Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL BOOK RIVIEW

“SENI KRIYA”

Dosen Pengampu : Dra. Nurhayati Tanjung ,M.Pd

Disusun oleh :

Yamada ( 5202343001)

PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BUSANA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

APRIL 2021

KATA PENGANTAR

i
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah senantiasa memberkati dalam
menyelesaikan Critical Book Riview (CBR), adapun tugas ini dikerjakan untuk memenuhi mata
kuliah Sejarah Busana. Kami telah menyusun CBR ini dengan sebaik-baiknya tetapi mungkin
masih ada kekurangan-kekurangan untuk mencapai kesempurnaan.

Kami selaku penulis menerima berbagai kritikan yang sifatnya membangun agar CBR ini
menjadi lebih baik lagi. Selanjutnya, kami berharap semoga CBR ini bisa memberikan manfaat
serta menambah wawasan bagi para pembaca. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan dan kata-kata yang kurang berkenan.

Medan, April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

A. Rasionalisasi pentingnya CBR.............................................................................................1

B. Tujuan penulisan CBR..........................................................................................................1

C. Manfaat CBR........................................................................................................................1

D. Identitas Jurnal Yang Direview............................................................................................1

BAB II.............................................................................................................................................2

RINGKASAN MATERI...............................................................................................................2

BAB III.........................................................................................................................................28

PEMBAHASAN...........................................................................................................................28

A. Kelebihan............................................................................................................................28

B. Kekurangan.........................................................................................................................28

BAB IV..........................................................................................................................................29

PENUTUP....................................................................................................................................29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CBR

Sering kali kita bingung memilih referensi buku untuk kita baca dan pahami. Terkadang kita
memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari segi analisis bahasa,
pembahasan tentang Penulisan Karya Ilmiah. Oleh karena itu, penulis membuat critical book
review ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih referensi, terkhusus pada pokok bahasa
tentang Penulisan Karya Ilmiah.

B. Tujuan penulisan CBR

Tujuan di buatnya CBR ini adalah agar kita mengetahui kelemahan dan kelebihan dari buku
yang kita review menegenai Penulisan Karya Ilmiah dalam bidang seni kriya . Serta
meningkatkan pengetahuan kita mengenai seni kriya dan pembuatanya . Dan juga sangat
bermanfaat bagi penulis buku agar mengetahui apa kelemahan dan kelebihan dari buku agar
buku ini lebih sempurna lagi.

C. Manfaat CBR

Perkembangan ilmu pengetahuan yang minim disebabkan karena rendahnya minat baca
pada saat ini. Mengkritik buku merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menaikkan
ketertarikan minat membaca terutama untuk mahasiswa. Sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan mahasiswa tata busana dalam mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah.

1
D.Identitas Buku Direview

BUKU UTAMA

1. Judul : Seni Kriya dan Kerajinan


2. Tahun Terbit : 2011
3. Pengarang : Dr. Timbul Raharjo, M. Hum.
4. Penerbit : PROGRAM PASCASARJANA Institut Seni Indonesia Yogyakarta
5. Nomor ISBN : 978-602-8820-20-2

BUKU PEMBANDING
1. Judul :Ekspresi Seni
2. Tahun terbit :2011
3. Pengarang : Prof. Ilr- Mahdi Bahar, S.Ka.-, M.Hun
4. Penerbit :Isi Padang Panjang
5. Nomor ISBN :1412-1663

BAB II

RINGKASAN MATERI

A.KRIYA INOVASI DAN MASAL

. Seni Kriya yang Adiluhung Seni kriya merupakan salah satu cabang seni rupa yang
memiliki akar kuat, yakni nilai tradisi yang bermutu tinggi atau bernilai adiluhung. Sebab pada
masa lampau, para kriyawan keraton menghasilkan karya seni dengan ketekunan dan konsep
filosofi tinggi serta memberikan legitimasi sebagai produk seni kriya tempo dulu. Di dalam
konsep tersebut termasuk pula adanya pola pikir metafisis yang mengandung muatan nilai-nilai
spiritual, religius, serta magis. Di samping itu adalah juga adanya kesadaran kolektif terhadap
lingkungan alam, solidaritas yang tinggi dan didukung oleh tatanan budaya tradisional yang

2
ternyata telah menghasilkan seni kriya yang berkualitas adiluhung serta mencerminkan jiwa
zaman1 . Dalam konteks ini, jiwa zaman yang dimaksud adalah berupa seluruh kehidupan batin
manusia yang terdiri dari perasaan, pikiran, dan anganangan pada masa itu yang terjadi dari
sebuah dialektika budaya tertentu yang senantiasa berinteraksi. Tentu, jiwa zaman ini
memberikan letupan-letupan semangat berkarya pada masingmasing jiwa pendukungnya. Oleh
karena itu, ke-adiluhungan-nya adalah juga sebuah karya yang kemudian diukur dari siapa
pendukung dan siapa penikmatnya. Kita tahu, pada zaman kerajaan tertentu cukup menguat
adanya pembedaan strata masyarakat terutama yang ningrat dan rakyat biasa. Keduanya
memiliki taste (selera) yang berbeda dan secara formal maupun non-formal posisi rakyat sering
ditabukan untuk memiliki atau memakai produk yang mirip dengan apa yang ada di keraton. Hal
inilah yang kemudian membedakan, terutama dalam hal sumber wilayah munculnya seni kriya
yakni karya yang dihasilkan dari jeron betèng (dalam keraton), jaban betèng (luar keraton), dan
bahkan pesisiran (pantai). Tentu, penyebutan adiluhung juga selalu dikaitkan dengan apa pun
karya yang berada di wilayah keraton. Sebab, memang, karya-karya kriya yang berada di dalam
wilayah keraton memiliki legitimasi tersendiri. Itulah yang membuatnya sangat disakralkan dan
diagungkan. Maka, banyak orang menganggap adiluhung karena dari wilayah keraton. Lain
halnya dengan karya yang dibuat dari wilayah jaban keraton yang dianggap sebagai karya rakyat
jelata dan bersifat profan, tanpa memiliki makna yang luhur atau adiluhung2 .

B. Strata Pengguna Seni Kriya

Ada pun pembedaan siapa pengguna dari produk seni kriya itu tergantung pada sebuah
komunitas pengguna. Pertama adalah karya seni kriya yang dibuat sebagai pengabdian terhadap
dewa-raja yang secara tekun dikerjakan agar kemakmuran dan kebahagiaan hidup terlindungi
dengan cara memberikan/membuat karya yang baik. Maka, Sang Dewa pun akan merasa senang
dan memberikan ketenteraman serta kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kedua adalah
pengguna dengan tingkat ekonomi lebih baik yang dapat mengapresiasi seni kriya menjadi
bagian gaya hidup mereka untuk mengikuti trend seni. Pastilah aspek seni yang dihasilkan pun
memiliki nilai yang tinggi. Bahkan, pada masa sekarang, karya yang dikoleksi oleh orang
“berduit” ini luar biasa nilainya, dapat melampaui koleksi karya-karya yang dimiliki keraton.

3
C. Kreatifitas Inovasi Seni Kriya

Pada perkembangannya, seni kriya dipakai sebagai kata untuk menamai hasil karya yang
dianggap memiliki keunikan tersendiri yang terkait dengan penggalian nilai-nilai tradisi yang
adiluhung. SP. Gustami memberi batasan bahwa seni kriya adalah suatu karya seni yang unik
dan berkarakter yang di dalamnya mengandung muatan nilai-nilai yang mendalam menyangkut
nilai estetik, simbolik, filosofis, dan fungsional. Dalam perwujudannya pun didukung oleh aspek
craftmanship tinggi. Oleh karenanya, pada tahun 1970-an, Gustami sebagai seorang guru besar
Institut Seni Indonesia Yogyakarta mencoba untuk sedikit keluar dari patronisasi nilai-nilai
tradisi yang kemudian memunculkan seni lukis batik. Nilai-nilai yang terkandung di dalam seni
batik tersebut ternyata memiliki kedalaman aspek teknologis misalnya pada proses produksi,
bentuk, dan simbolisasi motif. Ini bisa dilihat pada hasil karya seni batik yang dianut oleh
masyarakat tertentu.

D.Inovasi Radikal dan Kaizen Kriya

Kemiripan antarkarya seni kriya juga sering dipengaruhi oleh adanya teks atau teori perihal seni
kriya yang sebelumnya telah ada. Karenanya, karya yang ada pun kemudian mempengaruhi
secara ideologis dengan penciptaan karya seni kriya selanjutnya. Bentuk-bentuk tipografi karya,
misalnya, akan terpengaruh oleh karya seniman atau perupa yang lebih terkenal, yang hidup pada
zaman sebelum karya seni kriya bersangkutan lahir. Saling meniru dan mempengaruhi sebagai
hal yang dapat memberikan rujukan inspirasi pada karya baru hasil dari gubahan karya lama.
Dalam sudut pandang ilmu produktivitas maka perpaduan ketika menerapkan teknologi canggih
disebut dengan nama kaizen. Hal ini bisa dilihat pada jenis produk yang berteknologi canggih
dari Jepang, seperti pembuatan desain motor yang setiap tahun berganti seri dan tipe dengan
perubahan yang tidak signifikan. Perubahan yang ada dilakukan secara pelan, tidak radikal, dan
mempengaruhi konsumen dengan ingatan produk lama namun bernuansa baru. Hal ini membuat
biaya research and development juga dapat dihemat.

E. Seni Kriya sebagai Masterpiece

4
Seni kriya tercipta sebagai karya seni yang diwujudkan menjadi salah satu upaya problem
solving dalam memenuhi kebutuhan seni. Karya yang tercipta menjadi bentuk karya yang utuh,
karya yang bernilai, karya masterpiece dari hasil karya kriyawan yang memiliki visi ke depan
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pentingnya sebuah karya baru. Terciptanya sebuah
karya tertentu juga bisa menjadi satu produk yang mempresentasikan diri kriyawannya. Oleh
karena itu sebagai salah satu ekspresi untuk menuangkan gagasan, maka ide yang lahir
diharapkan bisa selayaknya sebagaimana karya seni murni lain dengan menggunakan media atau
material tertentu yang tidak sekadar kanvas dan permainan bentuk patung belaka. Namun telah
mengeksplorasi materi-materi kayu, logam, bambu, batu, keramik, dan lain sebagainya. Tentu,
pembuatan semacam ini menjadi salah satu contoh atau boleh dikata representasi produk baru
atau desain baru.

F. Kriyawan yang Bertalenta

Karya seni kriya yang diciptakan para kriyawan strata lulusan Jurusan Seni Kriya Institut Seni
Indonesia Yogyakarta juga memberi pengaruh yang luar biasa dalam penciptaan seni kriya.
Banyak karya seni kriya yang diciptakan berbasis material sesuai dengan latar belakang
pendidikan masing-masing. Pada umumnya, para kreator membuat seni kriya untuk
mengekspresikan pengalaman batin mereka akan sebuah intuisi dan pengalaman serta berbagai
latar belakang dalam hidup guna divisualisasikan dalam sebuah karya seni kriya. Tentu, pola-
pola penciptaannya mengikuti gerak atau dinamika hidupnya beserta pengaruh lingkungan yang
ada di sekelilingnya. Baik dalam hal materi, teknik, dan karakter yang ingin dicapai. Basic
penciptaan pun telah dipelajari sebagai bagian latar belakang pendidikan sehingga para kriyawan
yang ternyata mayoritas berkecimpung di dunia pendidikan mampu mengimajinasikan teori dan
praktek dalam sebuah olah penciptaan seni kriya.

B.RINGKASAN BUKU PEMBANDING

1. Kriya Seni Kriya

5
dalam hal ini seni kriya dan kriya seni merupakan cabang dari seni rupa yang berada
antara desain dan seni murni yang dalam penggarapannya lebih mengutamakan craftsmanship
dan menghasilkan karya kriya baik fungsional (applied art) maupun nonfungsional (fine art),
Istilah kriya belum lama dipakai dalam bahasa Indonesia sehingga banyak menimbulkan
pertanyaan dan kebingungan, tetapi sekaligus ternyata menimbulkan kelatahan dalam
menggunakan istilah itu. Hal ini dimungkinkan sebab pengguna istilah kurang mengerti secara
jelas mengenai maknanya.

Istilah kriya ini sering disamakan dengan kerajinan (craft), tetapi masih banyak yang
mengartikan berbeda sesuai dengan sudut pandang masingmasing. Bagi kita sebagai akademisi
sangat penting untuk dibicarakan sebab suatu istilah merupakan simbol yang dipakai untuk
menggambarkan makna secara keseluruhan yang melingkupinya. Seperti disampaikan Soedarso
SP dalam Zuhdi bahwa istilah kriya sebagai berkut: Istilah kriya yang dimunculkan kembali oleh
STSRI “ASRI” (sekarang ISI) Yogyakarta dimaksudkan untuk mewadahi derasnya kreasi dan
inovasi dalam berkarya seni, di samping usaha-usaha yang bertujuan untuk melestarikan warisan
seni budaya (seni kriya) masa lampau.

Dengan istilah kriya….) Pada waktu Jurusan Seni Kriya lahir di ASRI Yogyakarta pada
tahun 1950, istilah tersebut belum digunakan dan Jurusan ini diberi nama Bagian Seni
Pertukangan. Pernah pula Seni Kerajinan dipakai untuk menamai Jurusan ini, tetapi karena baik
Seni Pertukangan maupun Seni Kerajinan dianggap tidak mewakili dan mempunyai konotasi
yang menyesatkan maka jurusan tersebut diberi nama Seni Kriya. Bagaimanapun ketiga nama
tadi selalu disertai kata "Seni" yang sering digugat orang pada tempatnyakah rangkaian kata-kata
itu; Seni Kriya, Seni Kerajinan, Seni Pertukangan (Zuhdi, 2003:16).

2. Kelahiran Kriya Seni

Kelahiran kriya seni (craft art) atau kriya kontemporer (craft contemporary) merupakan
salah satu pengukuhan kriya seni sebagai cabang seni rupa sebagaimana halnya dengan cabang
seni rupa lainnya, serta memberikan apresiasi kepada masyarakar untuk menerima kriya seni
sebagai proses kreatif dan ungkapan ekspresi estetik dalam bentuk yang khas dari kriyawan
sedangkan istilah kriya seni sendiri muncul mulai tahun 1991. Seperti telah ditulis oleh B

6
Muriadi Zuhdi sebagai berikut: Seiring dengan perkembangan zaman ternyata cita-cita seni
manusia ikut berkembang pula. Jika pada masa lampau manusia menciptakan karya-karya seni
kriya yang didasari oleh keahlian seni untuk tujuan tertentu, maka manusia kini pun bermaksud
menciptakan karya-karya seni yang sesuai dengan semangat zamannya yaitu seni yang berdiri
sendiri dengan tujuan untuk kepuasan pribadi.

Motivasi inilah yang melatarbelakangi arah pengembangan dan perkembangan seni kriya
dalam menghadirkan karya-karya kriyaekspresi…). Untuk menamai karya-karya kriya yang
lepas dari segi fungsi alias karya-karya seni murni ini disebut dengan karya kriya seni yang
istilah ini secara nyata dimunculkan pada festival kesenian Yogyakarta (FKY III), tepatnya pada
tahun 1991 (Zuhdi, 2003: 18). Istilah kriya seni pada saat kemunculannya dipahami sebagai
istilah untuk menamai karyakarya kriya yang pembuatannya berorientasi pada kepuasan bathin
pencipta, lebih mengutamakan nilai seninya.

Pada zaman modern sekarang ini telah banyak dihasilkan oleh pabrik barang-barang
terapan untuk memenuhi kebutuhan praktis sehari-hari seperti alat-alat dapur dan alat-alat rumah
tangga lainnya. Barang seni kriya banyak terdesak oleh barang-barang buatan pabrik dengan
harga yang sangat terjangkau dibanding dengan barang-barang ciptaan kriyawan, jika dipandang
tampak lebih indah dari pada karya seni kriya, dampaknya kemampuan kriyawan dalam
menciptakan karya seni kriya menjadi terbelenggu sehingga kriyawan banyak menghasilkan
kriya seni untuk memenuhi keindahan juga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keris tidak
lagi menjadi alat tikam melainkan menjadi barang mewah untuk kebesaran. Orang mengenakan
keris tidak lagi merasa kebal tetapi mereka merasa bertambah harga diri, sebab keris merupakan
kelengkapan busana kebesaran yang dipakai ketika mengikuti upacara pengantin atau upacara
kebesaran lainnya, oleh karena itu barang-barang kriya seni harganya melambung tinggi
(Bastomi; 2003. 78). Karya kriya dewasa ini tidak lagi mengutamakan fungsi melainkan
mengutamakan nilai estetis. Bahan-bahan dari gelas, kayu, logam, batik, tenun dan lain
sebagainya dikerjakan oleh kriyawan sepenuhnya untuk kepentingan estetika atau keindahan
sebagai hal yang utama, para kriyawan kriya seni mulai menerapkan self ekspresion. Seperti
halnya seniman lukis. Dikatakan Smith dalam Andono. Menyatakan bahwa dewasa ini ada
kecenderungan seni kriya mendudukan diri sejajar dengan seni rupa pada umumnya. Para

7
kriyawan sejajar dengan pelukis dan pematung apa yang dikatakan Smith ini menegaskan bahwa
ketika seni rupa modern mengalami krisis, seni kriya bisa tampil untuk memberikan alternative.
Tetapi seni kriya harus memperkuat diri dengan memanfaatkan apa yang dapat dimanfaatkan
dari cabang-cabang seni yang lain (Andono, 2006: 107). Selain bentuk karya kriya seni yang
lebih mengutamakan nilai ekspresif dalam pemberian judul dan tema-tema karya kriya seni juga
telah disesuaikan dengan ekspresi pribadi kriyawan atau seniamn kriya, seperti: hidup baru,
pilihan kehidupan, terbelenggu, benteng kehidupan, dan lain - lain tidak lagi menggunakan
nama-nama: jam dinding, kaca cermin, asbak, lemari, kursi dan lain-lain, walaupun mungkin ada
sebagian karya seni kriya berfungsi sebagai tempat buah tetapi menggunakan nama yang lebih
ekspresif dan memiliki konsep layaknya sebuah karya seni murni. Seperti contoh gambar
dibawah ini.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Kelebihan buku utama

1. Buku ini sangat cocok untuk mahasiswa dan masyarakat luas yang ingin
mempelajari Krya inovasi,strata pengguna seni kriya,kreativitas seni kriya,sejarah
sserta defenisi seni kriya.

2. Bahasa yang digunakan cukup mudah untuk dipahami.

3. Buku tidak terasa membosankan karena desain buku yang menarik dan pengetikan
huruf juga jelas dan ada penambahan dari gambar sehingga bisa menjadi pendukung
dari pembahasan

4. Pembahasan buku cukup baik dan pembahasan sesuai dengan topik ,

B.BUKU PEMBANDING

8
1. Sampul buku ini sangatlah simple dan memiliki warna sederhana akan tetapi
dapat menarik minat para pembaca untuk membacanya.
2. Buku ini sangat coock untuk yang ingin belajar lebih paham mengenai seni kriya
3. Penggunaan Bahasa tidak bertele-tele dan dilengkapi dengan gambar penjelasan
sehingga mudah dipahami
4. Selain menjelaskan pengertian dan pengembangandari seni kriya ,buku ini juga
memberikan lokasi dari wisata kriya.

B. Kekurangan

A.BUKU UTAMA

1. Cover buku kurang menarik.

2. Halaman dari buku terlalu banyak sehingga sulit untuk meringkas yang penting-
penting
3. Gambar yang ada pada buku ini hanya seperti arsiran hitam putih sehingga kurang
menarik untuk dilihat ,namun pada galeri motif ada sefikit efek pewarnaan

B.BUKU PEMBANDING

1)Buku ini hanya menjelaskan defenisi dari seni kriya saja dan tidak menyertakan tehnik
pembuatan seni kriya nya ,

2)Desain bukunya kurang menarik dan terlalu ramai sehingga sulit untuk membaca dan
bertele-tele,desain buku yang mempunyai gambar latar belakang memberi kesan abstrak
pada isi buku

9
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Cabang seni rupa memiliki turunan seni murni dan desain dan diantaranya ada kriya yang
terbagi menjadi dua seni kriya dan kriya seni, seni kriya dalam proses menciptakan lebih
mengutamakan nilai fungsional (applied art), sedangkan kriya seni lebih mengutamakan ekspresi
kriyawan/seniman (fine art). Kriya seni telah lahir dan berkembang terutama di lembaga tinggi
seni, baik program Strata Satu (S-1) maupun Pasca Sarjana (S-2) dan merupakan keinginan para
kriyawan akademisi dalam mengsikapi fenomena yang sedang berkembang pada saat ini, dimana
karya kriya tidak hanya berbentuk karya fungsional tetapi sebagai pembuktian bahwa kriya juga
bisa menciptakan karya seni (kriya seni) dan perlu dikembangkan di masyarakat luas. Hasil
pembaruan tersebut perlu disosialisasikan agar diapresiasi oleh masyarakat luas secara terus
menerus, dan berkesinambungan, melalui publikasi, pameran, diskusi, seminar dan kajian ilmiah
tentang kriya seni. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Saran

Membuat karya harus menggunakan hati untuk memastikan mencintai apa yang dikerjakan demi
mendapatkan hasil yang maksimal. Berani berpikir di luar apa yang orang kebanyakan pikirkan,
khususnya dalam bidang fashion alangkah baiknya menggali sumber ide fashion dari berbagai
belahan dunia dan lapisan zaman yang beragam, serta juga tidak lupa membubuhkan ciri khas
serta karakter dalam setiap karya yang tercipta. Semoga pembahasan dari CBR ini dapat berguna
bagi pembaca

10
DAFTAR PUSTAKA

Ambar,asti.2011.senikriya:warisanadihulung,Yogyakarta:media

Krevitsky,nik,1964.batik art and craft,new York:Reinhold publishing corporation

Buku ISI padang Panjang

Buku ISI Yogyakarta

11

Anda mungkin juga menyukai