Anda di halaman 1dari 24

TUGAS INDIVIDU

TOKSIKOLOGI INDUSTRI
INDUSTRI BESI DAN BAJA

Disusun oleh:
Nama : Maria Viranti Yenata
NPM : 19070287
Semester : 7B Reguler Banjarmasin
No Absen : 4

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD


ARSYAD AL-BANJARI
BANJARMASIN
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Saya panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan
makalah ilmiah tentang Industri Besi dan Baja.

Makalah ini sudah saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya saya dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Ttd. Maria Viranti Yenata

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
2.1 Pengertian Baja ................................................................................. 3
2.2 Sejarah Baja ...................................................................................... 3
2.3 Sifat Baja ........................................................................................... 5
2.4 Klasifikasi Baja ................................................................................. 6
2.5 Penggolongan Stainless Steel ............................................................ 7
2.6 Proses Pembuatan Baja Tahan Karat (Stainless Steel) ..................... 7
2.7 Kelebihan Stainless Steel .................................................................. 16
2.8 Kelemahan Menggunakan Stainless Steel ........................................ 17
2.9 Aplikasi Baja Stainless Steel ............................................................ 18
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 19
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 19
3.2 Saran ................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Industri baja sebagai industri strategis yang digunakan sebagai bahan baku
penting bagi industri-industri secara keseluruhan, baik untuk infrastruktur
(pembangunan gedung, jalan, jembatan, jaringan listrik dan telekomunikasi),
produksi barang modal (mesin pabrik dan material pendukung serta suku
cadangnya), alat transportasi (kapal laut, kereta api dan relnya), otomotif, hingga
persenjataan.
Indonesia termasuk salah satu konsumen sekaligus produsen baja yang
besar. Berdasarkan data Kementrian Perindustrian, industri logam dasar besi dan
baja Indonesia tumbuh sebesar 12,74% pada semester I tahun 2012 dan saat ini
konsumsi baja di Indonesia mencapai 12,54 juta ton. Penyumbang terbesar
terhadap konsumsi baja dihasilkan dari sektor konstruksi sebesar 80%,
pembangunan jaringan pipa sebesar 8%, sektor manufaktur, industri alat-alat
mesin dan industri otomotif dengan kontribusi masing-masing sebesar 3%, 2%
dan 1% dan sisanya 6% kebutuhan industri lain.
Untuk itu dalam kesempatan ini, akan dibahas tentang baja. Masalah ini
diangkat karena ingin mengetahui sifat baja, klasifikasi baja, penggolongan
stainless steel, proses pembuatan baja tahan karat (stainless steel), kelebihan
stainless steel, kelemahan menggunakan stainless steel, serta aplikasi baja
stainless steel dalam kehidupan sehari-hari.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat ditentukan rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Apa saja sifat umum baja?
b. Apa saja klasifikasi baja?
c. Apa saja yang termasuk dalam penggolongan stainless steel?
d. Bagaimana proses pembuatan baja tahan karat (stainless steel)?

1
2

e. Apa kelebihan stainless steel?


f. Apa kelemahan menggunakan stainless steel?
g. Apa saja aplikasi baja stainless steel dalam kehidupan sehari-hari?
1.3. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah baja.
b. Untuk mengetahui sifat dan klasifikasi baja.
c. Untuk memahami proses pembuatan baja tahan karat (stainless steel).
d. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan menggunakan Stainless Steel.
e. Untuk mengetahui pemanfaatan baja tahan karat (stainless steel) dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Baja

Baja adalah logam paduan, logam besi (Fe) sebagai unsur dasar dan
karbon (C) sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan unsur karbon dalam baja
berkisar 0,2% hingga 2,1% berat sesuai gradenya. Fungsi karbon dalam baja
adalah sebagai unsur pengerasan pada kisi kristal atom besi. Baja karbon adalah
baja yang mengandung karbon lebih kecil 1,7%, sedangkan besi mempunyai
kadar karbon lebih besar 1,7%. Elemen berikut ini selalu ada dalam baja: karbon,
mangan, fosfor, sulfur, dan sebagian kecil oksigen, nitrogen, dan alumunium.

2.2. Sejarah Baja


Teknik peleburan logam telah ada sejak zaman Mesir kuno pada tahun 3000
SM. Bahkan pembuatan perhiasan dari besi telah ada pada zaman sebelumnya.
Proses pengerasan pada besi dengan heat treatment mulai diperkenalkan untuk
pembuatan senjata pada zaman Yunani 1000 SM.
Proses pemaduan yang dibuat mulai ada sejak abad 14 yang diklasifikasikan
sebagai besi tempa. Proses ini dilakukan dengan pemanasan sejumlah besar bijih
besi dan charcoal dalam tungku atau furnance. Dengan proses ini bijih besi
mengalami reduksi menjadi besi sponge metalik yang terisi oleh slag yang
merupakan campuran dari pengotor metalik dan abu charcoal. Spone iron ini
dipindahkan dari furnance pada saat masih bercahaya dan diselimuti oleh slag
yang tebal lalu slagnya dihilangkan untuk memperkuat besi. Pembuatan besi
meggunakan metode ini menghasilkan kandingan slag sekiar 3 persen dan 0,1
persen pengotor lain. Kadang kala hasil produksi dengan metode ini
menghasilkan baja bukannya besi tempa. Para pembuat besi belajar untuk
membuat baja dengan memanaskan besi tempa dan charcoal pada boks yang
terbuat dar tanah liat selama beberapa hari. Dengan proses ini besi akan menyerap
cukup karbon untuk menjadi baja sebenarnya.

3
4

Setelah abad ke 14 tungku atau furnance yang digunakan mulai mengalami


peningkatan ukuran dan draft yang digunakan untuk pembakaran gas melewati
“charge,” pada pencampuran material mentah. Pada tungku yang lebih besar ini,
bijih besi pada bagian atas furnance akan direduksi pertama kali direduksi
menjadi besi metalik dan menghasilkan banyak karbon sebagai hasil dari
serangan gas yang dilewatinya. Hasil dari furnance ini adalah pig iron, yaitu
paduan yang meleleh pada temperatur rendah. Pig iron akan diproses lebih lanjut
untuk membuat baja.
Pembuatan baja modern menggunakan blast furnance yang juga digunakan
untuk memurniakan besi oleh pembuat besi yang lampau. Proses pemurnian besi
cair dengan peledakan udara diakui oleh penemu Inggris, Sir Henry Bessemer
yang mengembangkan Bessemer furnance, atau pengkonversi, pada tahun 1855.
Sejak tahun 1960 telah diproduksi baja dari besi bekas secara kecil-kecilan pada
furnance elektrik, sehingga dinamakan mini mills. Mini mills adalah komponen
yang sangat sangat penting bagi produksi baja Amerika. Mills yang lebih besar
digunakan pada produksi baja dari bijih besi.
Berikut ini adalah awal mula ditemukannya Baja :

1. Besi ditemukan digunakan pertama kali pada sekitar 1500 SM.


2. Tahun 1100 SM, bangsa hittites yang merahasiakan pembuatan tersebut
selama 400 tahun dikuasai oleh bangsa asia barat, pada tahun tersebut
proses peleburan besi mulai diketahui secara luas.
3. Tahun 1000 SM, bangsa yunani, mesir, jews, roma, carhaginians dan
asiria juga mempelajari peleburan dan menggunakan besi dalam
kehidupannya.
4. Tahun 800 SM, India berhasil membuat besi setelah di invansi oleh
bangsa arya.
5. Tahun 700 – 600 SM, Cina belajar membuat besi.
6. Tahun 400 – 500 SM, baja sudah ditemukan penggunaannya di Eropa.
7. Tahun 250 SM bangsa India menemukan cara membuat baja.
5

8. Tahun 1000 M, baja dengan campuran unsur lain ditemukan pertama


kali pada 1000 M pada kekaisaran fatim yang disebut dengan baja
damascus.
9. 1300 M, rahasia pembuatan baja damaskus hilang.
10. 1700 M, baja kembali diteliti penggunaan dan pembuatannya di Eropa.
2.3. Sifat Baja
Beberapa sifat - sifat baja secara umum adalah :
1) Keteguhan (Solidity)
Mempunyai ketahanan terhadap tarikan, tekanan atau lentur.

2) Elastisitas (Elasticity)
Kemampuan atau kesanggupan untuk dalam batas –batas pembebanan
tertentu, sesudahnya pembebanan ditiadakan kembali kepada bentuk
semula.

3) Kekenyalan / Keliatan (Tenacity)


Kemampuan atau kesanggupan untuk dapat menerima perubahan
perubahan bentuk yang besar tanpa menderita kerugian-kerugian berupa
cacat atau kerusakan yang terlihat dari luar dan dalam untuk jangka
waktu pendek.

4) Kemungkinan Ditempa (Maleability)


Sifat dalam keadaan merah pijar menjadi lembek dan plastis sehingga
dapat dirubah bentuknya.

5) Kemungkinan Dilas (Weklability)


Sifat dalam keadaan panas dapat digabungkan satu sama lain dengan
memakai atau tidak memakai bahan tambahan, tampa merugikan sifat-
sifat keteguhannya

6) Kekerasan (Hardness)
Kekuatan melawan terhadap masuknya benda lain.
6

2.4. Klasifikasi Baja


Pengklasifikasian baja secara umum beserta penjelasannya menurut
“Handbook of Comparative World Steel Standards” adalah sebagai berikut:
2.4.1. Baja Karbon (Carbon Steel)
Baja karbon adalah baja yang mengandung karbon sampai 1,7 %.
Penggunaan baja karbon banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari
untuk kepentingan yang umum. Pembagian baja karbon adalah sebagai
berikut:
a. Low Carbon Steel (< 0.2 % Carbon)
Baja low carbon biasanya digunakan untuk automobile body panels, tin
plate dan wire product yang membutuhkan keuletan yang tinggi.
b. Medium Carbon Steel (0.2 - 0.5 % Carbon)
Baja medium carbon biasanya digunakan dalam kondisi hasil quench
dan tempered, banyak digunakan sebagai shaft, axle, gear, crankshaft,
coupling,dan forging.
c. High Carbon Steel (> 0.5 % Carbon)
Baja high carbon banyak digunakan pada spring material dan high-
strength wire. Selain pembagian berdasarkan persen kadar karbon di
atas, masih terdapat baja karbon dengan kadar mangan yang tinggi
(High Manganese Carbon Steel), yaitu sekitar 1.1 - 1.4 % Mn. Baja
jenis ini banyak digunakan dalam aplikasi rel kereta api.
2.4.2. Baja Paduan (Alloy Steel)
Baja paduan adalah campuran antara baja karbon dengan unsur-unsur lain
yang akan mempengaruhi sifat-sifat baja, misalnya sifat kekerasan, liat,
kecepatan membeku, titik cair, dan sebagainya yang bertujuan
memperbaiki kualitas dan kemampuannya. Penambahan unsur-unsur lain
dalam baja karbon dapat dilakukan dengan satu atau lebih unsur,
tergantung dari karakteristik atau sifat khusus yang dikehendaki.
a. Low Alloy Steel ( < 8 % Alloying Element)
Salah satu contoh baja jenis ini yang terkenal adalah HSLA (High
Strength Low Alloy) yang menggunakan paduan Nb, V, Ti, dan Al.
7

b. High Alloy Steel ( > 8 % Alloying Element)


Penggunaan baja paduan tinggi biasanya bertujuan untuk meningkatkan
sifat-sifat baja, yaitu:
1) Corrosion Resistant (Austenitic dan Duplex)
2) Heat Resistant (Austenitic)
3) Wear Resistant (Manganese Steel)
2.4.3. Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
Baja tahan karat adalah paduan besi dengan minimal 12% Chromium. Jadi
tanpa tambahan apapun perpaduan Besi dengan 12% Chromium bisa
disebut Stainless Steel. Komposisi ini membentuk thin protective
layer Cr2O3.
Proses pembuatan baja tahan karat terdapat 2 tahap, yaitu pertama
menggunakan sistem Electric Arc Furnace (EAF) untuk melelehkan
scrap dan ferro alloy berkarbon tinggi sebagai bahan murah sumber krom,
lalu lelehannya disempurnakan dengan proses yang menggunakan alat
Argon Oxygen Decarburizer (AOD), dengan proses kedua ini akan
menghilangkan kandungan Karbon dan pegotor lainnya.
2.5. Penggolongan Stainless Steel
1. Stainless Steel Feritik
Paduan baja jenis ini juga mempunyai struktur Kristal BBC . Kandungan
kromium pada paduan jenis ini berkisar antara 10,5 %- 30% . Paduan jenis
ini biasanya mengandung: molybdenum, silicon, alumunium, silicon,
titanium dan niobium untuk menghasilkan karakteristik tertentu. Stainless
Steel jenis ini bersifat feeomagnetik, mempunyai sifat yang ulet dan
mampu bentuk yang baik. Tetapi pada temperature yang tinggi kekuatan
nya akan menurun dan lebih rendah dari Stainless Steel austenitic.
Demikian pula dengan ketangguhan nya hanya baik pada temperatur
rendah.
2. Steinless Steel Martensitik
Mempunyai struktur Kristal Body Centered Cubic (BCC) yang
menyimpang pada kondisi yang telah di keraskan. Mempunyai sifat yang
8

dapat di keraskan dan ketahanannya terhadap korosi hanya pada kondisi


lingkungan yang sifat korositnya menengah. Baja Stainless Steel ini
kandungan kromium yang di miliki berkisar antara 10,5% - 18%, dan
kandungan karbon bisa mencapai 1,2%. Kandungan kromium dan karbon
yang cukup tinggi menyebabkan bias terbentuknya struktur martensit
setelah proses pemanasan.
3. Stainless Steel Austenitik
Mempunyai kekuatan , ketangguhan, keuletan, sifat mampu bentuk yang
baik. Jenis Stainless Steel ini mempunyai struktur Kristal face centered
cubic (FCC). Struktur Kristal ini terbentuk karena penambahan unsure
paduan austenite seperti nikel, mangan, dan nitrogen. Stainless Steel jenis
ini tidak besfat magnetic pada kondisi anil, dan hanya dapat dikersakan
dengan pengerjaan dingin (cold worked).
Bandingan
4. Stainless Steel duplex
Stainless Steel jenis ini mempunyai struktur campuran antara BBC ferit
dan FCC austenite. Perbandingan komposisi antara keduanya dipengaruhi
oleh komposisi logam dan proses perlakuan panas yang didapatkan .
Tetapi pada kondisi anil, perbandingan antara kedua fase itu seimbang.
Sifat tahan korosi Stainless Steel jenis ini mendekati Stainless Steel
austenitic pada unsur paduan yang serupa , tetapi mempunyai tensile dan
yield strength yang lebih tinggi.
5. Precipitation – Hardening Stainless Steel.
Jenis ini mempunyai unsur unsur penambahan kekerasan seperti tembaga,
alumunium, atau titanium. Pada kondisi anil, struktur mikroStainless Steel
jenis ini dapat berupa austenitik maupun martenistik.

2.6. Proses Pembuatan Baja Tahan Karat (Stainless Steel)

Baja pada dasarnya adalah paduan besi-karbon dengan kadar karbon tidak
lebih dari 2,0 %, selain itu juga mengandung sejumlah unsur paduan dan unsur
pengotoran. Baja dibuat dari besi kasar atau besi spons dengan mengurangi kadar
9

karbon dan unsur lain yang kurang disukai. Ada beberapa macam cara pembuatan
baja, antara lain :

 Konvertor
 Open Hearth Furnance (Tanur Baja Terbuka)
 Dapur Listrik

Gambar Diagram Proses Pembuatan Baja

Bahan baku pembuatan stainless steel diantaranya sebagai berikut :

 Besi kasar cair (pig iron) atau berupa besi spons (sponge iron) (65-85%).
 Skrap baja (15-35%),

Bahan baku paduan dalam pembuatan stainless steel diantaranya sebagai berikut :

 Carbon (C)
Unsur ini dapat membuat baja tetap kuat pada suhu tinggi.
10

 Chromium (Cr)
Unsur ini dapat membuat baja menjadi lebih keras, tahan gesekan, tahan
korosi, dan tahan temperature tinggi. Dengan sifat-sifat itu membuat baja
paduan ini baik untuk bahan poros, dan roda gigi. Penambahan unsur
chromium biasanya diikuti dengan penambahan nikel.

 Silikon (Si)
Pada konsentrasi tinggi membuat baja tahan kondisi asam, pada konsentrasi
rendah memperbaiki sifat megnetik dan sifat listrik baja.

 Nikel (Ni)
Unsur campuran yang digunakan sebagai bahan dasar untuk beberapa
kelompok dari stainless steel. Nikel memberikan derajat kelenturan yang
tinggi (mampu berubah bentuk tanpa pecah) dan tahan terhadap karat
(korosi). Hampir 65% dari semua nikel digunakan pada pembuatan stainless
steel.

 Molibdenum (Mo)
Molibdenum akan memperbaiki baja menjadi tahan terhadap suhu yang
tinggi, liat, ,kuat dan memperbaiki kekerasan baja,. Baja paduan ini biasa
digunakan sebagai bahan untuk membuat alat-alat potong, misalnya pahat.

 Wolfram (W)
Unsur ini memberikan pengaruh yang sama seperti pada penambahan
molibdenum dan biasanya juga dicampur dengan unsur nikel (Ni) dan
chromium (Cr). Baja paduan ini memiliki sifat tahan terhadap suhu yang
tinggi, karenanya banyak digunakan untuk bahan membuat pahat potong yang
lebih dikenal dengan nama baja potong cepat (HSS /Hight Speed Steel).

 Vanadium (V)
Penambahan unsur ini akan memperbaiki struktur kristal baja menjadi halus,
memperkuat baja dan meningkatkan ketahanan baja terhadap panas. Terlebih
bila dicampur dengan chromium. Baja paduan ini digunakan untuk membuat
roda gigi, batang penggerak, dan sebagainya.
11

 Kobalt (Co)
Kobalt (Co) dengan penambahan unsur ini akan memperbaiki sifat kekerasan
baja meningkatkan kualitas baja, serta tetap keras pada suhu yang tinggi. Baja
paduan ini banyak digunakan untuk konstruksi pesawat terbang atau
konstruksi yang harus tahan panas dan tahan aus.

2.6.1. Proses Menggunakan Konvertor

Konvertor terbuat dari baja dengan mulut terbuka (untuk memasukkan


bahan baku dan mengeluarkan cairan logam) serta dilapisi batu tahan api.
Konvertor diikatkan pada suatu tap yang dapat berputar sehingga konvertor dapat
digerakkan pada posisi horizontal untuk memasukkan dan mengeluarkan bahan
yang diproses dan pada posisi vertical untuk pengembusan selama proses
berlangsung. Konvertor ini dilengkapi dengan pipa yang berlubang kecil
(diameternya sekitar 15 – 17 mm) dalam jumlah yang banyak (sekitar 120- 150
buah pipa) yang terletak pada bagian bawah konvertor.

Sewaktu proses berlangsung udara diembuskan ke dalam konvertor


melalui pipa saluran dengan tekanan sekitar 1,4 kg/cm3 dan langsung diembuskan
ke cairan untuk mengoksidasikan unsur yang tidak murni dan karbon. Kandongan
karbon terakhir dioksidasi dengan penambahan besi kasar yang kaya akan
mangan, seterusnya baja cair dituangkan ked ala panci – panci dan dipadatkan
menjadi batang – batang cetakan. Kapasitas konvertor sekitar 25 – 60 ton dan
setiap proses memerlukan waktu 25 menit. Proses pembuatan baja yang
menggunakan konvertor adalah sebagai berikut :

1) Proses Bessemer
Proses Bessemer adalah suatu proses pembuatan baja yang dilakukan di
dalam konvertor yang mempunyai lapisan batu tahan api dari kuarsa asam
atau oksida asam (SiO2), sehingga proses ini disebut "Proses Asam". Besi
kasar yang diolah dalam konvertor ini adalah besi kasar kelabu yang kaya
akan unsur silikon dan rendah fosfor (kandungan fosfor maksimal adalah
0,1%). Besi kasar yang mengandung fosfor rendah diambil karena unsur
12

fosfor tidak dapat direduksi dari dalam besikasar apabila tidak diikat dengan
batu kapur. Di samping itu. fosfor dapat bereaksi dengan lapisan dapur yang
terbuat dari kuarsa asam, reaksi ini membahayakan atau menghabiskan
lapisan konvertor. Oleh karena itu, sangat menguntungkan apabila besi
kasar yang diolah dalam proses ini adalah besi kasar kelabu yang
mengandung silikon sekitar 1,5% - 2%.

Dalam proses ini bahan baku dimasukkan dan dikeluarkan sewaktu


konvertor dalam posisi horizontal (kemiringannya sekitar 30°). Sementara
itu, udara diembuskan dalam posisi vertikal atau disebut juga kedudukan
proses. Dalam konvertor, yang pertama terjadi adalah proses oksidasi unsur
silikon yang menghasilkan oksida silikon. Kemudian diikuti oleh proses
oksidasi unsur fosfor dan mangan yang menghasilkan oksida fosfor dan
oksida mangan, ditandai dengan adanya bunga api yang berwarna kehijau-
hijauan.

Baja dapat dihasilkan dengan mengembuskan udara melalui besi kasar cair
di dalam dapur yang disebut “konvertor”, sehingga unsur – unsur yang tidak
murni akan dikeluarkan dengan jalan oksidasi. Pada waktu itu cara
pembuatan jalan kereta api dan pembuatan peralatan hampir sama
pentingnya. Karena sejak udara dimasukkan atau diembuskan, kotoran –
kotoran di dalam baja akan berkurang.

Proses Bessemer mengolah baja dengan menggunakan besi kasar


berkualitas baik yang mengandung fosfor rendah. Bila fosfornya tinggi baja
yang dihasilkan berkualitas rendah, sebab dalam proses pengolahan tidak
seluruh fosfor dapat dikeluarkan. Masalah pengeluaran unsur fosfor telah
dapat dipecahkan pada proses dapur Thomas, dengan menggunakan batu
kapur pada lapisan dasar dapur. Sehingga sampai saat ini proses Thomas
digunakan untuk memproses besi kasar dapat kaya dengan fosfor.
13

Proses oksidasi yang terakhir adalah mengoksidasi karbon. Proses ini


berlangsung disertai dengan suara gemuruh dan nyala api berwarna putih
dengan panjang sekitar 2 meter, kemudian nyala api mengecil. Sebelum
nyala api padam, ditambahkan besi kasar yang banyak mengandung
mangan, kemudian baja cair dituangkan ke dalam panci-panci tuangan dan
dipadatkan dalam bentuk batang-batang baja.

2) Proses Thomas
Proses Thomas adalah suatu proses pembuatan baja yang dilakukan di
dalam konvertor yang bagian dalamnya dilapisi dengan batu tahan api dari
bahan karbonat kalsium dan magnesium karbonat (CaCO3 + MgCO3) yang
disebut "dolomit". Proses ini disebut juga proses basa karena lapisan
konvertor terbuat dari dolomit dan hanya mengolah besi kasar putih yang
kaya dengan fosfor (sekitar 1,7 - 2%) dan rnengandung unsur silikon rendah
(sekitar 0,6 - 0,8%). Proses ini makin baik hasilnya apabila besi kasar yang
diolah mengandung unsur silikon yang sangat rendah.

Dalam proses ini udara diembuskan ke cairan besi kasar di dalam konvertor
melalui pipa saluran udara, sehingga terjadi proses oksidasi di dalam cairan
terhadap unsur-unsur campuran. Pertama kali unsur yang dioksidasi adalah
silikon (Si), kemudian mangan (Mn), dan fosfor (P). Oksidasi unsur fosfor
14

terjadi cepat sekali, sekitar 3 - 5 menit dan proses oksidasi yang terakhir
adalah unsur karbon disertai suara gemuruh dan nyala api yang tinggi.
Apabila nyala api sudah mengecil dan kemudian padam berarti proses
oksidasi telah selesai.

Proses oksidasi yang terjadi pada unsur-unsur di dalam besi kasar


menghasilkan oksida yang akan dijadikan terak dengan jalan menambahkan
batu kapur ke dalam konvertor. Selanjutnya terak cair dikeluarkan dari
dalam konvertor, diikuti dengan penuangan baja cair ke dalam panci-panci
tuangan kemudian dipadatkan menjadi batangan baja.

3) Proses Siemens Martin


Proses tungku terbuka disebut juga proses Siemens Martin, yang
disesuaikan dengan nama ahli penemu proses tersebut. Proses ini digunakan
untuk menahasilkan baja yang mengandung karbon sedang dan rendah
dengan cara proses asam atau basa, sesuai dengan sifat lapisan dapurnya.
Proses ini berlangsung di dalam dapur tungku terbuka atau dapur Siemens
Martin yang mempunyai kapasitas 150 - 300 ton, bahan bakarnya gas yang
dihasilkan dengan pembakaran kokas di atas tungku atau bahan bakar
minnyak. Dapur ini menggunakan prinsip regenerator (hubungan balik) dan
tungku pemanas dapat mencapai temperatur sekitar 900 -1.200 0C, tungku
pemanas ini bisa mencapai temperatur tinggi apabila diperlukan, dan pada
waktu yang sama menghemat bahan bakar.

Dalam proses ini dapur diisi dengan besi kasar dan baja bekas, kemudian
dicairkan sehingga beberapa unsur campuran terbentuk menjadi terak di atas
permukaan cairan besi, tambahkan bijih besi atau serbuk besi yang berguna
untuk mereduksi karbon, maka lubang pengeluaran dapur dibuka dan cairan
dituangkan ke dalam panci-panci tuangan. Baja cair meninggalkan dapur
sebelum terak cair dan beberapa terak dapat dicegah meninggalkan dapur
sampai seluruh baja cair dikeluarkan, kemungkinan terak ikut tertuang ke
dalam panci yang akan mengapung di atas baja cair sehingga perlu
15

dikeluarkan dan dituangkan ke dalarn panci yang berukuran kecil. Baja cair
yang telah penuh di dalam panci dituangkan ke dalam cetakan melalui
bagian bawah cetakan, sehingga terak tetap di dalam panci dan terakhir
dikeluarkan. Selain itu, dapat pula dipisahkan dengan cara menuangnya ke
dalam cetakan yang lebih kecil. Setiap melakukan proses pemurnian besi
kasar dan bahan tambahan lainnya berlangsung selama 12 jam, kemudian
diambil sejumlah baja cair sebagai contoh untuk dianalisis komposisinya.
Sementara itu, terak yang dihasilkan dari proses basa digunakan sebagai
pupuk buatan.

2.6.2. Proses Menggunakan Open Heart Furnance (Proses Tanur Baja


Terbuka)

Tanur berupa piringan datar yang besar. Pada dasar kolom telah
ditempatkan oksida basa seperti CaO atau MgO yang nantinya akan berguna
sebagai zat pengikat. Ke dalam tanur tinggi dimasukan besi tuang, besi bekas dan
batu kapur. Campuran gas pembakar dan udara panas dilewatkan di atas piringan
yang berisi besi cair ini. Sementara diaduk maka akan berlangsung reaksi antara
oksida-oksida pengotor dengan CaO dan MgO menjadi kerak. Kelebihan proses
ini adalah kualitas baja yang dihasilkan mudah dikontrol kualitasnya secara terus
menerus selama proses ini berlangsung lama (8-10 jam ) sedangkan Proses
Bassemer berlangsung cepat (15 menit).

2.6.3. Proses Dapur Listrik

Baja yang berkualitas tinggi dihasilkan apabila, dilakukanpengontrolan


temperatur peleburan.dan memperkecil unsur-unsur campuran di dalam baja yang
dilakukan selama proses pemurnian. Proses pengolahan seperti ini, dilakukan
dengan menggunakan dapur listrik. Pada awal pemurnian baja menggunakan
dapur tungku terbuka atau konvertor, selanjutnya dilakukan di dalam dapur listrik
sehingga diperoleh baja yang berkualitas tinggi. Dapur listrik terdiri dari dua
jenis, yaitu dapur listrik busur nyala dan dapur induksi frekuensi tinggi.
16

a. Dapur Listrik Busur Nyala


Dapur ini mempunyai kapasitas 25 - 100 ton dan dilengkapi dengan
tiga buah elektroda karbon yang dipasang pada bagian atas atau atap dapur,
disetel secara otomatis untuk menghasilkan busur nyala yang secara
langsung memanaskan dan mencairkan logam. Dapur ini dapat mengolah
logam dengan proses asam atau basa sesuai dengan lapisan batu tahan
apinya dan bahan yang dimasukkan ke dalam dapur (besi kasar), termasuk
logam bekas (baja atau besi) yang terlebih dahulu diketahui komposisinya.
Apabila dilakukan proses basa maka terjadi oksidasi terak dari batu kapur
atau bubuk kapur untuk mereduksi unsur-unsur-campuran. Selanjutnya
diperoleh pemisahan terak (mengandung batu kapur) dari baja cair. Juga
dapat ditambahkan dengan logam campur sebelum cairan dikeluarkan dari
dalam dapur untuk mencegah oksidasi.
b. Dapur induksi frekuensi tinggi
Dapur ini terdiri dari kumparan yang dililiti kawat mengelilingi
cawan batu tahan api, ketika tenaga yang dialirkan dari listrik, akan
menahasilkan arus listrik yang bersirkulasi di dalam logam yang
menyebabkan terjadinya pencairan. Apabila bahan logam telah cair - maka
arus listrik membuat gerak mengaduk (berputar). Kapasitas dari dapur jenis
ini adalah 350 kg - 6 ton pada umumnya dapur ini digunakan untuk
memproduksi baja paduan yang khusus.

2.7. Kelebihan Stainless Steel

a. Daya Tahan Korosi


Semua baja stainless mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap korosi.
Angka-angka logam campuran yang rendah menahan korosi pada kondisi-
kondisi ruang hampa, angka-angka campuran logam yang tinggi dapat
menahan korosi pada kebanyakan asam, larutan alkalin, dan lingkungan-
lingkungan yang menghasilkan klorida , bahkan pada suhu dan tekanan
yang dinaikkan.
17

b. Daya Tahan Suhu Rendah dan Tinggi


Beberapa angka akan menahan penskalaan dan pengaturan daya yang tinggi
pada suhu-suhu yang sangat tinggi, sementara yang lain menunjukkan
pengecualian kekerasan pada suhu-suhu cryogenic.
c. Kesenangan Pembuatan (Ease of Fabrication)
Mayoritas baja-baja stainless dapat dipotong, dilas, dibentuk, dimesinkan,
dan dibuat dengan mudah.
d. Daya
Sifat-sifat kekerasan yang dibentuk profil logam dengan temperatur dari
kebanyakan baja-baja stainless dapat digunakan dalam merancang
mengurangi ketebalan bahan dan mengurangi berat dan beaya. Baja-baja
stainless mungkin diperlakukan panas untuk membuat komponen-
komponen daya yang sangat tinggi.
e. Pertimbangan Estetika
Baja-baja stainless tersedia pada kebanyakan lapisan-lapisan penutup
permukaan. Baja stainless ini diatur dengan mudah dan sederhana
menghasilkan kualitas yang tinggi, penampilannnya menyenangkan.
f. Sifat - Sifat Higienis
Kemampuan membersihkan dari baja-baja stainless menjadikan pilihan-
pilihan utama di rumah sakit- rumah sakit, dapur - dapur, fasilitas proses
farmasi dan makanan.
g. Karakteristik dalam Kehidupan
Baja stainless adalah sebuah bahan yang pemeliharaannya rendah dan
tahan lama dan sering merupakan pilihan paling sedikit mahal dalam
perbandingan biaya jalan kehidupan.
2.8. Kelemahan Menggunakan Stainless Steel
Setiap bahan memiliki kelemahan dan Stainless Steel tidak terkecuali.
Beberapa kelemahan utama yaitu :
1. Tinggi biaya awal, terutama ketika logam alternatif yang dipertimbangkan.
2. Kesulitan dalam pengelasan karena disipasi yang cepat panas yang juga
dapat menghasilkan potongan hancur atau biaya pemborosan tinggi.
18

2.9. Aplikasi Baja Stainless Steel


Aplikasi Baja Stainless Steel di bagi menjadi 3 yaitu :
1. Perlengkapan Stainless Steel untuk Industri Makanan
 Food service trolley (Trolley Makanan)
 Load transfer trolley (Trolley Barang)
 Luggage trolley (Trolley Barang)
 Mixer (Pengaduk)
 Bowl sink (Sink Bowl)
2. Perlengkapan Stainless Steel untuk Dapur dan Industri Hotel
 Towel Warmer (Pemanas Handuk )
 Plate warmer (Penghangat Piring )
 Kwali Range
 Blower Kwali Range
 Teppan Yaki
 Kompor Blower
 Tempat Sampah
3. Perlengkapan Stainless Steel Lainnya
 Work Table (Meja Kerja)
 Work table Knock Down (Meja Kerja Knock Down )
 Queve Stand (Tiang Antrian)
 Collect Trolley (untuk mengumpulkan piring )
 Multy Rack ( Bermacam-macam Rak )
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Baja adalah logam paduan, logam besi (Fe) sebagai unsur dasar dan
karbon (C) sebagai unsur paduan utamanya. Proses pemaduan yang dibuat mulai
ada sejak abad 14 yang diklasifikasikan sebagai besi tempa. Proses ini dilakukan
dengan pemanasan sejumlah besar bijih besi dan charcoal dalam tungku atau
furnance. Pembuatan baja modern menggunakan blast furnance yang juga
digunakan untuk memurniakan besi cair.

Beberapa sifat – sifat baja secara umum yaitu keteguhan (solidity),


elastisitas (elasticity), kekenyalan / keliatan (tenacity), kemungkinan ditempa
(maleability), kemungkinan dilas (weklability), kekerasan (hardness).
Pengklasifikasian baja menurut “Handbook of Comparative World Steel
Standards” adalah baja karbon (carbon steel), baja paduan (alloy steel), dan baja
tahan karat (stainless steel).

Berdasarkan struktur mikro, penggolongan stainless steel terbagi menjadi


stainless steel feritik, stainless steel martensitik, stainless steel austenitik, serta
dibandingkan dengan stainless steel duplex dan precipitation –hardening stainless
steel. Cara pembuatan baja yaitu bisa dengan proses menggunakan konventor,
proses open heart furnance (proses tanur baja terbuka), dan proses dapur listrik.

Kelebihan stainless steel yang paling umum yaitu daya tahan korosi, selain
itu daya tahan rendah dan tinggi, pertimbangan estetika, sifat – sifat higienis, dan
lain – lain. Walaupun begitu terdapat kelemahan dari stainless steel yaitu
tingginya biaya awal dan kesulitahan saat tahap pengelasan. Aplikasi baja
stainless steel dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari seperti
perlengkapan untuk industri makanan, perlengkapan untuk dapur dan industri
hotel, serta perlengkapan lainnya.

19
3.2 Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, kita dapat memperluas
pengetahuan tentang baja dan memanfaatkan baja dengan sebaik mungkin.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=r
ja&uact=8&ved=0ahUKEwii3syP8JzNAhVHP48KHVVwBGAQFggsMAI&url=
http%3A%2F%2Fetd.repository.ugm.ac.id%2Fdownloadfile%2F80835%2Fpoton
gan%2FS2-2014-326790-
chapter1.pdf&usg=AFQjCNGsfjS1N2bzXCdZg50Vjjemj041lA

http://fitrahchem.blogspot.co.id/2013/01/makalah-proses-industri-kimia-1.html

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/799/6.%20PENELITIA
N%20SIFAT%20FISIS%20DAN%20MEKANIS%20BAJA%20KARBON%20R
ENDAH%20AKIBAT%20PENGARUH%20PROSES%20PENGARBONAN%2
0%20masryukan.pdf?sequence=1

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Baja

http://diditnote.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-baja.html?m=1

21

Anda mungkin juga menyukai