Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PROSES MANUFAKTUR 1

AYOGA WAHYU AJI


D1131211022

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Proses Manufaktur 1 telah disetujui dan disahkan.

Program Studi Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin Universitas Tanjungpura

Pontianak, 29 MEI , 2023

Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Laboratorium Dosen Pembimbing Praktikum

Ir. Muhammad Taufiqurrahman, ST., MT.


NIP. 198206032014041001 NIP/NIDN.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengenalan Alat-Alat Las Listrik SMAW


Pengenalan alat- alat las listrik SMAW dilakukan pada saat pertama praktikan
memasuki ruangan atau laboratorium yang di gunakan untuk praktek mengelas. Pengenalan
alat-alat ini untuk memberikan pemahaman dasar tentang peralatan yang digunakan dalam
proses pengelasan SMAW. Dengan memahami alat-alat ini,praktikan dapat mengoperasikan
dan menjaga peralatan dengan benar, memastikan keamanan selama pengelasan, dan
mengguanak alat semaksimal mungkin. Sebelum melakukan praktek,praktikan juga
dikenalkan dengan alat keselamatan yaitu K3. Yang di maksud keselamatan dan kesehatan
kerja atau K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Berikut adalah alat-alat K3 :
1. Wearpack
2. Helm las atau topeng las
3. Sarung tangan las
4. Apron
5. Safety shoes atau sepatu safety
6. Ear plug dan masker

Alat-alat yang digunakan saat praktek sebagai berikut :


1. Alat utama pada las SMAW
 Kabel tenaga
 Kabel massa
 Kabel elektroda
 Pemegang elektroda
 Penjepit massa
 Trafo las (Generator)
2. Alat bantu pada las SMAW
 Palu
 Sikat baja
 Mesin CUT OFF

Bahan yang di Las : Baja ringan Hollow


B. Dasar Teori Tentang Pengelasan Posisi 1G Dan Fillet
1. Pengelasan posisi 1G
Posisi pengelasan 1G adalah posisi pengelasan dibawah tangan (hand down) posisi
benda kerja horizontal pada pengelasan ini posisi elektroda membentuk sudut 30°s/d 50°
dengan menggunakan settingan kuat arus 50A s/d 60A untuk elektroda yang digunakan
elektroda dengan koda E7016.
Gambar Posisi Pengelasan 1G:

I. Pengelasan fillet
Las fillet adalah jenis las yang memiliki penampang segitiga kasar. Las fillet biasanya
membutuhkan persiapan sambungan yang lebih sedikit daripada las alur, menjadikannya
metode penyambungan yang sangat hemat biaya dan karena itu jauh lebih melimpah di
industri pengelasan. Sambungan las fillet jauh lebih sulit untuk dilas dan diperiksa secara
volumetrik. Seringkali lasan yang dihasilkan lebih besar dari yang seharusnya atau bentuknya
mungkin buruk yang dapat mempengaruhi kinerja.
Gambar pengelasan fillet :
BAB II
HASIL PRATIKUM

A. Analisa tentang arus yang digunakan pada trafo las listrik


Trafo las listrik, juga dikenal sebagai transformator las, digunakan untuk mengubah
tegangan listrik dari sumber daya listrik menjadi tegangan yang sesuai untuk pengelasan.
Arus yang digunakan dalam trafo las listrik biasanya merupakan arus searah (direct
current/DC)
Berikut adalah beberapa analisis tentang arus yang digunakan pada trafo las listrik:
i. Jenis Arus:
Trafo las listrik biasanya digunakan dengan dua jenis arus, yaitu:

 Arus searah (DC): Trafo las DC umumnya digunakan dalam pengelasan yang lebih
kecil dan portable. Arus searah menciptakan busur listrik yang stabil dan terkendali,
menghasilkan hasil pengelasan yang baik pada berbagai jenis logam.
 Arus bolak-balik (AC): Beberapa trafo las AC juga tersedia untuk pengelasan dengan
aplikasi khusus. Namun, arus bolak-balik biasanya tidak digunakan secara umum
dalam pengelasan, karena busur listrik pada arus bolak-balik cenderung lebih tidak
stabil dan sulit dikendalikan.
ii. Tegangan Input dan Output:
Trafo las listrik memiliki tegangan input yang bervariasi, tergantung pada sumber daya listrik
yang digunakan. Tegangan input biasanya berkisar antara 110 hingga 600 volt AC,
tergantung pada desain dan kapasitas trafo las. Tegangan output yang dihasilkan oleh trafo las
diturunkan menjadi tegangan rendah yang sesuai untuk pengelasan. Tegangan output ini
dapat disesuaikan tergantung pada kebutuhan pengelasan dan jenis logam yang digunakan.
Dalam kesimpulannya, trafo las listrik menggunakan arus searah (DC) atau arus bolak-balik
(AC) tergantung pada jenis pengelasan yang dilakukan. Arus dan tegangan yang digunakan.
A. Analisa tentang elektroda yang bermasalah (cacat dan lengket)
Elektroda yang bermasalah, seperti cacat dan lengket, dapat mempengaruhi hasil
pengelasan dan kualitas sambungan yang dihasilkan. Berikut adalah analisa tentang masalah
elektroda yang cacat dan lengket
1) Elektroda Cacat:
 Patah: Elektroda yang patah biasanya disebabkan oleh kekuatan yang tidak
memadai saat memegang atau mengatur posisi elektroda. Hal ini dapat
menghasilkan busur yang tidak stabil dan pengelasan yang tidak konsisten. Patahan
elektroda juga dapat terjadi jika ada cacat produksi atau kualitas bahan elektroda itu
sendiri.
 Spatter: Spatter adalah percikan logam yang dapat muncul selama proses
pengelasan. Ini biasanya terjadi ketika elektroda terlalu panas atau ketika busur
listrik tidak terkendali dengan baik. Spatter dapat menyebabkan penumpukan logam
di sekitar sambungan, yang dapat mempengaruhi kekuatan dan penampilan
sambungan.

2). Elektroda Lengket:


 Adhesi: Lengketnya elektroda terjadi ketika elektroda melekat pada logam yang
sedang dilas. Ini dapat terjadi jika arus pengelasan terlalu rendah atau jika elektroda
terlalu dekat dengan logam basis. Lengketnya elektroda dapat menghambat gerakan
elektroda dengan mulus, menyebabkan busur listrik menjadi tidak stabil, dan hasil
pengelasan yang buruk.
 Porositas: Porositas adalah kondisi ketika ada gelembung-gelembung gas yang
terperangkap dalam logam las. Porositas dapat terjadi jika elektroda lengket pada
permukaan logam dan menghasilkan gas yang terperangkap selama pengelasan. Hal
ini dapat mempengaruhi kekuatan dan integritas sambungan.

B. Analisa ayunan atau gerakan elektroda terhadap objek yang di las


Gerakan elektroda atau ayunan elektroda adalah salah satu aspek penting dalam
proses pengelasan. Cara elektroda digerakkan atau diayunkan dapat mempengaruhi kualitas
sambungan dan efisiensi pengelasan. Berikut ini adalah analisis tentang ayunan atau gerakan
elektroda terhadap objek las:
1. Kecepatan Ayunan:
 Kecepatan yang lambat: Ayunan yang terlalu lambat dapat menyebabkan
penumpukan logam yang berlebihan dan penggabungan yang buruk antara logam
dasar dan elektroda. Hal ini dapat menyebabkan kelebihan panas, deformasi, dan
kelemahan pada sambungan.
 Kecepatan yang cepat: Ayunan yang terlalu cepat dapat menghasilkan pengelasan
yang dangkal dan tidak merata. Hasilnya adalah sambungan yang kurang kuat dan
kemungkinan cacat pengelasan seperti porositas atau spatter.
2. Teknik Ayunan:
 Ayunan zigzag: Ayunan zigzag adalah teknik ayunan yang umum digunakan dalam
pengelasan. Ini melibatkan gerakan elektroda maju-mundur secara teratur di
sepanjang jalur pengelasan. Ayunan zigzag dapat menghasilkan pengelasan yang
merata, menghindari penumpukan logam yang berlebihan, dan meningkatkan
kekuatan sambungan.
 Ayunan spiral: Ayunan spiral melibatkan gerakan elektroda dalam pola spiral
mengelilingi area pengelasan. Ini dapat digunakan untuk pengelasan dengan
ketebalan yang lebih besar dan untuk distribusi panas yang lebih merata.

C. Analisa sudut elektroda pada pengelasan 1G dan fillet


Sudut elektroda pada pengelasan 1G dan fillet memainkan peran penting dalam
mencapai hasil pengelasan yang baik. Berikut adalah analisis tentang sudut elektroda pada
pengelasan 1G dan fillet.
1. Pengelasan 1G:
 Pengelasan 1G, juga dikenal sebagai pengelasan posisi datar, melibatkan pengelasan
pada permukaan datar atau horizontal.
 Sudut elektroda yang umum digunakan pada pengelasan 1G adalah 90 derajat. Ini
berarti elektroda ditempatkan secara tegak lurus terhadap permukaan yang dilas.
 Sudut 90 derajat memberikan akses yang baik ke sambungan las dan memungkinkan
pengendalian yang baik terhadap busur listrik dan pengisi logam.
2. Pengelasan Fillet:
 Pengelasan fillet melibatkan pengelasan pada sudut di mana dua permukaan
bertemu membentuk sudut yang membentuk "L" atau "T".
 Sudut elektroda yang umum digunakan pada pengelasan fillet adalah 45 derajat. Ini
berarti elektroda ditempatkan pada sudut 45 derajat terhadap permukaan yang dilas.
 Sudut 45 derajat pada pengelasan fillet memberikan akses yang baik ke sambungan
las dan memungkinkan pengendalian yang baik terhadap busur listrik dan pengisi
logam. Sudut ini juga membantu dalam distribusi panas yang merata dan mengisi
sudut dengan pengisi logam yang sesuai.
Selain sudut elektroda, penting juga untuk memperhatikan faktor lain seperti jarak
elektroda ke permukaan las, kecepatan pengelasan, dan teknik pengelasan yang tepat.
Praktikkan gerakan yang konsisten dan mengikuti panduan pengelasan yang disediakan oleh
produsen elektroda atau berkonsultasilah dengan ahli pengelasan yang berpengalaman untuk
mendapatkan hasil pengelasan yang optimal.
BAB III
DOKUMENTASI
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam praktek pengelasan 1G dan fillet, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil:
1. Pengelasan 1G dan fillet membutuhkan keahlian dan ketelitian yang tinggi. Kedua
teknik ini melibatkan pengelasan pada posisi datar (horizontal) dan sudut siku (fillet),
yang memerlukan keterampilan khusus dalam mengatur busur pengelasan dan
mengendalikan deposisi logam cair.
2. Kebersihan dan persiapan permukaan yang baik sangat penting dalam pengelasan 1G
dan fillet. Permukaan yang bersih dan bebas dari kotoran, karat, atau cat akan
memastikan adhesi dan kualitas pengelasan yang optimal.
3. Pemilihan bahan pengisi yang sesuai sangat penting dalam pengelasan 1G dan fillet.
Bahan pengisi harus memiliki sifat mekanik yang sesuai dengan bahan dasar yang
akan dielas, serta kemampuan mengisi celah antara dua permukaan yang akan
digabungkan.
4. Pengaturan parameter pengelasan yang tepat sangat penting untuk mencapai
pengelasan yang kuat dan tahan lama. Ini meliputi kecepatan pengelasan, arus
pengelasan, dan kekuatan busur yang diterapkan. Parameter ini harus disesuaikan
dengan ketebalan material yang akan dielas dan spesifikasi pengelasan yang
diperlukan.
Dengan mengikuti prinsip-prinsip di atas, pengelasan 1G dan fillet dapat menghasilkan
sambungan yang kuat, tahan lama, dan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Penting
untuk terus mengasah keterampilan dan pengetahuan dalam praktek pengelasan ini untuk
mencapai hasil yang terbaik.
LOGBOOK PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1

Nama Kelompok : 5 ( LIMA )

Nama Peserta Praktikum : AYOGA WAHYU AJI

NIM : D1131211022

Tanggal Pelaksanaan Praktikum : 26 MEI 2023

Nama Asisten Praktikum :

No Waktu Uraian Kegiatan TTD Asisten


Praktikum
1. Responsi dan Pretest

2. Pengenalan Alat-alat praktikum

3. Pengenalan dan penggunaan APD/ peralatan


K3

4. Pemberian contoh cara pengelasan dari


asisten

5. Percobaan pengelasan 1G

6. Persiapan pengelasan Fillet

7. Percobaan pengelasan Fillet

8. Diskusi/tanya jawab

9. Pembuatan dan Pengumpulan Laporan

Anda mungkin juga menyukai