Anda di halaman 1dari 38

MS 3160 PROSES MANUFAKTUR 2

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 2


MODUL PM2-02 LAS BUSUR LISTRIK
Kelompok : 06
Aggota Kelompok : KRISNA NIDA YUDHASENA

13114003

JERRY AGUSTIAN

13114013

GITA PERMATA ARIANA

13114019

DENNIS SETIAWAN

13114023

RAJA ALDO M. MANULLANG 13114024

Tanggal Praktikum

: 19 Oktober 2016

Tanggal Penyerahan Laporan

: 23 Oktober 2016

Nama Asisten

: Steven A.G.

13113035

Laboratorium Teknik Produksi


Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institur Teknologi Bandung
2016

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam dunia manufaktur, terdapat banyak sekali produk yang berupa
gabungan dari beberapa komponen-komponen kecil lainnya. Gabungan dari
komponen-komponen ini dapat dibentuk dengan adanya proses perekatan dan
proses penyambungan. Salah satu contoh proses penyambungan yang paling
umum didengar untuk menyambung dua logam yang terpisah adalah proses
pengelasan. Proses pengelasan sendiri terdiri dari banyak sekali jenis-jenis
yang berbeda, dan salah satu jenis proses pengelasan yang sekarang paling
umum digunakan adalah las busur listrik.
Sebagai sarjana teknik mesin yang mumpuni dan kompetitif di dunia
kerja nantinya, diperlukan pemahaman yang benar mengenai proses-proses
pengelasan, terutama proses-proses yang paling umum digunakan di industri,
seperti las busur listrik. Walaupun keterampilan dalam pengelasan bukanlah
menjadi sesuatu yang harus dimiliki oleh seorang sarjana teknik mesin,
pengalaman melakukan pengelasan, pengetahuan mengenai rangakaian
proses las busur listrik yang terjadi dan faktor yang memengaruhinya
merupakan suatu keharusan yang dimiliki oleh seorang sarjana teknik mesin.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Memahami prinsip kerja las busur listrik.
2. Memahami tahapan proses pelaksanaan las busur listrik.
3. Memahami parameter proses dari las busur listrik.

BAB 2
LANDASAN TEORI

Las busur listrik merupakan pengelasan yang panasnya, untuk meleburkan


logam, didapatkan dari energi listrik. Busur listrik terbentuk akibat perbedaan polaritas
listrik di antara ujung elektroda dan benda kerja. Busur listrik yang dihasilkan bisa
mencapai temperatur 30.000oC. Karena pengelasan beroperasi pada suhu yang
tinggi, maka digunakan gas pelindung (shielding gas) untuk mencegah terjadinya
oksidasi. Energi listrik yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis logam yang
akan dilas, dalamnya pengelasan, dan jenis elektroda yang akan digunakan.
Sumber listrik yang digunakan bisa DC maupun AC. Untuk sumber listrik DC,
berdasarkan polaritas listriknya, las busur listrik dibagi menjadi DCEN (Direct Current
Electrode Negative) atau disebut dengan polaritas searah dan DCEN (Direct Current
Electrode Positive) disebut juga polaritas terbalik. Disebut DCEN, apabila benda kerja
dihubungkan dengan kutub positif dan elektroda, dihubungkan ke kutub negatif.
Polaritas jenis ini akan menghasilkan zona pengelasan yang sempit, tetapi dalam, dan
sebaliknya untuk DCEP. Disebut DCEP apabila benda kerja dihubungkan dengan
kutub negatif dan elektroda kutub positif. Polaritas jenis ini akan menghasilkan zona
pengelasan yang agak lebar, dan tidak terlalu lebar. Untuk sumber AC, busur listrik
yang terjadi akan kembang-kempis secara cepat. Sumber AC sangat cocok digunakan
apabila elektroda pengelasan cukup besar dan material logam yang akan dilas cukup
tebal.
Berdasarkan jenis elektroda yang digunakan, las busur listrik dibagi menjadi
dua yakni elektroda yang dapat dikonsumsi dan yang tidak dapat. Elektroda yang tidak
dapat dikonsumsi artinya elektrodanya tidak ikut mencair saat pegelasan
berlangsung, dan sebaliknya untuk elektroda yang dapat dikonsumsi artinya
elektrodanya memiliki titik leleh yang lebih tinggi dari temperatur busur listrik. Las
busur listrik yang elektrodanya tidak ikut melebur dalam pengelasan terbagi lagi
menjadi beberapa macam yaitu :
1. Gas Tungsten Arc Welding (GTAW)

Dulu disebut Tungsten Inert Gas (TIG)

Filler Metal menjadi tambahan

Menggunakan shielded gas

Peralatannya mudah dibawa kemana-mana

Jarak ujung elektroda dengan benda kerja harus dijaga konstan atau
stabil.

Sumber AC 500 A lebih suka digunakan ketimbang sumber DC, karena


karakterisitik pengelasannya yang secara otomatis bisa membersihkan
oksida dan menambah kualitas lasan.

Proses pengelasan jenis ini dapat dioperasikan secara luas khusunya


untuk komponen yang berbahan dasar aluminium, magnesium,
titanium, dan material-material yang temperatur operasinya tinggi.

(a)Gas Tungsten Arc Welding (b) Perangkat Pengelasan GTAW


Source :Kalpakjian, Serop, Stephen R. Schmid. 2009.Manufacturing Engineering and
Technology.New Jersey :Pearson

2. Plasma Arc Welding (PAW)

Prinsip kerjanya yaitu plasma/gas yang terionisasi dikonsentrasikan


pada suatu lubang yang mengecil dan diarahkan pada zona pengelasan

Busurnya konstan dan temperaturnya mencapai 33.000 oC

Sumber listrik yang dipakai tidak terlalu besar yakni <100 oC

Karena kestabilan busur, arus rendah, energi termal yang lebih


terkonsentrasikan maka hasil pengelasannya bisa lebih dalam dan

sempit. Hal ini diimbangi dengan kecepatan pengelasan yang juga harus
tinggi.

Prosees pengelasan dignakan secara luas

Membutuhkan kemampuan perator yang tinggi.

Menggunakan shielding gas berupa argon dan helium

Plasma Arc Welding


Source :Kalpakjian, Serop, Stephen R. Schmid. 2009.Manufacturing Engineering and
Technology.New Jersey :Pearson

3. Atomic Hydrogen Welding (AHW)

Busur listrik dihasilkan di antar dua elektroda dengan bantuan gas


hidrogen.

Gas hidrogen yang digunakan juga adalah hidrogen diatomik yang pada
temperatur 60000C terpecah menjadi bentuk atomnya yang dapat
menyerap panas dari busur listrik. Kemudian ketika mencapai benda
kerja, atom-atom hidrogen bergabung kembali membentuk hidrogen
diatomik dan melepaskan panas.

Las busur listrik yang elektrodanya ikut melebur saat pengelasan juga terbagi menjadi
beberapa macam yaitu :
1. Shielded Metal Arc Welding (SMAW)

Merupakan metode pengelasan yang sudah cukup lama dan sampai


sekarang masih digunakan oleh banyak industri.

Busur dihasilkan di antar ujung elektroda dan benda kerjanya.

Lelehan logam yang dihasilkan merupakan gabungan dari lelehan


logam induk, lelehan pelapis elektroda. Lelehan pelapis elektroda

menghasilkan gas yang berfungsi untuk mereduksi permukaan


sehingga tidak teroksidasi.

Sumber listrik yang digunakan bisa AC maupun DC dengan rentang arus


yang digunakan yakni 50-300 A.

Shielded Metal Arc Welding


Source :Kalpakjian, Serop, Stephen R. Schmid. 2009.Manufacturing Engineering and
Technology.New Jersey :Pearson

2. Submerged Arc Welding (SAW)

Logam dicarirkan dengan menggunakan panas busur yang dihasilkan di


antara ujung elektroda pengisi dengan permukaan benda kerja.

Sepanjang pengelasan, flux yang berbentuk butiran-butiran digunakan


untuk mencegah oksidasi. Flux juga berfungsi sebagai insulator
sehingga panas yang digunakan untuk melelehkan benda kerja tidak
terbuang ke lingkungan.

Ruang gerak pengelasan terbatas yaitu hanya untuk pengelasan secara


horizontal dan sirkular.

Hasil lasan mempunyai kualitas yang sangat baik.

Submerged Arc Welding


Source :Kalpakjian, Serop, Stephen R. Schmid. 2009.Manufacturing Engineering and
Technology.New Jersey :Pearson

3. Gas Metal Arc Welding (GMAW)

Awalnya disebut Metal Inert Gas Welding.

Shielding gas yang digunakan merupakan gas-gas inet yang berada di


atmosfer yang berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi. Selain itu
proses reduksi ini juga dibantu oleh pereduksi yang sudah dikemas
menjadi satu dengan logam pengisi.

Logam pengisi dikeluarkan secara otomatis dengan menggunakan


motor penggerak.

Temperatur busur yang dihasilkan cukup rendah.

Proses pengelasan ini ditujukan untuk palt-plat metal yang tipis

Produktivitasnya dua kali lipat dari SMAW

Proses pengelasan ini sudah bisa dikerjakan dengan menggunakan


robot

(a) Gas Metal Arc Welding (b) Peralatan Gas Metal Arc Welding
Source :Kalpakjian, Serop, Stephen R. Schmid. 2009.Manufacturing Engineering and
Technology.New Jersey :Pearson

4. Flux-cored Arc Welding (FCAW)

Prinsip kerjanya sama dengan GMAW, hanya saja flux yang digunakan
sudah dikemas menjadi satu dengan elektroda pengisinya. Flux nya
berada di tengah-tengah elektroda batang pengisinya.

Dapat membuat baja paduan dengan menggabungkan baja paduan


tersebut dengan inti flux.

Bentuk elektroda yang jauh lebih kecil membuat pengelasan ini bisa
dioperasikan pada material logam dengan ketebalan yang bervariasi

Produktivitasnya pun jauh lebih tinggi dari GMAW

Sudah bisa dioperasikan dengan menggunakan robot

Flux-cored Arc Welding


Source :Kalpakjian, Serop, Stephen R. Schmid. 2009.Manufacturing Engineering and
Technology.New Jersey :Pearson

5. Electrogas Welding (EGW)

Dioperasikan untuk penyambungan dua buah logam, yang posisinya


vertikal

Terdapat dua shoes penyangga antara pinggiran dua logam yang


terpisah agar lelehan logam tidak berceceran.

Elektroda dilewatkan melalui sebuah saluran di atas shoes

Shielding gas yang digunakan berupa karbon dioksida, helium, argon,


dsb. , tegantung dari jenis logam yang dicairkan.

Electrogas Welding
Source :Kalpakjian, Serop, Stephen R. Schmid. 2009.Manufacturing Engineering and
Technology.New Jersey :Pearson

6. Electroslag Welding (ESW)

Prinsip kerjanya tidak jauh berbeda dengan ESW yang membedakan


hanyalah busur yang dihasilkan berada di antara ujung elektroda
dengan bagian terbawah dari bagian sambungan yang akan dibuat.

Saat busur menyala, flux dialirkan, sampai terbentuknya lelehan slag.


Ketika lelehan slag mencapai ujung elektroda, busurnya akan hilang
sendiri dan panas yang digunakan, dihasilkan terus oleh hambatan listrik
dari slag yang mencair.

Electroslag Welding
Source :Kalpakjian, Serop, Stephen R. Schmid. 2009.Manufacturing Engineering and
Technology.New Jersey :Pearson

BAB 3

DATA DAN PENGOLAHAN DATA

3.1. Gambar Awal Benda Kerja

4 buah plat baja sebagai benda kerja

3.2. Proses beserta gambar proses


1. Siapkan peralatan las beserta benda kerja dan bersihkan semua
permukaan benda kerja yang akan dilas.

2. Membuat chamfer dengan gerinda duduk.

3. Mengatur arus listrik yaitu pada 70 ampere dan pasang elektroda


pada pemegang elektroda.

4. Pakai pelindung muka dan sarung tangan.

5. Menyalakan mesin las, lakukan pengecekan nyala busur listrik, dan


lakukan proses pengelasan busur listrik.

3.2 Gambar Akhir Benda Kerja

3.3 Parameter Proses


Ada beberapa parameter yang penting pada proses pengelasan ini,
yaitu:
-

Arus listrik yang digunakan

Pola pengelasan

Kecepatan gerak pengelasan

Chamfer

Krisna Nida Yudhasena / 13114003

BAB 4

ANALISIS

4.1 Prosedur Praktikum


1. Menyiapkan benda kerja berupa 4 buah pelat baja dan peralatan untuk las
busur listrik.
2. Membuat chamfer pada kedua sisi untuk masing-masing pelat baja.
3. Meletakkan benda kerja di meja las kemudian susun semua pelat baja
sesuai dengan bagian yang akan di lakukan pengelasan.
4. Memeriksa kondisi mesin las busur listrik.
5. Mengatur arus yang akan digunakan dalam proses pengelasan. Arus yang
digunakan bergantung pada jenis filler (elektroda) (baik diameter maupun
panjang dari filler) dan ketebalan dari benda kerja yang akan di las. Pada
praktikum kali ini, arus yang digunakan adalah 70A.
6. Memasang penjepit pada meja las yang sebelumnya sudah terhubung
dengan kutub negatif pada mesin las.
7. Memasang filler rod pada pemegang elektroda (electrode holder) yang
sebelumnya sudah terhubung dengan kutub positif pada mesin las.
8. Menggunakan pelindung muka dan sarung tangan las.
9. Nyalakan mesin las.
10. Melakukan pengecekan nyala busur listrik atau loncatan listrik sebelum
memulai pengelasan.
11. Melakukan pengelasan.
12. Mematikan mesin las jika pengelasan sudah selesai dilakukan.
13. Membersikan slag pada benda kerja dengan menggunakan palu dan sikat.
14. Merapihkan bekas pengelasan dan peralatan las jika sudah selesai
digunakan.

4.2 Analisis Hasil Benda Kerja


Pada praktikum kali ini, benda kerja hasil pengelasan masih terlihat
terdapat celah-celah antara sambungan pada bagian yang akan di las. Hal ini
terjadi akibat pada saat melakukan pengelasan, operator (praktikan) masih
bersifat sebagai pemula sehingga kecepatan dan pola gerakan pengelasan
yang tidak konsisten menghasilkan hasil pengelasan yang kurang baik.
Kemudian pada benda hasil pengelasan juga mengalami perubahan
warna pada permukaan benda kerja. Hal ini disebabkan oleh HAZ (Heat
Affected Zone) yang terbentuk ketika pengelasan dilakukan. Selain
terbentuknya HAZ, pada benda kerja hasil pengelasan juga terbentuk slag
pada permukaan daerah hasil pengelasan. Slag ini harus di bersihkan karena
dapat mengurangi kekuatan dari lasan. Slag dapat dihilangkan dengan
memukul menggunakan palu dan sikat.

4.3 Analisis Parameter Proses


a. Arus
Semakin besar arus yang digunakan, maka temperatur yang dihasilkan
akibat loncatan listrik yang terjadi akan semakin tinggi, sehingga filler
(electrode) yang digunakan akan lebih cepat meleleh.
b. Kecepatan gerak pengelasan
Jika gerakan pengelasan dilakukan dengan cepat sementara filler
(electrode) belum meleleh dengan sempurna, maka akan menyebabkan
hasil lasan yang tidak rata dan terbentuknya celah pada bagian yang akan
di las. Begitu juga sebaliknya, jika filler meleleh dengan cepat, sementara
gerakan pengelasan lambat, maka akan menyebabkan filler (electrode)
menumpuk dan tidak rata.
c. Jarak antara ujung elektroda dengan benda kerja
Jarak ini mempengaruhi hasil pengelasan karena jika jarak ini tidak konstan
maka akan mempengaruhi pada hasil lasan yang terbentuk. Karena jika
jaraknya terlalu jauh, maka terkadang tidak timbul percikan api. Begitu juga
jika terlalu dekat, makan ujung elektroda bisa menempel dengan benda
kerja.
d. Jenis material benda kerja yang digunakan

Material dari benda kerja mempengaruhi kemampuan apakah pengelasan


dapat dilakukan atau tidak. Karena hal ini berkaitan dengan titik leleh dari
materi benda kerja itu sendiri.
e. Jenis elekktroda yang digunakan
Masing-masing jenis elektroda memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Seperti diameter, panjang dan rekomendasi arus yang sesuai untuk
penggunaan jenis elektroda tersebut.

4.4 Fenomena yang terjadi ketika praktikum


a. Timbul percikan api ketika ujung elektroda di dekatnya dengan meja las atau
benda kerja. Hal ini bisa terjadi akibat adanya loncatan listrik antara meja
las maupun benda kerja yang terhubung dengan kabel kutub negatif pada
mesin las, dengan elektroda yang terhubung dengan kabel kutub positif
pada mesin las.
b. Ujung elektroda yang menempel dengan benda kerja ketika proses
pengelasan dilakukan, hal terjadi akibat jarak antara ujung elektroda
dengan benda kerja terlalu dekat.
c. Terjadi crack atau patahan pada bekas lasan. Metode pengelasan dengan
terlebih dahulu mengelas kedua ujung kemudian tengah dilakukan pada
praktikum kali ini. Namun terjadi crack pada salah satu ujung hasil lasan
ketika pengelasan dilakukan untuk seluruh bagian benda kerja. Hal ini
terjadi akibat ketika pengelasan di ujung yang terjadi crack masih terdapat
celah, sementara pengelasan tetap dilakukan di ujun benda kerja tsb.
Sehingga

ketika

pengelasan

dilakukan

untuk

seluruh

bagian

penyambungan, ujung lasan tidak mampu menahan tegangan yang terjadi


akibat proses pengelasan yang dlakukan.
d. Filler / Elektroda yang semakin memendek. Hal ini terjadi akibat elektroda
yang digunakan berifat consumable.
e. Perubahan warna pada benda kerja. Hal ini terjadi akibat adanya HAZ yang
terbentuk. Selain merubah warna benda kerja, HAZ ini dapat merubah
struktur dan sifat dari benda kerja.

f. Terbentuknya slag. Setelah proses pengelasan dilakukan, terdapat lapisan


hitam yang menutupi bekas hasil lasan. Lapisan ini harus dibuang karena
dapat mengurangi kekuatan dari hasil lasan.
g. Tidak munculnya percikan api. Fenomena ini terjadi jika jarak antara ujung
elektroda dengan benda kerja terlalu jauh atau posisi elektroda yang miring
(ujung elektroda tidak tepat mengarah pada benda kerja).

Jerry Agustian / 13114013

BAB 4
ANALISIS

4.1 Prosedur pengelasan busur listrik :


1. Menyiapkan peralatan las dan benda kerja
2. Membersihkan semua permukaan benda kerja yang akan dilas
3. Membuat chamfer dengan menggunakan gerinda duduk
4. Mengatur arus listrik yang mengalir disesuaikan dengan ukuran elektroda
dan ketebalan benda kerja. Untuk praktikum kali ini kita menggunakan
benda kerja dengan ketebalan 5 mm dan elektroda yang dipakai
berdiameter 32 mm dan panjangnya 350 mm. Oleh karena itu kami
menggunakan arus sebesar 70 ampere.
5. Menghubungkan elektroda dengan kutub positif dan benda kerja dengan
elektroda negatif.
6. Memakai pelindung muka, masker, dan sarung tangan
7. Menyalakan mesin las
8. Mengecek nyala busur listrik
9. Melakukan pengelasan.

4.2 Analisis Hasil Benda Kerja Pengelasan Busur Listrik


Pada benda kerja terihat daerah Heat Affected Zone (HAZ) yaitu daerahdaerah yang ikut terimbas akibat panas yang dihasilkan busur. Hal ini bisa terlihat
dari perubahan warna benda kerja di sekitar daerah pengelasan dengan bagian
yang tidak. Benda kerja yang dihasilkan terlihat memiliki sambungan las yang tidak
kontinu. Celah-celah masih banyak terlihat. Celah-celah ini juga terjadi karena
adanya partikel debu yang mengakibatkan porositas pada sambungan. Kemudian
lebar sempitnya daerah pengelasan juga tidak konsisten, hal ini terjadi karena pola
pengerjaan dan kecepatan pengelasan yang tidak konstan. Selain itu, juga

ditemukan adanya slag yang merupakan lelehan flux yang membeku. Slag ini
berbentuk gumpalan lelehan logam yang memadat. Slag dihilangkan dengan cara
memukulnya dengan palu, dengan arah pukulan yang membuat slag tergerus.
Benda kerja setelah disambung membentuk profil V diakibatkan selama proses
pengerjaa terjadinya pemuaian yang tidak merata.
Pada sambungan juga terlihat adanya retakan-retakan. Hal ini terjadi karena
proses pendinginan ataupun gradien temperatur tidak merata. Kemudian bisa
dilihat tebal tipisnya daerah penetrasi tidak merata, hal ini diakibatkan kecepatan
pengelasan yang tidak konstan. Kemudian daerah sekitar pengelasan juga terlihat
banyaknya percikan logam. Hal ini disebabkan karena arus yang terlalu besar
sehingga loncatan elektron terjadi secara besar-besaran dan acak.

4.3 Analisis Parameter Proses Pengelasan Busur Listrik


Beberapa parameter yang mempengaruhi proses pengelasan yakni :
1. Tegangan dan Arus Pengerjaan
Panjang busur nyala listrik ditentukan dari masukkan tegangan
listrik.Panjang busur nyala listrik yang baik yaitu setengah dari diameter
elektroda. Implikasinya adalah tegangan listrik harus disesuaikan dengan
diameter elektroda.
Arus listrik merupakan representasi dari energi listrik. Besarnya arus
listrik yang mengalir ditentukan oleh jenis material benda kerja dan diameter
elektroda. Arus yang kecil dengan elektroda kecil biasanya digunakan untuk
benda-benda tipis dan sebaliknya untuk benda kerjayang tebal.
2. Polaritas Listrik
Apabila kita menggunakan polaritas DCEP, maka daerah pengelasan
yang terbentuk akan lebar dan daerah penetrasinya yang tidak begitu
dalam. Sebaliknya untuk DCEN, akan menghasilkan daerah pengelasan
yang sempit dan daerah penentrasi yang lebih tebal.
3. Kecepatan Pengelasan
Kecepatan pengelasan sebanding dengan arus yang digunakan.
Kecepatan yang tinggi harus dibarengi dengan energi panas yang
dihasilkan cukup besar. Kecepatan pengelasan juga dipengaruhi oleh
diameter elektroda dan tebalnya benda kerja yang akan kita kerjakan.

Kecepatan pengelasan yang baik harus disesuaikan dengan kecepatan


lebur elektroda. Kecepatan pengelasan yang cepat juga ditujukan untuk
menghindari pemuaian atau deformasi yang tidak diinginkan. Kecepatan
pengelasan yang

lebih lambat dari yang seharusnya akan memicu

terjadinya deformasi dan penumpukkan material.


4. Kebersihan permukaan benda
Benda kerja yang kotor, penuh dengan partikel-partikel debu, oli, dsb. Akan
menghasilkan kualitas lasan yang kurang baik. Hal ini ditandai dengan
terbentuknya porositas yaitu celah-celah kecil pada sambungan.

4.4 Fenomena yang Terjadi


1. Filler rod acapkali menempel pada benda kerja dan tidak mau bergerak.
2. MCB dari mesin las listrik sering turun.
3. Proses pengelasan menghasilkan bau yang tidak sedap
4. Gas yang dihasilkan dari proses pengelasan membuat mata perih.

Gita Permata Ariana / 13114019

BAB 4

ANALISIS

4.1

Prosedur yang dilakukan pada saat praktikum


1.

Menyiapkan benda kerja yaitu 4 plat baja persegi panjang serta peralatan
dan perlengkapan las busur listrik.

2.

Membuat chamfer pada 2 sudut dan 2 sisi pada sisi panjang plat baja
dengan mesin gerinda.

3.

Atur arus listrik tergantung ukuran elektroda dan ketebalan dari benda
kerja yang akan dilas. Kisaran besar arus yang dapat digunakan terdapat
dalam tabel yang tercantum di belakang karton pembungkus elektroda.
Dalam praktikum ini digunakan 70 A.

4.

Hubungkan kutub positif dengan elektroda dan kutub negatif dengan meja
yang terhubung dengan benda kerja (masing-masing menggunakan
penjepit).

5.

Nyalakan mesin las.

6.

Pasang sarung tangan. Dekatkan elektroda dengan plat yang akan dilas.
Saat hampir menyentuh permukaan plat, pasang pelindung muka.

7.

Lakukan proses pengelasan busur listrik.

4.2 Analisis hasil benda kerja

Pada benda kerja terlihat celah-celah pada sambungan, hal ini


disebabkan karena operator menggerakkan holder elektroda terlalu
cepat, sehingga filler yang mencair belum sempat mengisi celah chamfer.
Terlihat pula hasil pengelasan yang terlalu lebar, hal ini disebabkan
karena operator melakukan pengelasan terlalu lebar terhadap celah
ataupun dengan kecepatan yang rendah, sehingga filler menempel terlalu
banyak di satu titik. Terlihat pula gumpalan filler pada sambungan
(membuat sambungan terlihat cembung), hal ini disebabkan karena slag

yang terbentuk sudah dingin terlebih dahulu sebelum dihancurkan dengan


palu.

4.3

Analisis parameter proses

Kecepatan geser pergerakan holder elektroda. Semakin cepat kecepatan


pergerakan holder elektroda, semakin panjang kapasitas filler namun
semakin rentan sambungan kedua plat memiliki celah. Sebaliknya,
semakin lambat kecepatan holder elektroda, semakin pendek kapasitas
filler, sambungan kedua plat lebih tertutupi (lebih sedikit/tidak ada celah),
namun berpotensi menimbulkan tumpukan slag.

Semakin besar arus yang digunakan, loncatan listrik akan menghasilkan


temperatur yang semakin tinggi sehingga semakin cepat mencairkan
filler. Semakin cepat filler mencair, harus semakin cepat pula holder
elektroda digerakkan.

Semakin lama rentang durasi dari akhir pengelasan ke pemukulan slag


dengan palu, semakin keras slag yang terbentuk sehingga semakin sulit
slag dihilangkan.

4.4

Fenomena yang terjadi selama praktikum baik umum atau khusus

Elektroda menempel pada benda kerja, hal ini terjadi karena elektroda
terlalu dekat sehingga menempel saat baru akan memulai pengelasan.

Tidak ada loncatan busur listrik, hal ini terjadi akibat elektroda terlalu
miring terhadap benda kerja sehingga loncatan busur listrik sulit terjadi.

Semakin pendek filler (elektroda), semakin besar dan merah api dari
loncatan busur listrik yang dihasilkan.

Dennis Setiawan / 13114023

BAB 4

ANALISIS

4.1 Analisis Prosedur Praktikum


1. Gunakan topeng pelindung dan menggunakan sarung tangan sebelum
melakukan pengelasan.
2. Siapkan benda kerja yaitu empat buah pelat logam.
3. Gunakan alat penggerinda untuk membentuk chamfer dengan sudut 45
derajat pada seluruh sisi dari setiap pelat logam.
4. Letakan benda kerja yang akan dilas di atas meja kerja.
5. Jepitkan salah satu jepitan kutub positif kabel listrik ke meja kerja.
6. Jepitkan batang elektroda ke jepitan listrik kutub lainya (pemegang
elektroda).
7. Nyalakan generator listrik dan atur arus yang mengalir pada daerah 5070 Ampere.
8. Dekatkan jepitan elektroda ke meja kerja terlebih dahulu untuk
memeriksa apakah arus listrik sudah mengalir ke meja kerja dan
elektroda. Bila keduanya sudah dialiri arus listrik, maka akan terbentuk
busur listrik antara elektroda dan meja kerja.
9. Setelah itu, lakukan proses pengelasan dari salah satu ujung dua pelat
logam benda kerja. Gerakan tangan yang memegang jepitan elektroda
adalah membentuk kotak, zig-zag, atau membentuk lingkaran atau
bundaran.
10. Setelah pengelasan selesai dilakukan hingga ke ujung kedua pelat,
diamkan pelat selama beberapa saat untuk didinginkan.
11. Gunakan ujung terbalik dari sebuah kapak penggerut untuk mengkeruk
lapisan slag yang terbentuk diatas sambungan las.

12. Lakukan proses pengelasan yang sama di sisi balik dari kedua pelat
tersebut, dan kemudian untuk pelat-pelat lainnya.
13. Setelah semua proses pengelasan selesai dan semua lapisan slag telah
dikeruk dari pelat, lakukan proses quenching dengan menyirami pelat
dengan air selama beberapa waktu.
14. Setelah selesai, ambil kembali benda kerja akhir, bersihkan daerah kerja
praktikum, dan kembalikan alat-alat yang digunakan selama praktikum
kepada tempatnya.

4.2 Analisis Benda Kerja


1. Terdapat sambungan las yang terjadi pada benda kerja dimana tidak
seluruh pelat tersambung oleh sambungan las. Hal ini disebabkan oleh
kecepatan pengelasan yang terlalu cepat sehingga lelehan yang
terbentuk pada pelat tidak cukup banyak untuk menyambungkan kedua
pelat tersebut.
2. Terdapat sambungan las yang terjadi pada benda kerja dimana
sambungan las yang terbentuk terlalu lebar dan menggumpal
kesamping benda kerja. Hal ini disebabkan oleh kecepatan pengelasan
yang terlalu lambat sehingga lelehan yang terbentuk pada pelat terlalu
banyak pada satu titik sehingga lelehanya mengalir keluar ke samping
benda kerja.
3. Benda kerja memiliki lapisan slag di atas benda kerja setelah proses
pengelasan dilakukan. Hal ini dikarenakan akibat lelehan logam yang
terjadi selama pengelasan bercampuran dengan udara, sehingga
membentuk oksida logam yang kemudian setelah mendingin menjadi
lapisan slag.
4. Benda kerja memiliki bercak berwarna putih disekitar sambungan las
setelah melakukan proses pengelasan. Bercak berwarna putih tersebut
merupakan daerah HAZ (Heat-affected zones) yang terjadi akibat
proses pengelasan yang sangat panas dan kurang merata, sehingga
daerah bercak yang terbentuk relatif besar. Namun, daerah bercak putih
ini menghilang setelah benda kerja dibiarkan mendingin selama
beberapa saat.

4.3 Analisis Parameter Proses


1. Besar arus listrik yang digunakan
Besar arus listrik yang digunakan memengaruhi besar kekuatan busur
listrik yang terbentuk, sehingga memengaruhi panas yang dihasilkan
untuk proses pengelasan. Arus yang lebih besar akan menghasilkan api
dengan temperatur yang lebih tinggi, dan arus yang lebih kecil akan
menghasilkan api dengan temperatur yang lebih rendah.
2. Jenis elektroda yang digunakan
Elektroda yang digunakan memengaruhi sifat dari sambungan las yang
akan terbentuk jika menggunakan elektroda consumable, yang
bergantung pada kekuatan dan kandungan unsur yang dimiliki oleh
elektroda.
consumable

Elektroda
dan

juga

dapat

non-consumable,

dibedakan
yang

dengan

juga

elektroda

berbeda

secara

pengunaan dan sifat material sambungan las yang terbentuk. Dimensi


dari elektroda (tebal dan diameter) juga memengaruhi berapa besar
arus listrik yang dibutuhkan untuk dialiri ke elektroda. Semakin besar
batang elektroda yang digunakan, maka arus listrik yang perlu dialirikan
juga harus lebih besar dan sebaliknya.
3. Jenis material benda kerja yang akan disambungkan
Material benda kerja yang akan disambungkan akan menentukan jenis
slag yang terbentuk di atas benda kerja dan juga menentukan panas
busur listrik yang dibutuhkan hingga terjadinya lelehan pada benda
kerja, dan kemudian juga memengaruhi besar arus yang perlu dialirkan
dari generator.
4. Kecepatan pengelasan
Kecepatan pengelasan berpengaruh pada jumlah lelehan material yang
akan didorong sepanjang benda kerja. Kecepatan pengelasan yang
terlalu cepat akan menyebabkan lelehan yang disebarkan tipis dan tidak
terjadi pelelehan yang cukup banyak untuk didorongkan sepanjang
benda kerja dan juga tidak cukup banyak untuk bercampur dan
membentuk sambungan las yang menyatu. Kecepatan pengelasan yang
terlalu lambat akan menyebabkan terjadinya lipatan-lipatan lelehan yang

menyimpang pada sambungan las dan juga lelehan yang terjadi terlalu
dalam sehingga terjadi HAZ yang sangat luas. Kecepatan pengelasan
yang terlalu lambat juga menyebabkan jumlah batang elektroda nonconsumable yang harus digunakan juga lebih banyak.

4.4 Fenomena yang terjadi selama praktikum


1. Pada saat melakukan proses pengelasan, benda kerja tertampak berpijar
mengeluarkan warna putih kebiruan dan oranye. Hal ini terjadi akibat
temperatur benda kerja sangat tinggi sehingga dapat memancarkan
cahaya, dimana warna putih kebiruan menunjukan bahwa benda kerja
berada di temperatur yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pijaran
berwarna oranye.
2. Terkadang ketika generator dimatikan setelah melakukan pengelasan,
ketika generator dinyalakan kembali, generator tidak dapat menyala. Hal ini
disebabkan oleh sistem MCB yang mengatur aliran listrik generator
mematikan generator, sehingga MCB untuk generator harus dinaikan
kembali agar listrik dapat mengalir kembali pada generator. Hal ini
kemungkinan terjadi akibat aliran yang sangat besar yang digunakan oleh
generator dianggap sebagai MCB sebagai overload, sehingga secara
otomatis MCB mematikan alat listrik tersebut.
3. Elektroda yang digunakan terkadang menyangkut dan tidak dapat bergerak
sepanjang benda kerja atau meja kerja. Hal ini kemungkinan terjadi akibat
letak elektroda dengan meja atau benda kerja terlalu dekat, sehingga busur
listrik yang terjadi melelehkan elektroda, dan menyatu dengan benda kerja
atau meja kerja karena lelehan elektroda mendingin dan mengenai benda
kerja atau meja kerja.

Raja Aldo / 13114024

BAB 4

ANALISIS

4.1. Prosedur Praktikum


1. Siapkan benda kerja dan alat yang diperlukan dalam praktikum ini.
2. Menyiapkan benda kerja dengan membentuk chamfer pada bagian
yang akan mengalami pengerjaan.
3. Meletakkan benda kerja pada meja kerja dan susun sebagaimana
benda kerja akan dikerjakan.
4. Pasangkan elektroda pada holdernya dan jepit meja kerja dengan
penjepit.
5. Hidupkan mesin dan atur arus yang mengalir di kabel.
6. Cek apakah arus sudah mengalir pada elektroda dengan
disentuhkan pada meja kerja sampai ada bunga api yang terjadi.
7. Lakukan proses pengelasan pada daerah yang dikehendaki.
8. Ketukkan palu pada daerah yang mengalami pengelasan untuk
membuang slag dan lasan yang tidak mengikat benda kerja dengan
kuat.
9. Tunggu benda kerja sampai dingin sebelum dipindahkan tempatnya.
10. Matikan alat, rapihkan tempat kerja dan kembalikan alat yang sudah
digunakan pada tempatnya.

4.2. Analisis Hasil Benda Kerja

Pada benda kerja yang sudah mengalami pengelasan terdapat


perubahan warna. Hal ini disebabkan oleh panas yang amat tinggi
dialami oleh benda kerja di sekitar daerah pengelasan. Daerah ini
disebut HAZ (Heat Affected Zone), HAZ adalah daerah dimana
daerah tersebut tidak mengalami pengerjaan namun terkena efek
panas dari proses pengerjaan tersebut.

Pada hasil pengelasan juga terdapat kerak hitam pada las. Dari
skema proses kerja las busur listrik pada bagian teratas terdapat
slag. Kerak hitam ini adalah slag. Slag perlu dihilangkan karena tidak
berguna. Cara menghilangkan slag dengan mengetuk slag tersebut
dengan palu sampai lepas dari hasil lasan.

Hasil benda kerja yang kami dapatkan juga terdapat lubang. Hal ini
disebabkan oleh ketidakrataan dalam pengelasan sehingga setiap
bagian benda kerja tidak mengalami proses yang seragam, ada
yang terlalu lama ada yang terlalu cepat prosesnya.

4.3. Analisis Parameter Proses

Jarak antara elektroda dan benda kerja saat pengelasan


mempengaruhi hasil dari benda kerja yang kita dapatkan. Semakin
jauh jarak antara elektroda dan benda kerja maka daerah pelelehan
dari elektroda semakin besar dan hasil pengelasan kurang baik
karena lelehan tidak tepat pada bagian yang ingin dilas.

Selain itu besar arus juga mempengaruhi proses pengelasan.


Semakin besar arus maka semakin cepat pelelehan dari elektroda,
semakin cepat pelelehan elektroda maka semakin cepat proses
pengelasan yang terjadi namun semakin sulit dikendalikan
prosesnya.

Besar

arus

juga

mempengaruhi

kenaikan

dari

temperature, semakin besar arus maka akan semakin panas dan


daerah fusi semakin besar.

Parameter proses lainnya yaitu kecepatan gerakan dari pengelasan.


Kecepatan gerak dari pengelasan ini mempengaruhi tebal dari hasil
lasan. Semakin lambat gerak dari pengelasan maka tebal dari lasan
semakin besar dan sebaliknya.

4.4. Fenomena
Fenomena yang terjadi saat pengelasan adalah terjadi gumpalan
pada daerah yang tidak mengalami pengelasan. Hal ini disebabkan oleh
jarak antara elektroda dan benda kerja saat pelelehan dari benda kerja
yang terlalu besar. Karena pelelehan dari elektroda berupa bunga api

sehingga daerah pelelehannya besar. Agar tidak terjadi ini maka jarak
elektrodda dan bendda kerja diperkecil.
Fenomena lainnya adalah terjadi perubahan warna pada benda
kerja. Hal ini dikarenakan adanya HAZ (Heat Affected Zone). Panas
yang dihasilkan cukup tinggi untuk mengubah struktur dari benda kerja
dan mengubah warna dari benda kerja.
Setelah proses pengelasan, terdapat kerak hitam yang melapisi
hasil dari lasan. Kerak hitam ini adalah slag. Slag ini terdapat pada
permukaan lasan karena adanya fluks yang mencegah terjadinya slag
pada bagian dalam lasan.

Krisna Nida Yudhasena / 13114003

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Prinsip kerja dari las busur listrik yakni suatu proses pengelasan dengan
memanfaatkan panas yang timbul akibat adanya beda potensial antara
elektroda yang terhubung dengan kabel (kutub positif) pada mesin las
dengan benda kerja yang terhubung dengan kabel (kutub negatif) pada
mesin las.
2. Tahapan proses pengelasan busur listrik adalah:
i.

Mempersiapkan benda kerja dan peralatan las busur listrik.

ii.

Membuat chamfering pada benda kerja

iii.

Mengatur arus yang akan digunakan berdasarkan jenis elektroda


dan benda kerja yang akan di las.

iv.

Menghubungkan elektroda dengan kabel (kutub positif) dan benda


kerja dengan kabel (kutub negatif) pada mesin las.

v.

Menggunakan peralatan keamanan pengelasan.

vi.

Menyalakan mesin kemudian lakukan pengelasan

vii.

Membersihkan slag, apabila pengelesan sudah dilakukan bersihkan


dan rapihkan kembali peralatan pengelasan.

3. Parameter proses dalam proses pengelasan las busur listrik antara lain:
a. Arus yang digunakan
b. Kecepatan gerak pengelasan
c. Jarak antara ujung elektroda dengan benda kerja
d. Jenis material benda kerja yang akan di las
e. Jenis elektroda yang digunakan

5.2 Saran
1. Pastikan pada saat melakukan proses pengelasan tetap waspada. Karena
percikan api dari proses pengelasan dapat mengenai anggota tubuh seperti
mengenai kaki, meskipun tertutup dengan sepatu namun panas yang
ditimbulkan akan tetap dapat dirasakan.
2. Cuci tangan dan basuh muka jika sudah selesai melakukan pengelasan.
Karena bisa jadi menyebabkan iritasi setelah melakukan praktikum las
busur listrik ini.

Jerry Agustian / 13114013

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan :
1. Prinsip kerja dari pengelasan busur listrik yaitu melelehkan logam dengan
panas yang dihasilkan dari busur listrik yang terjadi karena adanya
perbedaan polaritas antara ujung elektroda dan benda kerja.
2. Tahapan proses pengelasan busur listrik :
a. Menyiapkan alat dan benda kerja
b. Membersihkan benda kerja
c. Membuat chamfer pada benda kerja
d. Menentukan arus yang akan digunakan yang disesuaikan dengan
ketebalan eletkroda dan jenis material yang digunakan.
e. Menghubungkan kutub listrik pada benda kerja dan elektroda
f. Memakai pelindung mata, masker, dan sarung tangan
g. Mengecek busur listrik
h. Melakukan pengelasan
3. Parameter pengelasan busur listrik yaitu :
a. Arus dan tegangan listrik yang digunakan
b. Kecepatan pengelasan
c. Polaritas listrik yang digunakan
d. Kebersihan permukaan

5.2 Saran :
5. Membersihkan permukaan benda kerja dengan sikat besi terlebih dahulu
untuk kualitas pengelasan yang lebih baik
6. Memastikan pelindung mata, masker, dan sarung tangan telah terpakai
agar keamanan lebih terjamin.
7. Membiasakan membuat lasan pada kedua ujung awal dan akhir jaur
pengelasan sehingga deformasi benda kerja dapat dihindari.

Gita Permata Ariana / 13114019

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan:
1. Las busur listrik adalah proses pengelasan yang menggunakan panas dari
loncatan busur listrik antara elektroda dan benda kerja yang memiliki beda
potensial.
2. Tahapan-tahapan proses las busur listrik:
i.

Menyiapkan benda kerja yaitu 4 plat baja persegi panjang serta


peralatan dan perlengkapan las busur listrik.

ii.

Membuat chamfer pada 2 sudut dan 2 sisi pada sisi panjang plat baja
dengan mesin gerinda.

iii.

Atur arus listrik tergantung ukuran elektroda dan ketebalan dari benda
kerja yang akan dilas. Kisaran besar arus yang dapat digunakan
terdapat dalam tabel yang tercantum di belakang karton pembungkus
elektroda. Dalam praktikum ini digunakan 70 A.

iv.

Hubungkan kutub positif dengan elektroda dan kutub negatif dengan


meja

yang

terhubung

dengan

benda

kerja

(masing-masing

menggunakan penjepit).
v.

Nyalakan mesin las.

vi.

Pasang sarung tangan. Dekatkan elektroda dengan plat yang akan


dilas. Saat hampir menyentuh permukaan plat, pasang pelindung
muka.

vii.

Lakukan proses pengelasan busur listrik.

3. Parameter proses:

Kecepatan geser pergerakan holder elektroda. Semakin cepat kecepatan


pergerakan holder elektroda, semakin panjang kapasitas filler namun
semakin rentan sambungan kedua plat memiliki celah. Sebaliknya,
semakin lambat kecepatan holder elektroda, semakin pendek kapasitas

filler, sambungan kedua plat lebih tertutupi (lebih sedikit/tidak ada celah),
namun berpotensi menimbulkan tumpukan slag.

Semakin besar arus yang digunakan, loncatan listrik akan menghasilkan


temperatur yang semakin tinggi sehingga semakin cepat mencairkan filler.
Semakin cepat filler mencair, harus semakin cepat pula holder elektroda
digerakkan.

Semakin lama rentang durasi dari akhir pengelasan ke pemukulan slag


dengan palu, semakin keras slag yang terbentuk sehingga semakin sulit
slag dihilangkan.

5.2 Saran:

Sebaiknya saat pertama kali akan dilakukan pengelasan, elektroda jangan


terlalu dekat hingga menyentuh benda kerja. Sebaiknya tetap diberi jarak agar
elektroda tidak menempel pada benda kerja.

Sebaiknya digunakan kecepatan yang tidak terlalu lama/terlalu cepat sehingga


tidak ada celah namun juga tidak menimbulkan penumpukan slag.

Sebaiknya kapasitas MCB dinaikkan sehingga tidak mati tiba-tiba dan tidak
menghambat proses pengelasan.

Dennis Setiawan / 13114023

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Prinsip kerja las busur listrik adalah las busur listrik menciptakan panas
dengan menimbulkan sebuah busur listrik diantara benda kerja dengan
ujung elektroda. Busur listrik ini dibentuk dengan mengalirkan arus listrik
ke benda kerja dan elektroda yang terpisah. Tegangan listrik yang
sangat tinggi akan menyebabkan arus listrik dari kedua benda yang
terpisah itu loncat yang tertampak sebagai sebuah busur listrik. Panas
yang dihasilkan oleh busur listrik (sekitar 30000 derajat celcius)
kemudian digunakan untuk memanaskan dan melelehkan logam benda
kerja dan menyatukan logam-logam yang terpisah.
2. Tahapan proses dari proses pengelasan las busur listrik adalah sebagai
berikut :
a. Gunakan topeng pelindung, sarung tangan, dan alat-alat
keamanan lainnya sebelum melakukan proses pengelasan.
b. Siapkan benda kerja dan lakukan proses chamfering 45 derajat
pada seluruh sisi.
c. Jepitkan jepitan kabel kutub negatif pada meja kerja.
d. Jepitkan elektroda non-consumable pada pemegang elektroda.
e. Nyalakan generator arus dan atur arus yang mengalir hingga 5070 Ampere.
f. Lakukan pemeriksaan apakah arus listrik telah mengalir pada
elektroda dengan mendekatkan elektroda pada meja kerja.
g. Jika terjadi busur listrik, maka arus telah mengalir dan proses
pengelasan siap dilakukan.
h. Biarkan benda kerja mendingin untuk beberapa saat dan keruk
lapisan slag yang terbentuk diatas sambungan las.

i.

Setelah proses pengelasan dilakukan, bersihkan daerah kerja


praktikum dan dinginkan benda kerja menggunakan air.

3. Parameter proses dari las busur listrik adalah besar arus listrik, jenis
elektroda yang digunakan, jenis material benda kerja yang digunakan,
dan kecepatan pengelasan.

Saran
1. Karena hasil akhir benda kerja memiliki banyak bagian yang tidak
disambung oleh las, selain memperlambat gerakan tangan selama
proses pengelasan dilakukan, arus listrik yang digunakan untuk proses
pengelasan dapat dinaikan.
2. Dapat digunakan sebuah vise atau penjepit benda kerja agar benda
kerja tidak bergerak selama proses pengelasan. Benda kerja bergerak
akibat pemuaian yang relatif besar karena temperatur pengelasan yang
sangat tinggi.
3. Elektroda permanen dapat digunakan agar proses pengelasan tidak
perlu berhenti akibat elektroda yang habis dan juga mengurangi sampah
yang dihasilkan dari puntung elektroda.
4. Masker penutup hidung dan mulut sebaiknya diwajibkan agar tidak
menghirup gas-gas yang terbentuk akibat proses pengelasan dan juga
slag yang dapat terbang ke arah muka saat melakukan melakukan
proses pengikisan slag.
5. Praktikan sebaiknya menggunakan sarung tangan karet untuk
menghindari risiko terjadinya kesetrum saat melakukan proses
pengelasan.
6. Benda kerja yang akan dilas dapat lebih divariasikan sehingga praktikan
juga dapat mengetahui berbagai jenis sambungan las dan teknik
pengelasan yang dapat digunakan menggunakan las busur listrik.

Raja Aldo (13114024)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Prinsip kerja las busur listrik adalah dengan memanfaatkan arus
yang besar untuk menghasilkan lompatan listrik untuk melakukan
proses las. Lompatan listrik ini menghasilkann panas yang besar
dan menciptakan bunga api yang melelehkan elektroda dan benda
kerja.
2. Tahapan proses las busur listrik adalah chamfering benda kerja,
pemilihan besar arus, pengelasan, lalu pembersihan slag
3. Parameter proses pada las busur listrik adalah kecepatan gerak dari
proses pengelasan, jarak antara elektroda dan benda kerja, dan
besar arus yang digunakan.
5.2. Saran
1. Agar proses pengelasan yang didapatkan baik sebaiknya dilakukan
proses chamfering pada benda kerja.
2. Sebelum dilakukan proses pengelasan sebaiknya tes apakah ada
bunga api yang dihasilkan agar proses pengelasan dapat dilakukan.
3. Setelah dilakukan pengelasan sebaiknya hasil benda kerja dipukul
untuk menghilangkan slag pada benda kerja agar hasil yang
didapatkan baik.

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM


MODUL 2
LAS BUSUR LISTRIK

1. Tuliskan nama dan fungsi dari komponen las busur listrik yang digunakan pada
praktikum dengan lengkap!
Pelindung muka, berfungsi untuk melindungi mata

dan wajah dari

pancaran radiasi dari cahaya api yang sangat terang.


Sarung tangan, melindungi tangan dan lengan dari panas yang
ditimbulkan dan loncatan bunga api yang muncul.
Elektroda, sekaligus sebagai filler dan kutub positif tempat loncatan
busur listrik terjadi.
Benda kerja, objek yang akan dikenai proses pengelasan.
Kabel benda kerja, mengalirkan arus listrik dari mesin las busur listrik ke
meja benda kerja.
Kabel elektroda, mengalirkan arus listrik dari mesin las busur listrik ke
elektroda.
Penjepit, menghubungkan kabel benda kerja ke meja benda kerja.
Holder elektroda, menghubungkan kabel elektroda ke elektoda (filler).
Mesin las busur listrik, menghasilkan arus sesuai yang dibutuhkan pada
proses pengelasan busur listrik.

2. Terangkan prosedur kerja yang telah dilakukan pada las busur listrik, secara
singkat saja !

Siapkan benda kerja yaitu pelat baja Buat chamfer pada 2 sudut dan 2 sisi pada
sisi panjang plat baja dengan mesin gerinda. Atur arus listrik tergantung ukuran
elektroda dan ketebalan dari benda kerja yang akan dilas. Hubungkan kutub positif
dengan elektroda dan kutub negatif dengan meja yang terhubung dengan benda kerja
(masing-masing menggunakan penjepit). Nyalakan mesin las. Pasang sarung tangan.
Dekatkan elektroda dengan plat yang akan dilas. Saat hampir menyentuh permukaan
plat, pasang pelindung muka. Lakukan proses pengelasan busur listrik.

Anda mungkin juga menyukai