Anda di halaman 1dari 13

CASE METHOD

SOSIOLINGUISTIK
PRODI S1 PBSI - FBS

Nilai :

PENGARUH BILINGUALISME TERHADAP PROSES PERKEMBANGAN


KOGNITIF DAN BAHASA ANAK

1. NAMA : LUCI EPITA BANJARNAHOR


NIM 2213111077
2. NAMA : RESA RESTARI BR SEMBIRING
NIM 2213111037

MATA KULIAH : SOSIOLINGUISTIK


DOSEN PENGAMPU : DR. ABDURAHMAN ADISAPUTERA, M.HUM
YULIANA SARI, S.PD., M.PD

PRODI S-1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Case Method ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari Case Method ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Dr. Abdurahman Adisaputera, M.Hum dan Ibu Yuliana Sari, S.Pd., M.Pd.
pada mata kuliah Sosiolinguistik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu selaku dosen mata kuliah
sosioinguistik yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan Case Method ini. Kami menyadari, Case Method
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun diperlukan demi kesempurnaan Case Method ini.

Medan, 25 November 2023

Kelompok 13

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan..................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................9
A. Pengertian Bilingualisme dan Perkembangan Bahasa Anak..............................9
B. Bilingualisme Dalam Perspektif Perkembangan Bahasa....................................9
C. Manfaat dan Pengaruh Bilingual Terhadap Individu.........................................10
D. Kelebihan & Kekurangan Bilingualisme Terhadap Perkembangan Bahasa.....11
BAB III PENUTUP..................................................................................................13
A. Kesimpulan..........................................................................................................13
B. Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masyarakat tutur yang terbuka, dinamis, dan dapat berinteraksi dengan
masyarakat tutur yang lain tidak menutup kemungkinan terjadinya bilingualisme. Latar
belakang yang mendorong terjadinya bilingualisme adalah karena adanya kontak bahasa
di dalam otak. Kontak bahasa terjadi karena perpindahan penduduk dengan alasan
pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan bencana alam sehingga terjadi kontak dengan
bahasa penutur lain. Bloomfield (1958: 58) menerangkan bahwa bilingualisme adalah
penguasaan yang sama baiknya terhadap dua bahasa seperti halnya penguasaan oleh
penutur asli. Konsep umum bilingualisme adalah digunakannya dua buah bahasa oleh
seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Chaer dan
Leonie, 1995: 112).
Masalah bilingualisme perlu dipertimbangkan dalam proses kebahasaan yang
digunakan oleh suatu masyarakat. Hampir rata-rata penduduk Amerika Serikat dan
Eropa dapat menggunakan dua bahasa atau lebih. Di Kanada, Belgia, dan Swiss hampir
semua penduduk dapat menggunakan lebih dari satu bahasa. Di Afrika, Tanzania, dan
Malaysia bilingualisme juga ditemukan di kalangan penduduk (Kamaruddin, 1989: 2).
Di Indonesia kasus bilingual adalah kasus yang hampir dialami oleh separuh lebih orang
Indonesia. Masyarakat Indonesia rata-rata menguasai bahasa daerahnya dan bahasa
Indonesia, khususnya ragam bicara. Bilingualisme berkaitan erat dengan pemerolehan
bahasa kedua.
Pemerolehan bahasa berkaitan erat dengan bagaimana anak memperoleh kata,
makna, struktur, dan pragmatik. Itu tidak lain berhubungan dengan proses yang terjadi
dalam mind dan sikap anak. Menjadi bilingual atau multilingual sejak dini dengan kata
lain seorang anak mempunyai pengalaman proses pemerolehan kata, makna, struktur,
dan pragmatik yang lebih kompleks sejak dini dibandingkan dari mereka yang hanya
monolingual. Secara umum dan dalam logika sederhana, bilingualisme dini membawa
anak dalam pengalaman dua bahasa yang berbeda. Pengalaman dua atau lebih bahasa
sejak dini ini pasti memberikan pengaruh yang berbeda dari pengalaman satu bahasa.
Permasalahan perkembangan intelektual secara makro kemudian sangat bergantung juga
pada banyak faktor, salah satunya adalah pendidikan yang mampu memaksimalkan
potensi intelektual.

1
Begitu juga dengan perkembangan psikologi dan sosialnya. Hubungan antara
bilingualisme dengan individu ini telah lama menarik perhatian orang. Berbagai macam
kajian yang membandingkan penampilan bilingual dengan monolingual dalam berbagai
pengukuran intelegensi untuk melihat ada-tidaknya pengaruh positif dan negatif
bilingualisme terhadap intelegensi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat rumusan masalah, yaitu:
1. Jelaskan pengertian bilingualisme dan perkembangan bahasa anak
2. Bagaimana bilingualisme dalam perspektif perkembangan bahasa?
3. Dampak bilingual bagi individu?
4. Kelebihan dan kekurangan bilingualisme terhadap proses perkembangan bahasa

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun yang menjadi tujuan penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui mengenai pengertian bilingualisme dan perkembangan bahasa
anak.
2. Mengetahui mengenai bilingualisme dalam perspektif perkembangan bahasa.
3. Mengetahui dampak bilingual bagi individu.
4. Mengetahui mengenai kelebihan dan kekurangan bilingualisme terhadap
proses perkembangan bahasa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bilingualisme dan Perkembangan Bahasa Anak


Indonesia memiliki keragaman dari bahasa daerah dan bahasa asing yaitu bahasa
Inggris sehingga menyebabkan orang dapat menguasai lebih dari satu bahasa yang
disebut bilingualisme dan multilingualisme. Chaer dan Agustina (2010:84) menyatakan
"Bilingualisme yaitu penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya
dengan orang lain secara bergantian." Menurut Chaer dan Agustina (2010:85)
"Multilingualisme adalah keadaan yang digunakannya lebih dari dua bahasa oleh
seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian."
Menurut Lenneberg (dalam Purwo 1997) perkembangan bahasa anak seiring dengan
perkembangan biologisnya. Perkembangan bahasa abak ditempuh melalui cara yang
sistematis dan berkembang bersama-sama dengan pertambahan usianya.Menurut
Levin,pada masa system perkembangan system bunyi (fonologi) anak memiliki
keutuhan dalam bersuara ;pada masa perkembangan sintaksisnya (system
gramatikal) anak telah mampu memproduksi suara pada masa perkembangan sistem
maknanya (semantic) anak telah memiliki keutuhan dalam memberikan makna ; pada
masa perkembangan system sosial bahasanya (pragmalik)anak telah mampu
menerapkan ucapan dalam kehidupan sosial secara utuh. Dworetzky (1990) menyatakan
bahwa dalam kehidupan manusia mengalami perkembangan bahasa melalui dua
tahapan, yakni pralinguistik dan linguistik.

B. Bilingualisme Dalam Persektif Perkembangan Bahasa


Bilingualisme adalah kebiasaan atau perilaku untuk menggunakan dua bahasa
dalam sebuah masyarakat bahasa (speech community), sedangkan bilingualitas adalah
kemampuan seseorang memahami dua bahasa. Bilingualisme terjadi pada masyarakat
yang bilingual atau bahkan multilingual yaitu masyarakat yang menggunakan dua buah
bahasa atau lebih dalam melakukan komunikiasi antaranggota masyarakat tersebut.
Sementara bilingualitas lebih mengacu kepada perseorangan, yaitu kemampuan
seseorang dalam menggunakan dua bahasayang berbeda. Dalam praktiknya para tokoh

3
bahasa masih memunyai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda mengenai
fenomena bilingualisme ini. Bloomfield dalamRahardi (2001) mengatakan bahwa
bilingualisme adalah fenomena penguasaan bahasa kedua dengan derajat penguasaan
yang sama seperti penutur asli.
Pandangan lain disampaikan oleh Macnamara (1967) dalam Rahardi (2001)
yang mengatakan bahwa tingkat penguasaanbahasa kedua tidak harus sama dengan
penguasaan bahasa pertama. Bahkan Haugen (1972) dalam Rahardi (2001) mengatakan
bahwa bilingualisme hanyalah pengenalan terhadap bahasa kedua (b2). Hal ini berarti
dalam konteks masyarakat Indonesia menurut pandangan Bloomfield, penguasaan
bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua harus sama dengan kemampuan bahasa pertama
yaitu bahasa daerah (vernacularatau tribal language)sementara menurut pandangan
kedua kemampuan bahasa Indonesia tidak harus sama seperti penguasaan terhadap
bahasa daerah sebagai bahasa pertama masyarakat Indonesia. Bilingualisme atau
multilingualisme pada tataran tertentu bagi sebagian orang masih menjadi hal yang
tidak umum dan terkesan agak aneh.
Bagi mereka ’kemampuan’ para orang-orang bilingualini dalam
menggunakan dua bahasakadang-kadang masih dianggap sesuatu yang negatif
karena menurut mereka biasanya orang-orang atau masyarakat yang bilingual adalah
para imigran atau pendatang dengan segala permasalahan hidup mereka dan anak-
anak hasil kawin campur (mix marriage). Dalam konteks keindonesiaan kondisi
bilingualisme direpresentasikan oleh pemakaian bahasa pertama (b1) dan bahasa
kedua (b2). Dalam situasi dan keadaan tertentu bilingualisme ini berubah menjadi
multilingualisme (multingualism) dengan adanya penambahan pemakaian
bahasaasing (b3) selain b1 dan b2 terutama hal ini sering terjadi di kota-
kota besar yang sebagian besar penduduknya adalah golongan terdidik (highly
educated) dan memunyai akses yang sangat besar ke dunia internasional.
Golongan masyarakat ini sering dilabeli dengan istilah keluarga
modern yang salah satu cirinya adalah menonjolnya pemakaian bahasaasing
terutama bahasaInggris,baik secara personal maupun penerapan dalam keluarga.
Bahasapertama atau bahasaibu (mother tongue) di Indonesia adalah bahasayang
diperoleh anak pertama kalinya dari kedua orang tua mereka. Jika demikian,
bahasa pertama orang Indonesia bisa berupa bahasa daerah (vernacular) atau bisa
juga bahasa Indonesia (lingua franca). Petyt seperti yang dikutip oleh Wardhaugh
(1986; hal. 37) mengatakan bahwa bahasa daerah atau vernacularadalah bahasa yang
ditransmisikan dari orang tua kepada anak yang dipakai sebagai media komunikasi
4
utama, ”a form of speech transmitted from parent to child as a primary medium
of communication”.
Bahasa daerah ini selain berfungsi sebagai alat komunikasi antaranggota
kelompok juga berfungsi sebagai penanda identitas kedaerahan. Bahasa kedua (b2)
adalah bahasa Indonesia yang secara formal telah dideklarasikan sejak tanggal
28 Oktober 1928 dalam sebuah peristiwa Sumpah Pemuda. Di situ, bahasa
Indonesia telah diakui sebagai bahasa nasional Indonesia dan dipakai secara
resmi dalam bidang pendidikan dan pemerintahan. Dalam konteks ini, bahasa
Indonesia juga menjadi alat perhubungan antarsuku bangsa di Indonesia di samping
sebagai penanda identitas nasional kebangsaan dan lambang kebanggaan nasional. Sejak
bahasa Indonesia dideklarasikan pada tahun 1928 dan selanjutnya disusun
dalam sebuah perencanaan bahasa yang dimanifestasikan dalam bentuk kebijakan
politik bahasa nasional, penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pertama dan bahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua berjalan beriringan.
Masing-masing memiliki ranah pemakaian, peran, dan fungsi sendiri
sehingga tidak saling menggantikan fungsi, peran dan kedudukan setiap bahasa
tersebut. Pada kasus-kasus tertentu terutama pada masa-masa sekarang batas antara
bahasa pertama (b1) dalam hal ini bahasa daerah dan bahasa kedua (b2)
semakin tidak jelas. Kekuatan dan status bahasa Indonesia sebagai bahasa yang
dianggap merepresentasikan kemajuan dan kesempatan akses ke dalam dunia kerja
dan ekonomi yang lebih luas semakin menggantikan fungsi dan peran bahasa
daerah. Menurut hasil penelitian yang pernah dilakukan penulis terhadap
responden, yaitu keluarga muda di Jawa Timur hanya 13 persen dari15 responden
yang tidak bergeser bahasa.
Keluarga responden lainnya sudah bergeser bahasa dari bahasa daerah
sebagai bahasa pertama menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama bagi anak-
anak mereka. Sebagian besar alasan mereka bergeser bahasa adalah secara
umum agar lebih memudahkan si anak dalam bergaul di sekolah dan
masyarakat dan berharap kelak akan mendapatkan akses yang lebih baik dalam
bidang ekonomi maupun dunia kerja jika anak mereka bisa berbahasa
Indonesia sejak awal. Dalam situasi yang diglosik bahkan multiglosik dengan adanya
bahasa asing diantara bahasa daerah dan bahasa Indonesia, sudah barang tentu
ada tarik menarik dalam hal kekuatan dan pengaruh bahasa. Dalam kehidupan
masyarakat Indonesia kelas menengah, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa yang

5
lebih prestisius dibandingkan dengan bahasa daerah sehingga masyarakat golongan
ini berusaha untuk menguasai bahasa kedua ini dengan lebih baik dan lebih awal.
Akibatnya, pengembangan bahasa Indonesia bagi golongan masyarakat ini
memunyai dorongan yang positif. Bagi masyarakat kelas bawah yang salah satunya
dicirikan oleh tingkat pendidikan yang agak kurang dan tingkat ekonomi yang
relatif kurang baik, bahasa pertama merupakan bahasa utama sehingga orientasi
untuk menguasai bahasa Indonesia sejakdini kurang atau tidak ada sehingga
pengembangan bahasa Indonesia bagi golongan ini kurang mendapat
dukungan. Biasanya masyarakat yang tinggal di pelosok-pelosok desa yang agak
terpencil yang akses terhadap informasi dan kemajuan sangat kurang.

C. Manfaat dan Pengaruh Bilingual Terhadap Individu


Manfaat Bilingual terhadap individu anatar lain:
1. Kemampuan berkomunikasi.
Mampu berkomunikasi dengan orang dari berbagai latar belakang budaya dan
anak dapat berkomunikasi dengan lebih banyak orang diberbagai situasi.
2. Keunggulan kognitif
Kemampuan berpindah antar bahasa memperkuat kemapuan mental dan
fleksibel kognitif. Biligualisme dapat meningkatkan daya ingat dan kemampuan
pemecahan masalah.
3. Peningkatan karier
Biligual juga berpengaruh terhadap kesempatan kerja yang lebih luas banyak
perusahaan mengahargai karyawan yang bisa berbicara dari satu bahasa.
4. Kemampuan pembelajaran yang lebih baik
Kemampuan memahami dua bahasa dapat memudahkan pembelajaran bahasa
ketiga. Biligualisme dapat membantu individu memahami konsep-konsep lebih
dalam dan abstrak.

Pengaruh Biligualisme:
1) Pengaruh sosial
Kemampuan untuk berbicara dalam berbagai bahasa dapat meningkatkan
integrasi sosial di berbagai lingkungan.
2) Adaptabilitas

6
Bilinguasme dapat meningkatkan kemampuan individu untuk beradaptasi
dengan berbagai konteks dan situasi.
3) Kepekaan terhadap bahasa dan kebudayaan
Biligualisme dapat meningkatkan kepekaan terhadap perbedaan budaya dan
bahasa.

Perlu diingat bahwa manfaat dan pengaruh bilingulisme dapat bervariasi antar individu
dan pengalaman setiap orang dalam menggunakan lebih dari satu bahasa dapat berbeda.

D. Kelebihan dan Kekurangan Bilingualisme Terhadap Perkembangan


Bahasa Anak

Menurut Boomfield (1993) bahwa orang yang bilingual adalah orang yang
menguasai dua bahasa atau lebih dengan penguasaan yang menyerupai penutur asli,
(native like control of two or more language). Bilingual adalah sebutan bagi orang
yang menggunakan dua atau lebih bahasa yang berbeda bunyi pengucapan,
perbendaharaan kata dan sintaksisnya. Sedangkan orang yang menggunakan hanya
satu bahasa disebut monolingual. Untuk menunjukkan seseorang tergolong
monolingual atau bilingual, psikologi hanya memakai istilah bahasa pertama (first
language) untuk bahasa ibu, dan bahasa kedua (second language) untuk bahasa selain
bahasa ibu (Matlin,1994:320).
Bahasa ibu adalah bahasa yang digunakan pertama kali dalam lingkungan
keluarga yang sengaja diajarkan oleh orang tua (umumnya oleh ibu) kepada anak
dalam awal kehidupannya. Saat ini sudah menjadi suatu kebutuhan dan realitas dengan
penguasaan dua bahasa yang dapat terlihat misalnya banyak orang yang tinggal di
daerah yang resminya mempunyai dua bahasa. Mereka menggunakan bahasa untuk
keperluan dalam berkomunikasi secara infornal bukan termasuk bahasa yang
digunakan secara formal di sekolah dan untuk melakukan berkomunikasi secara resmi.
Menurut para pakar pendidikan keuntungan/ kelebihan anak yang Bilingual
sebagai berikut:
a. Banyak mengerti struktur dari dua bahasa atau lebih yang memudahkan
mereka melakukan komunikasi (Diaz,1985; Matlin,1994:322)

7
b. Lebih waspada menetapkan pengertian yang dapat berubah dalam kedua
bahasa tersebut (Bialystok 1987,1988;Hakuta,1886 dalam
Matlin,1994:322)
c. Lebih peka dalam beberapa aspek pragmatis dari dua bahasa tersebut
(Genesee,et. Al.,1975 dalam Matlin,1994:322)
d. Cenderung fleksibel dan kreatif serta menunjukan kelebihan pada tes
kecerdasan nonverbal yang membutuhkan pengaturan ulang dari
petunjuk yang dapat dilihat dan pada tugas dalam konsep yang
membutuhkan fleksibilitas mental (Matlin,1994:322)
e. Memperlihatkan orientasi analisis yang lebih baik daripada anak yang
monolingual (Cummins,1978, BenZeev,1977). & Mulchahy,1978).
f. Menggunakan hermenutik (prompt) dalam menafsirkan kalimat-kalimat
yang mengandung makna ganda (ambiguity) lebih baik daripada anak
yang monolingual (Cummins & Mulchahy,1978).
Penggunaan bahasa secara berkelanjutan dan terintegrasi akan mempengaruhi
struktur otak dan kemampuan kognitif anak. Sehingga, manfaat dari bilingualisme
diduga tidak hanya terbatas pada komunikasi verbal, tetapi juga melibatkan seluruh
aktivitas otak lain, termasuk kemampuan belajar. Plastisitas otak saat awal kehidupan
memungkinkan otak untuk dapat menerima semua informasi yang diperkenalkan saat
itu, termasuk bahasa. Paparan lebih dari 1 bahasa di awal perkembangan otak diduga
akan meningkatkan stimulus dan akan berperan baik terhadap perkembangan otak
selanjutnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak adalah
stimulasi suara yang didengar. Ketika bayi hanya diperkenalkan 1 bahasa, maka area
otaknya diduga hanya akan sensitif terhadap 1 bahasa itu saja. Sebaliknya, ketika bayi
diperkenalkan lebih dari 1 bahasa sejak dini, maka sensitivitas pusat bahasa di otaknya
diduga lebih bervariasi dan memungkinkan perkembangan yang lebih baik.
Kerugian anak yang bilingual adalah mereka memerlukan energi lebih banyak
untuk menghaluskan pengucapan dan biasanya mereka agak lambat dalam membuat
keputusan tentang bahasa, meskipun hal ini tidak menghalangi komunikasi. Namun
dapat disimpulkan bahwa kerugian anak yang bilingual jauh lebih sedikit daripada
keuntungan dengan menguasai lebih dari satu bahasa seperti pendapat Taylor &
Taylor(1990:340):

8
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat Indonesia yang sebagian besar dwibahasawan (bilingual) bahkan
untuk kalangan tertentu multibahasawan dengan adanya bahasa asing telah
memberikan dinamika yang sangat tinggi dalam hal pengembangan bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia telah menempati posisi yang cukup strategis baik
sebagai bahasa nasional yang berfungsi untuk mempersatukan seluruh
elemen bangsa maupun potensi sebagai bahasa regional. Ternyata bilingualisme
pada anak memberikan manfaat yang tidak hanya terbatas pada komonikasi verbal saja,
tetapi juga melibatkan seluruh aktivitas otak lain, termasuk kemampuan belajar.
Plastisitas otak saat awal kehidupan memungkinkan otak untuk dapat menerima semua
informasi yang diperkenalkan saat itu, termasuk bahasa. Paparan lebih dari satu bahasa
di awal perkembangan otak diduga akan meningkatkan stimulus dan akan berperan baik
terhadap perkembangan otak. Namun tingkat efek positif bilingualisme dipengaruhi
oleh faktor IQ, keaktifan individu, dan jumlah bahasa asing yang dipelajari. Semakin
tinggi IQ yang dimiliki dan semakin aktif individu mempelajari bahasa asing, semakin
tinggi pula efek positif bilingualisme yang diperoleh. Jadi dapat disimpulkan bahwa
bilingualisme tidak memberikan dampak buruk bagi perkembangan anak.

B. Saran
Penulis menyadari dalam penulis makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
tetapi penulis berharap malah ini bermanfaat bagi pembaca dalam mengenai tentang
rumusan masalah yang terdapt dalam makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Khaidir. (1990). Sebuah Pengantar Fungsi dan Peranan Bahasa,. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Cummins, J. & Swain, M Bilingualism in Education. London:Longman. 1986.
Matlin, M. Cognition. 5th Edition. New York: Wiley,2002.
Panjaitan, Nurul Aisyah Salsabila. "Konsep Bilingualisme dan Pengaruh Terhadap

Pengaruh perkembangan bahasa." journal on education 2023"


Taylor, L & Taylor, MM.). Psyholinguistics: Learning and Using Language.
Englewood Cliffs, New York: Prentice Hall.1990
Rahardi, Kunjana. (2001). Sosiolinguistik: Kode dan Alih Kode. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Wijana, I Dewa Putu & R, Muhammad. (2006). Sosiolinguistik: Kajian Teori
dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wardhaugh, Ronald. (1986). An Introduction to Sociolinguistics. Oxford-UK: Basil
Blackwell.

10

Anda mungkin juga menyukai