Anda di halaman 1dari 13

BUDAYA DAN KEPARIWISATAAN

SUMATERA UTARA

DOSEN PENGAMPU : Fitriani


Lubis, S. Pd., M. Pd.
CRITICAL JURNAL RIVIEW

Dosen Pengampu : Fitriani Lubis, S. Pd., M. Pd.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

Luci Epita Banjarnahor (2213111077)


Resa Restrai Br Sembiring (2213111037)
Christin Sidabutar (2213111053)
Hanna Alora Sianturi (2213311038)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur sama-sama kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
mana telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
CRITICAL JURNAL RIVIEW ini dengan membandingan dua jurnal.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah
Budaya dan Pariwisata Sumatera Utara, dengan pembahasan mengenai perbandingan antara
jurnal utama dan jurnal pembanding serta meriviewnya.

Kami ucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Fitriani Lubis, S. Pd., M. Pd. selaku
dosen pengampu mata kuliah Budaya dan Pariwisata Sumatera Utara, yang mana telah
memberikan bimbingan kepada kami. Dan terimakasih juga kepada semua pihak yang sudah
mendukung penyusunan makalah ini. Selanjutnya kami mengharapkan kritik dan saran agar
semakin menyempurnakan makalah ini.

Medan, 24 September 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1

1.3 Tujuan............................................................................................................................ 2

BAB II ANALISIS JURNAL............................................................................................ 2

2.1 Identitas Jurnal............................................................................................................... 2

2.2 Ringkasan Jurnal............................................................................................................ 3

BAB III PENUTUP................................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 15

3.2 Saran.............................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kabupaten Pakpak Bharat adalah Kabupaten yang dimekarkan pada
tanggal 25 Februari 2003 dari pemekaran kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak
Bharat tesebut hampir 90% dihuni oleh masyarakat etnis Pakpak. Dalam
kehidupan sosialnya masyarakat Pakpak memiliki eksistensi budaya yang secara
generasi atau turun temurun, salah satunya adalah peninggalan budaya seperti
ornamen. Ornamen dalam bahasa Pakpak disebut juga dengan gerga/okir,
biasanya ornamen
ini di terapkan pada rumah adat Pakpak yang memiliki beragam jenis atau simbol
ornamen yang mempunyai makna-makna serta peletakan pada ornamen tersebut
yang dianggap dapat memberi kekuatan atau semangat dalam menjalani
kehidupannya. Ornamen Pakpak pada zaman dulu diterapkan dalam bentuk ukir
pada rumah adat Pakpak sehingga mampu bertahan lama dan memiliki nilai
keindahan yang tinggi akan tetapi pada zaman sekarang ini rumah adat Pakpak
yang memiliki hiasan ornamen dan memiliki bentuk-bentuk, warna dan makna
simbolis itu, tidak dapat ditemukan lagi di Kabupaten Dairi maupun dikabupaten
Pakpak Bharat.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk meriview atau
meninjau dua jurnal yang meneliti di bidang budaya suku Pakpak serta menjadi sarana
agar pembaca dapat mengevaluasi kedua jurnal yang akan ditinjau.

C. Manfaat
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Budaya dan Pariwisata Sumatera Utara
2. Untuk menambah kemahiran dalam meriview jurnal
3. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana kebudayaan suku
Pakpak.

1
BAB II

ANALISIS JURNAL

A. Identitas Jurnal
1. Jurnal Utama

Judul Junal : KETIKA KESAKRALAN SITUS


PURBAKALA MULAI PUDAR (Studi
Antropologi Budaya Terhadap
Keberadaan Arca Antromorfis Bagi
Masyarakat Pakpak Desa Mahala
Kecamatan Tinada Kabupaten Pakpak
Bharat Sumatera Utara)

Nama Jurnal : Jurnal Antropologi

Penulis : Lasmayanti Siketang

Tahun Publish : April 2017

Volume : 1

No : 1

Foto Jurnal :

2. Jurnal Pembanding

Judul Jurnal : Makna Upacara Menanda Tahun


dan Pelestarian Lingkungan pada
Masyarakat Pakpak Desa Kecupak I
Pakpak Bharat

Nama Jurnal : Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya

Penulis : Supsiloani dan Priska Prince Manik

Tahun Terbit Desember 2015


Volume : 1 (2)

ISSUE: 175-188

Foto Jurnal :

2
B. Ringkasan Jurnal

1. Jurnal Utama

Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode


kualitatif dan menggunakan
pendekatan deskriptif untuk melihat
perubahan yang terjadi di masyarakat
Desa Mahala mengenai kesakralan
situs purbakala seperti mejan.

Subjek penelitian Kecamatan Tinada Kabupaten Pakpak


Bharat khususnya di Desa Mahala

Hasil penelitian Masyarakat Pakpak khususnya


masyarakat di Desa Mahala
menyebut mejan sebagai harta
pusaka peninggalan nenek moyang
pemilik marga tertentu yang
memiliki nilai yang sangat berharga,
dikarenakan tidak semua marga atau
orang yang mampu membangun
mejan tersebut.
Fungsi Patung (mejan) Pada zaman
dahulu mejan di fungsikan sebagai
lambang kemansyuran atau
kebesaran seorang raja. Karena
mejan merupakan harta dan
kebanggaan bagi yang meilikinya.
Sehingga apabila di suatu desa
terdapat beberapa mejan berarti raja
dalam desa tersebut dulunya sangat
kaya, sehingga mampu membuat
mejan. Karena dalam proses
pembuatan mejan memerlukan biaya
yang sangat banyak dalam kurun
waktu yang lama.
Mejan juga berfungsi sebagai
benteng pertahanan. Karena di dalam
mejan tersebut memiliki nangguru ,
sehingga mejan memili kekuatan
untuk menangkal bala dan serangan
dari musuh. Hanya orang kaya yang
memeiliki kekusasaan yang mampu
membangun mejannya. Dahulu
mejan difungsikan sebagai lambang
kemansyuran atau kebesaran seorang
raja pemilik marga. Selain dijadikan
sebagai lambang, mejan juga
diyakini sebagai benteng pertahanan
karena memiliki kekuatan untuk
menangkal bala dan serangan dari
musuh. Mejan juga di anggap
sebagai simbol kepahlawanan,
karena mejan merupakan salah satu
wujud penghargaan kepada
seseorang yang dianggap
berpengaruh atau berjasa kepada
masyarakat. Selain itu mejan juga
diyakini sebagai tanda hak ulayat
atas tanah seorang raja. Namun saat
ini, seiring berjalannya waktu dan
kemajuan zaman fungsi mejan mulai
berubah, mejan hanya menjadi
benda-benda peninggalan yang
bersejarah bagi masyarakat. Beda
halnya dengan pandangan
masyarakat luar saat ini, dari kasus
pencurian mejan yang pernah terjadi
di beberapa tempat di Pakpak Bharat
mengisaratkan bahwa mejan
memiliki harga jual yang tinggi.
Untuk lebih memahami keberadaan
situs purbakala masyarakat harus
melihat objeknya langsung, bukan
hanya pemahaman dari mitos dari
cerita-cerita rakyat, akan tetapi
sebagian masyarakat juga
menjelaskan kebalikan dari
sebelumnya.

2. Jurnal Pembanding

Metode penelitian Metode yang digunakan dalam


penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Subjek penelitian Desa Kecupak I kecamatan Pergetteng-


getteng Sengkut kabupaten Pakpak
Bharat.

Hasil penelitian Adat istiadat dan kebudayaan


menyangkut segala aspek kehidupan
manusia yang bergerak secara
dinamis sesuai dengan kepentingan
dan faktor pengaruh yang dialami
para pendukung adat atau kebudayaan
tertentu. Demikian halnya adat
istiadat Pakpak yang mencakup segala
aspek kehidupan yang
menggambarkan identitas Pakpak
yang berbeda atau sama dengan etnis
lain. Jadi ada adat istiadat yang
berhubungan dengan religi atau
keagamaan, mata pencaharian,
kesenian, bahasa, teknologi,
organisasi sosial dan sistem
pengetahuan yang selalu berubah
sesuai dengan konteks. Berdasarkan
deskripsi data, analisa serta
pembahasan pada bagian terdahulu,
maka penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa dilaksanakannya
upacara Menanda Tahun oleh
masyarakat Kecupak I, didasari oleh
beberapa alasan. Masih adanya
kepercayaan bahwa alam dikuasai
oleh tenaga-tenaga gaib. Ternyata
punya hubungan sejarah terhadap
penguasaan wilayah sisada rube dari
pihak lain (Marga solin), juga pada
masa lalu moment ini berhasil
dijadikan sebagai sarana perdamaian
bagi pihak-pihak yang bertikai.
Dengan adanya upacara inisehingga
keserentakan dalam tahapan produksi
bisa dipertahankan, dengan demikian
gangguan hama lebih mudah
diantisipasi.
Upacara Menanda Tahun ini
masih tetap dilaksanakan Desa
Kecupak I, karena beberapa alasan.
Pertama, karena tanah yang ada di
Desa tersebut belum menjadi milik
mereka. Tanah yang mereka miliki
sekarang ini merupakan tanah
sekumpuluan yang artinya hasil dari
perebutan. Sehingga upacara ini harus
dilaksanakan setiap tahunnya. Kedua,
dengan adanya upacara Menanda
Tahun, sehingga musim tanam secara
serentak dilaksanakan oleh
masyarakat Kecupak I.
Masyarakat Kecupak I diikat oleh
sejumlah aturan, nilai dan pengetahuan,
upacara, kepercayaan, tabu, dan sanksi.
Bagi masyarakat Pakpak Kecupak I
menjadi tidak mungkin membuka
ladang tanpa didahului upacara
Menanda Tahun, karena penguasa alam
gaib yang menguasai hutan dan
perladangan itu tidak akan memberikan
keberkahannya yang berakibat
kurangnya, atau bahkan tiadanya hasil
produksi yang diperoleh. Bahkan
masyarakat Pakpak Desa Kecupak I
percaya bahwa akan timbulnya suatu
bencana bila usaha perladangan
dilakukan tanpa melalui upacara
Menanda Tahun.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kelemahan dan Kelebihan Jurnal


1. Jurnal Utama
 Kelebihan
1. Penulisan yang mudah dipahami sehingga pembaca tidak bosan membaca
jurnal ini
2. Memiliki informasi yang valid dan spesifik
3. Mencakup materi ragam kebudayaan yang banyak pada etnis pakpak

 Kekurangan
1.Walaupun mencakup materi yang banyak namun peneliti kurang
memberi informasi yang kurang dieksplor lagi.
2. Tidak adanya kutipan atau foto yang tertera pada jurnal.

2. Jurnal Pembanding
 Kelebihan
1. Materi yang di teliti jelas arahnya, mengarah pada artefak budaya Pakpak
2. Penulisan yang mudah dipahami

 Kekurangan
1. Kurang menjelaskan sejarah Pakpak itu sendiri yang dimana para
pembaca langsung disuguhi materi tentang artefak.
2. Tidak adanya kutipan atau foto yang tertera pada jurnal
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari tinjauan yang penulis lihat maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kebudayaan suku atau etnis Pakpak sangatlah beragam baik dari ritual,music,
dan juga seni rupa yang ada pada etnis ini. Tak menutup kemungkinan artefak
zaman dahulu muncul Kembali disaat ini dan juga diteliti. Pada jurnal
pembanding dijelaskan bahwa adanya artefak peninggalan etnis Pakpak di era
kerajaan muncul Kembali namun masih diteliti saat ini yang kegunaannya
masih belum pasti digunakan untuk acara atau ritual di etnis Pakpak.

B. Saran

Masih banyak kekurangan yang terkandung dalam makalah atau jurnal


yang sudah diriview untuk itu sebelum penulis memaparkan beberapa saran,
penulis mengharapkan tanggapan dan juga saran dari pembaca sekalian.

Saran dari penulis ialah sebaiknya dan ebih baik lagi disajikan beberapa
sumber lewat kutipan atau foto yang menjelaskan kebudayaan etnis Pakpak
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Supsiloani dan, Prince Manik,Priska.” Makna Upacara Menanda Tahun dan Pelestarian
Lingkungan pada Masyarakat Pakpak Desa Kecupak I Pakpak Bharat.”Jurnal
Antropologi dan Budaya.1(2) 175-188(2015):[-]

Siketang,Lasmayanti.” KETIKA KESAKRALAN SITUS PURBAKALA MULAI PUDAR


(Studi Antropologi Budaya Terhadap Keberadaan Arca Antromorfis Bagi Masyarakat
Pakpak Desa Mahala Kecamatan Tinada Kabupaten Pakpak Bharat Sumatera
Utara).”Jurnal Antropologi.1(1).(2017):[-]

Anda mungkin juga menyukai