ia berada
Anak bernama Salwa merupakan anak yg berasal dari suku Jawa (Ayah
dan Ibunya berasal dari Kabupaten Gresik). Ia memiliki B1 bahasa Indonesia dan
B2 bahasa Jawa. pemerolehan bahasa tersebut yang didapat pada usia dini dan
memahami ketika mitra tutur berbahasa Jawa tetapi ia tidak dapat menjawab
12
Rizqi Bahtiyar adalah siswa kelas 6 SD Al Khairiyah II Sunan Ampel
Surabaya, dia berumur 12 tahun. Rizqi berasal dari keturunan suku Madura dari
ayahnya dan suku Jawa dari ibunya. Tinggal di Wonokusumo Surabaya sejak
kecil. Ia memiliki B1 bahasa Jawa, karena bahasa tersebut ia peroleh sejak kecil.
Hal tersebut diterapkannya karena faktor keluarga dan faktor lingkungan yang
bahasa Indonesia, yang ia peroleh dari faktor lingkungan dan juga ranah
Surabaya, dia berumur 12 tahun. Aini adalah seorang suku Jawa. Ayahnya
berasal dari suku Madura dan ibunya berasal dari suku Jawa. Tinggal di kawasan
diajarkan kepadanya pertama kali sejak kecil. Hal tersebut diterapkannya karena
faktor keluarga dan faktor lingkungan yang menggunakan bahasa Jawa sebagai
komunikasi sehari-hari. Dan B2 nya adalah bahasa Indonesia, yang ia peroleh dari
Surabaya, dia berumur 12 tahun. Rachel adalah seorang suku Jawa. Ayahnya
berasal dari Makassar dan ibunya berasal dari suku Jawa. Tinggal di kawasan
13
diajarkan kepadanya pertama kali sejak kecil. Hal tersebut diterapkannya karena
hari. Dan B2 nya adalah bahasa Jawa, yang ia peroleh dari faktor lingkungan dan
Surabaya, dia berumur 12 tahun. Izzatul adalah seorang suku Jawa. Ayahnya
berasal dari suku Jawa dan ibunya berasal dari suku Madura. Tinggal di kawasan
diajarkan kepadanya pertama kali sejak kecil. Hal tersebut diterapkannya karena
Dan B2 nya adalah bahasa Jawa, yang ia peroleh dari faktor lingkungan dan juga
dari lingkungan keluarga meskipun tidak terlalu sering digunakan dan baru sering
14
2. Unbalance bilingualism: Rizqi, Nur Aini, Rachel, Nur Izzatul
pengaruh dari lingkungan yang ada di sekolah baik pengaruh guru maupun teman.
menjadi:
1. Kedwibahasaan majemuk
bahasa Indonesia dan B2 bahasa Jawa, namun ia merupakan penutur pasif dalam
berkomunikasi.
B1 bahasa Indonesia B2 bahasa Jawa, namun karena sang ayah yang berasal dari
Makassar dan tidak mengerti bahasa Jawa ia pun jarang menggunakan bahasa
Jawa atau merupakan penutur pasif dan lebih sering menggunakan bahasa
Indonesia.
15
2. Kedwibahasaan koordinatif
dengan baik dan menggunakan kedua bahasa sesuai dengan konteks di mana ia
berada.
3. Kedwibahasaan sub-ordinatif:
mencampurkan B1 dan B2. Dalam hal ini mencampurkan B1 bahasa Jawa dan B2
bahasa Indonesia.
berkomunikasi.
meskipun ia adalah campuran suku Jawa dan Madura, namun ibunya yang berasal
dari Madura juga mengerti bahasa Jawa maka ia pun juga menggunakan bahasa
16
Indonesia Jawa Madura Arab Jumlah
B
57% 43% - 7
B1
B
43% 43% - 14% 7
B2
dan sebanyak 43% menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pertama mereka.
sebanyak 43% bahasa Jawa sebagai bahasa keduanya, sisanya sebanyak 14%
memeroleh bahasa lainnya sebagai bahasa kedua mereka seperti bahasa Jawa
Bahasa di
43% 43% 14% - 7
rumah
17
Bahasa di
57% 43% - 7
lingkungan
Bahasa di
100% - 7
sekolah
lingkungannya.
B1 100% - 7
18
Tempat pemerolehan bahasa pertama pada anak-anak di SD Islam Al
terbagi atas sebanyak 14% diperoleh dari rumah, sebanyak 57% anak-anak
memperoleh bahasa kedua dari lingkungan sekitar mereka dan sebanyak 29%
a. Faktor keluarga
digunakan sebagai bahasa pertama oleh anak. Sebelum seorang anak mengenal
ada dalam keluarga itulah yang menentukan bahasa pertama anak, bahasa yang
akan lebih sering digunakan. Dari hasil kuesioner dan wawancara yang telah
menunjukkan bahwa bahasa Indonesia sering menjadi bahasa pertama oleh anak-
anak yang ada di Ampel meskipun latar belakang orang tuanya berbeda-beda.
Jadi, meskipun latar belakang daerah orang tua beragam kebanyakan orang tua
tidak menjadikan bahasa daerah asalnya untuk menjadi bahasa pertama anak dan
19
ini juga yang akhirnya mempengaruhi bahasa kedua anak. Bahasa kedua anak
kebanyakan merupakan bahasa daerah yang dimiliki orang tua masing-masing dan
juga banyak dari mereka dalam bahasa kedua merupakan jenis bilingual awal
yakni tahap bilingual tingkat rendah yang masih sederhana dalam penguasaan
bahasa. Bilingual awal bisa berupa hanya bahasa-bahasa sederhana yang dikuasai
atau memahami bahasa yang diucapkan namun tidak dapat mengutarakan dalam
bahasa yang sama. Banyak dari responden yang hanya mengerti bahasa kedua
secara sederhana dan bila ada kata-kata sulit mereka sulit untuk memahami.
b. Faktor Sekolah
yang dimiliki bahkan dikuasainya bahasa kedua. Bahasa kedua tersebut didapat
bisa karena dari guru atau teman sekolah. Sadar atau tidak terkadang guru
menggunakan campur kode saat mengajar yaitu bahasa Indonesia yang dicampur
bahasa daerah khususnya bahasa Jawa. Dengan kondisi tersebut maka siswa pun
secara tidak langsung menguasai baik itu bahasa Indonesia dan bahasa Jawa
mereka menggunakan bahasa Indonesia yang dikuasai oleh semua anak. Jadi,
20
meskipun lingkungan mereka berada di Surabaya yang identik dengan
c. Faktor Lingkungan
anak di SD Khairiyah II. Responden yang dipilih memiliki latar belakang yang
beragam sehingga bahasa kedua yang dipilih atau dimiliki pun akan berbeda.
latar belakang keluarga Arab maka ia di lingkungan pun seperti acara-acara yang
diadakan desa menggunakan bahasa Arab sedangkan Ridwan yang memiliki latar
digunakan karena tidak banyak warga lain yang menguasai namun bahasa kedua
seorang anak.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Ampel Surabaya ini memiliki 7 responden siswa kelas 6 SD, yang mayoritas
bahasa pertamanya ialah bahasa Indonesia atau bahasa Jawa. Serta memiliki
B2nya ialah bahasa Indonesia (untuk responden yang B1nya bahasa Jawa), bahasa
Jawa (untuk responden yang B1nya ialah bahasa Jawa), bahasa Arab (untuk
bahasa kedua yang dipilih atau dimiliki pun akan berbeda. Meskipun penggunaan
tersebut.
22
ordinatif telah menguasai kedua bahasa dengan baik namun dalam
23
DAFTAR PUSTAKA