PENGELASAN I
I. PENDAHULUAN
A. Deksripsi Singkat, Manfaat dan Relevan
Bahan ajar pengelasan I ini merupakan sarana untuk membantu mahasiswa mempelajari materi
tentang dasar dan teknik pengelasan yang digunakan dalam dunia industri, dimulai dari
pengenalan, penjelasan tentang keuntungan dan keterbatasan teknologi pengelasan, sampai
kepada teknik pengelasan yang sering dipakai di industri. Diharapakan mahasiswa akan mampu
menjelaskan jenis-jenis proses pengelasan dan aplikasinya memberikan wawasan dan
pemahaman kepada mahasiswa serta kemudahan dalam mempelajari materi pengelasan I.
D. Petunjuk Belajar
Untuk dapat memahami materi tentang pengelasan I dengan baik, ikuti langkah-langkah
pembelajaran berikut :
1. Cermatilah dengan saksama materi yang disajikan dalam bahan ajar ini
2. Lakukanlah diskusi bersama teman sejawat dalam menyelesaikan masalah yang disajikan.
3. Perhatikan kesehatan dan keselamatan dalam bekerja ketika menggunakan alat kerja
4. Selesaikanlah latihan soal dengan interaksi melalui LMS apabila terdapat materi yang belum
dipahami.
II. PENYAJIAN MATERI
KONSEP DASAR PENGELASAN LOGAM
Pengelasan adalah suatu proses menyatukan 2 buah logam atau lebih menjadi suatu bentuk
sambungan dengan menggunakan proses panas. Panas tersebut diperlukan untuk mencairkan
bagian logam yang akan disambung dengan elektroda sebagai bahan tambah atau filler Elektroda
yang berfungsi sebagai bahan pengisi mencair bersama dengan benda kerja dan setelah dingin
akan menjadi satu kesatuan yang sukar dipisahkan dan membentuk paduan logam las atau weld
metal . Pada saat logam las masih berupa cairan selanjutnya pelan – pelan akan membeku selalu
dilindungi oleh terak atau slang yang berfungsi melindungi logam las dari oksidasi udara luar agar
kualitas logam las dapat terjaga. Terak atau slang dibentuk dari bahan salutan pada elektroda.
Kualitas dari sambungan las inilah yang akan membentuk kualitas dari sebuah sambungan las.
Karena kerapatan terak lebih kecil dari logam las yang mencair, terak biasanya berada pada
permukaan dan dapat dihilangkan dengan mudah setelah dingin, namun pendinginan sambungan
yang terlalu cepat dapat menjerat terak sebelum naik ke permukaan.
Sambungan las adalah ikatan dua buah logam atau lebih yang terjadi karena adanya proses
difusi dari logam tersebut. Proses difusi dalam sambungan las dapat dilakukan dengan kondisi
padat maupun cair. Dalam terminologi las, kondisi padat disebut Solid state welding (SSW) atau
Presure welding dan kondisi cair disebut Liquid state welding (LSW) atau Fusion welding. Proses
SSW biasanya dilakukan dengan tekanan sehingga proses ini disebut juga Presure welding Presure
welding. Proses SSW memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah dapat menyambung dua
buah material atau lebih yang tidak sama, proses cepat, presisi, dan hampir tidak memiliki daerah
terpengaruh panas (heat affected zone / HAZ). Namun demikian SSW juga mempunyai kelemahan
yaitu persiapan sambungan dan prosesnya rumit, sehingga dibutuhkan ketelitihan sangat tinggi.
LSW merupakan proses las yang sangat populer di kalangan masyarakat kita, sambungan las terjadi
karena adanya pencairan ujung kedua material yang disambung. Energi panas yang digunakan
untuk mencairkan material berasal dari busur listrik, tahanan listrik, pembakaran gas, dan juga
beberapa cara lain diantaranya adalah sinar laser, sinar electron, dan busur plasma. Penyambungan
material dengan cara ini mempunyai persyaratan material harus sama, karena untuk mendapatkan
sambungan yang sempurna suhu material harus sama, jika tidak proses penyambungan tidak akan
terjadi. Kelebihan metode pengelasan ini adalah proses dan persiapan sambungan tidak rumit,
beaya murah, pelaksanaannya mudah. Kelemahannya adalah memerlukan juru las yang terampil,
terjadinya HAZ yang menyebabkan perubahan sifat bahan, dan ada potensi kecelakaan dan
terganggunya kesehatan juru las. Adapun pengklasifikasian lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar
2.
Gambar 2. Klasifikasi Proses Pengelasan
Pada pengelasan cair merupakan pengelasan yang paling umum digunakan yang mana sambungan
dipanaskan hingga mencair dengan sumber panas dari sumber listrik ataupun sumber api yang terbakar
Pengelasan cair yang sering digunakan adalah jenis las busur yang sering ditemui dalam industri,
beberapa macam las busur antara lain :
(a) (b)
Kelompok elektroda tak terumpan masih dibagi lagi ke dalam dua jenis yaitu jenis dengan logam pengisi
dan jenis tanpa logam pengisi. Kelompok ini biasanya menggunakan gas mulia sebagai pelindung
sehingga secara keseluruhannya nama kelompok ini menjadi las wolfram gas mulia atau dalam bahasa
Inggris : tungsten inert gas welding yang disingkat menjadi TIG welding atau las TIG. Kelompok elektroda
terumpan kadang-kadang juga dibagi lagi dalam dua jenis berdasarkan kawat elektrodanya, yaitu jenis
kawat elektroda pejal dan jenis kawat elektroda dengan inti fluks. Dalam kelompok ini digunakan dua
macam gas pelindung yaitu gas mulia dan gas C02. Kelompok dengan pelindung gas mulia nama
keseluruhan- nya menjadi las busur logam gas mulia yang dalam bahasa Inggris adalah : metal inert gas
arc welding yang biasanya disingkat menjadi MIG welding atau las MIG. Pada waktu ini umumnya gas
pelindung yang digunakan berupa campuran dari gas Ar dan gas C02. Di samping klasifikasi berdasarkan
gas selubung dipergunakanjuga klasifikasi yang didasarkan pada sifat busur. Karena akhir-akhir ini
banyak sistem penyediaan sumber listrik yang dapat menghasilkan busur dengan sifat-sifat khusus,
maka klasifikasi ini banyak dipergunakan. Dalam Gambar 5. ditunjukkan klasifikasi las busur gas.
Mesin las yang merupakan sumber tenaga pembangkit atau dikenal dengan istilah power source.
Mesin las memegang peranan penting dalam pekerjaan pengelasan. Ini dapat dibuktikan bilamana
mesin las sering mengalami gangguan (trouble) pasti proses pengelasan akan terganggu. Mesin las yang
baik akan menghasilkan arus yang stabil baik untuk bekerja pada ampere rendah ataupun ampere tinggi,
sehingga memudahkan pengaturan arus. Selain itu , mesin las yang baik juga akan tahan jika digunakan
untuk bekerja dengan waktu lama. Karena mesin las yang baik biasanya sudah dilengkapi dengan
perangkat pendingin (cooler) yang berupa kipas atau cairan pendingin yang berfungsi mendinginkan
kumparan pada trafo, sehingga mesin akan tahan untuk kerja berjam - jam tanpa berhenti.
Mesin las dilengkapi dengan dua kabel las yaitu kabel las ke holder dan kabel las ke massa ( grounded ).
Kabel las disambungkan dengan holder dan kabel massa disambungkan pada klem massa, dan posisi
elektroda dijepit oleh holder dan benda kerja dihubungkan dengan klem massa, sehingga akan
membentuk sirkuit listrik bila busur las menyala. Ujung elektroda las digoreskan pada benda kerja las
dan jarak busur las ( stick-out ) dipertahankan tetap sehingga panas dari busur listrik yang terjadi, akan
mencairkan elektroda las dan benda kerja Untuk jenis las listrik, bagian-bagian pada mesin las dapat
dilihat pada Gambar 6.
1. Mesin Las AC (Alternating Current) Mesin memerlukan arus listrik bolak-balik atau arus AC yang
dihasilkan oleh pembangkit listrik, listrik PLN atau generator AC, dapat digunakan sebagai
sumber tenaga dalam proses pengelasan. Besarnya tegangan listrik yang dihasilkan oleh sumber
pembangkit listrik belum sesuai dengan tegangan yang digunakan untuk pengelasan.Bisa terjadi
tegangannya terlalu tinggi atau terlalu rendah, sehingga besarnya tegangan perlu disesuaikan
terlebih dahulu dengan cara menaikkan atau menurunkan tegangan. Alat yang digunakan untuk
menaikkan atau menurunkan tegangan ini disebut transformator atau trafo. Kebanyakan trafo
yang digunakan pada peralatan las adalah jenis trafo step-down, yaitu trafo yang berfungsi
menurunkan tegangan.
2. Mesin Las DC (Direct Current) mesin las ini Arus listrik yang digunakan untuk memperoleh nyala
busur listrik adalah arus searah. Arus searah ini berasal dari mesin berupa dynamo motor listrik
searah. Dinamo dapat digerakkan oleh motor listrik, motor bensin, motor diesel, atau alat
penggerak yang lain. Mesin arus yang menggunakan motor listrik sebagai penggerak mulanya
memerlukan peralatan yang berfungsi sebagai penyearah arus. Penyearah arus atau rectifier
berfungsi untuk mengubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC)
3. Mesin Las Ganda (AC-DC)
Mesin las ini mampu melayani pengelasan dengan arus searah (DC) dan pengelasan dengan arus
bolak-balik. Mesin las ganda mempunyai transformator satu fasa dan sebuah alat perata dalam
satu unit mesin. Keluaran arus bolak-balik diambil dari terminal lilitan sekunder transformator
melalui regulator arus. Adapun arus searah diambil dari keluaran alat perata arus. Pengaturan
keluaran arus bolak-balik atau arus searah dapat dilakukan dengan mudah, yaitu hanya dengan
memutar alat pengatur arus dari mesin las. Mesin las AC-DC lebih fleksibel karena mempunyai
semua kemampuan yang dimiliki masing-masing mesin las DC atau mesin las AC. Mesin las jenis
ini sering digunakan untuk bengkel-bengkel yang mempunyai jenis-jenis pekerjaan yang
bermacam-macam, sehingga tidak perlu mengganti-ganti las untuk pengelasan berbeda.
Tahapan-tahapan persiapan yang perlu dilakukan dan hal-hal penting yang harus diperhatikan
dalam penanganan mesin las busur listrik arus bolak balik meliputi :
Sebelum mesin las dipergunakan dengan sebenarnya terlebih dahulu perlu menyiapkan
tang amper, gambar dan lakukan :
Pada pengoperasian mesin las penting sekali untuk mendahului safety pengguna sehingga memiliki
resiko kecelekaan yang dapat diminimalisir, beberapa peralatan safety yang harus dipakai pada proses
pengelasan dapat diliihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Peralatan Pelindung Pada Proses Pengelasan
Cacat las atau defect merupakan kondisi dimana pengelasan yang dilakukan tidak sesuai dengan
standart yang telah ditetapkan baik berdasarkan standart ANSI, ASME, ASTM, AWS, ISO, dan lain
sebagainya. Sehingga seorang inspektor sebelum melakukan inspeksi dalam proses pengelasan perlu
mengetahui dan menentukan standart yang berlaku sehingga dapat dilakukan analisis pada defect
pengelasan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi reject atau accept suatu pengelasan
(identifikasi dan klasifikasi diskontinyu). Pengelasan dikatakan accept apabila defect yang terdapat pada
pengelasan tersebut berada dalam range standart yang berlaku, sedangkan pengelasan dikatakan reject
apabila melebihi atau kurang dari range pada standart yang berlaku. Penyebab dari munculnya cacat las
atau defect ini dikarenakan prosedur pengelasan yang tidak memadai ataupun tidak akurat atau bahkan
tidak menggunakan prosedur sama sekali. Prosedur dalam pengelasan ini harus diterapkan baik sebelum
pengelasan, saat pengelasan, ataupun setelah pengelasan. Sehingga untuk menghindari hal tersebut
perlu dilakukan pemeriksaan sebelum pengelasan dengan cara memeriksa peralatan dan bahan yang
digunakan dalam pengelasan serta memeriksa sambungan dan bukaan root agar sesuai dengan
standart. Pemeriksaan saat pengelasan dengan cara memastikan metode dan parameter yang
digunakan sesuai dengan standart serta memastikan pengelasan setiap layer sesuai dengan prosedur.
Pemeriksaan setelah selesai pengelasan yaitu melakukan pengukuran dimensi benda hasil las untuk
mengetahui accept atau reject suatu pengelasan. Identifikasi cacat pada pengelasan sangat penting
diketahui dan dilakukan apalagi bagi pekerja di bidang inspeksi yang mana dengan pengecekan ini
diharapkan suatu produk las akan sesuai dengan standart yang ada sehingga terjamin keamanannya.
Sebelum membahas mengenai macam-macam jenis welding defect, perlu diketahui terlebih dahulu alat-
alat yang digunakan dalam pengecekan welding defect yaitu multi purpose welding gauge, penggaris,
senter, dan kaca pembesar. Berdasarkan letak terjadinya defect, maka jenis defect di bedakan menjadi
tiga yaitu defect pada root, defect pada weld face dan defect pada parent metal.
Cacat Las Pada Root
1. Incomplete root penetration atau lack of root penetration
Incomplete root penetration adalah defect yang mana penetrasi pada akar (root) yang tidak sempurna
sehingga terlihat celah antar parent metal, hal ini dikarenakan pengelasan yang dilakukan logam tidak
tembus pada root, seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Incomplete root penetration
Penyebab :
Celah pada root yang terlalu kecil
Ukuran elektroda yang terlalu besar untuk sambungan
Sudut elektroda yang salah
Kecepatan pada pengelasan yang tidak disesuaikan dengan arus.
Solusi :
Lebar celah pada root disesesuaikan 2-4 mm
Ukuran elektroda yang disesuaikan
Memperbaiki posisi sudut elektroda
Kecepatan pada pengelasan (travel speed) harus disesuaikan dengan WPS
Gambar 9. Porosity
Penyebab :
Arus yang digunakan terlalu rendah
Elektroda yang lembab
Busur las terlalu panjang
Flux elektroda yang rusak
Hilangnya gas pelindung
Solusi :
Arus yang digunakan harus sesuai dengan WPS
Kondisi elektroda harus di cek terlebih dahulu sebelum melakukan pengelasan
Panjang busur las harus disesuaikan
Prosedur sebelum pengelasan harus dijalankan dengan benar
5. Slag inclusion
Seperti halnya dengan porosity, jenis defect ini juga memiliki bentuk lubang-lubang. Namun yang
membedakan yaitu pada defect jenis ini terletak pada weld face dan akan terlihat berwarna hitam akibat
partikel kontaminasi yang terperangkap pada weld face, seperti pada Gambar 10.
Latihan Soal.
1. Arus searah karena arah arusnyabergerak sepanjang penghantar hanya dalam satu arah adalah?
a. Arus AC
b. Arus DC
c. Arus AC dan DC
d. Arus Searah
e. Arus Bolak Balik
2. Menyambung dua bagian logam atau lebih dengan jalan pelelehan dengan busur nyala listrik
adalah?
a. Las busur
b. Las TIG
c. Las Asetilen
d. Las Karbon
e. Las Elektrik
3. Dibawah ini merupakan kepanjnagan dari las TIG?
a. Tungsten inter gas
b. Tungsten inset gas
c. Tungsten gas
d. Tungsten inert gas
e. Tungsten inert
a. Welding Google
b. Welding Glass
c. Welding Eyeglasses
d. Welding Helmet
e. Welding Cover
6. Elektroda pada pengelasan SMAW biasanya menggunakan standar dari AWS, AWS
merupakan Kepanjangan dari?
7. Proses pengelasan dimana busur nyala listrik di timbulkan oleh elektroda tungsten ( elektroda tak
terumpan) dengan benda kerja logam di sebut?
a. GMAW
b. GTAW
c. FCAW
d. OAV
e. GTOW
8. Pada pengelasan GMAW, Pengelasan Jenis MIG (Metal Inert Gas) biasanya menggunakan gas?
a. argon, helium, and a mixture of argon and helium
b. argon, CO2, and a mixture of argon and helium
c. CO2, helium, and a mixture of argon and helium
d. CO2, helium, and a mixture of CO2 and helium
e. CO2, Argon, and a mixture of CO2 and Argon
9. Gambar dibawah ini yang menunjukkan pengelasan akibat arus yang tinggi adalah ?
a. A
b. B
c. C
d. D
Essay :
1. Pada proses pengelasan menggunakan listrik, terdapat 3 jenis mesin las, sebutkan jenis-jenis
mesin las tersebut, serta jelaskan keutungan dan kerugian dari mesin las tersebut?
2. Dari beberapa teknik pengelasan yang diketahui, sebutkan beberapa keuntungan dan
kelemahan dari teknik-teknik pengelasan tersebut?
Kunci Jawaban
1. B
2. E
3. D
4. D
5. D
6. A
7. B
8. E
9. B
10. A
Rangkuman
Pengelasan adalah suatu proses menyatukan 2 buah logam atau lebih menjadi suatu bentuk sambungan
dengan menggunakan proses panas. Panas tersebut diperlukan untuk mencairkan bagian logam yang
akan disambung dengan elektroda sebagai bahan tambah atau filler Elektroda yang berfungsi sebagai
bahan pengisi mencair bersama dengan benda kerja dan setelah dingin akan menjadi satu kesatuan
yang sukar dipisahkan dan membentuk paduan logam las atau weld metal Sambungan las adalah ikatan
dua buah logam atau lebih yang terjadi karena adanya proses difusi dari logam tersebut. Proses difusi
dalam sambungan las dapat dilakukan dengan kondisi padat maupun cair. Dalam terminologi las, kondisi
padat disebut Solid state welding (SSW) atau Presure welding dan kondisi cair disebut Liquid state
welding (LSW) atau Fusion welding. Proses SSW biasanya dilakukan dengan tekanan sehingga proses ini
disebut juga Presure welding Presure welding. Proses SSW memiliki beberapa kelebihan, diantaranya
adalah dapat menyambung dua buah material atau lebih yang tidak sama, proses cepat, presisi, dan
hampir tidak memiliki daerah terpengaruh panas (heat affected zone / HAZ). Pada pengelasan cair
merupakan pengelasan yang paling umum digunakan yang mana sambungan dipanaskan hingga
mencair dengan sumber panas dari sumber listrik ataupun sumber api yang terbakar. Mesin las yang
merupakan sumber tenaga pembangkit atau dikenal dengan istilah power source. Mesin las memegang
peranan penting dalam pekerjaan pengelasan. Ini dapat dibuktikan bilamana mesin las sering mengalami
gangguan (trouble) pasti proses pengelasan akan terganggu. Mesin las yang baik akan menghasilkan
arus yang stabil baik untuk bekerja pada ampere rendah ataupun ampere tinggi, sehingga memudahkan
pengaturan arus. Selain itu , mesin las yang baik juga akan tahan jika digunakan untuk bekerja dengan
waktu lama. Cacat las atau defect merupakan kondisi dimana pengelasan yang dilakukan tidak sesuai
dengan standart yang telah ditetapkan baik berdasarkan standart ANSI, ASME, ASTM, AWS, ISO, dan lain
sebagainya. Sehingga seorang inspektor sebelum melakukan inspeksi dalam proses pengelasan perlu
mengetahui dan menentukan standart yang berlaku sehingga dapat dilakukan analisis pada defect
pengelasan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi reject atau accept suatu pengelasan
(identifikasi dan klasifikasi diskontinyu). Pengelasan dikatakan accept apabila defect yang terdapat pada
pengelasan tersebut berada dalam range standart yang berlaku, sedangkan pengelasan dikatakan reject
apabila melebihi atau kurang dari range pada standart yang berlaku. Penyebab dari munculnya cacat las
atau defect ini dikarenakan prosedur pengelasan yang tidak memadai ataupun tidak akurat atau bahkan
tidak menggunakan prosedur sama sekali. Prosedur dalam pengelasan ini harus diterapkan baik sebelum
pengelasan, saat pengelasan, ataupun setelah pengelasan
Daftar Pustaka
3. Surdia, T., Shinroku, S., 1987, Pengetahuan Bahan Teknik, PT. Pradya Paramita, Jakarta
4. Vlack, V., 1981, Ilmu Teknologi Bahan, terj. Sriati Djapri, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.
5. Wiryosumarto, H., dan Okumura, T., Teknologi Pengelasan logam, edisi 8, Pradnya Paramita, Jakarta.
6. Messler, R.W., 1999, Principle of Welding, John Wiley Sons Inc, New York, USA.
7. Smallman, R.E., 1991, Metallurgi Fisik Modern, edisi 4, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
8. Suharno, 2018, Teknologi Pengelasan Logam: Aplikasi & Metalurginya, UNS Press, Surakarta.