Anda di halaman 1dari 28

TUGAS CBR: METALURGI

MK PRODI D3-T. MESIN-FT

Skor Nilai:

TUGAS CRITICAL BOOK REPORT METALURI

PENGAMPU : Ir.
RISKI ELPARI SIREGAR,
M.T

MATA KULIAH : METALURGI


PROGRAM STUDI D3-TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDA

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Ksa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Dalam menyelesaikan tugas makalah ini,kami banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, baik material, sipiritual, informasi dan administrasi. Untuk itu pada kesempatan ini kami
dengan tulus menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini terkhusus kepada Bapak Riski Klpari Siregar selaku dosen pengampu yang
telah memberikan tugas ini.

Meskipun makalah ini disusun dengan segala kemampuan yang ada, namun demikian kami
menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna.Hal ini disebabkan
karena kemampuan dan terbatasnya pengetahuan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat diharapkan oleh saya dari semua pihak demi perbaikan makalah ini.

Semoga penyusunan makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi kalangan
akademis, sekian dan terima kasih.
Medan, 4 JUNI 2020

ALKXANDKR HMARPAUNG
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan. Karena di dalam pendidikan,
manusia dijadikan manusia yang lebih baik dan berkarakter. Karena pendidikan juga, kita lebih
mendapatkan penghargaan dibandingkan orang yang tidak memiliki pendidikan. Pendidikan juga
membantu kita dalam mewujudkan tujuan karir.

Untuk mewujudkan itu semua, diperlukan para calon pendidik yang kompeten dan ahli di bidangnya.
Dimana, untuk mencapai suatu kompetensi dan keahlian tersebut diperlukan suatu pelatihan-pelatihan yang
lebih lagi agar mewujudkan manusia yang lebih baik dan berkarakter.

Salah satu wujud untuk mencapai itu semua, para calon pendidik diharapkan untuk dapat kompetensi untuk
membaca serta dapat mengekspresikan pendapat. Artinya, para calon pendidik tidak lagi hanya menerima
suatu informasi jurnal dan buku dengan mengkutip semua isinya akan tetapi lebih kepada mengulas
kembali dengan kata kata sendiri.

Oleh karena itu, universitas memberlakukan suatu kurikulum baru untuk menggapai itu semua, dimana
dalam hal ini seluruh calon pendidik dapat menumbuhkan rasa menganalisa tau mengkaji ulang melalui
suatu media pembelajaran yaitu Critical Book Report.

Critical Book Report merupakan suatu tulisan tentang isi iurnal, tetapi lebih menitik beratkan pada evalusi
(penjelasan, interpretasi dan analisis) kita dengan mengekspresikan pendapat, apa yang menarik dari iurnal
tersebut, bagaimana isi iurnal tersebut bisa mempengaruhi cara berpikir kita dan menambah pemahaman
kita terhadap suatu bidang kajian tertentu.Maksud dari Critical Book Report adalah untuk mengembangkan
budaya membaca, berpikir sistematis dan mampu mengulas kembali isi iurnal dengan kata-kata sendiri,
serta mengekspresikan pendapat. Belajar tentang Pendidikan kewarganegaraan (PKN) pada dasarnya
adalah belajar tentang ke Indonesiaan, belajar untuk menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia,
membangun rasa kebangsaan, dan mencintai tanah air Indonesia.
B. Tujuan

1. Untuk meyelesaikan tugas CBR pendidikan kewarganegaraan.

2. Agar Mahasiswa paham lebih dalam mengenai metalurgi.

C. Manfaat

1. Menyelesasikan tugas CBR pendidikan kewarganegaraan.

2. Mahasiswa dapat memahami mengenai metalurgi.


BAB II

IDENTITTAS BUKU

Buku Pertama

• Judul Buku : ENGINEERING METALLURGY

Part 1 APPLIED PHYSICAL METALLURGI

• ISBN : 0-340-56830-5

• Pengarang : RAYMOND A. HIGGINS

• Penerbit : British Library Cataloguing

• Tahun Terbit : 1993

• Reviewed : by Irma Debora Simatupang

Buku Pembanding

• Judul Buku : FUNDAMENTALS OF METALLURGY

• ISBN : 978-602-6470-02-7

• Pengar ang : Seshadri Seetharaman

• : Cambridge England Library of Congress


Penerbit
• Tahun Terbit : 2005

: by Irma Debora Simatupang


• Reviewed
BAB III

RINGKASAN ISI BUKU

BUKU PERTAMA

BAB I

KIMIA DASAR

M. Pendahuluan

menjelang akhir abad kelima belas teknologi pembuatan kapal cukup maju di Eropa untuk memungkinkan
Columbus berlayar Barat ke yang tidak diketahui dalam pencarian rute baru menuju Cathay. Sebelumnya
itu Timur di Samarkand di kerajaan Tamerlane, astronom meminta membangun sextant besar nya kuadran
yang besar yang masih bisa kita lihat sampai hari ini untuk mengukur periode tahun terestrial. Ia berhasil
dalam usaha ini dengan kesalahan hanya 58 detik, suatu fakta yang penduduk setempat akan memberitahu
Anda dengan bangga. Namun pada saat itu hanya tujuh logam yang dikenal manusia sebagai tembaga,
perak, emas, mercury, besi, timah dan memimpin; Meskipun beberapa dari mereka telah diaduk untuk
menghasilkan paduan seperti perunggu (tembaga dan timah), timah (timah dan memimpin) dan baja (besi
dan karbon).

Struktur Atom

Istilah 'quark' digunakan untuk menggambarkan salah satu dari sejumlah Autobot dengan tuduhan % atau -
IA charge elektron, dan dianggap sebagai unit dasar dari semua barion dan Meson. Hal ini menarik untuk
dicatat bahwa kata 'quark' disusun oleh James Joyce Finnegan's bangun. Memang, sampai saat ini
keberadaan partikel subatom berbeda lebih dari dua ratus telah dilaporkan. Dari ini tiga-elektron, proton,
dan neutron — tampaknya memiliki pengaruh besar pada sifat khas dari setiap elemen. Akibatnya seluruh
akan menerima tidak menyebutkan lebih lanjut dalam buku ini. Fitur penting dari elektron, proton, dan
neutron yang dirangkum dalam tabel 1.3. Karena massa nyata partikel-partikel ini inconveniently
kecil untuk perhitungan mereka massa dibandingkan dengan yang atom karbon (isotop C = 12) umumnya digunakan.

Table 1.3

Relative mass
PartiCfe Actuai rest mass (kg) ^1?C= 12) (C)
El&cfron 9.11 X 0.000 548 8 -L602 x 10"19 i but opposite
1
Proton 1.672 x 10"* ' 1 007 263 + 1.602 x torW
Neutron 1.675 x ia-27 1.008 665 0 Zero

Gambar 1.2 klasifikasi periodik unsur. Semua unsur dengan nomor atom di atas 92 'buatan' produk
ilmuwan nuklir. Karena klasifikasi ini angka revisi terakhir 107 (Uns), 108 (Uno) dan 109 (Une) telah
dilaporkan. Ilmuwan Soviet yang mengklaim 110 (Uun). Untungnya mode untuk menetapkan nama
'patriotik' ke logam ini relatif tidak penting sekarang masa lalu, dan mengalokasikan IUPAC (International
Union of Pure and Applied Chemistry) untuk setiap elemen baru nama yang menyatakan dengan nomor
atom di 'Anjing Latin'. Jadi 'Unq' (104) adalah 'Unnilquadum', yaitu Un-nil-quadum atau 1-0-4; sementara
'Uun' (110) adalah 'Ununnilium', yaitu Un-un-nilium atau 1-1-0.

BAB II

PROSES PEMBUATAN LOGAM


M. Pendahuluan

Operasi produksi secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam proses primer dan sekunder. Untuk logam,
produksi primer biasanya mengacu pada konversi bijih menjadi bahan logam.

Produksi sekunder umumnya dipahami sebagai konversi produk dari operasi primer menjadi setengah jadi
atau barang jadi suku cadang. Misalnya, pembuatan blok mesin mobil dari lelehan utama dari besi atau
aluminium dikatakan produksi sekunder. Hal ini terkadang sulit untuk mengklasifikasikan operasi
pembuatan logam tertentu baik sebagai proses primer atau sekunder dalam pengertian mutlak, karena akan
sulit untuk membedakan antara berbagai langkah dalam proses produksi terpadu. Dalam buku ini
penekanannya ditempatkan pada tipe operasi produksi sekunder. Meskipun demikian, untuk menghargai
kompleksitas dari proses pengolahan untuk menghasilkan bagian akhir, operasi primer dari pemurnian baja
dari bijih besi dan aluminium dari bauksit dijelaskan dalam dua bagian berikut.

Pengolahan Bahan Primer Menjadi Logam

Karena biaya modal dan operasional tungku semburan yang tinggi, usaha yang cukup besar telah ditujukan
untuk memproduksi besi metalik langsung dari bijih. Proses reduksi langsung berbeda dari operasi tungku
karena oksigen dihilangkan dari bijih (misalnya 2Fe203 — 4Fe + 302 T) pada suhu di bawah titik leleh
bahan dalam proses. Berbagai proses diperiksa meliputi hampir setiap teknik yang dikenal untuk membawa
reaktan ke dalam kontak, tetapi hanya sedikit yang layak, dengan proses produksi langsung terhitung hanya
sebagian kecil produksi besi kasar dunia.

Gambar. 1.2 Skema konverter baja Bessemer. (Direproduksi milik The AISE Baja Foundation.)
Gambar. 1.4 Penampang melalui dasar converter baja oksigen. (Dicetak ulang dengan izin dari ASF Faterial
Dictionary, diedit oleh JR Davis (1992) ASF International, Bahan Park, OH 44073- 0002, Gambar. 30, p. 33.)

Temperatur, muatan disempurnakan melalui pengurangan karbon, silikon dan mangan dengan oksigen
yang terkandung dalam udara pembakaran atau penambahan besi oksida. Kotoran seperti sulfur dan fosfor
yang dikumpulkan dalam slag dengan mereaksikan dengan aflux, biasanya kapur. Tingkat kualitas yang
baik dari karbon atau baja paduan rendah, dengan kandungan nitrogen yang rendah (yang mengurangi
kerapuhan) dapat diproduksi dalam tungku perapian terbuka. Untuk alasan ini, tungku perapian terbuka
menyumbang 90% dari baja yang diproduksi pada pertengahan abad kedua puluh. Namun, ukuran, biaya
dan siklus operasi panjang dari tungku ini menghilangkan virtually proses ini dari operasi komersial di
dunia Barat, di mana hampir semua baja kini diproduksi menggunakan oksigen dasar dan tungku busur
listrik.

Tungku dasar oksigen (Gambar. 1.4) diperkenalkan ke dalam operasi komersial tahun 1950- an dan
sekarang menyumbang lebih dari setengah dari total produksi baja di Dunia Barat. Proses ini terdiri dari
meniup oksigen melalui muatan cair, dengan cara tombak baja didinginkan dengan air. Tuduhan yang
terkandung dalam kapal, dengan kapasitas hingga 300 t, mampu miring, tidak seperti yang digunakan
dalam proses Bessemer. Selama ledakan oksigen suhu naik dengan cepat, karena oksidasi karbon CO, yang
mendidih melalui lelehan menghasilkan api biru panjang keluar dari kapal. Oksigen mengkonversi
beberapa besi kembali menjadi oksida besi yang segera.

BAB III

PROSES DEFORRMASI BULK

M. Pendahuluan

Kebanyakan material logam mengalami deformasi plastis dalam sebagian proses permesinannya.
Prinsip tegangan-regangan terjadi dalam proses deformasi sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya.
Namun, hal ini berguna untuk memisahkan proses deformasi dalam industri menjadi dua bagian, yaitu
proses pembentukan logam batangan(bulk) dan logam lembaran (sheet metal). Perbedaan dasar dari kedua
proses umum ini adalah bahwa dalam deformasi bulk seluruh volume dari benda kerja mengalami
deformasi sedangkan dalam pembentukan logam lembaran(sheet metal) hanya terjadi pada bagian yang
mengalami deformasi plastis, biasanya berpengaruh pada ketebalan lembarannya.

Prinsip-prinsip deformasi bulk akan dibahas dalam bab ini sedangkan proses logam
lembaran(Sheet metal) akan dibahas dalam bab 5. Proses deformasi bulk yang utama diilustrasikan pada
gambar 4.1. termasuk proses penempaan, ekstrusi, penarikan, dan penggilingan(rolling). Deformasi dapat
terjadi pada semua bagian benda kerja dengan bersamaan, seperti dalam proses penempaan yang secara
berurutan, penggilingan(rolling), proses ekstrusi dan penarikan. Semua deformasi bulk mengalami
kontak(bersentuhan) antara permukaan benda kerja dan pengilingnya(roLls) atau benda
pembentuknya(die).

Beberapa teknik lanjutan digunakan untuk memecahkan masalah deformasi multidimensi yang diuraikan di
akhir bab ini.

Gambar 4.1 Skema dasar yang menggambarkan proses deformasi bulk (a). Penggilingan (b). Penempaan (c). Ekstrusi dan (d). Penarikan

a. Gesekan selama Deformasi Bulk

Gaya yang bekerja pada proses deformasi adalah sangat substansial(penting) pengaruhnya. Gaya
gesek yang terjadi antara dua permukaan penahan(die) dan benda kerja dapat menjadi sangat signifikan.
Gaya yang bekerja antara permukaan penahan(die) dan benda kerja selalu digambarkan oleh parameter non
dimensional. Koefisien gesekan didefinisikan sebagai berikut:

Dimana : ' adalah koefisien gesekan


p
adalah gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan benda kerja sepanjang
penahan(die)
W'
adalah adalah gaya Normal

Pada masalah pembentukkan logam, definisi gesekan mekanik mungkin lebih berguna jika disajikan gaya
normal setiap bagian permukaan penahan(die) dan benda kerja.

Dimana : adalah tegangan rata-rata gesekan geser

:
adalah tekanan normal, tekanan sering dilakukan pada penahan(die)

b. Penempaan(forging)

Secara konsep, penempaan adalah proses inheren sederhana. Seperti ditunjukkan dalam Gambar.
4.3, tiga tipe dasar penempaan adalah yaitu open-die, closed-die dan penempaan impression die. Hal ini
jelas yang penempaan open-die kurang cocok untuk produksi bentuk jadi yang kompleks daripada tipe
penempaan closed-die atau penempaan impression die. Namun, perkakas penempaaan yang diperlukan
jauh sedikit rumit dan mahal. Penempaan closed-die cocok untuk manufaktur bentuk yang lebih kompleks.
Tipe ini akan lebih tertuju pada desain dan volume dari benda kerjanya, seperti misalnya untuk mengisi
lengkap rongga tempa tanpa menghasilkan tekanan yang berlebihan terhadap die yang dapat menyebabkan
fraktur(patah). Penempaan dengan tipe Impresion die dapat mengurangi kelemahan ini dengan
memasukkan flash gutter ke dalam desain die untuk mengakomodasi logam tambahan, atau flash, yang
juga digunakan untuk bagian operasi penempaan.

BAB IV

SAND CASTING

M. Pendahuluan

Sand Casting, metode yang paling dasar dan banyak digunakan bentuk pengecoran, tanggal
kembali ke masa pra-Alkitab. Seperti namanya pasir digunakan sebagai materi cetakan. Proses ini
memiliki keuntungan dari investasi modal yang rendah, fleksibilitas desain dan pemilihan paduan besar.
Langkah-langkah utama yang terlibat ketika pengecoran pasir sebuah pipa dengan flange bulat
diilustrasikan pada Gambar. 2.7. Pola pecahan kayu atau logam master terbuat dari bentuk yang akan
dicor.Setengah bagian dari pola diposisikan di bagian bawah sebuah papan dan dikelilingi oleh setengah
dari pisahan cetakan (langkah 1). Perpisahan senyawa (langkah 2), seperti bedak, yang ditaburkan di atas
pola untuk memfasilitasi pemisahan pola dari cetakan sebelum menuangkan logam cair. Seringkali pasir
halus ditempatkan terhadap pola dan kemudian campuran pasir kasar digunakan untuk mengisi sisa tarik.
Sebuah pasir halus memberikan permukaan akhir yang relatif baik pada bagian cor. Pasir dikemas erat
untuk memastikan bahwa bentuk pola dipertahankan dan kelebihan pasir diratakan. Drag dibalik dan
cope di bagian atas, cetakan dibuat dengan cara yang sama seperti drag (langkah 3). Sebuah sistem untuk
pengiriman dari logam cair terbentuk dalam cope.lni biasanya terdiri dari penuang cekung, sebuah sprue
(saluran transfer logam vertkal),runners (Saluran pengalihan horizontal) dan ingates menghubungkan
runners ke rongga cetakan. Sistem dapat menjadi bagian dari pola atau dapat diukir ke pecahan cetakan
setelah pola telah dihapus. Selain sistem ,rongga riser dirancang dalam posisi strategis, seperti
ditunjukkan pada Gambar. 2.7. Ini berfungsi sebagai reservoir logam cair yang dimasukkan ke dalam
casting sebagai mendingin untuk mengkompensasi untuk pemadatan susut.Cope dan drag dipisahkan dan
pola dihapus (langkah 4). Sebuah inti pasir dicampur dengan resin atau keramik ditempatkan dalam
cetakan untuk membentuk lubang pipa.Kekuatan inti harus lebih tinggi dari sisa cetakan untuk mencegah
kerusakan dari aliran yang masuk dari logam cair.Cope dan Drag dipasang kembali (langkah 5) dan dijepit
bersama-sama, siap menerima logam. Logam dituangkan dari sendok kecil ke sprue, mengalir ke dalam
rongga cetakan dan memadat. Setelah pemadatan selesai cetakan rusak dan bagian cor dihapus, semua
pasir diratakan dan riser dan sistem berpotongan.
Setelah pasir cor berbentuk kompleks, pasir harus cukup kuat untuk menahan bentuk cetakan tersebut.
Salah satu teknik untuk mencapai hal ini adalah yang disebut teknik C02, di mana water glass (Na2SiO2-
nH20) ditambahkan ke pasir. Setelah membuat cetakan, CO2 dipaksa untuk menyerap pasir, menyebabkan
reaksi yang membentuk Na2CO3 dan gel dari xSiC2- nH20. Gel berfungsi sebagai agen bonding dan
menyediakan cetakan pasir lebih kokoh. Ini
menawarkan keuntungan dari toleransi dimensi yang lebih baik dan peningkatan permukaan akhir.

Gambar 2.7 Langkah-langkah yang terlibat dalam pengolahan sand casting. (Dicetak ulang dengan izin dari ASM
International, Material Engineering Institute.)
Pengecoran Cetakan Permanen

Kelemahan dari sand lasting adalah letakan baru diperlukan untuk setiap bagian ior. Meskipun ini mungkin
dapat diterima di mana jumlah produksi yang keiil, juga sering tidak dapat diterima untuk produksi skala
besar, yang letakan permanennya lebih loiok. Dalam bentuk yang paling sederhana pengeloran letakan
permanen yang melibatkan menuangkan logam ke dalam letakan yang biasanya logam dan dapat
digunakan kembali berkali-kali. Hal ini dapat mempersulit desain letakan jauh dan meningkatkan biaya
letakan, karena ketentuan harus dibuat untuk menghilangkan pengeloran tanpa merusak letakan. Cetakan
logam harus dibuat dari logam dengan suhu leleh lebih tinggi dari lor logam tadi. Ini membatasi
penggunaan proses pengeloran letakan permanen untuk baja.

Keuntungan utama dari pengeloran letakan permanen adalah konduktivitas termal yang tinggi dari letakan
logam dibandingkan dengan letakan pasir. Hal ini menyebabkan pemadatan dan pendinginan lepat, yang
menghasilkan ukuran butir yang lebih kelil dan

mikro halus. Fitur-fitur ini berkontribusi untuk meningkatkan kekuatan untuk bagian lor letakan permanen.
Selain itu, letakan logam menawarkan toleransi dimensi yang lebih baik dan permukaan akhir yang lebih
baik dibandingkan dengan loran pasir. Keuntungan ini harus seimbang terhadap peningkatan biaya dari
pengeloran letakan permanen.

BUKU PEMBANDING

BAB I
MENGENAL METALURGI

Pendahuluan

Metalurgi fisik berkaitan dengan evolusi strulture pembentukan solid (padatan) dari suatu keadaan fase lair
(liquid). Efek dari elemen paduan dan ketidakmurnian pada proses transformasi dan efek dari teknik
pengolahan pada perubahan struktur dan korelasi sifat-sifat struktur; meskipun berfokus pada logam dan
paduan, dapat dipakai untuk keramik, polimer atau bidang lain bahan. Logam dan paduan telah digunakan
sejak dulu; beberapa periode peradaban manusia telah dinamai dengan logam dan paduan, misalnya,
Zaman Perunggu atau
zaman logam.
Struktur/
pa^wtrefiksftB Kinerja
Komposisi
h
Mengen
paduan

al
Metalur
g>
Metalurgi fisik
herlyitan
evolusi
structure
pembentuka n solid
(padatan)
Saat pertama kali den§anrFSuO?ttS metalurgi diperkenalkan, sekitar pertengahan abad sembilan belas, baja sudah dapat
dihgeadi@ndfasen jumlah massal, dan telah menjadi salah satu bahan utama konstruksi saat ini. Oledh^a’Cetna)itu perlu
juga diketahui sedikit mengenai kemampuan produksi logam-logam strategisEfekidlgara masing-masing, berikut sifat-sifat
yang umum dimiliki oleh logam dan paduan yang umur®lellilpdlhai.
paduan dan
BAB II ketdakmurni

IKATAN ATOM D^NSTRIUKTUR KRISTAL


transformasi
Dalam bagian ini akandiefeliajari ibeberapa hala berkaitan dengan:
teknik
Ikatan g am
1. og pengolahan
2. Struktur kristp: dupit cell, packing atomik, situs interstitial
3. Indeks miller perubahan bidang kristal
4. Proyeksi s tereografikd arah kris tal
korelasi sifat-
Dalam bagian ini akaftfdtijelaskan beberapa gagasan ringkas tentang ikatan atom, dan struktur kristal.
keduanya merupakan; fokus utama pada ikatan logam, sistem struktur-kristal yang kita pakai untuk
mempm1ebkPubidang kristal, dan arahnya. Dan bagaimana kristal menjadi padatan, berapa
besarbeprefrobkeudsaan arahnya, dan bidang, dan arah dari kristal direpresentasikan dalam suatu
proyeksip^a^cSsbut proyeksi stereographic.
dan paduan,

Tabel 1-1. Tabel pengaruh sdapat?an terhadap struktur mikro


Kristal/ polimer atau Mekanis Sangat kuat Sangat kuat
Elektrik Rendah 1 arWenaah-kuat
S truktur
Sifat cacat bahan.
kro
Thermal kristalL^aRenidiaih-kuat
Rendah
Magnetk Rendah paddiRBnddla-kuat
Kimia Rendah ^R^^ng
sejak dulu;
beberapa
Penjelasan diatas dihpeiflkain telah memberi pemahaman tentang susunan atom, dan struktur mikro, dan sifat-sifat
pdaSdSd:Rdft sifat mekanik, listrik, termal, magnetk, dan kimia. selain itu, apakah sifat mekanik,ry angsiBemiliki
ketergantungan yang kuat pada struktur kristal, dan cacat kristal? Ini tdak berartitblahwa, yang lain tdak tergantung.
dinamai dengan logam dan paduan, misalnya, Zaman
Perunggu atau zaman logam./

Gambar 1-3. Contoh penulisan unsur


Gambar 1-4. Posisi ion dalan unsur

Atom terdiri dari partikel-partikel sub atom, ada Nucleus, di mana massa total terkonsentrasi. Nukleus atau inti terdiri dari
proton, dan Neutron. Proton bermuatan positif, dan jumlah proton sama dengan nomor atom. Dan A adalah bilangan
massa atom sedangkan Z (bermuatan negartif) adalah jumlah Neutron.

Bilangan Kuantum

Pengertian Bilangan Kuantum: Bilangan kuantum adalah suatu nilai yang menjelaskan kuantitas kekal
dalam sistem dinamis. Bilangan kuantum menggambarkan sifat orbital dan elektron dalam orbital.

Bilangan kuantum menentukan tingkat energi utama atau jarak dari inti, bentuk orbital, orientasi orbital,
dan spin elektron. Setiap sistem kuantum dapat memiliki satu atau lebih bilangan kuantum.

Macam-Macam Bilangan Kuantum:

Untuk menjelaskan elektron secara lengkap dibutuhkan empat macam bilangan kuantum, yaitu:

1. Bilangan kuantum utama (n) yang menyatakan tingkat energi.


2. Bilangan kuantum azimut (f) yang menyatakan bentuk orbital.
3. Bilangan kuantum magnetik (m) yang menyakatakan orientasi orbital dalam ruang
tiga dimensi.
4. Bilangan kuantum spin (s) yang menyatakan spin elektron pada sebuah atom.

Bilangan kuantum utama

Bilangan kuantum utama (primer) digunakan untuk menyatakan tingkat energi utama yang dimiliki oleh
elektron dalam sebuah atom. Bilangan kuantum utama tidak pernah bernilai nol. Semakin tinggi nilai n
semakin tinggi pula energi elektron.

Untuk sebuah atom, nilai bilangan kuantum utama berkisar dari 1 ke tingkat energi yang mengandung
elektron terluar. Bilangan kuantum utama mempunyai nilai sebagai bilangan bulat positif!, 2, 3, dst. Nilai-
nilai tersebut melambangkan K, L, M, dst.

Ikatan Logam

1.3.1 Pengertian Ikatan Logam

Lebih dari delapan puluh unsur yang ada di sistem periodik unsur adalah logam. Logam bersifat padat pada
temperatur dan tekanan standar, dengan pengecualian unsur merkuri dan galium yang keduanya berupa
cairan. Sebagai pengingat, sifat-sifat logam adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai konduktivitas termal dan listrik yang tinggi.


2. Berkilau dan memantulkan cahaya.
3. Dapat ditempa.
4. Mempunyai variasi kekuatan mekanik.

Ikatan logam adalah suatu kekuatan utama yang menyatukan atom-atom logam. Ikatan logam merupakan
akibat dari adanya tarik menarik muatan positif dari logam dan muatan negatif dari elektron yang bergerak
bebas.

Contoh Ikatan Logam Elektron yang paling luar pada sebagian besar logam biasanya mempunyai hubungan
yang tidak erat dengan ini karena letaknya yang jauh dari muatan positif inti. Semua elektron valensi logamlogam
bergabung membentuk lautan elektron yang bergerak bebas di antara inti atom. Elektron yang bergerak bebas beraksi
sebagai ikatan terhadap ion bermuatan positif. Ikatan logam tidak mempunyai arah. Akibatnya, ikatan tidak rusak ketika
logam ditempa.
Kovalen . ./ \. ./ Insulator

Logam Konduktor

Van der
wall isolator

Gambar 1-6. Skema ikatan logam dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Elektron valensi menjadi terdisosiasi dengan inti atomnya dan
membentuk lautan elektron.
Contoh ikatan unsur yang mempunyai ikatan logam adalah sebagian besar logam seperti Cu, Al, Au, Ag,
dsb. Logam transisi seperti Fe, Ni, dsb membentuk ikatan campuran yang terdiri dari ikatan kovalen (pada
elektron 3d) dan ikatan logam.

BAB III

STRUKTUR MIKRO

Ikatan lonik

Ikatan ionik terjadi antara atom logam dan atom bukan logam dan merupakan ikatan yang sangat kuat. Bahan dengan
ikatan ionik mempunyai ciri: temperatur lebur tinggi, keras, dan rapuh. Ikatan ionik terbentuk bila atom oksigen
"menangkap" dua elektron terluar atom magnesium (Gambar 2.1(b)). Dengan demikian, atom oksigen bertambah dua
muatan negatif dan atom magnesium kehilangan dua elektron terluarnya sehingga mempunyai kelebihan dua muatan
positif. Baik oksigen maupun magnesium kini memiliki delapan elektron pada kulit terluarnya dan mencapai
keseimbangan kimiawi seperti gas mulia. Akan tetapi, kedua atom yang tadinya netral itu sekarang mempunyai muatan
elektrostatik yang berlawanan dan inilah yang menghasilkan ikatan ionik, seperti tampak pada Gambar 1.2(a) yang
merupakan gambar dua dimensi senyawa oksida magnesium (MgO).

Gambar2-1. Beberapa knfigurasielektron unsur


Atom bermuatan sejenis tolak menolak, sedangkan atom dengan muatan berlawanan tarik menarik. Jadi, pada bahan
utuh yang terdiri atas atom yang berikatan ionik, terbentuk struktur kristal dengan pola teratur dalam. tiga dimensi. Tiap
atom dikelilingi oleh atom dengan muatan yang berlawanan. Kekuatan senyawa seperti ini ditentukan oleh kekuatan
ikatan elektrostatik antar atom tak sejenis, dan kerapuhannya ditentukan oleh ketahanan atom bermuatan terhadap
usaha yang memaksanya menduduki posisi dekat dengan atom yang bermuatan sama. Oksida magnesium menentang
gaya yang mendekatkan atom oksigen dan atom magnesium dengan atom sejenis. Bila gaya tersebut cukup besar, kristal
akan retak.

Struktur Mikro Logam

Semua logam, sebagian besar keramik dan beberapa polimer membentuk kristal ketika bahan tersebut
membeku.‘Dengan ini dimaksudkan bahwa atom-atom mengatur diri secara teratur
dan berulang dalam pola 3 dimensi. Struktur semacam ini disebut kristal (Gambar 2.3).
Gambar 2-3. Struktur kristal tungga

Pola teratur dalam jangkau panjang yang menyangkut puluhan jarak atom dihasilkan oleh koordinasi atom
dalam bahan. Disamping itu pola ini kadang-kadang menentukan pula bentuk luar dari kristal, contoh yang
dapat dikemukakan adalah bentuk bintang enam bunga salju. Permukaan datar batu batuan mulia, kristal
kwarsa (SiO2) bahan garam meja biasa (NaCl) merupakan penampilan luar dari pengaturan di dalam
kristal itu sendiri. Dalam setiap contoh yang dikemukakan tadi, pengaturan atom di dalam kristal tetap ada
meskipun bentuk permukaan luarnya diubah. Struktur dalam kristal kwarsa tidak berubah meskipun
permukaan luar tergesek sebingga membentuk butiran pasir pantai yang bulat-bulat. Hal yang sama kita
jumpai pada pengaturan heksagonal molekul air dalam es atau bunga salju.

Sodium ion (Na*)


Chtoride ion (Cl-)
Titik sudut sel satuan dapat ditempatkan dimana saja dalam suatu kristal. jadi, sudut tersebut dapat berada
dipusat atom, tempat lain dalam atom-atom atau diantara atom-atom, seperti titik pada Gambar 2.5.
Dimanapun ia berada, volum yang kecil tadi dapat diduplikasikan dengan volum yang identik disebelahnya
(asalkan sel tadi memiliki orientasi yang sama dengan pola kristal) Setiap sel mempunyai ciri-ciri
geometrik, yang sama dengan kristal keseluruhan.

Kristal kubik memiliki pola yang sama sepanjang ketiga sumbu tegak lurus: a i = a: = a<. Kebanyakan logam dan beberapa
jenis keramik berbentuk kubik.

Kubik permusatan ruang

Besi mempunyai struktur kubik. Pada suhu ruang sel satuan besi mempunya atom pada tiap titik sudut
kubus dan satu atom pada Pusat kubus (Gambar 1.7.) Besi merupakan logam yang paling umum dengan
struktur kubik pemusatan ruang, tetapi bukan satu-satunya. Krom, tungsten dan unsur lain juga memiliki
susunan kubik pemusatan ruang.
Gambar 2-1. Struktur Kubik pemusatan ruang

Gambar 2-8. Struktur


Kubik pemusatan
ruang

BAB IV

DEFORMASI
DAN
REKRITALISASI
Deformasi Deformasi Elastis dan Deformasi Plastis
Pengertian: Deformasi atau perubahan bentuk dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu deformasi
elastis dan deformasi plastis. Deformasi elastis adalah perubahan bentuk yang bersifat
sementara. Perubahan akan hilang bila gaya dihilangkan. Dengan kata lain bila beban
ditiadakan, maka benda akan kembali kebentuk dan ukuran semula. Dilain pihak, deformasi
plastis adalah perubahan bentuk yang bersifat permanen, meskipun beban dihilangkan.

Gambar 4-1. Kurva tegangan regangan suatu material

Bila suatu material dibebani sampai daerah plastis, maka perubahan bentuk yang saat itu
terjadi adalah gabungan antara deformasi elastis dan deformasi plastis (penjumlahan ini sering
disebut deformasi total). Bila beban ditiadakan, maka deformasi elastis akan hilang pula,
sehingga perubahan bentuk yang ada hanyalah deformasi plastis saja.

Deformasi Elastik

Deformasi elastik terjadi bila sepotong logam atau bahan padat dibebani gaya. Bila beban berupa gaya tarik,
benda akan bertambah panjang; setelah gaya ditiadakan, benda akan kembali ke bentuk semula.
Sebaliknya, beban berupa gaya tekan akan mengakibatkan benda menjadi pendek sedikit. Regangan elastik
adalah hasil dari perpanjangan sel satuan dalam arah tegangan tarik, atau kontraksi dari sel satuan dalam
arah tekanan.

Bila hanya ada deformasi elastis, regangan akan sebanding dengan tegangan. Perbandingan antara
tegangan dan regangan disebut modulus elastisitas (modulus Young), dan merupakan karakteristik suatu
logam tertentu. Makin besar gaya tarik menarik antar atom logam, makin tinggi pula modulus elastisitasnya.

is. i
Rekristalisasi

Knergi yang terhimpun dalam struktur pengerjaan dingin menjadikan logam tidak stabil. Bila
dipanaskan hingga suhu yang menyebabkan difusi berlangsung dengan cepat, rangkaian
dislokasi terlepas dan terbentuk batas butir baru. Logam menjadi lunak dan dikatakan bahwa
logam telah dianil. Inti untuk butir baru terdapat di lokasi di dalam butir kristal yang rusak.
Daerah tersebut kemudian tumbuh, sehingga terjadi kristal baru bebas regangan. Proses
disebut rekristalisasi. Makin besar jumlah energi yang tersimpan dengan perkataan lain,
pengerjaan dingin logam lebih besar semakin besar jumlah lokasi inti makin halus butir akhir.

Gambar 4-3. Perbedaan butir pada beberapa pengerjaan logam

Seperti telah diperlihatkan pada Gambar 4.3., sifat bahan yang dianil berubah menjadi sifat
keadaan bebas regangan, meskipun kekuatan dan keuletan meningkat (dibandingkan dengan
benda coran). Sesungguhnya, proses rekristalisasi tidak semudah itu. Terdapat tahap antara
yang tidak dapat diamati dengan mikroskop optik. Pada tahap ini rangkaian dislokasi
membentuk batas butir bersudut kecil, dan disebut tahap pemulihan. Meskipun sifat mekanik
hampir tak berubah, tetapi terjadi pengaturan kembali struktur pada skala atom, mendahului
perubahan struktur mikro di atas.
BAB III

PEMBAHASAN

Keunggulan ?

Buku Pertama

Kita melihat bahwa dalam buku ENGINEERING METALLURGY Part 1 APPLIED


PHYSICAL METALLURGY karangan RAYMON A. HIGGINS yang dikeluarkan oleh
British Library Cataloguing memiliki keunggulan dimana setiap BAB-nya terdapat
pendahuluan yang sangat menjelaskan isi setiap bab yang disajikan.

Dalam buku ini juga terpapar gambar-gambar tentang penjelan materi seperti gambar uji
Impact pada BAB 2 hal 48 dan gambar Sand Casting pada hal 189.

Isi dalam buku pertama ini sangat lengkap dan jelas dan dilengkapi dengan rumus-rumus yang
tersusun dengan rapi dimana setiap rumus terdapat penjelasan dan penurunan dari rumus-
rumus tersebut.
Buku pembanding ini juga tersusun dengan sangat rapi dengan susunan materi yang lengkap
dan berkelanjutan. Sehingga memudahka untuk menangkap setiap materinya bagi pada
akademisi.

Tulisan dalam dibuku ini juga cukup jelas dan dapat dipahami oleh para akademisi dengan
baik.

Buku Pembanding

Pada buku pembanding yang berjudul Fudamental of Metallurgy yang dikarang oleh Seshadri
Seetharaman memiliki isi materi dengan kelengkapan yang cukup dengan penulisan katanya
yang baik dan bercorak dimana bentuk huruf pada iudul bab, sub bab, dan keterangan gambar
dibuat dengan bentuk huruf yang berbeda.

Isi materi didalam buku ini cukup lengkap dan terperinci.

Dalam buku ini iuga terdapat gambaran untuk menielaskan isi didalam materinya dan iuga
beberapa gambaran untuk membuat pembaca lebih memahami isi dalam materi seperti gambar
dalam BAB 4 hal 67 gambaran struktur mikro logam.

Buku karangan Seshadri Seetharaman ini juga terdapat rumus-rumus untuk menjelaskan
keterangan cara penguiian bahan dan menielaskan gambar-gambar yang ditampilkan.
Kelemahan :

Buku Pertama

Buku pertama hampir tidak memiliki kelemahan di dalamnya menurut periview.

Buku Pembanding

Buku pembanding memang tersusun dengan terperinci tetapi terlalu singkat dibandingkan
dengan buku utama karangan RAYMON A. HIGGINS.

Dalam buku pembanding kelemahan yang cukup jelas dilihat, terlalu banyaknya pertanyaan
disetiap judul materinya dan dalam sub materinya. Sehingga untuk pembaca yang bukan
akademisi atau kalangan masyarakat awam akan sulit untuk memahami materi dan sub materi
di dalam setiap BAB-nya.

Dalam segi penyusunan materi didalam buku ini juga terbilang kurang rapi, karena gambar
untuk menjelaskan isi materi tersusun tidak perspektif atau tidak tersusun sama dalam barisan
yang sama. Melainkan tercak seperti gamber yang yang diletakkan di sebelah kiri dari materi,
yang diletakkan di sebelah kanan materi, yang diletakkan di tengah materi, dan yang terletak
di akhir materi. Bagi pada masyarakat yang bukan akademisi akan sedikit sulit dalam
membaca materi dan mengkaitkannya ke gambar yang tercetak didalam.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan :
Metalurgi fisik berkaitan dengan evolusi struiture pembentukan solid (padatan) dari suatu
keadaan fase lair (liquid). Efek dari elemen paduan dan ketidakmurnian pada proses
transformasi dan efek dari teknik pengolahan pada perubahan struktur dan korelasi sifat-sifat
struktur; meskipun berfokus pada logam dan paduan, dapat dipakai untuk keramik, polimer
atau bidang lain bahan. Logam dan paduan telah digunakan sejak dulu; beberapa periode
peradaban manusia telah dinamai dengan logam dan paduan, misalnya, Zaman Perunggu atau
zaman logam. Tujuan dari program ini adalah untuk memberikan pemahaman dasar tentang
prinsipprinsip utama yang menentukan evolusi struktur dalam logam dan paduan saat
pemrosesan mereka, dan hubungannya dengan sifat, kinerja dan kemampuan kerja logam. Dan
logam yang digunakan, diproduksi dengan teknik pengolahan yang tertentu, dan sifatsifatnya
dikendalikan oleh struktur dan komposisi; dan kinerja dari bahan-bahan tersebut pada
gilirannya ditentukan oleh sifat materialnya
DAFTAR PUSTAKA

AISI (Washington, DC), http://www.stee1.org.


K. Kume, K. Yonezawa, M. Yoshimi, H. Motowatari and M. Kumakura, CAMPISIJ, 16
(2003), 116.
T. Emi, T. and S. Seetharaman, Scand. J. Metall., 29 (2000), 185
Ahmed, N. A. G., Ion Plating Technology, John Wiley, 1987. Carter, V. E., Metallic Coatings
for Corrosion Control, Newnes-Butterworths, 1977. Dennis, J. K. and Such, T. E., Nickel and
Chromium Plating, Butterworths, 1972. Evans, U. R., The Corrosion and Oxidation of Metals,
Edward Arnold, 1960 (Supplements 1968, 1976.) Fontana, M. G., Corrosion Engineering,
McGraw-Hill, 1988. Friend, W. Z., Corrosion of Nickel and Nickel-base Alloys, John Wiley,
1979. Proskurkin, E. V. and Gorbunov, N. S., Galvanising, Sherardising and Other Diffusion
Coatings, Technicopy Ltd., 1975. Ross, T. K., Metal Corrosion {Engineering Design Guide),
Oxford University Press, 1978. Scully, J. C, The Fundamentals of Corrosion, Commonwealth
and International Library, 1975.

Anda mungkin juga menyukai