Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

DI SUSUN OLEH :

NAMA : NOVY ARIEF. S

NIM : 2122080028

PRODI PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN

JURUSAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN

POLITEKNIK PERTANIAN PEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN

2023
BAB I PENDAHULUAN

Pengelasan adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara


mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekan dan
dengan atau tanpa logam tambahan dan menghasilkan sambungan yang kontinyu.
Salah satu proses penyambungan logam dengan logam yang lain adalah proses
pengelasan, dimana proses pengelasan sangat berhubungan erat dengan energi
termal (panas), sehingga dalam prosesnya akan dapat mengubah sifat dasar dari
material dasar, untuk itu dalam proses pengelasan perlu diperhatikan beberapa
parameter proses pengelasan yang berhubungan dengan kualitas hasil las, seperti
pemilihan mesin las, penunjukan juru las, pemilihan kuat arus, pemilihan
elektroda,dan pemilihan jarak pengelasan (Biodun et al., 2016; Bodude &
Momohjimoh, 2015).

Pengelasan yang sering digunakan dalam dunia industri secara umum adalah
pengelasan dengan menggunakan metode pengelasan dengan busur nyala logam
terlindung atau biasa disebut Shielded Metal Arc Welding (SMAW). Metode
SMAW banyak digunakan pada masa ini karena penggunaannya lebih praktis,
lebihmudah pengoperasiannya, dapat digunakan untuk segala macam posisi
pengelasan dan lebih efisien (L.S.S.K.Weerasekaralage et al., 2019)(Pandapotan,
2019).

Menurut Harsono et al., (2019), mesin las SMAW menurut arusnya dibedakan
menjadi tiga macam yaitu mesin las arus searah atau Direct Current (DC), mesin
las arus bolak balik atau Alternating Current (AC) dan mesin las arus ganda yang
merupakan mesin las yang dapat digunakan untuk pengelasan dengan arus searah
(DC) dan pengelasan dengan arus bolakbalik (AC). Mesin Las arus DC dapat
digunakan dengan dua cara yaitu polaritas lurus dan polaritas terbalik(Hisey &
Kroll, 2021) . Mesin las DC polaritas lurus (DC-) digunakan bila titik cair bahan
induk tinggi dan kapasitas besar, untuk pemegang elektrodanya dihubungkan
dengan kutub negative dan logam induk dihubungkan dengan kutub positif,
sedangkan untuk mesin las DC polaritas terbalik (DC+) digunakan bila titik cair
bahan induk rendah dan kapasitas kecil, untuk pemegang elektrodanya
dihubungkan dengan kutub positif dan logam induk dihubungkan dengan kutub
negatif(Al-fadhalah & Paradowska, 2014).

Menurut Hamid, (2016) penyetelan ampere pengelasan akan mempengaruhi hasil


las. Bila ampere yang digunakan terlalu rendah akan menyebabkan sukarnya
penyalaan busur listrik. Busur listrik yang terjadi menjadi tidak stabil. Panas yang
terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan dasar sehingga hasilnya
merupakan rigi-rigi las yang kecil dantidak rata serta penembusan kurang dalam.
Sebaliknya bila ampere terlalu tinggi maka elektroda akan mencair terlalu cepat
dan akan menghasilkan permukaan las yang lebih lebar dan penembusan yang
dalam sehingga menghasilkan kekuatan tarik yang rendah dan menambah
kerapuhan dari hasil pengelasan(Ahcmad & Yohanes, 2019).

Kekuatan hasil lasan dipengaruhi oleh tegangan busur, besar ampere, kecepatan
pengelasan, besarnya penembusan dan polaritaslistrik (Almuzikri, 2021).
Penentuan besarnya ampere dalam penyambungan logam menggunakan las busur
mempengaruhi efisiensi pekerjaan dan bahan las. Penentuan besar ampere dalam
pengelasan ini mengambil 100A, 110A dan 120A. Pengambilan
Amperedimaksudkan sebagai pembanding dengan interval ampere diatas.

Berdasarkan uraian pada paragraf sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan


penelitian tentang Variasi Ampere Terhadap Kekuatan Tarik PadaHasil
Pengelasan Dengan Posisi Down Hand. Beberapa Welder di Satuan Kerja
Perawatan PT Bukit Asam menggunakan ampere yang berbeda pada saat
pengelasan. Posisi yang ingin di teliti yakni posisi pengelasan down hand (bawah
tangan). Dengan adanya penelitian ini agar diharapkan dapat mengetahui pada
ampere berapakah kekuatan tarik yang paling kuat dengan menggunakan material
ST52-3.
BAB II PEMBAHASAN

Pengelasan adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara


mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekan dan
dengan atau tanpa logam tambahan dan menghasilkan sambungan yang kontinyu.
Salah satu proses penyambungan logam dengan logam yang lain adalah proses
pengelasan, dimana proses pengelasan sangat berhubungan erat dengan energi
termal (panas), sehingga dalam prosesnya akan dapat mengubah sifat dasar dari
material dasar, untuk itu dalam proses pengelasan perlu diperhatikan beberapa
parameter proses pengelasan yang berhubungan dengan kualitas hasil las, seperti
pemilihan mesin las, penunjukan juru las, pemilihan kuat arus, pemilihan
elektroda,dan pemilihan jarak pengelasan (Biodun et al., 2016; Bodude &
Momohjimoh, 2015).

Pengelasan adalah salah satu proses yang sangat penting dalam industry
perkapalan. Ini digunakan untuk menggabungkan material logam dengan cara
melelehkannya dan kemudian membiarkannya mendingin sehingga membentuk
sambungan yang kuat. Teknik pengelasan dalam dunia perkapalan sangat penting
karena kapal harus tahan terhadap tekanan air, perubahan suhu, dan tekanan
lainnya di lingkungan laut yang keras. Berikut adalah beberapa teknik pengelasan
yang umum digunakan dalam industri perkapalan:

1. Pengelasan Manual (Manual Welding). Ini adalah teknik pengelasan yang


paling umum digunakan dalam perkapalan. Operator menggunakan mesin
las tangan atau mesin las semi otomatis untuk melakukan pengelasan
secara manual. Ini memungkinkan operator untuk memiliki kontrol
langsung atas proses pengelasan dan sangat berguna untuk pekerjaan yang
memerlukan presisi tinggi.
2. Pengelasan Semi Otomatis (Semi-Automatic Welding). Dalam teknik ini,
mesin las yang digunakan memiliki beberapa tingkat otomatisasi, tetapi
operator masih perlu mengawasi dan mengendalikan proses. Ini sering
digunakan dalam produksi kapal untuk menggabungkan panel baja besar.
3. Pengelasan Otomatis (Automatic Welding). Dalam pengelasan otomatis,
mesin las sepenuhnya mengendalikan proses pengelasan tanpa campur
tangan manusia. Ini digunakan dalam produksi massal kapal untuk
menghasilkan sambungan yang konsisten dan berkualitas tinggi.
4. Pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas Welding). Pengelasan TIG adalah
metode pengelasan yang menggunakan elektroda yang terbuat dari
tungsten dan gas inert seperti argon untuk melindungi sambungan dari
kontaminasi atmosfer. Ini sering digunakan untuk pengelasan logam tipis
dan aplikasi yang memerlukan kualitas tinggi.
5. Pengelasan MIG (Metal Inert Gas Welding). Pengelasan MIG
menggunakan elektroda berlapis yang dilelehkan untuk mengisi
sambungan. Gas inert seperti argon digunakan untuk melindungi
sambungan dari oksidasi. Ini adalah metode yang cepat dan efisien yang
sering digunakan dalam industri perkapalan.
6. Pengelasan Submerged Arc Welding (SAW). Pengelasan SAW adalah
metode di mana busur listrik terendam di bawah lapisan serbuk logam
untuk melindungi sambungan dari atmosfer. Ini sering digunakan dalam
pengelasan pipa dan sambungan yang panjang.
7. Pengelasan Laser dan Plasma. Teknologi laser dan plasma digunakan
untuk pengelasan yang sangat presisi dan cepat dalam aplikasi perkapalan
yang lebih modern.

Penting untuk diingat bahwa dalam industri perkapalan, keamanan dan kualitas
sangat penting. Operator pengelasan harus dilatih dengan baik dan harus
mematuhi standar keselamatan yang ketat untuk memastikan bahwa sambungan
pengelasan pada kapal adalah kuat dan tahan lama. Selain itu, pengujian
nondestruktif sering digunakan untuk memeriksa kualitas sambungan pengelasan
secara menyeluruh sebelum kapal diluncurkan ke laut.

Jenis-Jenis Pengelasan

1. Shielded Metal Arc Welding ( SMAW )

SMAW adalah salah satu jenis pengelasan yang menggunakan loncatan electron
( busur listrik ) sebagai sumber panas untuk pencairan logam. Suhu busur dapat
mencapai 3300 º C , jauh diatas titik lebur baja , sehingga dapat mencairkan baja
secara serta merta/cepat ( instant ).

SMAW dapat menggunakan arus listik bolak balik ( AC = alternating current )


maupun arus searah ( DC = direct current ) . Jika arus bolak balik yang digunakan
tidak ada kutup kutup, sebaliknya apabila arus searah yang digunakan maka
digunakan kutup kutup + dan – . Kondisi ini disebut polaritas .
Terdapat dua jenis polaritas untuk pengelasan, yakni straight polarity / polaritas
lurus, dimana elektroda bermuatan ( – ) dan bahan induk bermuatan (+), dan
polaritas terbalik, dimana elektroda bermuatan + dan bahan induk bermuatan – .

Elektroda dibuat dengan karakter khusus, ada elektroda yang hanya


menggunakan pada mesin las AC, ada yang menggunakan DC Polaritas lurus atau
lazim disebut DCSP ( Direct Current Straight Polarity ) atau juga disebut DCEN
(Direct Current Electrode Negative), ada yang menggunakan DC Polaritas
terbalik atau DCRP (Direct Current Reverse Polarity) atau juga disebut DCEP
(Direct Current Electrode Positive).

Adapun secara skematis SMAW dapat digambarkan sebagai berikut

Mesin las dapat digerakkan oleh mesin diesel atau oleh transformer
(inverter) .Pada umumnya cakupan arus mesin las antara 20 hingga 500 Amper
CC.DC (constant current), dengan tegangan antara 14 hingga 40 V , CV DC
(constant voltage). Pendingin mesin dapat berupa minyak atau udara.

Transformer menggunakan arus masuk bolak balik bertegangan 220,380 atau 415
Volt untuk kemudian dirubah menjadi arus searah bertegangan 14 hingga 40 V.

Sebelum digunakan mesin las harus diperiksa dengan teliti untuk meyakinkan
bahwa semua poolnya dalam keadaan baik . Kemudian sewaktu digunakan harus
dikalibrasi untuk mengetahui konsistensi besarnya arus dengan penunjukan yang
ada pada pengendali digital dengan menggunakan tang amper pada kabel yang
menghubungkan elektroda.

SMAW menggunakan electrode batang (stick electrode) yang bersalut. Untuk


mengetahui sifat mekanis bahan las maka oleh AWS (American Welding Society)
dibuat sistim identifikasi yang tertulis pada coating. Jika ditinjau dari kekuatan
tarik bahan elektroda maka jenis jenis stick electrode ini dapat dikelompokkan
menjadi:
 Kelompok E 60…….. yang berkuat tarik 60.000 psi
 Kelompok E 70…….. yang berkuat tarik 70.000 psi
 Kelompok E 80…….. yang berkuat tarik 80.000 psi
 Kelompok E 90…….. yang berkuat tarik 90.000 psi
 Kelompok E 100…… yang berkuat tarik 100.000 psi
 Kelompok E 110…… yang berkuat tarik 110.000 psi
 Kelompok E 120…… yang berkuat tarik 120.000 psi

Masing masing elektroda memiliki karakteristik khusus sesuai dengan maksud


dan tujuan dibuatnya .

2. Gas Metal Arc Welding ( GMAW )

GMAW (Gas Metal Arc Welding) merupakan proses penyambungan dua buah
logam atau lebih yang sejenis dengan menggunakan bahan tambah yang berupa
kawat gulungan dan gas pelindung melalui proses pencairan. Gas pelindung
dalam proses pengelasan ini berfungsi sebagai pelindung dari proses oksidasi,
yaitu pengaruh udara luar yang dapat mempengaruhi kualitas las. Gas yang
digunakan dalam proses pengelasan ini dapat menggunakan gas argon, helium,
argon+helium dsb. Penggunaan gas juga dapat mempengaruhi kualitas las itu
sendiri.

Proses pengelasan GMAW merupakan pengelasan dengan proses pencairan


logam. Proses pencairan logam ini terbentuk karena adanya busur las yang
terbentuk diantara kawat las dengan benda kerja. Ketika kawat las didekatkan
dengan benda kerja maka terjadilah busur las ( menghasilkan panas) yang mampu
mencairkan kedua logam tersebut (kawat las + benda kerja), sehingga akan
mencair bersamaan dan akan membentuk suatu sambungan yang tetap.

Dalam proses ini gas pelindung yang berupa gas akan melindungi las dari udara
luar hingga terbentuk suatu sambungan yang tetap. Proses pengelasan GMAW
menggunakan arus searah (DC) dengan posisi elektroda pada kutub positif, hal ini
sering disebut sebagai polaritas terbalik. Polaritas searah jarang digunakan dalam
proses pengelasan dikarenakan dalam proses ini transfer logam tidak terjadi secara
sempurna.

3. Gas Tungsten Arc Welding (GTAW)

Gas tungsten arc welding (GTAW) adalah proses las busur yang menggunakan
busur antara tungsten elektroda (non konsumsi) dan titik pengelasan. Proses ini
digunakan dengan perlindungan gas dan tanpa penerapan tekanan. Proses ini dapat
digunakan dengan atau tanpa penambahan filler metal. GTAW telah menjadi
sangat diperlukan sebagai alat bagi banyak industri karena hasil las berkualitas
tinggi dan biaya peralatan yang rendah.

Prinsipnya Panas dari busur terjadi diantara elektrode tungsten dan logam induk
akan meleburkan logam pengisi ke logam induk di mana busurnya dilindungi oleh
gas mulia (Ar atau He).

Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas = Tungsten Gas Mulia) menggunakan
elektroda wolfram yang bukan merupakan bahan tambah. Busur listrik yang
terjadi antara ujung elektroda wolfram dan bahan dasar merupakan sumber panas,
untuk pengelasan. Titik cair elektroda wolfram sedemikian tingginya sampai
3410° C, sehingga tidak ikut mencair pada saat terjadi busur listrik.

Tangkai listrik dilengkapi dengan nosel keramik untuk penyembur gas pelindung
yang melindungi daerah las dari luar pada saat pengelasan.

Sebagian bahan tambah dipakai elektroda tanpa selaput yang digerakkan dan
didekatkan ke busur yang terjadi antara elektroda wolfram dengan bahan dasar.
Sebagai gas pelindung dipakai gas inert seperti argon, helium atau campuran dari
kedua gas tersebut yang pemakainnya tergantung dari jenis logam yang akan
dilas. Pembakar las TIG terdiri dari :

 Penyedia arus
 Pengembali air pending
 Penyedia air pendingin
 Penyedia gas argon
 Lubang gas argon ke luar
 Pencekam elektroda
 Moncong keramik atau logam
 Elektroda tungsten
 Semburan gas pelindung

4. Submerged Arc Welding ( SAW )

SAW adalah salah satu jenis las listrik dengan proses memadukan material yang
dilas dengan cara memanaskan dan mencairkan metal induk dan elektroda oleh
busur listrik yang terletak diantara metal induk dan elektroda. Arus dan busur
lelehan metal diselimuti (ditimbun) dengan butiran flux di atas daerah yang dilas.

SAW tidak membutuhkan tekanan dan bahan pengisi (filler metal) dipasok secara
mekanis terus ke dalam busur lsitrik yang terbentuk diantara ujung filler elektroda
dan metal induk yang ditimbun oleh fluks. Elektroda pada proses SAW terbuat
dari metal padat (solid). Prinsip pada pengelasan ini hampir sama dengan
pengelasan pada SMAW. Bedanya dengan SMAW adalah pada SAW flux tidak di
bungkus ke elektroda, menggunakan elektroda kontinu, arus lebih tinggi sehingga
dapat digunakan untuk mengelas benda yang lebih tebal hanya dengan langkah
yang sedikit.

Faktor yang perlu diperhatikan sebelum pengelasan SAW :

 Komposisi kimia dan properti mekanikal lasan yang diharapkan


 Ketebalan material yang akan dilas
 Cara pengelasan
 Posisi pengelasan yang dibuat
 Frekuensi atau volume pengelasan yang diinginkan

SAW dapat dioperasikan dengan 3 cara:


 Semi otomatik (filler dipasok dengan tangan welder)
 Automatic (filler dipasok oleh mesin)
 Dengan mesin (welding travel secara manual dan juga digunakan unruk
elektroda diameter kecil)

5. Flux-Cored Arc Welding

Flux cored arc welding (FCAW) merupakan las busur listrik fluk inti tengah /
pelindung inti tengah. FCAW merupakan kombinasi antara proses SMAW,
GMAW dan SAW. Sumber energi pengelasan yaitu dengan menggunakan arus
listrik AC atau DC dari pembangkit listrik atau melalui trafo dan atau rectifier.
FCAW adalah salah satu jenis las listrik yang memasok filler elektroda secara
mekanis terus ke dalam busur listrik yang terbentuk di antara ujung filler
elektroda dan metal induk. Gas pelindungnya juga sama-sama menggunakan
karbon dioxida CO2. Biasanya, pada mesin las FCAW ditambah robot yang
bertugas untuk menjalankan pengelasan biasa disebut dengan super anemo.

Flux cored arc welding atau las busur berinti flux mirip dengan proses las
GMAW, yaitu menggunakan elektroda solid dan tubular yang diumpankan secara
kontinyu dari sebuah gulungan. Elektroda diumpankan
melalui gun atau torch sambil menjaga busur yang terbentuk diantara ujung
elektroda dengan base metal. FCAW menggunakan elektroda dimana terdapat
serbuk flux di dalam batangnya. Butiran-butiran dalam inti kawat ini
menghasilkan sebagian atau semua shielding gas yang diperlukan. Jadi
berlawanan dengan GMAW, dimana seluruh gas pelindung berasal dari sumber
luar. FCAW bisa juga menggunakan gas pelindung tambahan, tergantung dari
jenis elektroda, logam yang dilas, dan sifat dari pengelasan yang dikerjakan.

Ada dua jenis variasi FCAW yang memiliki kegunaan berbeda-beda tergantung
dari metode gas pelindung.

 Gas Shielded (FCAW-G).


 Self-shielded (FCAW-SS).
Berdasarkan metode pembuatan fluks dibedakan menjadi

 Self shielding FCAW (Pelindungan sendiri) , yaitu melindungi las yang


mencair dengan gas dari hasil penguapan dan reaksi inti fluks
 Gas shielding FCAW (perlindungan gas) = dual gas, yaitu melindungi las
yang mencair selain dengan gas sendiri juga ditambah gas pelindung dari
luar sistem.

Kedua jenis pelindung di atas sama2 menghasilkan terak las yang memadai untuk
melindungi metal las yang akan beku. Perbedaannya terletak pada tambahan
sistem pemasok gas dan welding torch (welding gun).

Berdasarkan cara pengoperasiannya, FCAW dibedakan menjadi :

 Semi otomatik / semi automatic


 Otomatik / machine otomatik

Sifat-sifat utama (Principal features) FCAW dalam proses pengelasan

 Produktivitas yang kontinu dari pasokan elektroda las


 Sifat metalurgy las yang dapat dikontrol dari pemilihan fluks
 Pembentukan manik las yang cair dapat ditopang oleh slag yang tebal dan
kuat

Pelindung gas umumnya menggunakan gas CO2 atau campuran CO2 dengan
Argon. Namun dengan keberadaan oksigen kadang akan menimbulkan problem
baru yaitu dengan porosity yang dihasilkan reaksi CO2 dan oxygen yang ada di
udara sekitar lasan, sehingga perlu memilih fluks yang mengandung zat yang
bersifat pengikat oxygen atau deoxydizer.

link video pengelasan : https://youtu.be/Z_cNxU9KNrw?


si=XuT5zBwESESD_w60

Anda mungkin juga menyukai