Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENGELASAN PENGELASAN LISTRIK DAN OKSI-ASETILIN

Oleh
Nama : Alexander Agung M. (22073005)
Dosen Pengampu : Nuzul Hidayat, S. Pd, MT

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


JURUSAN TEKNIK OTOMOTIF
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah Pengelasan Las Listrik dan Las Oksi-Asistelin ini.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap pihak karena telah
banyak membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Makalah
Pengelasan Las Listrik dan Las Oksi-Asistelin ini disusun berdasarkan apa yang penulis
dapatkan dari pembelajaran Pengelasan Las Listrik dan Las Oksi-Asistelin. Makalah Las
listrik dan las oksi asetilin ini sendiri disertai dari berbagai referensi yang penulis dapatkan.
Dengan tersusunnya makalah ini, penulis berharap agar kiranya ini dapat digunakan sebagai
salah satu sumber penambah ilmu, wawasan, dan pengetahuan. Disamping itu penulis
mengharapkan bahwa makalah ini tidak hanya sebagai pelengkap tugas saja melainkan dapat
disebut sebagai hasil karya yang setidaknya, dipelihara dan digunakan sebagaimana mestinya.
Akhirnya penulis sadar bahwa makalah ini belumlah sempurna, oleh karena itu demi
kesempurnaan makalah yang akan dibuat berikutnya, penulis sangat mengharapkan saran
serta dukungan maupun kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca sehingga dengan
semua itu kesempurnaan makalah ini dapat tercapai.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................5
1.3 Tujuan.......................................................................................................................5
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pengelasan............................................................................................6
2.2. Jenis-jenis Pengelasan............................................................................................6
2.3. Las Listrik..............................................................................................................8
2.4. Las Oksi-Asetilin..................................................................................................17
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................26
3.2 Saran.......................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Baja merupakan bahan bangunan yang berupa campuran dari biji besi, mangan dan
karbon. Semakin tinggi nilai karbon pada baja maka baja akan semakin keras, namun mudah
patah. Akan tetapi semakin rendah nilai karbon maka baja akan mudah bengkok. Sebagai
bahan bangunan yang berhubungan dengan kekuatan struktur ataupun tidak, sangat banyak
diperlukan dalam pekerjaan yang dilakukan dalam bidang teknik sipil misalnya; kuda-kuda,
tulang beton, kerangka jembatan dan masih banyak lagi.
Baja diperlukan dalam bentuk yang beraneka ragam dan ukuran yang berbeda pula
sehingga sangatlah mustahil baja itu dibuat dalam keadaan pasif, tentulah kita harus membuat
sambungan-sambungan untuk mendapatkan bentuk yang kita inginkan.
Pada jaman dahulu orang menyambung suatu baja dengan menggunakan cara yang
sangat sederhana. Tetapi makin lama peradaban manusia makin berkembang, begitu juga
dalam bidang teknologi. Manusia berusaha menganalisa dan menggali serta memproduksi
bahan-bahan yang diperlukannya untuk suatu tujuan tertentu. Perkembangan teknologi
menuntut manusia untuk dapat melakukan penyambungan yang kuat dengan menggunakan
tenaga listrik. Untuk dapat menyambung baja tersebut menjadi satu dengan yang lainnya,
maka baja tersebut disambung dengan cara dilas.
Las adalah melelehkan dengan panas. Sedangkan mengelas adalah suatu cara
menyambung dua buah plat/logam atau lebih dengan melelehkan logam dengan
menggunakan panas, baik menggunakan bahan tambah atau tanpa bahan tambah sehingga
menyatu.Pengelasan pada umumnya memerlukan panas yang sangat tinggi temperaturnya
untuk mencairkan bagian-bagian bahan yang akan disambung atau dilapisi.

Panas untuk pengelasan dapat diperoleh antara lain dari :


a. Api yang dapat dihasilkan dari arang/pembakaran arang batu, seperti : pada proses las
tempe.
b. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda dengan permukaan benda kerja,
seperti las listrik.
c. Tahan listrik yang terjadi antara dua bagian yang akan disambung seperti pada proses
las titik, las tekan dan las roll.

4
d. Nyala api gas adalah panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dengan zat
asam, seperti pada proses asitelin.

1.2       Rumusan Masalah
Pada praktek bengkel sipil semester II ini, pekerjaan yang dilakukan meliputi :
1. Menggunakan las listrik.
2. Menggunakan las asetilen.

1.3        Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah :
1. Agar kita mengetahui prinsip-prinsip pekerjaan baja dengan baik.
2. Agar kita lebih terampil dalam melakukan teknik pengelasan.
 
 

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengelasan


Menurut DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah suatu ikatan metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari definisi
tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa
batang logam dengan menggunakan energi panas.
Las menurut Besar Bahasa Indonesia (1994), adalah penyambungan besi dengan
cara membakar. Sedangkan menurut maman suratman (2001:1) mengatakan tentang
pengertian mengelas yaitu salah satu cara menyambung dua bagian logam secara permanen
dengan menggunakan tenaga panas. Sedangkan Sriwidartho, Las adalah suatu cara untuk
menyambung benda padat dengan dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan. Dari
beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kerja las adalah menyambung dua
bagian logam atau lebih dengan menggunkan energi panas.
Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan
cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan
dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinyu. Lingkup
penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan,
rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya. Disamping untuk
pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi
nlubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las pada perkakas mempertebal bagian-bagian
yang sudah aus, dan macam –macam reparasi lainnya.
Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk
mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan cara pengelasan
harus betul-betul memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat lasdengan
kegunaan kontruksi serta kegunaan disekitarnya. Prosedur pengelasan kelihatannya sangat
sederhana, tetapi sebenarnya didalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana
pemecahannya memerlukan bermacam-macam penngetahuan. Karena itu didalam
pengelasan, penngetahuan harus turut serta mendampingi praktik, secara lebih terperinci
dapat dikatakan bahwa perancangan kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las,
harus direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan.

6
Cara ini pemeriksaan, bahan las, dan jenis las yang akan digunakan, berdasarkan fungsi dari
bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang.
Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan
setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Pada waktu ini
pengelasan dan pemotongan merupakan pengelasan pengerjaan yang amat penting dalam
teknologi produksi dengan bahan baku logam. Dari pertama perkembangannya sangat pesat
telah banyak teknologi baru yang ditemukan. Sehingga boleh dikatakan hamper tidak ada
logam yang dapat dipotong dan di las dengan cara-cara yang ada pada waktu ini.
Pada waktu ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan termasuk pengelasan
yang dilaksanakan dengan cara menekan dua logam yang disambung sehingga terjadi ikatan
antara atom-atom molekul dari logam yang disambungkan.
Aplikasi Pengelasan :
- Jembatan
- Bidang Perkapalan
- Rangka Baja
- Boiler
- Rel
- Tangki
- Pressure Vessel

2.2 Jenis-jenis Pengelasan


Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan
dalam bidang las, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam hal-hal tersebut.
Secara konvensional cara-cara pengklasifikasi tersebut vpada waktu ini dapat dibagi dua
golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang
digunakan.
Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan
lain-lainnya. Sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok-kelompok
seperti las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya.
Bila diadakan pengklasifikasian yang lebih terperinci lagi, maka kedua klasifikasi
tersebut diatas dibaur dan akan terbentuk kelompok-kelompok yang banyak sekali.

7
Di antara kedua cara klasifikasi tersebut diatas kelihatannya klasifikasi cara kerja
lebih banyak digunakan karena itu pengklasifikasian yang diterangkan dalam bab ini juga
berdasarkan cara kerja.
Berdasarkan klasifikasi ini pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu :
pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian.
1.  Pengelasan cair, adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair
dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas yang terbakar.
Contoh Aplikasi Pengelasan Cair :
- Las Busur
- Las Gas
- Las Listrik Terak
- Las Listrik Gas
- Las termit
2. Pengelasan tekan,  adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian
ditekan hingga menjadi satu.
Contoh :
- Las Tekan Gas
- Las Tempa
- Las Gesek
3. Pematrian,  adalah cara pengelasan diman sambungan diikat dan disatukan denngan
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini logam induk
tidak turut mencair.
Contoh :
- Pembrasingan
- Penyolderan

2.3 Las Listrik


2.3.1 Pengertian Las Listrik
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dimana logam menjadi satu
akibat panas dengan atau tanpa tekanan, atau dapat didefinisikan sebagai akibat dari
metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Sebelum atom-atom
tersebut membentuk ikatan, permukaan yang akan menjadi satu perlu bebas dari gas yang
terserap atau oksida-oksida.

8
2.3.2 Mesin Las Listrik
Mesin las merupakan sumber tenaga yang memberi jenis tenaga listrik yang
diperlukan serta tegangan yang cukup untuk terus melangsungkan suatu lengkung listrik las.
 Gardu induk Tegangan pada mesin las listrik biasanya :
1. 110 volt dan 220 volt
2. 380 volt antara jaringan dengan mesin las pada bengkel terdapat saklar pemutus.
Mesin las digerakkan dengan motor, cocok dipakai untuk pekerjaan lapangan atau
pada bengkel yang tidak mempunyai jaringan listrik. Busur nyala terjadi apabila
dibuat jarak tertentu antara elektroda dengan benda kerja dan kabel massa
dijepitkan ke benda kerja.

Gambar 2.1 Mesin Las Listrik

2.3.3 Perlengkapan Las Listrik


 Kabel Las
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dangan karetisolasi.
Yang disebut kabel las ada tiga macam, yaitu : 
 Kabel elektroda, kabel yang menghubungkan pesawat las dengan elektroda.
 Kabel massa, kabel yang menghubungkan pesawat las dengan benda kerja.
 Kabel tenaga, kabel yang menghubungkan sumber tenaga atau jaringan listrik dengan
pesawat las. Kabel ini biasanya terdapat pada pesawat las AC atau AC-DC.
 Pemegang elektroda
Ujung yang tidak berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda.
Pemegang elektroda terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus oleh bahan
penyekat. Pada waktu berhenti atau selesai mengelas, bagian pegangan yang tidak
berhubungan dengan kabel digantungkan pada gantungan dari bahan fiber atau kayu.

9
 Palu Las
Palu las digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur Ias dengan
jalan memukulkan atau menggoreskan pada daerah las. Berhati-hatilah membersihkan terak
Ias dengan palu Ias karena kemungkinan akan memercik ke mata atau ke bagian badan
lainnya.
 Sikat Kawat
Dipergunakan untuk :
 Membersihkan benda kerja yang akan dilas.
 Membersihkan terak Ias yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.
 Klem Massa
Klem massa adalah suatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja.
Biasanya klem massa dibuat dari bahan dengan penghantar listrik yang baik seperti Tembaga
agar arus listrik dapat mengalir dengan baik, klem massa ini dilengkapi dengan pegas yang
kuat, yang dapat menjepit benda kerja. Walaupun demikian, permukaan benda kerja yang
akan dijepit dengan klem massa harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran
seperti karat, cat, minyak.
 Tang Penjepit
Penjepit (tang) digunakan untuk memegang atau memindahkan benda kerja yang masih
panas.

2.3.4 Teknik Pengelasan


 Posisi di bawah tangan
Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah dilakukan. Oleh
sebab itu, untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan sedapat mungkin diusahakan
pada posisi dibawah tangan. Kemiringan elektroda 10° – 20° terhadap garis ertical
kearah jalan elektroda dan 70° – 80° terhadap benda kerja.
 Posisi tegak (vertical)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau ke
bawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena bahan cair yang
mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar
10° – 15° terhadap vertikal dan 70° – 85° terhadap benda kerja.

10
 Posisi datar (horizontal)
Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana kedudukan
benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas
elektroda dibuat miring sekitar 5° – 10° terhadap garis vertikal dan 70° – 80° kearah benda
kerja.

 Posisi di atas kepala (Overhead)


Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan
dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap.
Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan
elektroda sekitar 5° – 20° terhadap garis vertikal dan 75° – 85° terhadap benda kerja.

 Pengelasan posisi Fillet


Pengelasan fillet juga disebut sambungan T. Joint pada posisi cairan las-lasan
diberikan pada posisi menyudut. Pada sambungan ini terdapat diantara material pada posisi
mendatar dan posisi tegak. Posisi sambungan ini termasuk posisi sambungan yang relatif
mudah, namun hal yang perlu diperhatikan pada sambungan ini adalah kemiringan elektroda,
gerakan ayunan tergantung pada kondisi atau kebiasaan operator las.

2.3.5 Perlengkapan Keselamatan Kerja


 Helm Las
Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar
las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata. Helm las ini
dilengkapi dengan kaca khusus yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah
tersebut. Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu tidak boleh dilihat dangan mata langsung
sampai jarak 16 meter. Oleh karena itu pada saat mengelas harus mengunakan helm/kedok las
yang dapat menahan sinsar las dengan kaca las. Ukuran kaca Ias yang dipakai tergantung
pada pelaksanaan pengelasan. Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut: No. 6
dipakai untuk Ias titik. No. 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper. No. 6 untuk
pengelasan dari 30 sampai 75 amper. No. 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper.
No. 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper. No. 14 untuk pangelasan diatas 400

11
amper. Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun dalam
dilapisi dengan kaca putih.

 Sarung Tangan (Welding Gloves)


Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang
pemegang elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu dipakai sepasang sarung tangan.

 Apron
Apron adalan alat pelindung badan dari percikan bunga api yang dibuat dari kulit atau
dari asbes. Ada beberapa jenis/bagian apron :
- apron lengan
- apron lengkap
- apron dada

12
-

 Sepatu Las
Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api. Bila tidak ada sepatu
las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai.

13
Tabel 2.1 Ukuran kabel las (mm²)

Tabel 2.2 Ukuran kabel tenaga untuk 3 kabel konduktor

Tabel 2.3 Besar arus dalam ampere dan diameter (mm)

14
2.3.6 Memilih besarnya arus listrik
Besarnya arus listrik untuk pengelasan tergantung pada ukuran diameter dan macam
elektroda las.
Pada prakteknya dipilih empere pertengahan. Sabagai contoh; untuk elektroda. E
6010, ampere minimum dan maximum adalah 80 amp. sampai 120 amp. Sehingga dalam hal
ini ampere pertengahan 100 amp.

* Cara-cara Menyalakan Busur


Untuk memperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arur (ampere) yang tepat
sesuai dengan type dan ukuran elektroda, Menyalahkan busurd apat dilakukan dengan 2 (dua)
cara.
 Bila pesawat Ias yang dipakai pesewat Ias AC, menyalakan busur dilakukan dengan
menggoreskan elektroda pada benda kerja.
 Untuk menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda disentuhkan.
Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk melanjutkan
pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali ini dilakukan pada
tempat kurang lebih 26 mm dimuka las berhenti seperti pada gambar. Jika busur berhenti di
B, busur dinyalakan lagi di A dan kembali ke B untuk melanjutkan pengelasan. Bilamana
busur sudah terjadi, elektroda diangkat sedikit dari pekerjaan hingga jaraknya ± sama dengan
diameter elektroda. Untuk elektroda diameter 3,25 mm, jarak ujung elektroda dengan
permukaan bahan dasar ± 3,25 mm.

*Pengaruh panjang busur pada hasil las. Panjang busur (L) Yang normal adalah
kurang lebih sama dengan diameter (D) kawat inti elektroda.
1. Bila panjang busur tepat (L = D), maka cairan elektroda akan mengalir dan mengendap
dengan baik.
Hasilnya :
 rigi-rigi las yang halus dan baik.
 tembusan las yang baik.
 perpaduan dengan bahan dasar baik.
 percikan teraknya halus.
1. Bila busur terlalu panjang (L > D), maka timbul bagian-bagian yang berbentuk bola dari
cairan elektroda.

15
Hasilnya :
 rigi-rigi las kasar.
 tembusan las dangkal.
 percikan teraknya kasar dan keluar dari jalur las.
3. Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, bisa terjadi pembekuan ujung
elektroda pada pengelasan (lihat gambar 158 c).
Hasilnya :
 rigi las tidak merata.
 tembusan las tidak baik.
 percikan teraknya kasar dan berbentuk bola.

* Pengaruh Besar Arus.


Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las. Bila arus terlalu rendah akan
menyebabkan sukarnya penyalaan busur listrik dan busur listrik yang terjadi tidak stabil.
Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan dasar sehingga
hasilnya merupakan rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta penembusan yang kurang
dalam.
Sebaliknya bila arus terlalu besar maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan
menghasilkan permukaan las yang lebih lebar dan penembusan yang dalam.
Besar arus untuk pengelasan tergantung pada jenis kawat las yang dipakai, posisi
pengelasan serta tebal bahan dasar.

*Gerakan Elektroda.
Gerakan elektroda pada saat pengelesan ada tiga macam yaitu :
1. Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk mengatur
jarak busur listrik agar tetap.
2. Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang
dikehendaki.
Ayunan keatas menghasilkan alur las yang kecil, sedangkan ayunan kebawah
menghasilkan jalur las yang lebar. Penembusan las pada ayunan keatas lebih dangkal dari
pada ayunan kebawah. Ayunan segitiga dipakai pada jenis elektroda Hydrogen rendah untuk
mendapatkan penembusan las yang baik diantara dua celah pelat.

16
Beberapa bentuk-bentuk ayunan diperlihatkan pada gambar dibawah ini. Titik-titik
pada ujung ayunan menyatakan agar gerakan las berhenti sejenak pada tempat tersebut untuk
memberi kesempatan pada cairan las untuk mengisi celah sambungan.
Tembusan las yang dihasilkan dengan gerekan ayun tidak sebaik dengan gerakan
lurus elektroda. Waktu yang diperlukan untuk gerakan ayun lebih lama, sehingga dapat
menimbulkan pemuaian atau perubahan bentuk dari bahan dasar. Dengan alasan ini maka
penggunaan gerakan ayun harus memperhatikan tebal bahan dasar.
Kecepatan tangan menarik atau mendorong elektroda waktu mengelas harus stabil,
sehingga menghasilkan rigi-rigi las yang rata dan halus. Tidak dibolehkan rigi-rigi las yang
berbentuk gergaji. Jika elektroda digerakkan tarlalu lambat, akan dihasilkan jalur yang kuat
dan lebar. Hal ini dapat pula menimbulkan kerusakan sisi las, terutama bila bahan dasar tipis.
Bila elektroda digerakkan terlalu cepat, tembusan lasnya dangkal oleh karena kurang waktu
pemanasan bahan dasar dan kurang waktu untuk cairan elektroda monembus bahan dasar.
Bila kecepatan gerakan elektroda tepat, daerah perpaduan dengan bahan dasar dan tembusan
lasnya baik.

2.4 Las Oksi-Asetilin

2.4.1  Pegertian Las Asetilin


Las Asetilin (Las Karbit) adalah cara pengelasan dengan menggunakan nyala api yang
didapat dari pembakaran asetilin dan oksidasi (sat sam). Seperti halnya cara pengelasan lain,
las asetilin digunakan untuk menyambung dua bagian logam secara permanen. Dalam
penyambungan dua buah logam dapat dilakukan tanpa bahan pengisi atau dengan tambahan
bahan pengisi. Selain  digunakan untuk menyambung dan menyolder, las asetilin dipakai juga
untuk pemotongan logam. Untuk pengelasan digunakan pembakar dan untuk memotong
logam digunakan pembakar pemotong.

17
Gambar 2.4 Las Oksi-Asetilin

2.4.2 Nyala Api


 Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara kerucut
dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Di antara kerucut yang
menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang
panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilin. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel,
nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous.

 Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilin sekitar satu. Nyala
terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru
bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi
3300°C sampai 3500°C tercapai pada ujung nyala kerucut.

18
 Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala netral
maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini
akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang
bersifat oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu
namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya.

2.4.3 Teknik Pengelasan


 Posisi pengelasan di bawah tangan
Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah
tangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak
diantara 60° dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30° - 40° dengan
benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar
terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke
tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus. 
 Posisi pengelasan datar ( horizontal )
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah
mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander
sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70° dan
miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada
sudut 10° di atas garis mendatar.
 Posisi pengelasan tegak ( vertical )
Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau ke
bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan yang bersudut
45°-60° dan sudut brander sebesar 80°.

19
 Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisi
lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan dari bawahnya.
Pada pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10° dari garis vertikal sedangkan kawat
pengisi berada di belakangnya bersudut 45°-60°.

 Pengelasan arah ke kiri ( maju )


Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri
dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan sudut
melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara
pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.

 Pengelasan arah ke kanan ( mundur )


Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri.
Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.

2.4.4 Peralatan  Las Oksi-Asetilin


Adapun alat-alat utama las asetilin adalah sebagai berikut :  
 Botol gas asetilin dan botol oksigen.
Botol gas asetilin terbuat dari baja yang berisi gas asetilin yang telah dimanfaatkan
dengan volume 40 liter dan tekanan hingga 15 bar.
Botol oksigen juga terbuat dari baja yang berisi gas oksigen yang telah dimanfaatkan
dengan tekanan gas sampai 151 bar. Di atas botol oksigen dipasang sebuah keran yang
dilengkapi dengan sumbat pengaman. Bila tekanan gas dalam botol naik karena pengaruh
panas, maka sumbat akan pecah dan gas kelebihan akan keluar. Gas oksigen yang dapat
diisikan pada botol tersebut sebanyak 74,5 m3 dengan kadar gas oksigen murni 99,5 %.           
 Generator gas asitelin
Gas asetilin dapat dibuat secara sederhana dengan cara mencampur karbit di tambah
air dengan rumus kimia CaC2 + 2H2O → C2H2 +  Ca (OH) + kalor. Pencampuran ini
dilakukan dalam sebuah tabung yang disebut generator asetilin. Bagian-bagian utama dari
generator asetilin adalah ruang karbit dan dapur gas, ruang air, ruang gas asetilin, kunci air,
alat pembersih gas, alat pengaman bila kelebihan gas.

20
 Regulator
Regulator berfungsi untuk mengatur tekanan isi menjadi tekanan kerja yang tetap
besarnya. Pada regulator terdapat dua manometer yaitu manometer tekanan isi dan
manometer tekanan kerja. Yang dimaksud tekanan isi adalah tekanan gas yang berada dalam
botol. Sedangkan yang dimaksud tekanan kerja adalah tekanan yang dibutuhkan pada waktu
melakukan pekerjaan las. Ada dua jenis regulator antara lain :
a. Regulator satu tingkat
b. Regulator dua tingkat
 Pembakar (Torch)
Fungsi pembakar pada las asetilin adalah untuk mencampur oksigen dan gas   asetilin
yang jumlah isinya hampir sama. Pada pembakar dapat dipasang berbagai ukuran ujung
pembakar, untuk memperoleh nyala api yang sesuai dengan tebal benda kerja yang akan di
las atau dipotong. Pembakar berhubungan dengan dua selang yaitu selang untuk gas asetilin
dan selang untuk gas oksigen. Ruang pencampur dan keran pengisi berfungsi untuk mengatur
banyaknya oksigen dan asetilin yang digunakan. Dikenal dua jenis pembakar yaitu pembakar
tekanan rendah dan pembakar tekanan rata.
 Selang las
Selang berfungsi untuk menyalurkan gas dari botol gas atau regulator ke
pembakar. Selang ini harus tahan tekanan tinggi tetapi lemas atau tidak kaku. Selang gas
biasanya berwarna hitam atau hijau. Pada ujung-ujung selang terdapat pula mur pengatur
dengan ulir kiri. Fungsi mur pengatur pada kedua selang tersebut adalah untuk mengikat
regulator dan mengikat pembakar.
Untuk menjaga kekeliruan saat pengikatan dengan regulator dan pembakar maka baut
dan mur pengikat dibedakan satu sama lain, begitu juga bentuk nipelnya dibuat berbeda.

2.4.5 Peralatan Bantu dan Bahan Las Asetilin


       Beberapa alat bantu dan bahan tambahan dalam las asetilin adalah sebagai berikut :
 Pematik api

21
Pematik api digunakan untuk menyalakan gas, karena tangan kita posisinya terlalu
dekat dengan ujung pembakar sehingga sangat mudah terjilat api. Untuk itu menyalakan gas
ini biasanya digunakan korek api las.

 Kacamata Las
Kacamata las sangat penting digunakan pada saat mengelas, unuk melindungi mata
dari sinar ultra violet, logam cair dan percikan api.

 Pakaian Kerja
Pakaian kerja harus dapat melindungi badan kita dari percikan logam cair atau bunga
api.

 Alat pengerjaan Kampuh las


Untuk pengerjaan kampuh las diperlukan alat-alat seperti : palu, kikir, gergaji tangan dan lain-
lain.

 Kawat Las
Kawat las digunakan untuk bahan pengisi untuk menambah kekuatan las. Jenis bahan
kawat yang dipakai harus sesuai dengan logam yang akan dilas.

 Fluks
Fluks adalah bahan kimia berbentuk serbuk atom pasta dan ada juga yang dibalutkan
pada kawat las. Fluks sangat diperlukan untuk mengelas bahan-bahan seperti paduan perak,
paduan tembaga, baja tahan karat dan bahan non fero lainnya.

2.4.6 Proses Pengelasan Oksi - Asetilin


*Menentukan Tekanan Gas
Pengaturan tekanan yang disetel, tekanan gas yang dianjurkan :

22
-         Oksigen bertekanan 2,5 bar (kg/cm2), untuk semua pipa pembakaran
-        Asetilin bertekanan 0,5 bar (kg/cm2), disesuaikan dengan besar kecilnya pipa
pembakaran. Untuk asetilin tekanan maksimum 1,5 bar (kg/cm2).

*Menyalakan Api Las Gas


1.      Pilih pipa pembakaran yang sesuai dengan proses pengelasan,
2.      Pasang pipa pembakarnya harus erat, Jangan bocor !,
3.      Arahkan pipa pembakaran ke tempat yang aman,
4.      Buka kran asetilin kira – kira seperempat putaran secukupnya,
5.      Nyalakan dengan api pada mulut pembakaran,
6.      Buka kran oksigen kira – kira setengah putaran secukupnya,
7.      Atur komposisi dan volume api las yang dikehendaki,
8.      Api las siap digunakan.

*Mengatur dan Menentukan Nyala Api Las Gas


Pada nyala api las gas oksi-asetilin bisa diperoleh 3 jenis, yaitu :
Nyala
No Api Penjelasan
1. Nyala Api Netral Nyala Api Netral merupakan hasil
pembakaran gas Oksigen dan Asetilin
dengan perbandingan komposisi -+ 1:1
Nyala Api Netral dipakai untuk :
          Pengelasan biasa
2. Nyala Api Karburasi Nyala Api Karburasi merupakan Nyala
api dimana perbandingan gas asetilin
lebih banyak dari gas oksigen.
Nyala Api Karburasi dipakai untuk :
          Memanaskan,
          Solder Lunak,
          Pengelasan logam monel.
3. Nyala Api Oksidasi Nyala Api Oksidasi merupakan Nyala api
dimana perbandingan gas oksigen lebih
banyak dari gas asetilin.

23
Nyala Api Oksidasi dipakai untuk :
          Pengelasan kuningan dan perunggu.
Nyala hasil pembakaran dalam las oksi-asetilen dapat berubah bergantung pada
perbandingan antara gas oksigen dan gas asetilennya.

*Macam – macam Sambungan


Ada beberapa sambungan benda kerja pada las gas, yaitu :
1.      Sambungan Tumpul
Adalah penyambungan dua buah logam  atau lebih sejajar pada kedua benda kerja
dalam posisi horizontal pada bidang datar.
2.       Sambungan Tumpang
Adalah penyambungan dua buah logam  atau lebih dalam posisi horizontal pada
keadaan tumpang tindih antara kedua benda kerja.
3.      Sambungan T
Adalah penyambungan dua buah logam  atau lebih secara horizontal dan vertikal
sehingga membentuk huruf T.
4.      Sambungan Sudut Luar
Adalah penyambungan dua buah logam  atau lebih dengan membentuk sudut dimana
sambungan terjadi di luar sudut tersebut.

*Memadamkan Api Las Gas


Cara untuk memadamkan Api Las Gas adalah :
1.      Tutup kran Asetilin, aliran gas asetilin terputus, maka api las padam,
2.      Tutup kran Oksigen, aliran gas oksigen terputus,
3.      Penutupan kran jangan dipaksakan.

*Penutupan Kerja Las Gas


Beberapa cara menutup Kerja Las Gas antara lain :
1.      Padamkan api las,
24
2.      Tutup kran-kran tabung gas,
3.      Buanglah sisa-sisa gas melalui pipa pembakar,
4.      Sekrup pengukuran dan pengatur  tekanan gas dikendorkan,
5.      Letakkan atau gantung pipa pembakar pada tempat yang aman,
6.      Gulung selang saluran gasnya.

2.4.7 Keuntungan Las Gas Oksi-Asetilin 
Terdapat beberapa keuntungan Las Gas Oksi-Asetilin antara lain :
1.  Peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit,
2. Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik pengelasanyang
tinggi sehingga mudah untuk dipelajari,
3. Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau dibengkel-bengkel
karena peralatannya kecil dan sederhana,
4. Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas danalat ini
dapat digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan.

BAB III
PENUTUP

25
3.1 Simpulan
Dari hasil praktikum yang talah dilaksanakan dapat saya simpulkan bahwa :
1. Untuk dapat mengelas dengan hasil lasan yang baik, perlu latihan dalam  jangka
waktu yang tidak singkat
2. Dalam mengelas kecepatan menggeser elektroda sangat menentukan hasil lasan. Jika
terlalu cepat, tembusan lasnya dangkal oleh karena kurang waktu pemanasan bahan
dasar dan kurang waktu untuk cairan elektroda menembus bahan dasar. Bila terlalu
lambat akan menghasilkan alur lasan yang lebar, kasar dan kuat, hal ini dapat
menimbulkan kerusakan sisi las (pada logam induknya).
3. Oleh karena itu kecepatan elektroda harus tepat dan stabil.Bila elektroda baru
dipasang (masih panjang) maka ada kemungkinan ujung elektroda tidak stabil saat
digunakan untuk mengelas. Seperti tangan kita gemetar. Tetapi jika elektroda sudah
setengah dalam mengelas ini relatif cukup stabil.
4. Jarak ujung elektroda ke benda kerja juga sangat mempengaruhi hasil lasan. Jika
terlalu dekat elektroda bisa nempel pada benda kerja dan jika terlalu jauh lelehan
elektroda tidak akan menumpuk dan jika sangat jauh elektroda akan mati.

3.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan kepada pembaca laporan ini sebagai berikut
:
 Dalam pembuatan laporan diperlukan kerja keras dalam mencari berbagai referensi
agar laporan yang dibuat lebih baik.
 Pelajari laporan yang telah dibuat, agar dapat menambah wawasan lagi.
 Pastikan menggunakan perlengkapan keselamatan, tidak becanda, dan selalu berfokus
pada kegiatan yang dilakukan.
 Jangan pernah harapkan orang lain yang akan membantu dan menjaga keselamatan
anda.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Las

26
https://www.pengelasan.com/2014/06/pengertian-pengelasan-adalah.html?m=1
https://alvianto94.blogspot.co.id/2012/02/pengertian-las.html?m=1
https://teknikmes.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-las-listrik.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Las_listrik
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Las_karbit

27

Anda mungkin juga menyukai