Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

“LOGAM BESI”

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Nama : Intania Sarayya (061740421860)


M. Ridho Triadi (061740421863)
Kelas : 3 KIB
Dosen Pembimbing : Taufiq Jauhari, S.T., M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan sangat baik. Tak
lupa kami selalu hanturkan salam dan shalawat kepada baginda Rasulullah SAW beserta
sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman yang tak henti-hentinya membawa kebenaran
agama Islam ke seluruh penjuru dunia.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Taufiq Jauhari, S.T., M.T.. yang
telah mempercayai kami untuk menyusun makalah ini. Serta kepada teman- teman sekalian
yang berkat partisipasinya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini kami susun dengan sangat sistematis sesuai sajian dengan bahasan kami
yaitu Logam Besi. Kami mengulas tema makalah ini dengan wawasan yang kami dapatkan
dari berbagai sumber informasi lainnya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih banyak kekurangan baik
dari segi penulisan maupun keterbatasan sumber pengetahuan kami. Oleh karena itu, saran
dan kritik untuk perbaikan makalah ini akan sangat dinantikan. Akhir dari pengantar ini
penulis berharap semoga dari makalah ini kita dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat.

Palembang, 19 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................


Daftar Isi ..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................
1.3 Tujuan dan Manfaat .............................................................................
1.4 Metode Penulisan .................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................


2.1 Pengertian Logam ...............................................................................
2.2 Klasifikasi Logam Besi .......................................................................
2.3 Jenis-Jenis Logam Ferro ......................................................................
2.4 Proses Pengolahan Besi .......................................................................
2.5 Flowsheet……………………………………………………………..
2.6 Aplikasi Logam………………………………………………………

BAB III PENUTUP ........................................................................................


3.1 Kesimpulan ..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Besi merupakan logam yang banyak sumbangannya bagi perkembangan kebudayaan
manusia. Hal ini disebabkan karena Jumlahnya yang cukup melimpah, memiliki sifat
mekanik yang menarik, mudah dikerjakan dengan forming maupun dengan machining,
Harganya relative murah, dll.
Besi (Fe) merupakan salah satu logam yang mempunyai peranan yang sangat besar
dalam kehidupan manusia, terlebih-lebih di zaman modern seperti sekarang.
Kelimpahannya juga sangat besar, 50.000 ppm atau 5% dan merupakan jenis logam
terbanyak kedua di kulit bumi. Karena kelimpahannya yang sangat besar itulah maka besi
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan industri konstruksi. Besi berada dalam
bentuk senyawanya, terutama sebagai bijih besi, yang mengandung Fe2O3 (hematite),
Fe2O3.H2O (limonit), Fe3O4 (magnetic), FeCO3(siderite), dan FeS2(pirit).
Di udara besi mudah mengalami korosi, yaitu proses perusakan (keropos) pada
permukaan besi yang disebkan reaksi dengan oksigen membentuk oksida besi, yang
dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai karat besi. Korosi besi berlangsung sangat
cepat pada kondisi lembab dan adanya garam.
Dalam industri, besi diisolasi melalui proses reduksi dari oksidanya, Fe2O3, atau
oksida-oksida besi lainnya yang terkandung dalam bijih besi. Zat pereduksi yang digunakan
adalah gas karbon monoksida (CO) pada suhu tinggi. Agar besi tahan karat maka besi
dicampurkan logam-logam lain yang memenuhi syarat, yaitu sifat fisika dan sifat kimianya
yang mirip besi.
Pemanfaatanya besi dipergunakan dalam keadaan paduan bukan dalam keadaan
murni. Paduan besi umumnya dengan carbon, yang dikenal sebagai baja dan besi tuang.
Besi dan baja tuang bukan hanya berbeda kadar karbonnya tetapi juga berbeda struktur
mikronya dan berbeda sifatnya.
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk menambah wawasan dan pengetahuan
seputar besi dan paduan logam dan baja, mulai dari klasifikasi atau jenisnya, proses
pembuatan, manfaat dan hal lainnya.

1.2.Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
 Apa itu logam besi serta klasifikasinya?
 Apa saja jenis logam dan paduannya?
 Bagaimana proses pembuatan besi?
 Apa saja kegunaan dan bagaimana pengolahan besi di industri?

1.3.Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
1. Mengetah pengertian dari logam besi serta klasifikasinya.
2. Mengetahui jenis-jenis logam dan paduannya.
3. Mengetahui jenis dari baja dan paduannya.
4. Mengetahui proses pembuatan besi.
5. Mengetahui kegunaan dan bagaimana pengolahan besi di industri.

1.3.2 Manfaat penulisan


Dengan makalah ini diharapkan penulis dan pembaca dapat memahami paduan logam
dan baja, serta dan pula dijadikan referensi untuk keperluan pembelajaran lainnya.

1.4 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah kajian pustaka, yaitu metode yang
dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka baik berupa buku
maupun informasi di internet.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Logam adalah suatu paduan yang terdiri dari campuran unsure karbon dengan besi.
Untuk menghasilkan suatu logam paduan yang mempunyai 2 sifat yang berbeda dengan besi
dan karbon maka dicampur dengan bermacam logam lainnya. Logam adalah elemen mineral
yang terbentuk secara alami. Jumlah logam diperkirakan 4% dari mineral bumi. Logam
dalam bidang keteknisian adalah besi biasanya dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan,
pipa-pipa, alat-alat pabrik dan sebagainya.

Kelebihan logam sebagai bahan konstuksi adalah memiliki sifat yang di suatu pihak
lebih baik karena :
- memiliki kuat tarik tinggi, dapat di rubah - rubah bentuknya
- mudah di sambung / di las.

Sifat lainnya adalah :


- memiliki harga konduktivitas listrik yang tinggi
- konduktivitas panas tinggi dan dapat di haluskan sehingga berkilau permukaanya.

Kelemahan sebagian besar logam, khususnya baja, ialah tidak tahan korosi karena
kelembapan maupun oleh pengaruh udara sekeliling dan terjadi perubahan bentuk bila
terkena suhu/panas tinggi. Di dalam pemakaian, logam selain juga memiliki kuat tarik yang
tinggi, tahan tekanan atau korosi, kadang-kadang juga harus tahan terhadap beban kejut, suhu
rendah, gaya yang berubah-ubah atau kombinasi, dan beberapa keadaan yang lain.
Umumnya, logam bermanfaat bagi manusia, karena penggunaannya di bidang industri,
pertanian, dan kedokteran. Contohnya, merkuri yang digunakan dalam proses klor alkali.
Proses klor alkali merupakan proses elektrolisis yang berperan penting dalam industri
manufaktur dan pemurnian zat kimia. Beberapa zat kimia yang dapat diperoleh dengan
proses elektrolisis adalah natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), aluminium (Al),
tembaga, seng, perak, hidrogen, klor, fluor, natrium hidroksida, kalium dikromat, dan kalium
permanganat.
Proses elektrolisis larutan natrium klorida tersebut merupakan proses klor alkali.
Elektrolisis larutan NaCl menghasilkan natrium hidroksida di katode (kutub positif) dan gas
klor di anode (kutub negatif).
Pada industri angkasa luar dan profesi kedokteran dibutuhkan bahan yang kuat, tahan karat,
dan bersifat noniritin, seperti aloi titanium. Sebagian jenis logam merupakan unsur penting
karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimiawi.
Pada zaman dahulu, logam tertentu, seperti tembaga, besi, dan timah digunakan untuk
membuat peralatan, perlengkapan mesin, dan senjata.

2.1.1. Sifat Fisis Logam


Pada umumnya unsur logam mempunyai sifat fisis, antara lain:
o Logam akan memantulkan sinar yang datang dengan panjang gelombang dan
frekuensi yang sama sehingga logam terlihat lebih mengkilat. Contohnya, emas
(Au), perak (Ag), besi (Fe), dan seng (Zn).
o Logam dapat menghantarkan panas ketika dikenai sinar matahari, sehingga logam
akan sangat panas (terbakar). Energi panas diteruskan oleh elektron sebagai akibat
dari penambahan energi kinetik. Hal ini menyebabkan elektron bergerak lebih cepat.
Energi panas ditransferkan melintasi logam yang diam melalui elektron yang
bergerak.
o Logam juga dapat menghantarkan listrik karena elektronnya terdelokalisasi bebas
bergerak di seluruh bagian struktur atom. Tembaga (Cu) sering dipakai dalam
pembuatan kawat penghantar lisrik.
o Meabilitas, yaitu kemampuan logam untuk ditempa atau diubah menjadi bentuk
lembaran. Sifat ini digunakan oleh pandai besi untuk membuat sepatu kuda dari
batangan logam. Gulungan baja (besi) penggiling menggunakan sifat ini saat mereka
mengulung batangan baja menjadi lembaran tipis untuk pembuatan alat-alat rumah
tangga. Hal ini karena kemampuan atom-atom logam untuk menggelimpang antara
atom yang satu dengan atom yang lain menjadi posisi yang baru tanpa memutuskan
ikatan logam.
o Duktilitas yaitu kemampuan logam dirubah menjadi kawat dengan sifatnya yang
mudah meregang jika ditarik. Tembaga (Cu) dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan kawan
o Semua logam merupakan padatan pada suhu kamar dengan pengecualian raksa atau
merkuri (Hg) yang berupa cairan pada suhu kamar.
o Semua logam bersifat keras, kecuali natrium (Na) dan kalium (Ca), yang lunak dan
dapat dipotong dengan pisau.
o Umumnya logam memiliki kepadatan yang tinggi sehingga terasa berat jika dibawa.
o Logam juga dapat menimbulkan suara yang nyaring jika dipukul, sehingga dapat
digunakan dalam pembuatan bel atau lonceng.
o Logam dapat ditarik magnet, sehingga logam disebut diamagnetik, misalnya besi
(Fe).

2.1.2 Sifat Mekanis Logam


Sifat mekanis pada baja meliputi :
o Kekuatan. Sifat penting pada baja adalah kuat tarik. Pada saat baja diberi beban,
maka baja akan cenderung mengalami deformasi/perubahan bentuk. Perubahan
bentuk ini akan menimbulkan regangan/strain, yaitu sebesar terjadinya deformasi
tiap satuan panjangnya akibat regangan.
o Keuletan (ductility), Kemampuan baja untuk berdeformasi sebelum baja putus.
Keuletan ini berhubungan dengan besarnya regangan/strain yang permanen sebelum
baja putus. Keuletan ini juga berhubungan dengan sifat dapat dikerjakan pada baja.
o Kekerasan, adalah ketahanan baja terhadap besarnya gaya yang dapat menembus
permukaan baja. Cara ujinya dengan kekerasan Brinell, Rockwell, ultrasonic, dll.
o Ketangguhan (toughness), adalah hubungan antara jumlah energi yang dapat diserap
oleh baja sampai baja tersebut putus. Semakin kecil energi yang diserap oleh baja,
maka baja tersebut makin rapuh dan makin kecil ketangguhannya. Cara ujinya
dengan cara memeberi pukulan mendadak (impact/pukul takik).

2.1.3. Sifat Kimia Logam


Sifat-sifat kimia logam antara lain:
o Logam memiliki energi ionisasi yang rendah, oleh karena itu logam cenderung
melepaskan elektronnya dengan mudah. Logam cenderung melepaskan elektron
daripada menangkap elektron untuk membentuk kation. Logam berikatan dengan
lainnya untuk mencapai stabil.
o Umumnya logam cenderung memiliki titik leleh titik didih yang tinggi karena
kekuatan ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara logam yang satu dengan
logam yang lain tergantung pada jumlah elektron yang terdelokalisasi pada lautan
elektron, dan pada susunan atom-atomnya.Sifat titik leleh menunjukkan kekerasan
logam, titik leleh yang tinggi artinya logamnya keras, sedangkan titik leleh rendah
artinya logamnya lemah. Semua logam memiliki titik leleh yang tinggi, kecuali
merkuri (Hg), cerium (Ce), galium (Ga), timah (Sn) dan timbal (Pb).
o Logam biasanya di gunakan dalam bentuk paduan (alloys), yang strukturnya terdiri
dari dua atau lebih unsure pembentuk, dan minimal satu merupakan unsur logam.
o Logam besi paling banyak di gunakan, mencangkup % seluruh bahan logam yang
digunakan untuk komersial.

2.2 Klasifikasi Logam Besi

Logam-logam besi merupakan logam dan paduan yang mengandung besi (Fe)
sebagai unsur utamanya dan carbon, sedangkan logam bukan besi merupakan logam
yang tidak mengandung unsur besi.
Logam besi dapat digolongkan dalam beberapa kelompok berdasarkan komposisi
kimia, khususnya kadar karbon, sifat-sifat mekanis atau fisis dan
tujuanpenggunaannya.Proses pembuatan baja dapat dilakukan berdasarkan proses asam
dan basa yang berhubungan dengan sifat kimia yang meghasilkan terak dari lapisan
dapur.
Proses asam digunakan untuk memurnikan besi kasar yang persetasenya rendah
dalam fosfor dan sulfur. Besi kadar ini dihasilkan dari bijih besi yang kaya silikon yang
menghasilkan terak asam. Lapisan dapur dibangun dari batu silika (SiO2) dan
mempunyai sifat yang sama dengan terak sehingga mencegah reaksi antara unsur fosfor
dengan lapisan dapur.
Proses basa digunakan Untuk memurnikan besi kasar yang kaya fosfor. Unsur itu
hanya dapat dikeluarkan apabila digunakan sejumlah besar dari batu kapur selama
berlangsung proses pemurnian, sehingga akan menghasilkan terak. Lapisan dapur harus
terbuat dari batu kapur untuk mencegah reaksi antara lapisan dapur dengan unsur silikon.

2.3 Jenis-Jenis Logam Ferro

1. Besi Tuang
Komposisinya yaitu campuran besi dan karbon. Kadar karbon sekitar 40%,
sifatnya rapuh tidak dapat ditempa, baik untuk dituang, liat dalam pemadatan, lemah
dalam tegangan. Digunakan untuk membuat alas mesin, meja perata, badan ragum,
bagian-bagian mesin robot, blok slinder, dan cincin torak.

2. Besi Tempa
Komposisi besi terdiri dari 99% besi murni, sifat dapat ditempa, liat, dan tidak
dapat dituang. Besi tempa antara lain dapat digunakan untuk membuat rantai jangkar,
kait keran, dan landasan kerja plat.
3. Baja Lunak
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,1% - 0,3%, membuat
sifat dapat ditempa dengan tanah liat. Digunakan untuk membuat mur, sekrup, pipa,
dan keperluan umum dalam pembangunan.

4. Baja Karbon Sedang


Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,4% - 0,6%. Sifat lebih
kenyal dan keras. Digunakan untuk membuat benda kerja tempa berat, poros, dan rel
baja.
5. Baja Karbon Tinggi
Komposisi campuran besi dan karbon. Kadar karbon 0,7% - 1,5%. Sifat dapat
ditempa, dapat disepuh keras, dan dimudakan. Digunakan untuk membuat kikir,
pahat, gergaji, tap, stempel, dan alat bubut lainnya.

6. Baja Karbon Tinggi Dengan Campuran


Komposisi baja karbon tinggi ditambah nikel atau kobalt, krom atau tungsten,
sifat rapuh, tahan suhu tinggi tanpa kehilangan kekerasan, dapat disepuh keras, dan
dimudakan. Digunakan untuk membuat mesin bubut dan alat-alat mesin.

Tabel pembagian besi dan baja menurut komposisinya.


No Paduan Besi dan Baja Komposisi kimia (%)
1 Besi Tuang 2-4% C, 1-3% Si, 0,8 % Mn (maks), 0,10 % P
(maks), 0,05% S (maks)

- Besi tuang kelabu Disamping terdapat perbedaan yang kecil dari


segi komposisi, perbedaan sifat-sifat besi tunag
- Besi tuang potih
ditentukan oleh strukutur mikro karena proses
- Besi tuang noduler pembutan atau karena proses perlakuan panas.

- Besi tuang paduan Elemen-elemen pemadu: Cr, Ni

2 Baja Karbon
- Baja karbon rendah 0,08-0,35% C 0,25-1,50% Mn

- Baja karbon medium 0,35-0,50% C 0,25-0,80% Si

- Baja karbon tinggi 0,55-1,70% C 0,04% P 0,05% S

3 Baja Paduan
- Baja paduan rendah Seperti pada baja karbon rendah + elemen-
elemen pemadu kurang dari 4% SEPERTI Cr,
Ni, Mo, Cu, Al, Ti, V, Nb, B, W, dll

Seperti pada baja paduan rendah tetapi jumlah


elemen-elemen pemadu di atas 4%
- Baja paduan medium
4 Baja Spesial
- Baja Stainless a. Feritik (12-30% Cr dan kadar C rendah)
b. Martensitik (12-17% Cr dan 0,1-1,0%C)
c. Austenitic (17-25 % Cr dan 8-20% Ni)
d. Duplek (23-30%Cr, 2,5-7% Ni, plus Ti
dan Mo)
e. Presipitasi (seperti pada sustenitik, plus
elemen pemadu: Cu, Ti, Al, Mo, Nb, atau
Ni.

High speed steels (0.85-1,25%C, 1,5-20% W,


- Baja Perkakas
4-9,5%Mo, 3-4,5% Cr, 1-4 %V, 5-12%Co)

Logam Besi dan Baja


Besi karbon rendah
Besi karbon rendah ( wrought iron) mengandung < 0,1 %C degan 1-3 % terak halus
yang tersebar secara merata di dalamnya. Besi ini merupakan hasil proses pudding atau
proses aston.
Pada proses pudding, besi kasar dicampur dengan besi bekas lalu dilebur dalam
dapur pudding manual yang kecil (kapasitas 230 kg) dipanaskan dengan kokas, minyak
atau gas. Kapasitas dapur kini jauh lebih besar dan proses pengadukan dilakukan secara
mekanik. Setelah bebas dari kotoran-kotoran produk yang berbentuk campuran dari besi
dan terak d ituang dari dalam dapur kemudian digiling untuk memisahkan terak.
Pada proses aston, besi kasar dilebur dalam kupola dan dimurnikan dalam bejana
bassemer. Logam murni kemudian dituang d ladel yang mengandung sejumlah terak.
Karena suhu terak lebih rendah, logam cair cepat membeku, gas-gas yang larut bebas
dari letupan-letupan sehingga logam pecah menjadi bagian-bagian yang kecil. Kepingan
ini mengendap dan menjadi satu membentuk beji spons. Besi karbon rendah yang
dihasilkan mempunyai komposisi sebagai berikut : C < 0,03 % ; Si ~ 0,13 ; S < 0,02 % ;
F ~ 0,28 % dan Mn < 0,1 %
Baja
Baja merupakan paduan yang terdiri dari biji besi, karbon dan unsur lainnya. Baja
dapat dibentuk melalui pengecoran, pencanaian dan penempaan. Karbon merupakan
salah satu unsur terpenting karena dapat meningkatkan kekerasan dan kekuatan baja.
Baja merupakan logam yang paling banyak digunakan dalam teknik, dalam bentuk pelat,
lembaran , pipa, batang profil dan sebagainya.

Secara garis besar baja dapat dikelompokkan sebagai berikut:


A. Baja karbon
Baja karbon rendah ( <0,30 %C)
Baja karbon ( 0,30 % < C < 0,70)
Baja karbon ( 0,7 < C < 1,4% )
B. Baja panduan
Baja panduan rendah (jumlah unsur panduan khusus <8%)
Baja panduan tinggi (jumlah unsur panduan khusus >8%)

Baja karbon rendah digunakan untuk kawat, baja profil, sekrup, ulir dan baut. Baja
karbon sedang digunakan untuk rel kereta api, as, roda gigi, dan suku cadang
berkekuatan tinggi, atau dengan kekerasan sampai tinggi. Baja karbon tinggi digunakan
untuk perkakas potong seperti pisau, gurd, dan bagian-bagian harus tahan gesek.
Baja panduan yang meliputi ±15 % dari seluruh produksi baja, mempunyai
kegunaan khusus karena sifatnya yang unggul dibandingkan baja karbon.
Pada umumnya baja panduan memiliki:
1. Keuletan yang tinggi tanpa pengurangan kekuatan tarik
2. Kemampuan kerasan sewaktu dicelup dalam minyak atau udara , dan dengan
demikian kemungkinan retak atau distorsinya kurang.
3. Tahan terhadap korosi dan keausan
4. Tahan terhadap perubahan suhu
5. Memiliki sifat-sifat metalurgi,seperti butir halus.

Besi cor
Besi cor adalah paduan besi-karbon-silika dengan unsur tambahan lain. Kadar
karbon tinggi sehingga besi cor bersifat rapuh dan tidak dapt di tempa. Besi cor memiliki
sifat fisis atau mekanik yang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh unsur paduan yang
terdapat didalamnya seperti karbon, silikon, mangan, fosfor dan belerang. Kekuatan,
kekerasan, kemampuan mesin, ketahanan aus, dan lain sebagainya dilebur kembali dalam
dapur kupola. Besi kasar yang dihasilkan oleh tanur tinggi tidak cocok untuk benda coran
dan dilebur kembali dalam dapur kupola.
Besi cor kelabu disebut begitu oleh karena petahannya bewarna Keabu - abuan.
Karbon yang terdapat berbentuk serpihan grafit, kekuatan tarik besi cor kelabu berkisar
antara 140 sampai 415 Mpa akan tetapi keuletannya sangat rendah. Komposisinya adalah
sebagai berikut :
Unsur Kadar (% berat)
Karbon (C) 3,00 – 3,50
Silikon (Si) 1,00 – 2,75
Mangan (Mn) 0,40 – 1,00
Fosfor (P) 0,15 – 1,00
Belerang (S) 0,02 – 0,15
Besi (Fe) Sisanya

Besi cor putih mempunyai bidang perpatahan yang putih warnanya, karbon disini
terikat sebagai karbida, Fe3C, Fe3C atau karbida bersifat keras, sehingga besi cor putih
yang banyak mengandung karbida sulit di mesin. Besi cor putih dibuat dengan cara
menuangkan besi cair ke dalam cetakan logam dan dengan mengatur komposisi
kimianya. Pendingin cepat atau chill diterapkan bila dikehendaki suatu permukaan yang
tahan aus seperti roda kereta api, rol untuk menggerus dan pelat penghancur batu.
Besi cor mampu tempa mempunyai kekuatan tarik sekitar 380 Mpa dengan
perpanjangan 18 %. Benda cor mampu tempa mempunyai daya tahan terhadap kejutan
dan mudah dimesin; banyak digunakan dalam industry perkeretaapian, industry
kendaraan bermotor, sambungan pipa dan industry pertanian.
Besi cor nodular adalah jenis besi cor mampu tempa yang kuat dan ulet. Karbon
yang terdapat berbentuk nodul grafit yang diperoleh dengan menambahkan bahan yang
mengandung magnesium seperti nikel – magnesium atau magnesium yang mengandung
tembaga – ferro silicon dalam besi cor kelabu cair. Jumlah magnesium yang diperlukan
tergantung pada kadar belerang yang ada. Mula-mula kadar belerang diturunkan dengan
cara mengubahnya menjadi sulfide magnesium. Sisa magnesium yang ada dapat
mengubah bentuk grafit menjadi bentuk hhhnodular. Besi cor nodular umumnya
digunakan dalam kondisi tuang (as - cast); meskipun demikian untuk meningkatkan sifat-
sifat tertentu dari benda cor, benda cor dapat dianil sebentar. Waktu anil yang diperlukan
jauh lebih singkat dibandingkan dengan waktu anil besi cor mampu tempa. Karena mutu
besi cor nodular jauh lebih baik, bahan ini dapat digunakan untuk membuat proses
engkol dan berbagai suku cadang mesin lainnya.
Pengaruh Unsur Kimia dalam Besi Cor
a. Silikon
Silicon sampai kadar 3,25% bersifat menurunkan kekuatan besi. Kadar silicon
menentukan berapa bagian dari karbon terikat dengan besi dan beberapa bagian
berbentuk granit (atau karbon bebas) setelah tercapai keadaan seimbang. Kelebihan
silicon membentuk ikatan yang keras dengan besi, sehingga dapat dikatakan bahwa
silicon di atas 3,25% akan meningkatkan kekerasan.

b. Mangan
Dalam jumlah rendah, tidak seberapa pengaruhnya, dalam jumlah di atas 0,5%,
mangan bereaksi dengan belerang membentuk sulfide mangan. Ikatan ini rendah bobot
jenisnya dan dapat larut dalam terak. Mangan merupakan unsure deoksidasi, pemurnian
sekaligus meningkatkan fluiditas, kekuatan dan kekerasan besi. Bila kadar ditingkatkan,
kemungkinan terbentuknya ikatan kompleks dengan karbon meningkat dan kekerasa besi
cor akan naik. Mangan yang hilang selama proses peleburan berkisar antara 10 – 20 %.
c. Belerang
Belerang sangat merugikan, oleh karena itu selama proses peleburan selalu
diusahakan untuk mengikat belerang tersebut, antara lain dengan menambahkan ferro –
mangan. Belerang yang menyebabkan terjadinya lubang-lubang (blowholes) membentuk
ikatan dengan karbon dan menurunkan fluiditas sehingga mengurangi kemampuan ikatan
dengan karbon dan menurunkan fluiditas sehingga mengurangi kemampuan tuang besi
cor. Setiap kali kita melebur besi cor, kadar belerang meningkat sebesat 0,03%, belerang
ini berasal dari bahan bakar.
d. Fosfor
Fosfor dapat meningkatkan fluiditas logam cair dan menurunkan titik cair. Oleh
karena itu biasa digunakan faktor sampai 1% dalam benda cor kecil dan benda cor yang
mempunyai bagian – bagian yang tipis. Benda cor besar tidak memerlukan kadar fosfor
yang tinggi karena tidak diperlukan fluiditas tambahan. Sewaktu peleburan umumnya
terjadi peningkatan kadar fosfor sampai 0,02%. Unsur fosfor sulit beroksidasi kecuali
bila dipenuhi beberapa persyaratan tertentu. Untuk mengendalikan kadar fosfor, perlu
dipilih grade besi bekas yang tepat.
Fosfor juga membentuk ikatan yang dikenal dengan nama steadit, yaitu campuran
antara besi dan fosfida, ikatan ini keras, rapuh dan mempunyai titik cair yang lebih
rendah. Steadit mengandung fosfor sebanyak 10%. Dengan demikian besi dengan 0,50%
fosfor akan mengandung sekitar 5% (volume) steadit.

2.4 Proses Pengolahan Besi

Secara umum proses pengolahan besi dari bijihnya dapat berlangsung dengan
urutan sebagai berikut:

a. Bahan – bahan dimasukkan ke dalam tanur melalui bagian puncak tanur.


Bahan – bahan ini berupa:
1.) Bahan utama yaitu bijih besi yang berupa hematit (Fe2O3 ) yang
bercampur dengan pasir (SiO2) dan oksida – oksida asam yang lain (P2O5
dan Al2O3). Batuan – batuan ini yang akan direduksi.
2.) Bahan – bahan pereduksi yang berupa kokas (karbon).
3.) Bahan tambahan yang berupa batu kapur (CaCO3) yang berfungsi untuk
mengikat zat – zat pengotor.
b. Udara panas dimasukkan di bagian bawah tanur sehingga menyebabkan
kokas terbakar
C(s) + O2(g) CO2(g) H = - 394 kJ
Reaksi ini sangat eksoterm (menghasilkan panas), akibatnya panas yang
dibebaskan akan menaikkan suhu bagian bawah tanur sampai mencapai
1.900o C.

c. Gas CO2 yang terbentu kekmudian naik melalui lapisan kokas yang panas
dan bereaksi dengannya lagi membentuk gas CO.

CO2(g) + C(s) 2 CO(g) H = +173 kJ

Reaksi kali ini berjalan endoterm (memerlukan panas) sehingga suhu tanur
pada bagian itu menjadi sekitar 1.300o C.
d. Gas CO yang terbentuk dan kokas yang ada siap mereduksi bijih besi
(Fe2O3). Reuksi ini dapat berlangsung dalam beberapa tahap, yaitu:

1.) Pada bagian atas tanur, Fe2O3 direduksi menjadi Fe3O4 pada suhu 500C.

3 Fe2O3(s) + CO(g) 2 Fe3O4(s) + CO2(g)

2.)Pada bagian yang lebih rendah, Fe3O4 yang terbentuk akan direduksi
menjadi FeO pada suhu 850o C.

Fe3O4(s) + CO(g) 3 FeO(s) + CO2(g)

3.)Pada bagian yang lebih bawah lagi, FeO yang terbentuk akan direduksi
menjadi logam besi pada suhu 1.000o C.

FeO(s) + CO(g) Fe(l) + CO2(g)

e. Besi cair yang terbentuk akan mengalir ke bawah dan mengalir di dasar tanur.

f. Sementara itu, di bagian tengah tanur yang bersuhu tinggi menyebabkan batu
kapur terurai menurut reaksi:

CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)

g. Kemudian di dasar tanur CaO akan bereaksi dengan pengotor dan membentuk
terak (slag) yang berupa cairan kental. Reaksinya sebagai berikut:

CaO(s) + SiO2(s) CaSiO3(l)

3 CaO(s) + P2O5(g) Ca3(PO4)2(l)

CaO(s) + Al2O3(g) Ca(AlO2)2(l)

h. Selanjutnya, besi cair turun ke dasar tanur sedangkan terak (slag) yang
memiliki massa jenis lebih rendah daripaba besi cair akan mengapung di
permukaan dan keluar pada saluran tersendiri.
2.4.1 Tempat Pengolahan Besi ( Tanur Sembur )

Proses pengolahan bijih besi untuk menghasilkan logam besi dilakukan dalam
tanur sembur (blast furnace). Tanur sembur berbentuk menara silinder dari besi atau baja
dengan tinggi sekitar 30 meter dan diameter bagian perut sekitar delapan meter.Karena
tingginya alat tersebut, alat ini sering juga disebut sebagai tanur tinggi. Bagian – bagian
dari tanur tinggi adalah sebagai berikut:

a. Bagian puncak yang disebut dengan Hopper, dirancang sedemikian rupa sehingga
bahan – bahan yang akan diolah dapat dimasukkan dan ditambahkan setiap saat.
b. Bagian bawah puncak, mempunyai lubang untuk mengeluarkan hasil – hasil yang
berupa gas.
c. Bagian atas dari dasar (kurang lebih 3 meter dari dasar), terdapat pipa – pipa yang
dihubungkan dengan empat buah tungku dimana udara dipanaskan (sampai suhunya
kurang lebih 1.100o C). udara panas ini disemburkan ke dalam tanur melalui pipa –
pipa tersebut.
d. Bagian dasar tanur, mempunyai dua lubang yang masing – masing digunakan untuk
mengeluarkan besi cair sebagai hasil utama dan terak (slag) sebagai hasil samping.

Pengolahan Bijih Besi Dengan Blast Furnace, Tanur Tiup

Blast furnace atau biasa juga disebut dengan tanur tiup atau tanur tegak digunakan
untuk mereduksi secara kimia dan mengkonversi secara fisik bijih besi yang padat
menjadi logam besi yang panas.Logam besi panas disebut sebagai hot metal.
Bahan baku yang dimasukkan pada blast furnace adalah bijih besi, kokas dan batu
kapur yang diumpan dari atas. Selama proses ditiupkan udara panas atau hot blast dari
bagian bawah melalui tuyeres.
Dibutuhkan enam sampai delapan jam bahan baku bijih besi turun ke bagian bawah
membentuk produk hot metal besi dan slag. Logam besi ini biasa disebut degan pig iron.
Blast furnace akan beroperasi secara kontinyu selama enam sampai sepuluh tahun
dengan hanya berhenti untuk melakukan pemeliharaan yang telah direncanakan.
Besi oksida merupakan Bahan baku utama yang digunakan pada blast furnace yang
dapat berupa bijih besi oksida seperti hematite atau magnetite, atau bijih oksida hasil
olahan seperti sinter, atau pellet. Ukuran bahanbaku ini adalah sekitar 50 mm.
Bijih besi dengan kandungan Besi atau Fe yang tinggi dapat langsung dimasukkan
pada blast furnace tanpa harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Bijih besi yang
dapat langsung digunakan adalah bijih besi yang mengadung Fe antara 50 – 70 %.
Bijih besi dengan kandungan yang rendah, terlebih dahulu harus diproses untuk
meningkatkan kandungan Fe-nya atau melalui proses benefisiasi.
Pellet dibuat dari bijih besi kadar rendah. Bijih melalui serangkai proses seperti
crushing, grinding, separation, balling, dan induration. Pellet berbentuk bola-bola kecil
seperti kelereng berukuran antara 10 – 25 mm. Pellet mengadung Fe antara 64 – 67 %.
Sinter dibuat dari bijih besi ukuran halus, ditambah sedikit kokas, batu kapur dan
sejumlah bahan limbah dari pabrik baja yang mengandung besi. Bahan halus ini dicampur
secara proposional untuk mendapatkan komposisi tertentu.Bahan ini kemudian
dimasukkan ke dalam sintering strand yang dipanaskan dalam furnace berbahan gas.
Sebagian bahan meleleh dan menyatu membentuk sinter berukuran antara 10 – 50 mm.

Operasi Dan Proses Blast Furnace

Secara skemtika, prinsip blast furnace atau tanur tiup atau tungku tegak
ditunjukkan pada gambar di bawah.Tanur terdiri dari shaft yang memiliki tinggi
antara 20 sampai 30 meter. Shaft terbuat dari baja yang bagian dalamnya dilapisi
dengan bata tahan api, atau refractory brick.

Bahan baku yang terdiri dari bijih, kokas dan bahan imbuh (flux) dimasukkan
dari bagian atas tanur. Fungsi dari bahan imbuh yang ditambahkan adalah agar
komposisi slag menjadi sesuai untuk proses blast furnace. Bahan imbuh yang
digunakan umumnya adalah batu kapur (limestone), kapur bakar (lime) atau bahkan
kadang ditambahkan dolomit.

Dari bagian bawah tanur, dihembuskan udara panas melalui tuyeres.Gas-gas


yang terbentuk di dalam tanur keluar melalui bagian atas tanur, sedangkan lelehan
logam pig iron (besi mentah) dan lelehan slag dikeluarkan dari hearth pada bagian
bawah tanur. Bagian yang berbentuk kerucut terbalik (inverted cone) antara stack dan
hearth disebut bagian zona bosh.

2.4.2 Reaksi-reaksi Kimia yang Terjadi

Reaksi-reaksi kimia yang terjadi selama proses dalam tanur dapat dilihat pada
gambar. Pada bagian atas stack, bijih besi direduksi melalui tahapan berikut:

3 Fe2O3 + CO = 2 Fe3O4 + CO2

Fe3O4 + CO = 3 FeO + CO2

FeO + CO = Fe + CO2

Reaksi-reaksi ini mulai terjadi ketika temperatur telah mencapai beberapa


ratus derajat Celcius, namun demikian, reaksi-reaksi utama terjadi dalam rentang
temperatur 700 sampai 1200 Celcius. Reaksi antara CO dengan bijih besi pada bagian
atas daerah stack ini disebut sebagai reduksi tidak langsung. Di daerah ini, temperatur
memang masih terlalu rendah untuk terjadinya reaksi dengan kokas.

Skematika Iron Blast Furnace, Tanur Tiup Besi Dan Reaksi Kimia
Pada aplikasi yang lebih modern, reduksi Fe2O3 dan Fe3O4 menjadi FeO
selesai sebelum reduksi ke besi logam dimulai. Hal ini memberikan kondisi
pemanfaatan paling efisien terhadap pemakaian CO yang terkandung dalam gas dan
dicapai dengan penggunaan bijih yang reaktif dan berukuran kecil, seperti pellet.
Untuk bijih yang lebih kasar dan kurang reaktif, reaksi-reaksi cenderung terjadi secara
overlap dan tidak efisien.

Reaksi reduksi yang terakhir adalah reduksi dari wustite menjadi besi logam.
Reduksi ini hanya terjadi setelah bijih mencapai bagian bawah dari zona stack. Pada
bagian bawah stack ini temperatur telah mencapai di atas 1000 Celcius. Pada
temperatur ini, reaksi permukaan kokas relatif cukup cepat sehingga dapat mereduksi
wustite menjadi besi logam. Reduksi FeO dengan kokas mengikuti reaksi berikut:

FeO + C = Fe + CO

Reaksi ini biasa juga disebut dengan reduksi langsung, walaupun secara aktual
terjadi melalui fasa gas. Gas CO2 yang terbentuk dari reduksi FeO pada daerah atas
stack dapat bereaksi dengan karbon untuk menyelesaikan reaksi secara keseluruhan.
Oksida besi mengalami reaksi pemurnian, yang diikuti dengan pelelehan kemudian
mencair dan akhirnya merembes sebagai cairan besi melalui lapisan kokas ke bagian
bawah tungku

Pada bagian paling bawah furnace dihasilkan lelehan utama yaitu hot metal
yang menempati lapisan bawah dan di atasnya adalah lelehan slag. Beberapa reaksi
juga terjadi dalam batas tertentu mengikuti reaksi berikut:

MnO + C = Mn (lelehan) + CO

SiO2 + 2 C = Si (lelehan) + 2 CO

Dalam jumlah yang sangat terbatas, Mangan oksida dan silika terreduksi
menjadi Mn dan Si yang kemudian larut dalam hot metal.Mn dan Si merupakan
bagian dari komposisi elemen yang terkandung pada hot metal.

Pada daerah bawah stack, reaksi Boudouard terjadi secara simultan mengikuti
reaksi sebagai berikut:

CO2 + C = 2 CO
Reaksi antara kokas dengan CO2 sering disebut juga sebagai solution loss,
yang berarti sebagian karbon bereaksi sebelum mencapai tuyeres.Kokas turun ke
bagian bawah tungku sampai pada daerah udara dipanaskan atau tempat udara panas
(hot blast) masuk blast furnace.Kokas dipanaskan oleh udara panas dan segera
bereaksi untuk menghasilkan panas sebagai berikut:

C + O2 = CO2 + Panas

Reaksi berlangsung dalam kondisi karbon berlebih dan terjadi pada suhu
tinggi.Reaksi ini menyebabkan karbon dioksida mengalami reduksi kembali oleh
karbon menjadi karbon monoksida sebagai berikut:

CO2+ C = 2CO

Produk reaksi ini adalah karbon monoksida yang diperlukan untuk mereduksi
bijih besi seperti yang terlihat dalam reaksi besi oksida sebelumnya.

Batu kapur turun dalam blast furnace dan tetap sebagai padatan. Batu kapur ini
akan mengalami reaksi pertamanya sebagai berikut:

CaCO3 = CaO + CO2

Reaksi ini membutuhkan energi dan dimulai pada temperatur sekitar 1600 ° F.
Senyawa CaO terbentuk dari reaksi ini digunakan untuk menghilangkan belerang
yang terkandung dalam besi. Sulfur harus dikurangi sebelum hot metal dibuat menjadi
baja. Reaksi pengurangan sulfur ini mengikuti reaksi sebagai berikut:

FeS + CaO + C = CaS + FeO + CO

Senyawa CAS merupakan bagian dari senyawa-senyawa pembentuk terak atau


slag. Terak terbentuk dari senyawa Silika (SiO2), Alumina (Al2O3), Magnesia (MgO)
atau Calcit (CaO) yang terkandung dalam bijih besi, pelet, sinter atau coke. Terak cari
memiliki densitas lebih rendah daripada hot metal.Terak cair lalu merebes/menetes
melewati lapisan kokas ke bagian bawah tungku dan mengapung di atas besi cair
karena kurang padat.

Produk lain dari proses ironmaking, selain besi cair dan terak, adalah gas
panas. Gas-gas keluar dari bagian atas tungku tiup dan diproses melalui peralatan
pembersih gas. Peralatan ini akan mengeluarkan partikel yang terbawa oleh gas.
Kemudian gas yang didinginkan. Gas ini masih memiliki nilai energi yang cukup
tinggi. Gas ini digunakan dan dibakar sebagai bahan bakar dalam “hot blast stoves”
yang digunakan untuk memanaskan udara yang masuk ke blast furnace untuk menjadi
“hot blast”. Gas yang tidak dibakar di hot blast stoves dikirim ke boiler house dan
digunakan untuk menghasilkan uap yang memutar turbo blower untuk menghasilkan
kompresi udara yang dikenal sebagai “cold blast” dan kemudian masuk ke dalam
stoves.

2.4.3 Proses Pembuatan Besi-Baja:

Proses Reduksi Tidak Langsung (Indirect Reduction)

Pada proses ini menggunakan tungku tanur tinggi (blast furnace) dengan porsi 80%
diproduksi dunia. Besi kasar dihasilkan dalam tanur tinggi. Diameter tanur tinggi sekitar
8m dan tingginya mencapai 60 m. Bahan baku yang terdiri dari campuran bijih, kokas,
dan batu kapur, dinaikkan ke puncak tanur dengan pemuat otomatis, kemudian
dimasukkan ke dalam hopper. Hematit akan dimasukkan ke dalam blast furnace, disertai
denganbeberapa bahan lainnya seperti kokas (coke), batu kapur(limestone), dan udara
panas. Bahan baku yang terdiri dari campuran biji besi, kokas, dan batu kapur, dinaikkan
ke puncakblast furnace. Bahan baku tersebut disusun secara berlapis-lapis.
Setelah bahan-bahan dimasukkan ke dalam blast furnace, lalu udara panas dialirkan
dari dasar tungku dan menyebabkan kokas terbakar sehingga nantinya akan membentuk
karbon monoksida (CO). Reaksi reduksi pun terjadi, yaitu sebagai berikut :
Fe2O3 + 3CO → 2Fe + 3CO2
Dengan digunakannya udara panas, dapat dihemat penggunaan kokas sebesar 30%
lebih. Udara dipanaskan dalam pemanas mula yang berbentuk menara silindris, sampai
sekitar 500ºC. Kalor yang diperlukan berasal dari reaksi pembakaran gas karbon
monoksida yang keluar dari tanur. Udara panas tersebut memasuki tanur melalui tuyer
yang terletak tepat di atas pusat pengumpulan besi cair.
Maka didapatlah besi (Fe) yang kita inginkan. Namun besi tersebut masih
mengandung karbon yang cukup banyak yaitu 3% – 4,5%, padahal besi yang paling
banyak digunakan saat ini adalah yang berkadar karbon kurang dari 1% saja. Besi yang
mengandung karbon dengan kadar >4% biasa disebut pig iron.
Batu kapur digunakan sebagai fluks yang mengikat kotoran-kotoran yang terdapat
dalam bijih-bijih besi dan membentuk terak cair. Terak cair ini lebih ringan dari besi cair
dan terapung diatasnya dan secara berkala akan disadap. Besi cair yang telah bebas dari
kotoran-kotoran dialirkan kedalam cetakan setiap 5 – 6 jam.

Gambar 1. Blast furnace

Terak dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan (campuran beton) atau sebagai
bahan isolasi panas. Gas panas dibersihkan dan digunakan untuk pemanas mula udara,
untuk membangkitkan energi atau sebagai media pembakar dapur-dapur lainnya.
Perlu diperhatikan bahwa bijih besi yang akan dimasukkan ke dalam blast
furnaceharuslah digumpalkan terlebih dahulu. Hal tersebut berguna agar aliran udara
panas bisa dengan mudah bergerak melewati celan-celah biji besi dan tentunya akan
mempercepat proses reduksi. Komposisi besi kasar dapat dikendalikan melalui
pengaturan kondisi operasi dan pemilihan susunan campuran bahan baku.
Gambar 2. Tanur tinggi

Proses Reduksi Langsung (Direct Reduction)


Proses ini biasanya digunakan untuk merubah pellet menjadi besi spons (sponge
iron). Juga disebut besi spons dihasilkan dari reduksi langsung dari bijih besi (dalam
bentuk gumpalan, pelet atau denda) dengan mengurangi gas yang dihasilkan dari gas
alam atau batubara. Gas pereduksi adalah mayoritas campuran hidrogen (H2) dan karbon
monoksida (CO) yang bertindak sebagai pereduksi. Proses langsung mengurangi bijih
besi dalam bentuk padat dengan mengurangi gas disebut reduksi langsung.
Proses reduksi langsung dianggap lebih efisien daripada tanur tiup . Karena
beroperasi pada suhu yang lebih rendah, dan ada beberapa faktor lain yang membuatnya
ekonomis. Berikut adalah contoh proses reduksi langsung antara lain :
a) HYL process
HYL Direct Reduction Proses (reduksi langsung) adalah hasil usaha riset yang
dimulai oleh Hojalata y L.Mina, S.A., pada permulaan tahun 1950-an. Usaha ini
muncul dari tekanan kebutuhan yang semakin meningkat dan harus memperoleh
bahan baku yang cukup mutu dan pada harga yang stabil untuk produksi lembaran
baja(sheet steel).
Dalam proses ini digunakan gas reduktor dari LNG (Liquid Natural Gas), gas alam
cair ini direaksikan dengan uap air panas (H2O).
b) Midrex Process

Gambar 3. Midrex process

Proses ini didasarkan pada tekanan rendah, udara bergerak berlawanan arus ke bijih
oksida besi pelet padat. Di dalam proses reduksi langsung ini, bijih besi direaksikan
dengan gas alam sehingga terbentuklah butiran besi yang dinamakan besi spons. Besi
spons kemudian diolah lebih lanjut di dalam sebuah tungku yang bernama dapur listrik
(Electric Arc Furnace). Di sini besi spons akan dicampur dengan besi tua (scrap), dan
paduan fero untuk diubah menjadi batangan baja, biasa disebut billet. Proses ini sangat
efektif untuk mereduksi oksida-oksida dan belerang sehingga dapat dimanfaatkan bijih
besi berkadar rendah.
Proses reduksi langsung ini salah satunya dipakai oleh P.T. Karakatau Steel. Fungsi
dari gas alam itu sendiri sebenarnya adakalah sebagai gas reduktor, dimana gas alam
mengandung CO dan H2, yang dapat bereaksi dengan bijih menghasilkan besi murni
(Fe) berkualitas tinggi.
Keuntungan dari proses reduksi langsung ketimbang blast furnace adalah :
 Besi spons memiliki kandungan besi lebih tinggi ketimbang pig iron, hasil blast
furnace.
 Zat reduktor menggunakan gas (CO atau H2) yang terkandung dalam gas alam,
sehingga tidak diperlukan kokas yang harganya cukup mahal.
Perbedaan proses reduksi langsung dan reduksi tidak langsung :
 Reaksinya berbeda,pada reduksi tidak langsung Fe diperoleh dari beberapa tahap
reaksi, pada reduksi langsung dengan1 tahap reaksi sudah dapat diperoleh Fe murni.
 Hasil akhirnya berbeda, Output dari reduksi tidak langsung adalah berupa Fe dalam
keadaan cair (pig iron) , sedangkan output dari reduksi langsung adalah Fe dalam
keadaan padat (sponge iron)
 Sumber gas reduktornya berbeda, indirect reduction menggunakan kokas untuk
menghasilkan gas reduktor CO, sedangkan direct reduction menggunakan CH4
 Kualitasnya berbeda, reduksi langsung menghasilkan besi dengan kualitas yang
lebih baik daripada reduksi tidak langsung. Karena reduksi tidak langsung
menggunakan kokas untuk menghasilkan gas reduktor. Kokas berasal dari batubara
yang mengadung sulfur, dimana S tersebut dapat ikut masuk kedalam besi hasil
reduksi, yang mengakibatkan besi mengalami retak panas (hot shortness).

2.5 Flowsheet
2.6 Aplikasi Logam

Logam adalah unsur yang memiliki sifat mengkilap dan umumnya merupakan
penghantar listrik dan penghantar panas yang baik. Unsur-unsur logam umumnya
berwujud padat pada suhu dan tekanan normal, kecuali raksa yang berwujud cair.
Pada umumnya unsur logam dapat ditempa sehingga dapat dibentuk menjadi
bendabenda lainnya.

Tabel Unsur-unsur logam


Nama Indonesia Nama Latin Lambang Unsur Bentuk Fisik
Aluminium Aluminium Al padat, putih keperakan
Barium Barium Ba padat, putih keperakan
Besi Ferrum Fe padat, putih keperakan
Emas Aurum Au padat, berwarna kuning
Kalium Kalium K padat, putih keperakan
Kalsium Calsium Ca padat, putih keperakan
Kromium Chromium Cr padat, putih keperakan
Magnesium Magnesium Mg padat, putih keperakan
Mangan Manganium Mn padat, putih abu-abu
Natrium Natrium Na padat, putih keperakan
Nikel Nickelium Ni padat, putih keperakan

2.6.1 Aplikasi Logam

1. Baja
Baja merupakan aloi besi dan karbon yang merupakan satu dari sedikit bahan
terpenting dalam industri, seperti yang kita ketahui, bidang industri ini mempengaruhi
dunia secara global. Baja memiliki sifat tahan karat, dan kegunaanya yang sangat
penting adalah untuk bidang industri ruang angkasa.

a. Baja Lunak

Mur

b. Baja Karbon Sedang

Rel Baja
c. Baja Karbon Tinggi

Gergaji

d. Baja Karbon Tinggi Dengan Campuran

Alat-alat Mesin

2. Besi
Besi merupakan logam yang memiliki warna abu-abu keputih-putihan. Logam
ini dihasilkan terutama dari peleburan biji hematit dalam tanur sembur. Kegunaanya
adalah diapakai untuk bangunan dan bidang teknik, juga dapat dimanfaatkan untuk
membuat aloi baja.
a. Besi Tuang

Alas mesin/Alas gas

b. Besi Tempa

Ramtai Jangkar
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Logam terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :


 Logam Ferro, dan
 Logam Non – Ferro.
2. Logam besi bila direaksikan dengan Oksigen maka akan terjadinya proses
korosif, menjadi Fe2O3.
3. Besi maupun baja memiliki manfaat salah satunya sebagai pembuatan alat
industri, alat rumah tangga, kawat maupun sebagai katalis dan koagulan.
4. Secara garis besar besi teknik terbagi menjadi 3, yaitu:
 Besi kasar : kadar karbon lebih besar dari 3,5%, tidak dapat ditempa.
 Besi : kadar karbon lebih besar dari 2,5%, tidak dapat ditempa.
 Baja : kadar karbon kurang dari 1,7%, dapat ditempa.
5. Berdasarkan klasifikasinya, logam besi terbagi dalam 6 macam yaitu :
 Besi Tuang
 Besi Tempa
 Besi Lunak
 Baja Karbon Tinggi
 Baja Karbon Sedang, dan
 Baja Karbon Tinggi dengan Campuran.

Anda mungkin juga menyukai