Anda di halaman 1dari 15

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Pengelasan

Penyambungan logam dua atau lebih mengguanakan pengelasan banyak

digunakan dalam industri terutama konstruksi. Pembuatan perlatan-peralatan industri,

konstruksipipa, pembuatan bejaana, jembatan dan kunstruksi perkkapal dan lain

sebagainya. Industri yang pesat sangat membutuhkan sambungan pengalasan yang

baik untuk diperkembangkan guna menutupi teknologi manufactur. Pengelasan selain

untuk pembuatan produk pesanan, juga banyak dipakai untuk perbaikan (Afan et al.,

2020). Banyak sekali loagm yang dapat disambung dengan metode las diantaranya

yaitu baja karbontinggi, baja karbon rendah, baja anti karat dan baja panduan non

ferros, contohnya aluminnium, nikel,timah tembaga, titaninium dan lain-lain.

Pengerjaan Pengelasan juga sangat mementingkan kualitas adan mutu yang

harus sesuai dengan standar misalnya Japannese Industrial Standartd (JIS), American

Sistem for Testing Material (ASTM), American welding society (AWS), danlain-lain.

Didalam pengelasan kita juga harus memilih proses yang tepat, memilih bahan baku

logam, proses perancangan, standar prosedur pengelasan, dan welder, pengendalian

sistem dan standar pengujian pengelasan harus dilakukan untuk memenuhi standar.

Agar kualiats pengellasan dapat memenuhi standart.

6
7

Lebih tepatnya untuk pengelasan logam yang tidak diketahui prosedur standart

pengelasan, maka perlu mengkaji atau melakukan percobaan pengelasan dini yang

kemudian diuji sesuai dengan yang dinginkan.

Menurut Dutche Industrial Normen (DIN), pengelasan adalah proses

penyambungan dua buah logam atau lebih dengan mencairkanlogam pengisi atau

biasa disebut dengan elektroda. Jika kawat atau logam pengisi mencair disebut

Brazzing atau Brazee Welding sesuai standart AWS (American welding socity).

Berdasrkan deffinisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengelasan material logam

memerlukan energi panas yang tinnggi untuk mencairkan logam pengisi pada

sambungan. Jika sambungan memerlukan material tambahan, maka material

tambahan juga harus mengalami pencairan agar logam induk membentuk tumpukan

las. Energy panas sangat diperlukan pada saat pencairkan sebagian material dasar dan

logam tambahan karena dapat mempengaruhi sifat dan struktur mikro pada logam.

Daerah sambungan las sifatnya akan berubah karena terpengaruh oleh panas terutama

daerah HAZ (Habibi et al., 2012).

2.2 Klasifikasi Cara-Cara Pengelasan

Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan

dalam pengelasan, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam hal-hal

tersebut. Secara konvensional cara-cara pengklasifikasi tersebut pada waktu ini dapat

dibagi dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan kerja dan klasifikasi berdasarkan

energi yang digunakan. Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las

tekan, las patri dan lain-lainnya. Sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan

adanya kelompok-kelompok seperti las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya.
8

Bila diadakan pengklasifikasian yang lebih terperinci lagi, maka kedua klasifikasi

tersebut diatas dibaur dan akan terbentuk kelompok-kelompok yang banyak sekali.

Diantara kedua cara klasifikasi tersebut diatas kelihatannya klasifikasi cara kerja lebih

banyak digunakan karena itu pengklasifikasian yang diterangkan dalam bab ini juga

berdasarkan cara kerja.

Berdasrkan klasifikasi ini pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu

pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian. Pengelasan cair adalah cara

pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari

busur listrik atau sumber api gas yang terbakar. Pengelasan tekan adalah cara

pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi

satu. Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan

dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini

logam induk tidak turut mencair.

Pemotongan yang dimaksud adalah proses memotong material dengan

mencairkan logam yang akan dipotong. Proses ini sangat banyak digunakan didalam

las potongan dengan menggunakan gas accytelin dan pemotongan menggunakan

busur. Jenis pengelasan yang paling sering kita jumpai saat ini adalah pengelasan cair

atau las accytelin gas. Ini dikarena cara las busur listrik dan las gas berbeda maka dari

ituyang akan dibahas. Sedangkan klasifikasi peengelasan yang lainnya juga akan

disatukan dalam satu pembahsan.


9

2.3 Jenis-Jenis Mesin Las

2.3.1. Mesin Las Arus Balik (Mesin Las AC)

Mesin las ini memdepatkan busur nyala dari perubahan, didalam jenis las ini

arus dari kabel listrik kemudian dirubaah ke arus yang bolak–balik oleh transformtror

yang bisa digunakan untuk proses pengengelasan. Mesin las ini langsung menggunakan

arus listrik AC dari PLN yang memiliki teganngan yang tinggi, namun berbanding

dengan kebutuhan penggelasan yang hanya membutuhkanv sedikit tegangan berkisar

50 Volt sampai dengan 90 Voltmaka mesin las arus bolak balik menggunakan

transformatore (Trafo) stepdown, yaitu transsformer yang berfungsi untuk menurunkan

tegangan (Wandri Despa, 2016).

Transformators yang digunakan pada mesin las jenis ini mempunyai daya yang

tingg. Untuk mencairkan logam pengisi dan base metal diperlukan energi panas yang

tinggi, oleh karena itu teganggan pada terminal sekunder hanya kecil, kemudian untuk

menghasilkan energy panas yang tinngi diperlukan arus listrik besar. Arus listrik yang

digunakan untuk pengesalan yaitu 30 ampere sampai 300 ampere. Besar kecilnya arus

yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengelasan. Jika memerlukan energy panas

tinggi maka memerlukan arus yang besar juga, dan begitu pula sebaliknya. Arus yang

terdapat pada transformators dapat juga disetel dan disesuaikan dengan kebutuhan,

caranya memutar ulir penyetel arus sesia dengan kebutuhan. Pada transformators las

ACada dua kabel yaitu kabel busur (+) dan kabel massa, jika kedua kabel tersebut salah

dalam pemasangan, tidak akan berpengaruhi suhu yang ditimbulkan.

A. Kelebihan mesin las arus searah (AC)

1. Mudah didapat dan perlatan harganya lebih murah;


10

2. Jika kabel minus dan kabel plus tertukar maka tidak mempengaruhi arus

dihasilkan;

3. Penyalaan lebih kecil sehingga mengurangi terjadinya porosity.

B. Kekurangan dari mesin las arus searah AC

1. Hanya bisa digunakan pada jenis elektroda tertentu saja;

2. Hanya bisa untuk mengelas beberapa jenis logam.

2.3.2 Las Arus Searah (Mesin Las DC)

Alat las ini menggunakan arus dc untuk medapatkan nyala busur listrik. Aliran

DC biasanya berasal dari batrei atau dnamo listrik. Dinarmo yang digerakkan oleh

motor,motor bensin,motor diesel, dan alat penggerak lainnyya. Las arus dc yang

mengguunakan motor listrik sebagai penggeraknya awalnya memerlukan alat sebagai

penyaerah aliran. Penyeaarah arus berfungsi sebagi pengubah arus AC menjadialiran

DC. Aliran arus bolak-balik dirubah menjadi aliran arus searah pada pengelasan

mempunyai keuntungan, diantaranya:

1. Saat penyalaan busur listrik stabil;

2. Semua jenis kawat las bisa digunakan;

3. Tidak mengahsilakn kebisingan;

4. Bisa digunakan untuk 2 jenis arus;

5. Biasanya digunakan mengelas plat tipis.


11

2.4 Jenis – Jenis Pengelasan

Berbagai jenis pengelasan yang banyak digunakan di industri diantaranya las

SMAW, GMAW, SAW, GTAW, dan OAW.

2.4.1 OAW (Oxygen Acetlyn Welding)

Oxygen Acetylene Welding adalah sejenis dengan las karbit/gas

panas yang didapat dari hasil pembakaran gas acetylene (C₂H₂) dengan zat

asam atau Oksigen (O₂), selain gas acetylene, las OAW juga menggunkan

gas propane (C₃H₈) sebagai ganti gas acetylene. Supaya menghasilkan

panas, pengelasan ini mengeluarkan nyala api hasil pembakaran gas yang

dikeluarkan oleh tarch. Nyala api yang berfungsi untuk mencairkan

sebagian logam pengisi dan logam induk selama proses pengelasan.

Gambar 2.1 Las OAW (Oxygen Acetlyn Welding)

2.4.2 SMAW (Shield Metal Arch Welding)

Shield Metal Arc Welding (SMAW) merupakan suatu teknik

pengelasan elektroda berselaput yang membentuk busur las antara elektroda

dengan kawah las menggunakan selaput elektroda/fluks sebagai pelindung.


12

Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda

mencair dan membentuk butiran yang terbawa arus busur listrik. Bila

mengguakan arus listrik besar maka butiran logam cair yang terbawa

menjadi halus dan sebaliknya, bila arus kecil maka butirannya menjadi besar

.Pola pemindahan logam cair sangat mempengaruhi sifat mampu las dari

logam. Logam mempunyai sifat mampu las yang tinggi bila pemindahan

terjadi dengan butiran yang halus. Pola pemindahan cairan dipengaruhi oleh

besar kecilnya arus dan komposisi dari bahan fluks yangdigunakan. Bahan

fluks yang digunakan untuk membungkus elektroda selama pengelasan

mencair dan membentuk terak yang menutupi logam cair yang terkumpul

ditempat sambungan dan bekerja sebagai penghalang oksidasi (Santoso,

2006).

Gambar 2.2 Proses Las SMAW (Shield Metal Arch Welding)


13

2.4.3 SAW (Submerged Arc Welding)

Submerged Arc Welding adalah pengelasan busur ynag

menggunakan busur antara elektroda dengan kubangan las (ASME

IX,2010). Pada pengelasan las SAW menurut ASME IX 2010, busur dan

logam cair di lindungi oleh lapisan fluks yang berbentuk serbuk pada

benda kerja. Amak dalam pengelasan SAW tidak perlu digunakan

tekanan gas pelindung karean sudah di gantikan oleh fluks granular. Pada

pengelasan SAW ini menggunakan elektroda khusus las SAW sebagai

logam pengisi.

Gambar 2.3 Las SAW (Submerged Arc Welding)

2.4.4 GMAW (Gas Metal Arch Welding)

GMAW (Gas Metal Arch welding) adalah pengelasan yang

menggunakan busur nyala las listrik untuk menghasilkan gas nyala berupa

gas kekal (inert gas) atau CO₂ untuk pencairan metal. Berdasarkan gas

pelindung yang digunakan proses las GMAW dapat dibedakan menjadi 2

macam yaitu pengelasan MIG (Metal Inert Gas) yang menggunkan gas
14

inert yaitu Helium (He) dan pengelasan MAG (Metal Active Gas) yang

menggunakan Gas aktif atau CO₂

2.4.4.1 MIG (Metal Inert Gas)

Menurut Dewanto dkk (2016), proses las mig adalah proses las

busur dengan kawat las/elektroda ynag digulung dengan gerkannya

diatur oleh motor listrik. Pada pengelasan MIG gas pelindung yang

digunkan yaitu gas Argon (Ar) dan Helium (He). Ilustrasi proses yang

terjadi dalam pengelasan MIG dapat dilihat pada gambar 4.4.4.1

Gambar 2.4 Proses Las MIG (Metal Inert Gas)

2.4.4.2 Mag (Metal Active Gas)

MAG (Metal Active Gas) adalah jenis pengelasan GMAW

dengan menggunkan gas CO₂ sebagai gas pelindung selama proses

pengelasan berlangsung menggunakan elektrodan yang juga di gulung

dan digerakkan oleh motor listrik. Kelemahan gas ini adalah logam las

yang mencair melekat pada ujung elektroda sehingga busur las yang
15

di hasilkan kurang bagus selain itu juga mudah terjadi percikan atau

spatter.

Gambar 2.5 Las Mag (Metal Active Gas)

2.4.5 GTAW (Gas Tungsten Arch Welding)

Gas Tungsten Arch Welding adalah pengelasan yang menggunakan

tungsten atau elektroda non cosumable yang terbuat dari walfrom sebagai

busur nyala. Sedangkan bahan penambah nya menggunakan bahan yang

sama atau sejenis dengan material induknya. Menurut dadang (2013),

pengelasan GTAW secara umum menggunakan gas argon atau campuran

gas argon dan helium sebagaia gas pelindung.

Gambar 2.6 Proses Las GTAW (Gas Tungsten Arch Welding


16

2.5 Standar Kawat Las

Elektroda khususnya yang dipakai pengelasan SMAW atau las stick

mempunyai kode atau symbol dimana kode tersebut menggandung arti kekuatan

tarik, posisi pengelasan dan jenis bahan kimia tertentu sebagai flux (tentang flux

baca di postingan kemarin).Demikian juga dengan cara penggunaan dari masing-

masing jenis kawat las tersebut. Elektoda memiliki kode spesifikasi yang dapat

kita lihat pada kardus pembungkusnya.

Berdasarkan peraturan ASME, Spesifikasi kawat las terbungkus untuk Mild

Steel diatur dalam (Code, 2011). Yang ditandai dengan huruf 'E' dan diikuti 4 digit

angka dibelakang. Serta untuk low alloy steel dengan menambahkan 4 huruf dan

angka dibelakang yang menunjukkan unsur paduan sebagai berikut :


17

Gambar 2.7 kode kalsifikasi elektroda

Kawat las smaw jenis ini ditunjukkan dengan kode Exxxx (4 angka).

cara membacanya adalah:

1. E = elektroda untuk jenis las SMAW;

2. Exx = dua digit pertama (kode xx) menunjukan kekuatan tariknya

dalam Ksi (kilopound-square–inch);

3. Exxx = digit ketiga adalah posisi pengelasan;

4. Exxxx = menunjukan komposisi yang terkandung pada fluxs;

5. HZ = Menunjukan bahwa elektroda memenuhi persyaratan uji

hidrogen difusi (tambahan opsional dari elektroda hidrogen rendah)


18

dengan nilai rata-rata tidak melebihi “Z” mL H2 per 100 g yang

diendapkan logam, di mana "Z" adalah 4, 8, atau 16;

6. R = Menentukan bahwa elektroda memenuhi persyaratan uji

kelembaban yang diserap (tambahan opsional untuk semua elektroda

hidrogen rendah).

2.6 Pengamatan Strukur Mikro

Pada pengelasan uji mikrostruktur berguna untuk melihat struktur yang

terkandung pada logam berubah atau tidak, karena pada proses pengelasan

menggunakan suhu yang tinggi. Selama proses pengelasan, pada

daerah logam las dan HAZ akan mengalami serangkaian siklus termal, yaitu

pemanasan sampai mencapai suhu tertentu yang kemudian diikuti dengan pendinginan.

Siklus termal tersebut mempengaruh strukturmikro dan sifat mekanik logam las dan

HAZ di mana logam las akan mengalami transformasi fase (IQBAL, 2018).

2.7 Pengertian Uji Tarik

Uji tarik adalah pengujian dengan memberian gaya dan tegangan terhhadap

material untuk mengetahui daya tarik dari sebuah material. menggunakan tegangan

eksternal dengn memanfaatkan perpanjangan dari benda uji tarik. Pengujian ini

dilakukan dengan menarik benda uji dengan gaya secarapelahan terus-menerus,

sehingga perpanjangannya terus meningkat dan sampai benda uji putus dengan

perlahan sesuai yang diharapkan, kemudian menentukan nilai tariknya. Untuk


19

mendapatkan kekuatan tariknya material dalam pembebanan ini, gaya yang dihimpit

dengan garis sumbu vertikal material sehingga pembebanan terjadi beban tegak lurus.

Jika gaya yang ditarik sudut menghimpit maka yang terjadi yaitu gaya lentur elastis.

Kemudian hasil dari pengujian mencatat hubungan antara tegangan yangterjadi selama

proses pengujian uji tarik dilakukan.

Sifat mekanik yang diperoleh dari uji tarik dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.7.1 Sifat Mekanik di daerah Elastis

a. Elastisitas yaitu kemampuan suata benda kerja dalam menahan gaya dan

tegangan maksimal dan tidak berakibat deformasi plastic , yang menunjukkkan

terjadinya yield point.

b. Stiffness yaitu kemampuansuatu logam dalam billa mendapatkan beban diatas

batas maksimal elastisistas, tetapi tidak mendekati titik yiled poin.

c. Resillience yaitu kemampuan benda kerja untuk menyerap energi tetapi tidak

menyebabkan terjadinya deforrmasi plastic. Hal imi dapat dilihat dengan besar

luasan di bawah grafik daerah elastisitas.

2.7.2 Sifat Mekanik Daerah Plastic

a. Kekuatan tarik (Tensille strength)

Kekuatan suatu benda kerja dalam menerima beban maks dan tegangan

maksimum yang tidak berakibat merusak atau putus. Tensile strength maks

menunjukkan sebagai tegangan maksimum (ultimate stress) pada grafik kurva

tegangan & regangan.


20

b. Keuletan (Ductility)

Kekuatan benda kerja dalam stress namun tanpa menjadi patah. Keuletan dapat

diukur dengan nilai tegangan plastik yang akan terjadi setelah specimen diuji hingga

putus. Hal ini dapat diitunjukkan sebagai garis elastisitas pada kurva grafik

tegangan&regangan.

c. Ketangguhan (Toughness)

Kekuatan suatu benda uji dalam menyerap energi yang tidak berakibatkan

patah. Ketangguhan dapat dinyatakan dalam nilai persentase ketangguhan yaitu

dengan menghitung banyaknya energi yang diserapn oleh benda kerja untuk

patah dalam satu satuan volume.

Anda mungkin juga menyukai