Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH LAS LISTRIK & LAS GAS

Di susun oleh:

Kelompok 2 :

 TEGUH PRAYITNO (19420005)


 LUCKY APRIYANTO (19420001)
 VINSENSIUS EFRIDUS EGHO (19420006)
 RIKO PARDOMUAN RAJA GUKGUK (19420007)

FAKULTAS TEKNIK MESIN D3


INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah las listrik dan las gas ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih kepada segenap pihak karena telah banyak membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan
sebagaimana mestinya. Makalah las listrik dan las gas ini disusun berdasarkan apa yang penulis
dapatkan dari pembelajaran las listrik dan las gas serta dari berbagai referensi yang penulis dapatkan.
Dengan tersusunnya makalah ini, penulis berharap agar kiranya ini dapat digunakan sebagai salah satu
sumber penambah ilmu, wawasan, dan pengetahuan. Disamping itu penulis mengharapkan bahwa
makalah ini tidak hanya sebagai pelengkap tugas saja melainkan dapat disebut sebagai hasil karya yang
setidaknya, dipelihara dan digunakan sebagaimana mestinya. Akhirnya penulis sadar bahwa makalah ini
belumlah sempurna, oleh karena itu demi kesempurnaan makalah yang akan dibuat berikutnya, penulis
sangat mengharapkan saran serta dukungan maupun kritik yang sifatnya membangun dari para
pembaca sehingga dengan semua itu kesempurnaan makalah ini dapat tercapai.

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan semakin berkembangnya teknologi industry saat ini, tidak bisa mengesampingkan pentingnya
penggunaan logam sebagai komponen utama produksi suatu barang, mulai dari kebutuhan yang paling
sederhana seperti alat-alat rumah tangga hingga konstruksi bangunan dan konstruksi permesinan. Hal
ini menyebabkan pemakaian bahan-bahan logam seperti besi cor, baja, aluminium dan lainnya menjadi
semakin meningkat. Sehingga dapat dikatakan tanpa pemanfaatan logam, kemajuan peradaban
manuasia tidak mungkin terjadi. Dengan kemampuan akalnya, manusia mampu memanfaatkan logam
sebagai alat bantu kehidupannya yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin, bangunan dan
lainnya dapat tercipta dengan adanya logam. Logam tersebut menimbulkan kebutuhan akan teknologi
perakitan atau penyambungan. Salah satu teknologi penyambungan tersebut adalah dengan
pengelasan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini merupakan tugas utama dalam mengisi nilai akademik
pelajaran teknologi manufaktur yakni las listrik dan las gas. Selain itu, sesuai sasaran yang dikemukakan
diatas, sebagian besar tujuan dibuatnya makalah ini ialah membagi pengetahuan serta membantu
rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi Akademi Teknik Soroako yang kurang memahami mengenai las listrik
dan las gas, dimana diharapkan dengan itu mahasiswa dapat menguasai teori pengelasan sehingga
nantinya dapat diaplikasikan dalam proses praktik di bengkel.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Las

Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN),

las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam
keadaan lumer atau cair. Definisi ini juga dapat diartikan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan
setempat dari beberapa logam dengan menggunakan energi panas (Wiryosumarto, 2000).

Pengelasan adalah suatu aktifitas menyambung dua bagian benda atau lebih dengan cara memanaskan
atau menekan atau gabungan dari keduanya sedemikian rupa sehingga menyatu seperti benda utuh.
Penyambungan bisa dengan atau tanpa bahan tambah (filler metal) yang sama atau berbeda titik cair
maupun strukturnya .

Beberapa metode atau cara pengelasan telah ditemukan untuk membuat proses pengelasan dengan
hasil sambungan yang kuat dan efisien. Pengelasan juga memberikan keuntungan baik itu dalam aspek
komersil maupun teknologi.

Adapun keuntungan dari pengelasan adalah sebagai berikut :

1. Pengelasan memberikan sambungan yang permanen. Kedua bagian yang disambung menjadi satu
kesatuan setelah dilas.

2. Sambungan las dapat lebih kuat daripada material induknya jika logam pengisi (filler metal) yang
digunakan memiliki sifat-sifat kekuatan yang tinggi daripada material induknya, dan teknik pengelasan
yang digunakan harus tepat.
K3 DALAM PENGELASAN

Setiap kegiatan kerja memang selalu memiliki risiko sesuai dengan kegiatan itu sendiri. Apalagi saat
Anda sedang melakukan pekerjaan las. Seperti yang Anda ketahui las ini termasuk aktifitas kerja yang
beresiko tinggi atau bahaya karena pengelasan berlangsung maka bahaya seperti asap, panas, cahaya
las, dan bahaya dari aliran listrik.Oleh karena itu jika Anda memakai alat keselamatan las pelindung diri
agar Anda terhindar dari mara bahaya saat bekerja. Alat keselamatan apa saja itu? Baik itu untuk
pengelasan listrik atau las gas seperti OAW siapakah Anda menggunakan APD las sesuai standart dan
lengkap.

Pakaian kerja Las atau APRON

Apron digunakan di dada, hal tersebut guna untuk melindungi tubuh / badan Anda dari panas dan
percikan las. Celemek yang cocok untuk pengelasan bisanya berbahan dari kulit, hal itu karena
mengingat temperatur percikan saat melakukan kegiatan las itu sendiri.

Sarung Tangan Las atau Sarung Tangan Las

Sarung tangan memang digunakan untuk melindungi kulit dan kedua tangan Anda dari percikan las atau
spater sampai panas yang dihasilkam dari proses pengelasan.

Helm Las atau Topeng Las

Helm atau welding helm ini memiliki fungsi untuk melindungi bagian wajah dari panas dan percikan las
dan sinar las ke bagian mata. Topeng ini berbahan plast PP (polypropylene) yang tahan panas, selain itu
dilenkapi dengan lensa atau kaca.

Kaca Helm Las

Kaca helm ini berfungsi melindungi mata dari cahaya las dan sinar ultraviolet saat mengelas kaca ada
beberapa jenis kaca bening dan kaca hitam. Kaca las mempunyai pengkodean nomor, yaitu nomor 6, 7,
8, 10, 11, 12 dan 14. Semakin besar ukurannya maka densitas atau kegelapan kaca tersebut juga
semakin tinggi. Jadi Anda dapat menyesuaikan yang cocok dengan kondisi mata Anda. Selain itu juga
ukuran ampere yang digunakan, karena ampere yang besar akan menimbulkan cahaya yang lebih
terang.

Sepatu las / Safety Shoes

Sepatu sebagai alas yang rata ”terbuat dari bahan kulit dan bagian depan sepatu terdapat sebuah plat
baja yang melindungi kaki dari kejauhan benda yang berat dan tajam. Selain itu karena bersifat isolator,
sepatu yang cocok untuk las juga harus Anti Static agar dapat melindungi kaku dari sengatan listrik.
Masker Las

Masker berfungsi sebagai alat perlindung pernafasan dari bahaya asap las, karena asap las berbeda
dengan asap biasa. Asap las ini merupakan sistem pembakaran dari bahan kimia untuk perlindungan
lasan dan juga pembakaran atau pelelehan dari bahan lasan. Oleh karena itu secepatnya hampir seperti
serbuk bersih dan sangat berbahaya alat pernafasan kita.

BAB II. PEMBAHASAN

1. LAS LISTRIK

Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur
listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik
tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada
ujungnya dan merambat terus sampai habis.

Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah
dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.

Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan yang aman
(kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi
sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan
keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.

Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara
benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan
pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda
kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Energi
listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C.

Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal.
Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya
digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan lapisan fluks
yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-oksida yang
tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam
berbagai pengelasan komersil
A. Pembentukan busur listrik proses penyulutan

1. Pembentukan Busur Listrik

Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda) dan mengalir dengan
kecepatan tinggi ke kutub positif (anoda).

Dari kutub positif mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui proses ini ruang udara
diantara anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat untuk menghantar arus listrik
(diionisasikan) dan dimungkinkan pembentukan busur listrik. Sebagai arah arus berlaku arah gerakan
ion-ion positif. Jika elektroda misalnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah, maka
arah arusnya dari benda kerja ke elektroda. Setelah arus elektroda didekatkan pada lokasi jalur
sambungan disentuhkan dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).

 kawat intiØ
 selubung elektrodaØ
 busur listrikØ
 pemindahan logamØ
 gas pelindungØ
 terakØ
 kampuh lasØ

Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang akan dilas,berlangsung
hubungan singkat didalam rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik yang kekuatannya tinggi
mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda itu dari benda kerja menembus celah udara,
membentuk busur cahaya diantara elektroda dengan benda kerja, dan dengan demikian tetap
mengalir.Suhu busur cahaya yang demikian tinggi akan segera melelehkan ujung elektroda dan lokasi
pengelasan.

Didalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh celah sambungan las dan
membentuk kepompong las. Proses pengelasan itu sendiri terdiri atas hubungan singkat yang terjadi
sangat cepat akibat pelelehan elektroda yang terus menerus menetes.

2. Proses penyulutan

Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan sebentar dan
diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).

3. MenyalaKan busur listrik


Penyalaan busur listrik dapat di lakukan dengan menghubungkan singkat ujung elektroda dengan logam
induk (yang akan dilas) dan segera memisahkan lagi pada jarak yang pendek, hal tersebut dapat
dilakukan dengan 2 cara seperti pada gambar di bawah ini :

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan :

Ø Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke logam induk besarnya sama dengan
diameter dari penampang elektroda dan geser posisinya ke sisi logam induk.

Perbesar jarak tersebut(perpanjang nyala busur) menjadi dua kalinya untuk memanaskan logam
induk.Ø

Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda dibuat sama dengan garis tengah
penampang tadi.Ø

4. Memadamkan busur listrik

Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu penyambungan maniklas. Untuk
mendapatkan sambungan maniklas yang baik sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk sebaiknya
panjang busur dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian elektroda dijauhkan dengan arah agak miring.

Pemadaman busur sebaiknya tidak dilakukan ditengah-tengah kawah las tetapi agak berputar sedikit
Gerakan Elektroda.

Macam-macam gerakan elektroda :

1. Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak busur
listrik agar tetap.

2. Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki.

Ayunan keatas menghasilkan alur las yang kecil, sedangkan ayunan kebawah menghasilkan jalur las yang
lebar. Penembusan las pada ayunan keatas lebih dangkal daripada ayunan kebawah.Ayunan segitiga
dipakai pada jenis elektroda Hydrogen rendah untuk mendapatkan penembusan las yang baik diantara
dua celah pelat. Titik-titik pada ujung ayunan menyatakan agar gerakan las berhenti sejenak pada
tempat tersebut untuk memberi kesempatan pada cairan las untuk mengisi celah sambungan.Tembusan
las yang dihasilkan dengan gerekan ayun tidak sebaik dengan gerakan lurus elektroda. Waktu yang
diperlukan untuk gerakan ayun lebih lama, sehingga dapat menimbulkan pemuaian atau perubahan
bentuk dari bahan dasar. Dengan alasan ini maka penggunaan gerakan ayun harus memperhatikan tebal
bahan dasar
2. LAS KARBIT/ LAS ASETILIN

Pengelasan dengan oksi – asetilin adalah proses pengelasan secara manual dengan pemanasan
permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai mencair oleh nyala gasasetilin melalui
pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau tanpa logam pengisi. Proses penyambungan dapat
dilakukan dengan tekanan (ditekan), sangat tinggi sehingga dapat mencairkan logam.

alat-alat Peralatan

Peralatan las asetilen berupa generator acetylen yaitu alat yang digunakan untuk memproduksi
acetylene melalui proses reaksi kalsium karbida dengan air. Proses reaksi kimia ini sangat sederhana,
yaitu dengan mempertemukan kalsium karbida (batu karbit/C2H2) dengan air secara proporsional yang
selanjutnya diikuti terjadinya reaksi sehingga menghasilkan gas asetilen.

Generator acetylene dibedakan berdasarkan kapasitas, pelayanan, cara kerja dan tekanan.

1.berdasar kapasitas dapat digolongkan dalam beberapa tingkat, seperti 0,8; 1,25; 2; 3,2; 5; 10; 20;40
dan 80m3/jam

2. berdasar pelayanan dibedakan atas:

 generator portable (dapat dipindah-pindah) biasanya berukuran kecil dan berkapasitas antara
30 sd 60 Cu.ft/jam (1 Cu.ft = 0,028 m3)
 generator stasioner (tetap) yaitu generator untuk industri-industri besar dan penempatannya
tetap tidak dipindah-pindah.

3. Berdasarkan proses kerjanya / cara kerja

Yang dimaksud cara kerja di sini adalah sistem pembentukan asetilen di dalam generator. Berdasarkan
cara kerja generator ini dibedakan atas dua jenis, yaitu :

 pesawat pencampur yang menggunakan

- sistem tetes (air ke karbit)

- sistem lempar (karbit ke air)

 pesawat kontak, di mana karbit dan air dibuat bereaksi pada waktu tertentu. Sistem ini dikenal
dengan sistem celup atau sistem desak.
Penggunaan generator ini dapat digantikan oleh tabung gas acetylen yang diproduksi oleh perusahaan.

Pembakar las (brander)

Pembakar las adalah alat yang berfungsi sebarai:

§ pencampur gas acetylene dan gas oksigen

§ pengatur pengeluaran gas

§ pembangkit nyala api

Penggunaan brander dipilih berdasarkan pertimbangan ketebalan bahan.

Bahan tambah

Bahan tambah/bahan pengisi adalah suatu batang logam yang digunakan sebagai bahan pengisi. Ukuran
kawat ini di pasaran biasanya dijual dengan panjang 900mm berdiameter 1.6; 2.5; 3.2; 4.0; 5.0; 6.0; 8.0;
10.0mm. penggunaanya kawat las ini harus disesuaikan dengan jenis bahan yang akan dilas, kecuali
untuk membrazing. Bahan kawat tambah yang tersedia seperti baja lunak, besi tuang, stainless steel,
tembaga, paduan tembaga, alumunium dan paduan alumunium.

Flux

Flux adalah bahan kimia yang digunakan pengelasan logam yang bukan baja lunak, seperti alumunium,
tembaga, besi tuang, stainless steel.

Flux berfungsi untuk melindungi cairan logam dari oksidasi udara luar dan menghilangkan bahan-bahan
bukan logam. Flux tersedia dalam bentuk cair, pasta dan serbuk. Cara pemakaiannya adalah dengan
mengoleskannya ke bahan dasar atau pada kawat tambahnya dengan cara dipanasi terlebih dahulu
kemudian dicelupkan pada flux serbuk.

Jenis flux yang digunakan dalam pengelasan seperti : borax (NaB4O7), sodium karbonat (Na2CO3),
sodium bikarbonat (NaHCO3), sodium silikat, polassium borat, karbonat, khlorida, sulphat, dan borik
acid (H2BO3). Penggunaan flux ini dapat diketahui dari keterangan yang mengikutinya yang ditetapkan
oleh pembuat (pabrik)

Pengelasan Dengan Gas Oksi-asetilin

Las karbit atau las asetilen adalah salah satu perkakas perbengkelan yang sering ditemui.
Pengoperasiannya yang cukup mudah membuatnya sering digunakan untuk menghubungkan dua logam
atau welding.Secara umum, perkakas las asetilen adalah alat penyambung logam melalui proses
pelelehan logam dengan menggunakan energi panas hasil pembakaran campuran gas asetilin dangas
oksigen.Perangkat perbengkelan las karbit digunakan untuk memotong dan menyambung benda kerja
yang terbuat dari logam (plat besi, pipa dan poros)
Pengelasan dengan gas dilakukan dengan membakar bahan bakar gas yang dicampur dengan oksigen
(O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu tinggi (3000o) yang mampu mencairkan logam induk
dan logam pengisinya. Jenis bahan bakar gas yang digunakan asetilen, propan atau hidrogen, sehingga
cara pengelasan ini dinamakan las oksi-asetilen atau dikenal dengan nama las karbit.

Nyala asetilen diperoleh dari nyala gas campuran oksigen dan asetilen yang digunakan untuk
memanaskan logam sampai mencapai titik cair logam induk. Pengelasan dapat dilakukan dengan atau
tanpa logam pengisi.

Oksigen diperoleh dari proses elektrolisa atau proses pencairan udara. Oksigen komersil umumnya
berasal dari proses pencairan udara dimana oksigen dipisahkan dari nitrogen. Oksigen ini disimpan
dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas asetilen (C2H2) dihasilkan dari reaksi kalsium karbida
dengan air. Gelembung-gelembung gas naik dan endapan yang terjadi adalah kapur tohor. Reaksi yang
terjadi dalam tabung asetilen adalah :

CaC2 + 2H2O ® Ca(OH)2 + C2H2 kalsium karbida air tohor Kapur gas asetilen

Bila dihitung ternyata 1 kg CaC2 menghasilkan kurang lebih 300 liter asetilen. Sifat dari asetilen (C2H2)
yang merupakan gas bahan bakar adalah tidak berwarna, tidak beracun, berbau, lebih ringan dari udara,
cenderung untuk memisahkan diri bila terjadi kenaikan tekanan dan suhu (di atas 1,5 bar dan 350° C),
dapat larut dalam massa berpori (aseton).

Karbida kalsium keras, mirip batu, berwarna kelabu dan terbentuk sebagai hasil reaksi antara kalsium
dan batu bara dalam dapur listrik. Hasil reaksi ini kemudian digerus, dipilih dan disimpan dalam drum
baja yang tertutup rapat. Gas asetilen dapat diperoleh dari generator asetilen yang menghasilkan gas
asetilen dengan mencampurkan karbid dengan air atau kini dapat dibeli dalam tabung-tabung gas siap
pakai. Agar aman tekanan gas asetilen dalam tabung tidak boleh melebihi 100 Kpa, dan disimpan
tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan pengisi berpori yang jenuh dengan
aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen. Tabung jenis ini mampu menampung gas asetilen
bertekanan sampai 1,7 MPa.

Prisip dari pengelasan ini tidak terlalu rumit. Hanya dengan mengatur besarnya gas asetilen dan oksigen,
kemudian ujungnya didekatkan dengan nyala api maka akan timbul nyala api. Tetapi besarnya gas
asetilen dan oksigen harus diatur sedemikian rupa dengan memutar pengatur tekanan sedikit demi
sedikit. Apabila gas asetilen saja yang dihidupkan maka nyala apinya berupa nyala biasa dengan
mengeluarkan jelaga. Apabila gas asetilennya terlalu sedikit yang diputar, maka las tidak akan menyala.

Kecepatan penarikan kembali gas per jam dari sebuah silinder asetilen tidak boleh lebih besar dari 20%
(seperlima) dari isinya, agar gas aseton bisa dialirkan (silinder asetilen haruslah selalu tegak lurus).
Nyala hasil pembakaran dalam las oksi-asetilen dapat berubah bergantung pada perbandingan antara
gas oksigen dan gas asetilennya. Ada tiga macam nyala api dalam las oksi-asetilen yaitu;

a. Nyala asetilen lebih (nyala karburasi)

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara kerucut dalam dan kerucut
luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar
akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya ditentukan oleh jumlah
kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak
digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam bahan
pengerasan permukaan non-ferous.

b. Nyala oksigen lebih (nyala oksidasi)

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala netral maka nyala api
menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan
terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi ini harus
digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan untuk
pengelasan lainnya.

c. Nyala netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala terdiri atas kerucut
dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening. Oksigen yang
diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada
ujung nyala kerucut.

Karena sifatnya yang dapat merubah komposisi logam cair maka nyala asetilen berlebih dan nyala
oksigen berlebih tidak dapat digunakan untuk mengelas baja.Suhu Pada ujung kerucut dalam kira-kira
3000° C dan di tengah kerucut luar kira-kira 2500° C.

Pada posisi pengelasan dengan oksi asetilen arah gerak pengelasan dan posisi kemiringan pembakar
dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas las. Dalam teknik pengelasan dikenal beberapa cara yaitu :

a. Pengelasan di bawah tangan

Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan dan benda kerja
terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara 60° dan kawat pengisi
(filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30° - 40° dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar
ke sudut sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada
sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus.

b. Pengelasan mendatar (horisontal)

Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah mendatar
sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya sekecil mungkin.
Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70° dan miring kira-kira 10° di bawah garis
mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis mendatar.

c. Pengelasan tegak (vertikal)

Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau ke bawah. Kawat
pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan yang bersudut 45°-60° dan sudut brander
sebesar 80°.

d. Pengelasan di atas kepala (over head)

Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisi lainnya dimana benda
kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut
brander dimiringkan 10° dari garis vertikal sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut
45°-60°.

e. Pengelasan dengan arah ke kiri (maju)

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan membentuk
sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap
arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan
posisi yang sulit saat mengelas.

f. Pengelasan dengan arah ke kanan (mundur)

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara
ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.

Keuntungan dan kegunaan pengelasan oksi-asetilen sangat banyak, antara lain :

· Peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit.

· Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik pengelasan yang tinggi sehingga
mudah untuk dipelajari.

· Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau di bengkel-bengkel karena
peralatannya kecil dan sederhana.

· Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas dan alat ini dapat
digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan.

Nyala Oksi-asetilen
Dalam proses ini digunakan campuran gas oksigen dengan gas asetilen. Suhu nyalanya bisa mencapai
3500 derajat Celcius.

Pengelasan bisa dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi.Gas asetilen (C2H2) dihasilkan oleh reaksi
kalsium karbida dengan air dengan reaksi sebagai berikut :C2H2+2 H2O Ca(OH)2+C2H2

Agar aman dipakai gas asetilen dalam tabung tekanannya tidak boleh melebihi 100 kPa dandisimpan
tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan pengisi berpori yang jenuh dengan
aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen. Tabung asetilen mapu menahantekanan sampai 1,7 MPa.
Skema nyala las dan sambungan gasnya bisa dilihat pada gambar :

Pada nyala gas oksiasetilen bisa diperoleh 3 jenis nyala yaitu nyala netral, reduksidan oksidasi. Nyala
netral diperlihatkan pada gambar dibawah ini :

Pada nyala netral kerucut nyala bagian dalam pada ujung nyala memerlukan perbandingan oksigen dan
asetilen kira-kira 1 : 1 dengan reaksi serti yang bisa dilihat pada gambar. Selubung luar berwarna kebiru-
biruan adalah reaksi gas CO atau H2 dengan oksigen yang diambil dari udara.

Pengelasan Oksihidrogen

Nyala pengelasan oksihidrogen mencapai 2000°C lebih rendah dari oksigen-asetilin. Pengelasan ini
digunakan pada pengelasan lembaran tipis dan paduan bengan titik cair yang rendah.

Pengelasan Udara-Asetilen

Nyala dalam pengelasan ini mirip dengan pembakar Bunsen. Untuk nyala dibutuhkan udara yang dihisap
sesuai dengan kebutuhan. Suhu pengelasan lebih rendah dari yang lainnya maka kegunaannya sangat
terbatas yaitu hanya untuk patri timah dan patri suhu rendah

Pengelasan Gas Bertekanan

Sambungan yang akan dilas dipanaskan dengan nyala gas menggunakan oksiasetilen hingga 1200C
kemudian ditekankan. Ada dua cara penyambungan yaitu sambungan tertutup dan sambungan
terbuka.Pada sambungan tertutup, kedua permukaan yang akan disambung ditekan satu sama lainnya
selama proses pemanasan. Nyala menggunakan nyala ganda dengan pendinginan air. Selama proses
pemanasan, nyala tersebut diayun untuk mencegah panas berlebihan pada sambungan yang dilas.
Ketika suhu yang tepat sudah diperoleh, benda diberi tekanan. Untuk baja karbon tekanan permulaan
kurang dari 10MPa dan tekanan up setantara 28MPa

Pemotongan Nyala Oksiasetilen

Pemotongan dengan nyala juga merupakan suatu proses produksi. Nyala untuk pemotongan berbeda
dengan nyala untuk pengelasan dimana disekitar lobang utama yang dialiri oksigen terdapat lubang kecil
untuk pemanasan mula. Fungsi nyala pemanas mula adalah untuk pemanasan baja sebelum dipotong.
Karena bahan yang akan dipotong menjadi panas sehingga baja akan menjadi terbakar dan mencair
ketika dialiri oksigen

Anda mungkin juga menyukai