Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PELEBURAN TEMBAGA COR


Mata Kuliah : Pengecoran Logam II

Disusun oleh :
Dimas Nur Faqih (15345)
Muhammad Sulistiyo A (15369)
Bangkit Putra W (15875)
Bayu Akaprakasa (16205)

Dosen : Braam Delfian Prihadianto, S.T., M. Eng.

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
TAHUN AJARAN 2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Essa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam hal Pengecoran Logam.

Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi sebagian tugas mata
kuliah Pengecoran Logam 2 guna untuk mendapatkan nilai yang baik. Harapan kami
semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Pada makalah ini, kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Yogyakarta, 26 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang masalah .............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3. Tujuan.......................................................................................................................... 2
1.4. Manfaat........................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 3
2.1. PengertianTembaga (Cu)............................................................................................. 3
2.2. Karakteristik Tembaga ................................................................................................ 4
2.3 Manfaat........................................................................................................................ 5
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 6
3.1 Peleburan dan Penuangan Paduan Tembaga Cor ........................................................ 6
3.2 Peleburan paduan kuningan cor .................................................................................. 6
3.3 Peleburan kuningan cor paduan kekuatan tinggi......................................................... 7
3.4 Peleburan paduan brons cor ........................................................................................ 7
3.5 Peleburan brons fosfor cor .......................................................................................... 8
3.6 Peleburan brons alumunium cor .................................................................................. 8
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 10
3.1. Kesimpulan................................................................................................................ 10
3.2. Saran .......................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang masalah

Coran dibuat dari logam yang dicairkan, dituang ke dalam cetakan,kemudian di


biarkan mendingin dan membeku. Oleh karena itu sejarah pengecoran dimulai ketika
orang mengetahui bagaimana mencairkan logam dan bagaimana membuat cetakan.Hal
itu terjadi kira-kira tahun 4.000 SM, sedangkan tahun yang lebih tepat tidak diketahui
orang. Awal penggunaan logam oleh orang ialah ketika orang membuat perhiasan dari
emas atau perak tempaan, dan kemudian membuat senjata atau matabajak dengan
menempa tembaga, hal itu di mungkinkan karena logam-logam ini terdapat di alam
dalam keadaan murni, sehingga dengan mudah orang dapat menempanya.
Kemudian secara kebetulan orang menemukan tembaga mencair, selanjutnya
mengetahui cara untuk menuang logam cair ke dalam cetakan, dengan demikian untuk
pertama kalinya orang dapat membuat coran yang berbentuk rumit, umpamanya perabot
rumah, perhiasan atau hiasan makan. Coran tersebut dibuat dari perunggu yaitu suatu
paduan tembaga, timah dan timbal yang titik cairnya lebih rendah dari titik cair
tembaga.
Teknik pengecoran perunggu di India dan China diteruskan ke Jepang dan
Asia Tenggara, sehingga di Jepang banyak arca-arca Budha dibuat antara tahun 600 dan
800.Penggunaan besi di mulai dengan penempaan, sama halnya dengan tembaga.
Kemudian di China dalam tahun 800-700 SM, ditemukan cara membuat corandari besi
kasar yang mempunyai titik cair rendah dan mengandung fosfor tinggi dengan
mempergunakan tanur beralas datar.
Teknik produksi ini kemudian diteruskan ke negara-negara disekitar Laut
Tengah, di Yunani, 600 tahun SM, arca-arca raksasa Epaminondas atau Hercules,
berbagai senjata, dan perkakas dibuat dengan jalan pengecoran. Di India di zaman
itu, pengecoran besi kasar dilakukan dan di eksporke Mesir dan Eropa. Walaupun
demikian baru pada abad ke 14 saja pengecoran besi kasar di lakukan secara besar-
besaran yaitu ketika Jerman dan Italia meningkatkan tanur beralas datar yang primitip itu
menjadi tanur tiup berbentuk silinder, di mana pencairan dilakukan dengan jalan meletakkan
bijih besi dan arang batu berselang-seling.
Produk-produk yang dihasilkan pada waktu itu ialah : meriam, peluru meriam,
tungku, pipa dan lain-lain. Cara pengecoran pada zaman itu ialah menuangkan secara
langsung logam cair yang didapat dari bijih besi, ke dalam cetakan, jadi tidak dengan
jalan mencairkan kembali besi kasar seperti cara kita sekarang.

1.2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam tugas ini adalah agar dapat mengetahui masalah
tentang bagaimana peleburan tembaga cair pada pengecoran logam.

1
1.3. Tujuan

Pembaca diharapkan dapat mengetahui lebih spesifik tentang peleburan


tembaga cair pada proses pengecoran.

1.4. Manfaat

Manfaat yang didapat dari makalah ini sangat banyak antara lain;
1. Menambah ilmu pengetahuan, wawasan yang umum dan luas.
2. Mengenal bahan – bahan coran.
3. Mengetahui cara pemilihan proses pengecoran dan perancangan komponen untuk
kemudahan pengecoran.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PengertianTembaga (Cu)

Tembaga atau copper adalah salah satu unsur logam berbentuk kristal dengan
warna kemerahan dengan nama kimia cupprum dilambangkan dengan Cu. Tembaga
merupakan logam transisi golongan IB yang memiliki nomor atom 29 dan berat atom
63,55 g/mol. Tembaga di alam banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau
sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral
Tembaga yang masih murni sukar dikerjakan dengan alat pemotong tapi
mudah sekali diubah bentuk dalam keadaan dingin dengan ditempa, digiling atau
diregangkan. Melalui pengerjaan dingin kekuatan tembaga murni akan meningkat
kekuatannya sampai 450 N/mm2. Tembaga yang telah mengeras akibat pembentuk
dalam keadaan dingin dapat dilunakkan kembali melalui pemanasan dengan suhu
antara 300-700 Co. Tembaga mempunyai sifat tuang yang jelek, karena tembaga
dalam keadaan cair mudah sekali menyerap gas-gas terlarut, dimana pada waktu
membeku gas-gas tersebut akan terlepas dan menyebabkan banyak rongga gas dan
berpori (Indiyanto, 2003).
Tembaga adalah sebuah unsur logam ulet dan mampu tempa. Tembaga
memiliki sifat konduksi panas dan elektrik yang baik dan juga sifat tahan korosinya
maupun antimicrobial. Logam tembaga dan beberapa bentuk persenyawaannya tidak
dapat larut dalam air dingin atau air panas, tetapi dapat dilarutkan dalam asam,
seperti senyawa asam sulfat panas dan dalam larutan basa NH4OH. Ion tembaga
dapat berlarut ke dalam air, dimana fungsi mereka dalam konsentrasi tinggi adalah
sebagai agen anti bakteri, fungisi dan bahan tambahan kayu. Dalam konsentrasi
rendah, tembaga merupakan nutrien yang penting bagi kehidupan dan tanaman. Di
dalam tubuh, tembaga biasanya ditemukan di bagian hati, otak, usus, jantung dan
ginjal. Tembaga sulfat pentahidrat merupakan salah satu bentuk persenyawaan Cu
yang sering digunakan dalam bidang industri, misalnya untuk pewarnaan tekstil,
untuk penyepuhan, pelapisan, dan pembilasan pada industri perak.

3
2.2. Karakteristik Tembaga

Menurut ICSG (2012), karakteristik tembaga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Sifat fisika logam tembaga adalah sebagai berikut:

1. Tembaga memiliki warna kuning kemerah-merahan.


2. Unsur ini sangat mudah dibentuk, lunak, sehingga mudah dibentuk menjadi pipa,
lembaran tipis, kawat.
3. Bersifat sebagai konduktor panas dan listrik yang bagus untuk aliran elektron.
4. Tembaga bersifat keras bila tidak murni.
5. Memiliki titik leleh pada 1.084,62 °C, sedangkan titik didih pada 2.562 °C.

Sifat kimia logam tembaga adalah sebagai berikut:

1. Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan terhadap
korosi.
2. Pada udara yang lembab, permukaan tembaga ditutupi oleh suatu lapisan yang
berwarna hijau yang menarik dari tembaga karbonat basa, Cu(OH)2CO3.
3. Pada suhu sekitar 300°C tembaga dapat bereaksi dengan oksigen membentuk
CuO yang berwarna hitam. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar
1.000°C, akan terbentuk tembaga (I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah.
4. Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam non-oksidator
encerseperti HCl encer dan H2SO4 encer, tetapi HCl pekat dan mendidih
menyerang logamtembaga dan membebaskan gas hidrogen.
5. Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh adanya
udara membentuk larutan yang berwarna biru dari kompleks Cu(NH3)4+.
6. Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi
dengan belerang membentuk tembaga (I) sulfida dan tembaga (II) sulfida dan
untuk reaksi dengan halogen membentuk tembaga (I) klorida.

4
2.3 Manfaat

Tembaga mudah difabrikasi menjadi kawat, pipa, lembaran dan lain-lain. Sifat-
sifat tembaga seperti konduktifitas listrik, kondukstifitas termal dan ketahanan korosi
ialah sifat yang paling banyak dimanfaatkan untuk peralatan sehari-hari seperti kabel
listrik dan peralatan-peralatan elektronik. Berikut ini beberapa pemanfaatan tembaga
yang sering digunakan:
1. Dimanfaatkan untuk berbagai alat listrik dan rumah tangga. Hampir semua alat
rumah tangga terutama yang berhubungan dengan listrik menampilkan label
terbuat dari tembaga. Karena logam ini memang sangat handal digunakan untuk
penghantar listrik.
2. Komponen utama perlengkapan handphone, komputer dan elektronik.
3. Komponen pembuat perhiasan. Tembaga juga dapat digunakan untuk membuat
berbagai perhiasan menarik, terutama ketika dicampurkan dengan emas atau
logam lainnya.
4. Dalam bidang pertanian, logam tembaga dapat digunakan sebagai racun.
5. Digunakan sebagai algisida (pembunuh ganggang) dalam pemurniaan air
.Dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pembuatan uang logam.
6. Campuran tembaga dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan logam lainnya.
7. Digunakan sebagai campuran untuk menghilangkan belerang dalam
pengolahan minyak.

5
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Peleburan dan Penuangan Paduan Tembaga Cor

Tembaga digunakan secara luas sebagai salah satu bahan teknik, baik dalam
keadaan murni maupun paduan. Tembaga memiliki kekuatan tarik hingga 150 N/mm2
dalam bentuk tembaga tuangan dan dapat ditingkatkan hingga 390 N/mm2 melalui
proses pengerjaan dingin dan untuk jenis tuangan angka kekerasanya hanya mencapai
45HB namun dapat ditingkatkan menjadi 90 HB melalui pengerjaan dingin, dimana
dengan proses pengerjaan dingin ini akan mereduksi keuletan, walaupun demikian
keuletannya dapat ditingkatkan melalui proses annealing (lihat proses perlakuan panas)
dapat menurunkan angka kekerasan serta tegangannya atau yang disebut proses
“temperature” dimana dapat dicapai melalui pengendalian jarak pengerjaan setelah
annealing.Tembaga memiliki sifat thermal dan electrical conduktifitas nomor dua
setelah Silver.
Tembaga yang digunakan sebagai penghantar listrik banyak digunakan dalam
keadaan tingkat kemurnian yang tinggi hingga 99,9 %. Sifat lain dari tembaga ialah
sifat ketahanannya terhadap korosi atmospheric serta berbagai serangan media korosi
lainnya. Tembaga sangat mudah disambung melalui proses penyoderan, Brazing
serta pengelasan. Tembaga termasuk dalam golongan logam berat dimana memiliki
berat jenis 8,9 kg/m3 dengan titik cair 10830C.

3.2 Peleburan paduan kuningan cor

Dalam peleburan paduan kuningan cor digunakan tanur krus atau dengan cara
tanur induksi frekuansi rendah. Cara peleburan seperti diuraikan dibawah ini.
Campuran yang telah ditentukan yang terdiri dari paduan tembaga dan sekrap balik
dimasukkan ke dalam tanur dan dicairkan dengan permukaan yang ditutup arang
agar mengurangi oksidasi dan kehilangan seng. Setelah mencair semuanya,
dilakuakan penambahan unsur paduan seperti Seng, tin atau timbal, dan cairan
diaduk dengan memepergunakan batang karbon.
Tempertaur cairan yang terlalu tinggi menyebabkan keilangan seng karena
penguapan, dan temperatur yang terlalu rendah menyebabkan penghilangan gas
yang tidak cukup. Titik cair standar dari paduan kuningan cor adalah sebagai
berikut:

Bahan Titik Cair

85%Cu 1150—1200 OC

70%Cu 1080—1130 OC

60%Cu 1030—1080 OC

6
3.3 Peleburan kuningan cor paduan kekuatan tinggi

Untuk peleburan paduan coran keningan kekuatan tinggi digunakan tanur


kurs atau tanur nyala api dengan bahan bakar minyak kasar atau arang batu.
Campuran yang dihitung dan diukur dari paduan dasar, seperti Cu, Mn, Cu-Fe, Cu-
Ni, dan paduan dasr tembaga dimasukkan kedalam tanur untuk dicairkan. Setelah
mencair permukaan cairan ditutupi oleh arang dan dipanaskan sampai temperatur
50-100OC di atas temperatur penuangan, kemudian Al, Zn, Sn, ditambahakan ke
dalam cairan. Cairan diatur dengan penambahan sekrap balik dan kemudian
dikeluarkan pada temperatur 1050-1100OC. Temperatur penuangan yang cocok
adalah sebagai berikut:

Temperatur
Tebal Bahan tuang

< 12mm 1030—1050 OC

12—15 mm 1000—1030 OC

>15 mm 980—1000 OC

3.4 Peleburan paduan brons cor

Tanur kurs dipergunakan banyak sekali untuk mencairkan paduan brons cor,
sedangkan tanur nyala api dipergunakan untuk kapasitas produksi yang besar. Faktor
yang paling penting dalam peleburan ini adalah mengurangi absorpsi gas H 1 karena
H3 menyebabkan cacat tuangan seperti rongga udara, lubang gas dan lubang jarum.
Untuk maksud tersebut digunakan cara-cara pencegahan dibawah ini perlu
dilakukan . Kurs karbon yang akan digunakan harus disimpan pada tempat yang
kering dalam tungku pengering, dan sebelum digunakan harus dikeringkan selama
3 jam pada suhu 100OC. Tanur dipanaskan secara kontinyu hingga menjadi merah.
Kemudian tembaga dalam jumlah sedikit dimasukkan ke dalam tanur, jika sudah
mencair maka dimasukkan sisanya.
Tembaga listrik harus dipanaskan untuk menghilangkan gas yang terkandung
sebab tembaaga cenderung mengandung gas H2 dari udara luar, lebih baik menjaga
lingkungan oksidasi sehingga cairan sedikit oksidasi. Setelah mencair, ditambahkan
kedalam cairan oksidasi tembaga kira-kira 0,2%, oksidasi mangan kira-kira 0,1%
dengan maksud untuk mengurangi kadar H2 . Limasampai sepuluh menit setelahnya
ditambhakan paduan lain seperti Timah , seng, timbal dan cairan dipanaskan secara
kontinyu. Sebelum pengeluaran, fosfortembaga (fosfor 15%) ditambahkan kedalam
cairan logam dan diaduk dengan maksud untuk menghialngakn oksidasi.jumlah dari

7
fosfor-tembaga ditentukan oleh pengoksidasi yang digunakan untuk mereduksi
kadar H2.
Temperatur peleburan ditentukan mengingat bentuk dan ukuran dari coran.
Standardnya adalah sebagai berikut:
Temperatur
Bahan (%) Ttitik cair tuang

88Cu-8Sn- 1150—1200 OC
1250—1300 OC
4Zn
88Cu-10Sn- 1150—1200 OC
1250—1300 OC
2Zn
85Cu-5Sn- 1050—1100 OC
1150—1200 OC
5Pb-5zn

Jika brons cor membeku, dendrit akan tumbuh secara cepat dari permukaan ke
arah dalam dan kotoran yang mempunyai titik cair rendah serta gas dipusatkan
antara dendrit-denrit. Segresi mikro ini mengakibatkan cacat coran umpamanya
kebocoran air dibawah teanan. Untuk meniadakan gas yang berbahaya itu dilakukan
penghilangaan gas secara hampaudara atau penyuntikan gas iner kedalam cairan,
disamping cara peleburan oksidasi-reduksi yang dipaksa.

3.5 Peleburan brons fosfor cor

Untuk peleburan brons fosfor cor digunakan tanur minyak, tanur busur listrik,
dan tanur krus khusus.
Logam dasar tembaga dan sekrap balik diisikan dan dicairkan dengan
pemanasan mula yang cukup. Kalau banyak gas H2 terabsorpsi didalam logam mkaa
perlu diisikan oksida mangan sebanyak 0,1—0,5% bersama muatan logam . setelah
cair, penghlangan oksida mula dilakuakn oleh tembaga tembaga-fosfor dan
kemudian ditambahkan tin. Cairan kemudian dihilangkan oksidasinya oleh
tembaga-fosfor dan dikeluarkan setelah dibiarkan bebrapa menit. Titik cair yang
cocok adalah 1500—1200 OC untuk coran bros-fosfor yang mengandung 9—12 %
Sn, dan 1050—1100 OC untuk coran yang mengandung 12—15 %

3.6 Peleburan brons alumunium cor

Sebagai logam dasar dari brons-alumunium dipakai bahan Cu-Al(50%Al), Cu-


Fe(10%Fe), Fe-Ni(25%Ni), Mn-Cu(10—30 %Mn), dan Cu-Ni(50%Ni). Logam
dasar dimasukkan kemudian tembaga dicairkan, setelah mencair cairan dimasukkan
kedalam cetakan ingot. Cairan dari ingot dan sekrap balik dicairkan kembali. Setelah
mencair penyerapan hidrogen sedikit karena cairan ditutup dengan lapisan
alumunium yang telah teroksidasi. Nanum jika hsedikit saja hidrogen masuk maka
akan sukar dihilangkan. Oleh karena itu pemanasan harus dihindarkan dan harus

8
menggunakan fluks yang telah dikeringkan terlebih dahulu seperti garam dan
boraks.
Temperatur yang cocok untuk penuangan adalah 1220OC untuk coran yang
tipis, 1150 OC untuk coran yang berukuran sedang, dan 1100 OC untuk coran yang
tebal. Brons –alumunium cair kira –kira mengandung 10%Al dan cenderug
membuat terak. Selanjutnya karena dia mempunyai daerah cair yang sempit, maka
menyebabkan penyusustan. Oleh karena itu, terak perlu dihilangkan dengan cara
penuangan bawah.

9
BAB IV PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
sesuai dengan makalah “Peleburan tembaga cair” penulis menyimpulkan bahwa
umumnya bahan tembaga murni jarang digunakan sebagai bahan baku pengecoran dan
lebih sering ditemukan yaitu bahan – bahan dengan campuran atau paduan tembaga.

3.2. Saran

Dalam pengecoran logam kita harus mengetahui dan mengikuti langkah -


langkah yang benar sesuai dengan prosedur. Dalam tahap pemrosesan kita pun
sebagai pekerja wajib memakai pengaman, alat alat perlindungan diri, dan pelatihan
khusus. Cetakannya pun harus sempurna.Benda cor itu sendiri tidak mungkin lebih
baik dari dari cetakannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132048523/pendidikan/1.+Pengecoran+logam.pdf
https://www.mediamaya.net/contoh-makalah-yang-baik-dan-benar/

https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=contoh+makalah+peleburan+tembaga+cair
https://core.ac.uk/download/pdf/16506746.pdf
https://www.kajianpustaka.com/2020/09/tembaga.html

11

Anda mungkin juga menyukai