Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

(teknologi pengelasan)

NAMA MAHASISWA : WAHYU FIRMANSYAH

NIM : 5191121009

KELAS : PTM A

DOSEN PENGAMPU : Dr. R. Mursid, S.T., M.Pd.

Sapitri Januariyansah, S.Pd., M.Pd.

FAKULTAS TEKNIK

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan penulisan

C. Manfaat penulisan

BAB II. ISI

A. Kajian teori

Defenisi las SMAW

Prinsip kerja Las SMAW

Bagian bagian Las SMAW

Alat bantu las SMAW

K3 las SMAW

B. Latar Belakang

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

A. Latar belakang Pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah


ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan
dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las adalah sambungan setempat
dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Dalam proses
penyambungan ini adakalanya disertai dengan tekanan dan material tambahan
(filler material),teknik pengelasan secara sederhana telah diketemukan dalam
rentang waktu antara 4000 sampai 3000 SM. Setelah energi listrik dipergunakan
dengan mudah dan teknologi pengelasan maju dengan pesatnya. Pada tahap-tahap
permulaan dari pengembangan teknologi las, biasanya pengelasan hanya
digunakan pada sambungan-sambungan dari reparasi yang kurang penting.

Tapi setelah melalui pengalaman dan praktek yang banyak dan waktu yang lama,
maka sekarang penggunaan proses-proses pengelasan dan penggunaan konstruksi-
konsturksi las merupakan hal yang umum di semua negara di dunia,terwujudnya
standar-standar teknik pengelasan akan membantu memperluas ruang lingkup
pemakaian sambungan las dan memperbesar ukuran bangunan konstruksi yang
dapat dilas. Dengan kemajuan yang dicapai sampai saat ini, teknologi las
memegang peranan penting dalam masyarakat industri modern,dalam pengelasan
ada beberapa tipe atau cara seperti SMAW,GMAW,SAW,FRICTION
WELDING,dan LAER WELDING,GMAW SMAW merupakan suatu teknik
pengelasan dengan menggunakan arus listrik berbentuk busur arus dan elektroda
berselaput dan sudah banyak yang menggunakan sistem pengelasan SMAW
karena pengelasan ini sangat mudah dan epektif.

B.Tujuan Pemulisan adalah untuk memahami prinsip kerja dari las SMAW
(Shileded Metal Arc Welding) dan fungsi bagianbagian dari perlatan las SMAW
serta keselamatan kerja las SMAW dengan benar dan aman.

C. Bagi Mahasiswa Secara khusus memberikan gambaran kepada mahasiswa


variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pengelasan.

3
2. Bidang akademik

a. Sebagai referensi untuk perkembangan dan penelitian selanjutnya mengenai


proses pengelasan.

b. Dapat memperluas wawasan terhadap ilmu metalurgi sehingga dapat


menumbuhkan semangat untuk mempelajari dan melakukan pengembangan dalam
metalurgi mendatang.

3. Pengembangan industri a. Untuk meningkatkan kualitas sambungan dalam


material besi /aluminium sehingga menjadi lebih baik.

b. Semakin meningkatnya penggunaan proses pengelasan besi /aluminium dalam


bidang teknik mesin.

BAB II

PENGERTIAN PENGELASAN SMAW

Pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) yang umumnya di sebut las
listrik merupakan suatu proses pengelasan yang menggunakan panas untuk
mencairkan material dasar dan elektroda, panas tersebut di timbulkan oleh
lompatan ion listrik yang terjadi antara katoda dan anoda (ujung elektroda dan
permukaan plat yang akan dilas ). Di dalam pengelasan SMAW terjadi gas
penyelimut ketika elektroda terselaput itu mencair,sehingga ketika proses ini
berjalan tidak di perlukan tekanan / pressure gas inert untuk membuang oksigen
atau udara yang dapat menyebabkan korosi atau gelembung gelembung di dalam
hasil pengelasan. Proses pengelasan terjadi karena arus listrik yang mengalir
diantara elektroda dan bahan las membentuk suatu panas yang dapat mencapai
3000 C,sehingga membuat elektroda dan bahan yang akan dilas mencair. Sumber
tegangan yang digunakan ada dua macam yaitu listrik AC ( Arus bolak balik ) dan
listrik DC ( Arus searah ), dimana arus DC dibedakan atas straight polarity
(polaritas langsung) dan reverse polarity (polaritas terbalik).

4
Untuk mesin las.nya sendiri terbagi atas dua jenis yaitu constantcurrent (arus
tetap) dan cinstant voltage (tegangan tetap) dimana pada setiap pengelasan busur
arus listrik jika terjadi busur yang membesar akan menurunkan arus dan menaikan
tegangan serta pada busur yang memendek akan meningkatkan arus dn
menurunkan tegangan. Untuk mendapatkan hasil pengelasan yang baik sebaiknya
memperhatikan hal- hal dibawah ini: 1. Pilih elektroda yang akan digunakan
secara tepat. 2. Jenis arus juga usahakan yang tepat. 3. Jens polaritas yang sesuai
untuk arus DC. 4. Untuk membentuk busur arus yang pendek,lakukan pengelasan
secara mantap dan teratur. 5. Arah pengelasan yang sesuai dengan kecepatan
elektroda yang mencair. Untuk menghasilkan busur yang baik dan konstan,tukang
las harus menjaga jarak ujung elektroda dan permukaan material dasar tetap
sama.adapun jarak yang paling baik adalah sama dengan diameter elektroda yang
dipakai.

PERALATAN DAN PRINSIP KERJANYA.

Perlengkapan yang diperlukan untuk proses pengelasan SMAW adalah peralatan


yang paling sederhana dibandingkan dengan proses pengelasan listrik yang
lainnya. Adapun perlengkapan las SMAW adalah : transformator DC/AC,
elektroda, kabel massa, kabel elektroda, connectors, palu cipping, sikat kawat dan
alat perlindungan diri yang sesuai Alat-alat las SMAW dibedakan menjadi 3
kelompok, a) alat utama b) alat bantu dan c) alat keselamatan kerja Alat utama las
SMAW yaitu : a) Kabel tenaga b) Trafo las (generator) c) Kabel massa d) Kabel
elektroda e) Pemegang elektroda f) Penjepit massa Alat batu las SMAW antara
lain : a) Meja las b) Palu terak c) Palu konde d) Gerinda tangan e) Mistar baja f)
Sikat baja g) Ragum h) Kikir i) Penjepit benda kerja

alat keselamatan kerja las antara lain : Helm las (topeng las) , Kaca las hitam ,
Kaca las putih , Apron (pelindung dada) ,Baju kerja , Sarung tangan , Sepatu kulit
kapasitas, Masker

5
Sumber Tegangan (power source) Sumber tegangan diklasifikasikan sebagai
mesin las AC dan mesin las DC, mesin las AC biasanya berupa trafo las,
sedangkam mesin las DC selain trafo juga ada yang dilengkapi dengan rectifier
atau diode (perubah arus bolak balik menjadi arus searah) biasanya menggunakan
motor penggerak baik mesin diesel, motor bensin dan motor listrik,saat ini banyak
digunakan mesin las DC karena DC mempunyai beberapa kelebihan dari pada
mesin las AC yaitu busur stabil dan polaritas dapat diatur. Kabel masa dan kabel
elektoda (ground cable and electrode cable) Kabel masa dan kabel elektroda
berfungsi menyalurkan aliran listrik dari mesin las ke material las dan kembali
lagi ke mesin las. Ukuran kabel masa dan kabel elektroda ini harus cukup besar
untuk mengalirkan arus listrik, apabila kurang besar akan menimbulkan panas
pada kabel dan merusak isolasi kabel yang akhirnya membahayakan pengelasan.
Sesuai dengan peraturan, kabel di antara mesin dan tempat kerja sebaiknya
sependek mungkin. Menggunakan satu kabel (tanpa sambungan) jika jaraknya
kurang dari 35 kaki. Jika memakai lebih dari satu kabel, sambungannya harus baik
dengan menggunakan lock-type cable connectors. Sambungan kabel minimal 10
kaki menjauhi operator.

Pemegang elektroda dan klem masa (holder and claim masa). Pemegang elektrode
berguna untuk mengalirkan arus listrik dari kabel elektrode ke elektrode serta
sebagai pegangan elektrode sehingga tukang las tidak merasa panas pada saat
mengelas. Klem masa berguna untuk menghubungan kabel masa dari mesin las
dengan material biasanya klem masa mempunyai per untuk penjepitnya. Klem ini
sangat penting karena apabila klem longgar arus yang dihasilkan tidak stabil
sehingga pengelasan tidak dapat berjalan dengan baik.

Palu las dan sikat kawat (chipping hammer and wire brush) Palu Ias digunakan
untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada logam Ias (weld metal)
dengan jalan memukulkan atau menggoreskan pada daerah lasan.

6
Berhatihatilah membersihkan terak Ias dengan palu Ias karena kemungkinan akan
memercik ke mata atau ke bagian badan lainnya. Jangan membersihkan terak las
sewaktu terak las masih panas/merah. Sikat kawat dipergunakan untuk : a)
membersihkan benda kerja yang akan dilas b) membersihkan terak las yang sudah
lepas dari jalur las oleh pukulan palu las. Karakteristik Listrik (Electrical
Characteristic ) Sumber arus listrik dinyatakan dalam arus AC atau DC. Jika DC,
polaritasnya juga harus ditentukan. Untuk menentukan sumber arus listrik apa dan
polaritas yang mana yang dipakai perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
Arus DC (direct current) - Aliran : Continue pada satu arah, jadi busur nyala
steady. - Voltage drop : Sensitif terhadap panjang kabel, kabel sependek mungkin.
- Current : Dapat dipakai untuk arus kecil dengan diameter elektrode kecil. -
Elektrode : Semua jenis elektrode dapat dipakai. - Arc Starting : Lebih mudah,
terutama untuk arus kecil. - Pole : Dapat dipertukarkan.

- Arc bow : Sensitif terhahap bagian-bagian pada ujung-ujung, sudutsudut atau


bagian yang banyak lekuk-lekuknya. Arus AC (Alternating Current) - Voltage
drop : Panjang kabel tidak banyak pengaruhnya. - Current : Kurang cocok untuk
low current - Elektrode : Tidak semua jenis elektrode dapat dipakai - Arc
Starting : Lebih Sulit terutama untuk diameter elektrode kecil. - Pole : Tidak dapat
dipertukarkan. - Arc bow : Tidak merupakan masalah. Polaritas Lurus Apabila
material dasar atau material yang akan dilas disambung kan dengan kutup positip
( + ) dan elektrodenya disambungkan dengan kutup negatip ( - ) pada mesin las
DC maka cara ini disebut pengelasan polaritas lurus atau DCSP (Direct Current
Straight Polarity), ada juga yang menyebutkan DCEN. Dengan cara ini busur
listrik bergerak dari elektrode ke material dasar sehingga tumbukan elektron
berada di material dasar yang berakibat 2/3 panas berada di material dasar dan 1/3
panas berada di elektroda. Cara ini akan menghasilkan pencairan material dasar
lebih banyak dibanding elektrodenya sehingga hasil las mempunyai penetrasi
yang dalam, sehingga baik digunakan pada pengelasan yang lambat serta manik
las yang sempit dan untuk pelat yang tebal.

7
Polaritas Balik Dengan proses pengelasan cara ini material dasar disambungkan
dengan kutup negatip ( - ) dan elektrodenya disambungkan dengan kutup positip
( + ) dari mesin las DC, dan disebut DCRP ( Direct Current Reversed Polarity)
ada juga yang menyebutkan DCEP. Busur listrik bergerak dari material dasar ke
elektrode dan tumbukan elektron berada di elektrode yang berakibat 2/3 panas
berada di elektroda dan 1/3 panas berada di material dasar. Cara ini akan
menghasilkan pencairan elektrode lebih banyak sehingga hasil las mempunyai
penetrasi dangkal, serta baik digunakan pada pengelasan pelat tipis dengan manik
las yang lebar.

Elektroda (electrode) Sebagian besar elektrode las SMAW dilapisi oleh lapisan
flux, yang berfungsi sebagai pembentuk gas yang melindungi cairan logam dari
kontaminasi udara sekelilingnya. Selain itu fluk berguna juga untuk membentuk
terak las yang juga berfungsi melindungi cairan las dari udara sekelilingnya.
Lapisan elektrode ini merupakan campuran kimia yang komposisisnya sesuai
dengan kebutuhan pengelasan. Menurut AWS (American Welding Society )
elektrode diklasifikasikan dengan huruf E dan diikuti empat atau lima digit
sebagai berikut E xxxx (x). Dua digit yang pertama atau tiga digit menunjukan
kuat tarik hasil las tiga digit menunjukan kuat tarik lebih dari psi sedangkan dua
digit menunjukan kuat tarik hasil lasan kurang dari psi. Sebagai contoh elektrode
E 6013 mempunyai kuat tarik psi (42 Kg/mm2 ). Sedangkan angka digit ketiga
atau keempat bagi yang kuat tariknya lebih besar psi ( 70 Kg/mm2 ) digit
selanjutnya menujukan posisi pengelasan, apabila angkanya 1 berarti untuk segala
posisi.pengelasan, angka 2 berarti las datar atau horizonta l dan angka 3
menunjukan untuk pengelasan datar saja.

8
Digit yang terakhir menunjukan jenis dari campuran kimia dari lapisan elektrode.
Penyalaan Busur Ada dua metode dasar yang dipergunakan untuk memulai
pnyalaan busur yaitu metode menggores (striking) dan metode memuku (tapping).
Penyalaan busur dimulai dengan dengan adanya hubungan pendek antara ujung
elektroda dan permukaan benda kerja. Pada metode striking elektroda disentukan
ke permukaan benda kerja dengan menggores yang gerakannya mirip seperti
penyalaan korek api. Begitu elektroda menyentuh permukaan kerja menggasilkan
busur yang tidak stabil, oleh karena itu harus dijaga jarak antara ujung elektroda
dan permukaan benda kerja sama dengan diameter elektroda yang dipakai. Pada
metode mengetuk elektroda di posisi vertikal tegak lurus dengan permukaan
benda kerja. Penyalaan busur dimulai dengan mengetuk atau melambungkannya
di atas permukaan benda kerja, begitu elektroda menyentuh permukaan kerja
menggasilkan busur yang tidak stabil, oleh karena itu harus dijaga jarak antara
ujung elektroda dan permukaan benda kerja sama dengan diameter elektroda yang
dipakai. Jika penarikan elektroda untuk membuat jarak antara elektroda dan benda
kerja terlambat maka cairan logam akan cepat membeku sehingga elektroda
lengket pada benda kerja. Apabila elektroda sulit dilepas dari benda kerja maka
segera matikan mesin

lepaskan elektroda dari benda kerja. Jangan pernah lepaskan helm atau topeng las
selama ada kemungkinan elektroda bisa menghasilkan busur. Diameter elektroda
Diameter elektroda yang dipakai dalam pengelasan SMAW sangat mempengaruhi
besar kecilnya amper yang dipakai. Hal tersebut berhubungan dengan laju
peleburan atau laju penimbunan (fusion rate/deposition rate) dan kedalaman
penetrasi (penetration). Biasanya pada elektrode yang akan dipakai sudah
direkomendasikan batasan besarnya amper, posisi pengelasan dan polaritas yang
dipakai.

9
Amper Penggunaan amper selama proses pengelasan sangat bergantung pada
besar kecilnya diamter elektroda yang dipakai. Perusahaan pembuat elektroda
sudah menetapkan besar kecilnya amper yang dipakai, informasi besarnya amper
yang dipakai biasanya ditemukan pada bungkus elektroda. Misalnya, amaper yang
dianjurkan untuk elektroda tertentu adalah ampere, pada pelaksanaan latihan
biasanya akan menetapkan besarnya amper di pertengahan antara kedua batas
tersebut, yaitu di 95 ampere. Sesudah mulai mengelas, pengeturan amper kembali
dilakukan sampai hasilnya baik. Amper yang terlalu besar dapat mengakibatkan :
a. Elektroda terlalu panas, dapat merusak kestabilan fluks b. Lebar cairan las
terlalu besar c. Perlindungan cairan las tidak maksimal, dapat mengakibatkan
logam lasan berpori (porosity) d. Besar kumungkinannya terjadi undercut e. Terak
(slag) sukar dibersihkan Amper yang terlalu kecil dapat mengakibatkan: a.
Penyalaan busur sulit dan lenket-lengket b. Peleburan terputus-putus akibat dari
busur yang tidak stabil. c. Peleburan base metal dan elektrode jelek dan terjadi
slag incluision

Kecepatan pengelasan (welding speed) Kecepatann pengelasan adalah laju dari


elektroda pada waktu proses pengelasan. Kecepatan maksimum mengelas sangat
bergantung pada ketrampilan juru las (welder), posisi, jenis elektroda dan bentuk
sambungan. Biasanya, kalau kecepatan pengelasan terlalu cepat, logam lasan
menjadi dingin terlalu cepat, menyebabkan bentuk deposit las menjadi kecil
dengan puncak yang runcing. Sebaliknya, jika kecepatan perjalanan terlalu
lambat, deposit las bertumpuk-tumpuk menjadi terlalu tinggi dan lebar. Kecepatan
yang sesuai adalah bila menghasilkan deposit las baik, dengan tinggi maksimal
sama dengan diameter elektoda dan lebar tiga kali diameter elektroda. Gambar.
Bentuk-bentuk deposit las dan penyebabnya. Sudut elektroda (Electrode angle)
Sudut elektroda adalah sudut posisi/kedudukan elektroda terhadap benda kerja
pada saat pengelasan.

10
Perubahan sudut elektroda yang sangat ekstrim mempengaruhi bentuk deposit las,
oleh karena itu sudut elektroda sangat penting dalam proses pengelasan. Sudut
elektroda terdiri atas dua posisi, yaitu sudut kerja (work angle) dan sudut arah
pengelasan (travel angle). Sudut kerja adalah sudut yang terbentuk dari garis
horisontal tegak lurus terhadap arah pengelasan. Sudut arah pengelasan adalah
sudut pada arah pengelasan terhadap garis vertikal dan mungkin berubah dari 15
hingga 30 derajat.

Di bawah ini adalah aplikasi dari pengelasan SMAW : Busur listrik yang terjadi di
antara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung elektroda dan
sebagaian bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar akan mencair dan
menghasilkan gas yang melindungi ujung elekroda kawah las, busur listrik
terhadap pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda yang membeku akan
memutupi permukaan las.

BAB III

KESIMPULAN SMAW adalah proses las busur paling sederhana dan paling
serba guna. Karena sederhana dan mudah dalam mengangkut peralatan dan
perlengkapannya, membuat proses SMAW ini mempunyai aplikasi luas mulai dari
refinery piping hingga pipelines, dan bahkan untuk pengelasan di bawah laut guna
memperbaiki struktur anjungan lepas pantai. SMAW bisa dilakukan pada berbagai
posisi atau lokasi yang bisa dijangkau dengan sebatang elektroda. Proses SMAW
digunakan untuk mengelas berbagai macam logam ferrous dan non ferrous,
termasuk baja carbon dan baja paduan rendah, stainless steel, paduan-paduan
nikel, cast iron, dan beberapa paduan tembaga.

11
SARAN

Sebelum kita mengelas, kita harus mengetahui bahan-bahan apa saja yang
akan di las, ataukah sama atau berbeda. Kontruksi dimaksudkan untuk menahan
beban, tekanan, punter, basah, serangan karat dan lain sebagainya.
Dari hal-hal tersebut di atas dapat di tentukan sebagai berikut:                         
1.      Prosedur pengelasan yang tepat.
2.      Cara pengelasan yang benar, efisien dan selamat.

3.      Ukuran dan bahan pokok atau tambahan yang memenuhi syarat dan ekonomis.

DAFTAR PUSTAKA 1. SMAW.COM 2. LAS-LISTRIK.blogspot.COM / 2009 /


03 /Pengertian las.html 3. Teknik fabrikasi.blogspot.com 4. Navale
engineering.blogspot.com. / 2013 / Las SMAW

12

Anda mungkin juga menyukai