Anda di halaman 1dari 28

BAHAN AJAR MATA KULIAH

PENGELASAN I

I. PENDAHULUAN
A. Deksripsi Singkat, Manfaat dan Relevan
Bahan ajar pengelasan I ini merupakan sarana untuk membantu mahasiswa mempelajari materi
tentang dasar dan teknik pengelasan yang digunakan dalam dunia industri, dimulai dari
pengenalan, penjelasan tentang keuntungan dan keterbatasan teknologi pengelasan, sampai
kepada teknik pengelasan yang sering dipakai di industri. Diharapakan mahasiswa akan mampu
menjelaskan jenis-jenis proses pengelasan dan aplikasinya memberikan wawasan dan
pemahaman kepada mahasiswa serta kemudahan dalam mempelajari materi pengelasan I.

B. Rumusan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Melalui bahan ajar ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis proses pengelasan
dan aplikasinya serta prosedur inspeksi pengelasan pada industri

C. Urutan Bahasan dan Kaitan Materi


Materi tentang sistem bilangan disampaikan dengan cakupan dan urutan sebagai berikut:
1. Konsep dasar pengelasan logam
2. Klasifikasi proses pengelasan logam dan standar pengelasan logam
3. Pengoperasian mesin las sesuai SOP
4. Menentukan dan menjelaskan cacat dan prosedur inspeksi pengelasan

D. Petunjuk Belajar
Untuk dapat memahami materi tentang pengelasan I dengan baik, ikuti langkah-langkah
pembelajaran berikut :
1. Cermatilah dengan saksama materi yang disajikan dalam bahan ajar ini
2. Lakukanlah diskusi bersama teman sejawat dalam menyelesaikan masalah yang disajikan.
3. Perhatikan kesehatan dan keselamatan dalam bekerja ketika menggunakan alat kerja
4. Selesaikanlah latihan soal dengan interaksi melalui LMS apabila terdapat materi yang belum
dipahami.
II. PENYAJIAN MATERI
KONSEP DASAR PENGELASAN LOGAM
Pengelasan adalah suatu proses menyatukan 2 buah logam atau lebih menjadi suatu bentuk
sambungan dengan menggunakan proses panas. Panas tersebut diperlukan untuk mencairkan
bagian logam yang akan disambung dengan elektroda sebagai bahan tambah atau filler Elektroda
yang berfungsi sebagai bahan pengisi mencair bersama dengan benda kerja dan setelah dingin
akan menjadi satu kesatuan yang sukar dipisahkan dan membentuk paduan logam las atau weld
metal . Pada saat logam las masih berupa cairan selanjutnya pelan – pelan akan membeku selalu
dilindungi oleh terak atau slang yang berfungsi melindungi logam las dari oksidasi udara luar agar
kualitas logam las dapat terjaga. Terak atau slang dibentuk dari bahan salutan pada elektroda.
Kualitas dari sambungan las inilah yang akan membentuk kualitas dari sebuah sambungan las.
Karena kerapatan terak lebih kecil dari logam las yang mencair, terak biasanya berada pada
permukaan dan dapat dihilangkan dengan mudah setelah dingin, namun pendinginan sambungan
yang terlalu cepat dapat menjerat terak sebelum naik ke permukaan.

Gambar 1. Prinsip Kerja Pengelasan


Untuk mendapatkan ikatan metalurgis tersebut, logam induk (base metal) dan logam pengisi (filler
metal) harus dicairkan setempat dengan energy panas. Penggunaan panas dalam pengelasan ini,
selain mencairkan logam setempat, dan juga ada pengaruh panas terhadap logam sekelilingnya,
yang mempengaruhi sifat-sifat logam pada suatu daerah tertentu yang dikenal dengan sebutan “
Daerah Terpengaruh Panas “ (HAZ = Heat Affected Zone).
Sebagian besar logam akan berkarat (korosi) ketika bersentuan dengan udara atau uap air,
sebagai contoh adalah logam besi mempunyai karat, dan alumunium mempunyai lapisan putih di
permukaannya. Pemanasan dapat mempercepat proses korosi tersebut. Jika karat, kotoran, atau
material lain ikut tercampur ke dalam cairan logam lasan dapat menyebabkan kekroposan deposit
logam lasan yang terbentuk sehingga menyebabkan cacat pada sambungan las
KLASIFIKASI PROSES PENGELASAN LOGAM DAN
STANDAR PENGELASAN LOGAM

Sambungan las adalah ikatan dua buah logam atau lebih yang terjadi karena adanya proses
difusi dari logam tersebut. Proses difusi dalam sambungan las dapat dilakukan dengan kondisi
padat maupun cair. Dalam terminologi las, kondisi padat disebut Solid state welding (SSW) atau
Presure welding dan kondisi cair disebut Liquid state welding (LSW) atau Fusion welding. Proses
SSW biasanya dilakukan dengan tekanan sehingga proses ini disebut juga Presure welding Presure
welding. Proses SSW memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah dapat menyambung dua
buah material atau lebih yang tidak sama, proses cepat, presisi, dan hampir tidak memiliki daerah
terpengaruh panas (heat affected zone / HAZ). Namun demikian SSW juga mempunyai kelemahan
yaitu persiapan sambungan dan prosesnya rumit, sehingga dibutuhkan ketelitihan sangat tinggi.
LSW merupakan proses las yang sangat populer di kalangan masyarakat kita, sambungan las terjadi
karena adanya pencairan ujung kedua material yang disambung. Energi panas yang digunakan
untuk mencairkan material berasal dari busur listrik, tahanan listrik, pembakaran gas, dan juga
beberapa cara lain diantaranya adalah sinar laser, sinar electron, dan busur plasma. Penyambungan
material dengan cara ini mempunyai persyaratan material harus sama, karena untuk mendapatkan
sambungan yang sempurna suhu material harus sama, jika tidak proses penyambungan tidak akan
terjadi. Kelebihan metode pengelasan ini adalah proses dan persiapan sambungan tidak rumit,
beaya murah, pelaksanaannya mudah. Kelemahannya adalah memerlukan juru las yang terampil,
terjadinya HAZ yang menyebabkan perubahan sifat bahan, dan ada potensi kecelakaan dan
terganggunya kesehatan juru las. Adapun pengklasifikasian lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar
2.
Gambar 2. Klasifikasi Proses Pengelasan

Pada pengelasan cair merupakan pengelasan yang paling umum digunakan yang mana sambungan
dipanaskan hingga mencair dengan sumber panas dari sumber listrik ataupun sumber api yang terbakar
Pengelasan cair yang sering digunakan adalah jenis las busur yang sering ditemui dalam industri,
beberapa macam las busur antara lain :

1. Las Elektroda Terbungkus


Pengelasan dengan Elektroda Terbungkus adalah pengelasan yang paling sering digunakan
dikehidupan sehari-hari, adapun model pengelasannya dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pengelasan SMAW


Pada proses pengelasan SMAW , busur api listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan logam
induk, yang akan menghasilkan energi panas.. Energi panas inilah yang akan mecairkan ujung
kawat elektroda dan bahan induk secara setempat. Dua logam induk yang bersama sama sedang
mencair, akan bercampur (mixture) dengan logam cair yang berasal dari kawat las (filler
metal),yang membentuk kawah cair (weld pool) dan kemudian akan terjadi proses pembekuan
(solidification of weld metal) logam las. Jenis arus yang digunakan ada dua yaitu : Mesin Las
dengan arus Bolak Balik (AC) dan Mesin Las dengan arus searah (DC), Pada arus DC ini, dapat
digunakan dua polaritas, yaitu DCEN (Direct Current Electrode Negative), DCEP (Direct Current
Electrode Positive).
Di negara-negara industri, pengelasan SMAW banyak yang distandar-kan berdasarkan
penggunaannya_ Di Jepang misalnya, elektroda terbungkus untuk Baja kekuatan sedang telah
distandarkan berdasarkan standar Industri Jepang (JIS). Standar di Amerika (ASTM) didasarkan
pada standar di Amerika Serikat (AWS). Standarisasi elektroda, baik dalam JIS maupun dalam
ASTM didasarkan pada jenis fluks, posisi pengelasan dan arus yang digunakan. Contoh standar JIS
dan AWS pada pengelasan SMAW dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Standar JIS untuk pengelasan SMAW

Tabel 2. Standar AWS untuk pengelasan SMAW


2. Las Busur Gas
Las busur gas adalah cara pengelasan di mana gas dihembuskan ke daerah las untuk melindungi
busur dan logam yang mencair terhadap atmosfir. Gas yang digunakan sebagai pelindung adalah
gas helium (He), gas Argon (Ar) gas karbondioksida (C02) atau campuran dari gas-gas tersebut.
Las busur gas biasanya dibagi dalam dua kelompok besar yaitu elektroda tak terumpan dan
elektroda terumpan. Kelompok elektroda tak terumpan menggunakan batang wolfram sebagai
elektroda yang dapat menghasilkan busur listrik tanpa turut mencair, sedangkan kelompok
elektroda terumpan sebagai elektrodanya digunakan kawat las. Skema dari dua kelompok ini di
tunjukan dalam gambar 4..

(a) (b)

Gambar 4. Skema Las Busur Gas

Kelompok elektroda tak terumpan masih dibagi lagi ke dalam dua jenis yaitu jenis dengan logam pengisi
dan jenis tanpa logam pengisi. Kelompok ini biasanya menggunakan gas mulia sebagai pelindung
sehingga secara keseluruhannya nama kelompok ini menjadi las wolfram gas mulia atau dalam bahasa
Inggris : tungsten inert gas welding yang disingkat menjadi TIG welding atau las TIG. Kelompok elektroda
terumpan kadang-kadang juga dibagi lagi dalam dua jenis berdasarkan kawat elektrodanya, yaitu jenis
kawat elektroda pejal dan jenis kawat elektroda dengan inti fluks. Dalam kelompok ini digunakan dua
macam gas pelindung yaitu gas mulia dan gas C02. Kelompok dengan pelindung gas mulia nama
keseluruhan- nya menjadi las busur logam gas mulia yang dalam bahasa Inggris adalah : metal inert gas
arc welding yang biasanya disingkat menjadi MIG welding atau las MIG. Pada waktu ini umumnya gas
pelindung yang digunakan berupa campuran dari gas Ar dan gas C02. Di samping klasifikasi berdasarkan
gas selubung dipergunakanjuga klasifikasi yang didasarkan pada sifat busur. Karena akhir-akhir ini
banyak sistem penyediaan sumber listrik yang dapat menghasilkan busur dengan sifat-sifat khusus,
maka klasifikasi ini banyak dipergunakan. Dalam Gambar 5. ditunjukkan klasifikasi las busur gas.

Gambar 5. Klasifikasi las busur gas


PENGOPERASIAN MESIN LAS SESUAI SOP

Mesin las yang merupakan sumber tenaga pembangkit atau dikenal dengan istilah power source.
Mesin las memegang peranan penting dalam pekerjaan pengelasan. Ini dapat dibuktikan bilamana
mesin las sering mengalami gangguan (trouble) pasti proses pengelasan akan terganggu. Mesin las yang
baik akan menghasilkan arus yang stabil baik untuk bekerja pada ampere rendah ataupun ampere tinggi,
sehingga memudahkan pengaturan arus. Selain itu , mesin las yang baik juga akan tahan jika digunakan
untuk bekerja dengan waktu lama. Karena mesin las yang baik biasanya sudah dilengkapi dengan
perangkat pendingin (cooler) yang berupa kipas atau cairan pendingin yang berfungsi mendinginkan
kumparan pada trafo, sehingga mesin akan tahan untuk kerja berjam - jam tanpa berhenti.

Mesin las dilengkapi dengan dua kabel las yaitu kabel las ke holder dan kabel las ke massa ( grounded ).
Kabel las disambungkan dengan holder dan kabel massa disambungkan pada klem massa, dan posisi
elektroda dijepit oleh holder dan benda kerja dihubungkan dengan klem massa, sehingga akan
membentuk sirkuit listrik bila busur las menyala. Ujung elektroda las digoreskan pada benda kerja las
dan jarak busur las ( stick-out ) dipertahankan tetap sehingga panas dari busur listrik yang terjadi, akan
mencairkan elektroda las dan benda kerja Untuk jenis las listrik, bagian-bagian pada mesin las dapat
dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Bagian-Bagian Mesin Las Listrik


Ada 2 jenis mesin las yang biasanya digunakan dalam pengelasan yaitu:

1. Mesin Las AC (Alternating Current) Mesin memerlukan arus listrik bolak-balik atau arus AC yang
dihasilkan oleh pembangkit listrik, listrik PLN atau generator AC, dapat digunakan sebagai
sumber tenaga dalam proses pengelasan. Besarnya tegangan listrik yang dihasilkan oleh sumber
pembangkit listrik belum sesuai dengan tegangan yang digunakan untuk pengelasan.Bisa terjadi
tegangannya terlalu tinggi atau terlalu rendah, sehingga besarnya tegangan perlu disesuaikan
terlebih dahulu dengan cara menaikkan atau menurunkan tegangan. Alat yang digunakan untuk
menaikkan atau menurunkan tegangan ini disebut transformator atau trafo. Kebanyakan trafo
yang digunakan pada peralatan las adalah jenis trafo step-down, yaitu trafo yang berfungsi
menurunkan tegangan.
2. Mesin Las DC (Direct Current) mesin las ini Arus listrik yang digunakan untuk memperoleh nyala
busur listrik adalah arus searah. Arus searah ini berasal dari mesin berupa dynamo motor listrik
searah. Dinamo dapat digerakkan oleh motor listrik, motor bensin, motor diesel, atau alat
penggerak yang lain. Mesin arus yang menggunakan motor listrik sebagai penggerak mulanya
memerlukan peralatan yang berfungsi sebagai penyearah arus. Penyearah arus atau rectifier
berfungsi untuk mengubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC)
3. Mesin Las Ganda (AC-DC)
Mesin las ini mampu melayani pengelasan dengan arus searah (DC) dan pengelasan dengan arus
bolak-balik. Mesin las ganda mempunyai transformator satu fasa dan sebuah alat perata dalam
satu unit mesin. Keluaran arus bolak-balik diambil dari terminal lilitan sekunder transformator
melalui regulator arus. Adapun arus searah diambil dari keluaran alat perata arus. Pengaturan
keluaran arus bolak-balik atau arus searah dapat dilakukan dengan mudah, yaitu hanya dengan
memutar alat pengatur arus dari mesin las. Mesin las AC-DC lebih fleksibel karena mempunyai
semua kemampuan yang dimiliki masing-masing mesin las DC atau mesin las AC. Mesin las jenis
ini sering digunakan untuk bengkel-bengkel yang mempunyai jenis-jenis pekerjaan yang
bermacam-macam, sehingga tidak perlu mengganti-ganti las untuk pengelasan berbeda.
Tahapan-tahapan persiapan yang perlu dilakukan dan hal-hal penting yang harus diperhatikan
dalam penanganan mesin las busur listrik arus bolak balik meliputi :

1. Pemeriksaan sirkuit utama.


Pemeriksaan sirkuit utama mesin las seperti ditunjukkan pada gambar dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Yakinkan bahwa saklar tenaga dalam keadaan mati (off )
2. Periksa sambungan kabel las bila ada yang lepas3
3. Periksa isolasi sambungan antar kabel dan yakinkan bahwa isolasi sambungan dalam
keadaan aman
4. Periksa bahwa kabel ground dalam keadaan tertanam, Hati-hati jangan sampai
mengarahkan ujung tangkai las dari penjepitnya

Gambar 7. Sirkuit utama


2. Pemeriksaan sirkuit bantu
Pemeriksaan sirkuit bantu dan pemasangan elektrode las seperti ditunjukan pada
gambar dengan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Periksa sambungan kabel las yang terlepas.
2. Periksa isolasi sambungan kabel.
3. Sambungkan kabel ground dengan meja kerja pada posisi yang aman dari gerakan
4. Periksa kebenaran penyambungan kabel .
5. Masukan elektrode kedalam penjepit pada kemiringan yang Benar
 
Gambar 8. Sambungan kabel

Gambar 9. Pemasangan elektrode


3. Persiapan tang ampere

Sebelum mesin las dipergunakan dengan sebenarnya terlebih dahulu perlu menyiapkan
tang amper, gambar dan lakukan :

1. Putar dial pengatur pada posisi yang optimal.


2. Lewatkan kabelnya dengan aman ditengah-tengah penjepitnya.

Gambar 9. Penyiapan tang ampere


4. Pengaturan arus
1. Hidupkan Saklar tenaga.
2. Hidupkan Saklar mesin las (On ).
3. Putar tuas pengatur amper untuk pengaturan ampere yang benar atau sesuai yang
dikehendaki.
4. Lakukan sentuhan antara elektrode dengan material dasar untuk mengetahui pengisian
aliran arus listrik yang terjadi.
5. Periksa optimalisasi arus dengan menggunakan tang amper.
6. Matikan saklar mesin las ( Off ) Pengaturan arus dan pemeriksaan pengisian arus seperti
pada gambar berikut

Gambar  10. Pengaturan arus Mesin Las Busur Listrik

Gambar 11. Pemeriksaan arus Mesin Las Busur Listrik


Untuk Peroperasian mesin las DC tidak serumit mesin las AC, karena pada dasarnya mesin las memiliki
arus yang searah dan bisa langsung digunakan pada area las, tahapan pengoperasian mesin las antara
lain :

1. Periksa kondisi mesin las sebelum digunakan.


2. Tarik dan rentangkan kabel las dan jepitan kabel masa (-) pada benda kerja.
3. Tekan tombol “ON” untuk menghidupkannya.
4. Sesuaikan arus listrik dengan benda kerja yang akan di las (DC+) / (DC-).
5. Sesuaikan arus listrik mesin las dengan besarnya elektroda yang digunakan.
6. Lakukan terlebih dahulu pengetesan elektroda pada plate untuk menyesuaikan besarnya
arus pada benda yang akan di las.
7. Pakailah PPE yang sesuai dengan pekerjaan ini.
8. Lakukan pengelasan dengan baik dan selamat.
9. Setelah selesai pengelasan tekan tombol “OFF” untuk mematikan mesin las.
10. Gulung kabel-kabel las dan letakkan pada tempatnya.
11. Bersihkan mesin las dan alat-alat yang digunakan.
12. Laporkan segera apabila dijumpai kerusakan pada mesin.

Gambar 11. Bagian-Bagian Mesin Las

Pada pengoperasian mesin las penting sekali untuk mendahului safety pengguna sehingga memiliki
resiko kecelekaan yang dapat diminimalisir, beberapa peralatan safety yang harus dipakai pada proses
pengelasan dapat diliihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Peralatan Pelindung Pada Proses Pengelasan

Gambar 13. Kondisi Safety Pada Pengelasan Sesuai SOP


MENENTUKAN DAN MENJELASKAN CACAT DAN PROSEDUR INSPEKSI PENGELASAN

Cacat las atau defect merupakan kondisi dimana pengelasan yang dilakukan tidak sesuai dengan
standart yang telah ditetapkan baik berdasarkan standart ANSI, ASME, ASTM, AWS, ISO, dan lain
sebagainya. Sehingga seorang inspektor sebelum melakukan inspeksi dalam proses pengelasan perlu
mengetahui dan menentukan standart yang berlaku sehingga dapat dilakukan analisis pada defect
pengelasan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi reject atau accept suatu pengelasan
(identifikasi dan klasifikasi diskontinyu). Pengelasan dikatakan accept apabila defect yang terdapat pada
pengelasan tersebut berada dalam range standart yang berlaku, sedangkan pengelasan dikatakan reject
apabila melebihi atau kurang dari range pada standart yang berlaku. Penyebab dari munculnya cacat las
atau defect ini dikarenakan prosedur  pengelasan yang tidak memadai ataupun tidak akurat atau bahkan
tidak menggunakan prosedur sama sekali. Prosedur dalam pengelasan ini harus diterapkan baik sebelum
pengelasan, saat pengelasan, ataupun setelah pengelasan. Sehingga untuk menghindari hal tersebut
perlu dilakukan pemeriksaan sebelum pengelasan dengan cara memeriksa peralatan dan bahan yang
digunakan dalam pengelasan serta memeriksa sambungan dan bukaan root agar sesuai dengan
standart. Pemeriksaan saat pengelasan dengan cara memastikan metode dan parameter yang
digunakan sesuai dengan standart serta memastikan pengelasan setiap layer sesuai dengan prosedur.
Pemeriksaan setelah selesai pengelasan yaitu melakukan pengukuran dimensi benda hasil las untuk
mengetahui accept atau reject suatu pengelasan. Identifikasi cacat pada pengelasan  sangat penting
diketahui dan dilakukan apalagi bagi pekerja di bidang inspeksi yang mana dengan pengecekan ini
diharapkan suatu produk las akan sesuai dengan standart yang ada sehingga terjamin keamanannya.
Sebelum membahas mengenai macam-macam jenis welding defect, perlu diketahui terlebih dahulu alat-
alat yang digunakan dalam pengecekan welding defect yaitu multi purpose welding gauge, penggaris,
senter, dan kaca pembesar. Berdasarkan letak terjadinya defect, maka jenis defect di bedakan menjadi
tiga yaitu defect pada root, defect pada weld face dan defect pada parent metal.
Cacat Las Pada Root
1. Incomplete root penetration atau lack of root penetration
Incomplete root penetration adalah defect yang mana penetrasi pada akar (root) yang tidak sempurna
sehingga terlihat celah antar parent metal, hal ini dikarenakan pengelasan yang dilakukan logam  tidak
tembus pada root, seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Incomplete root penetration
Penyebab :
 Celah pada root yang terlalu kecil
 Ukuran elektroda yang terlalu besar untuk sambungan
 Sudut elektroda yang salah
 Kecepatan pada pengelasan yang tidak disesuaikan dengan arus.
Solusi :
 Lebar celah pada root disesesuaikan 2-4 mm
 Ukuran elektroda yang disesuaikan
 Memperbaiki posisi sudut elektroda
 Kecepatan pada pengelasan (travel speed) harus disesuaikan dengan WPS

2. Cacat Las Incomplete root fusion


Perbedaan antara Incomplete root penetration dan Incomplete root fusion adalah pada incomplete root
penetration bagian tepi lasan pada root mengalami perubahan bentuk karena terkena panas pengelasan
sedangkan pada Incomplete root fusion pada bagian tepi lasan pada root memiliki bentuk yang lurus
atau utuh, seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Incomplete root fusion


Peyebab :
 Celah pada root yang terlalu kecil
 Ampere terlalu rendah
 Sudut elektroda yang salah
 Kecepatan pada pengelasan yang tidak disesuaikan dengan arus
 Linier misalignment
Solusi :
 Lebar celah pada root disesesuaikan 2-4 mm
 Menyesuaikan nilai ampere sesuai dengan di WPS
 Memperbaiki posisi sudut elektroda
 Kecepatan pada pengelasan (travel speed) harus disesuaikan dengan WPS
 Memperketat prosedur sebelum pengelasan sehingga tidak terjadi linier misalignment
3. Cacat Las Excess root penetration
Cacat las dikatakan sebagai  excess root penetration apabila root penetration pada pengelasan yang
tingginya melebihi dari standart yang ditetapkan, seperti pada Gambar 3. Tinggi root penetration ini
disesuikan dengan tebal dari base metal.

Gambar 3. Excess root penetration


Penyebab :
 Ampere yang digunakan saat pengelasan terlalu besar
 Celah pada root yang berlebih
 Teknik pengelasan yang digunakan tidak sesuai
 Suhu ligkungan dingin
 Elektroda yang digunakan terlalu besar
Solusi :
 Besar nilainya ampere harus disesuaikan
 Lebar celah pada root disesesuaikan 2-4 mm
 Teknik pengelasan yang digunakan harus sesuai dengan WPS
 Suhu lingkungan harus disesuaikan dengan WPS
 Ukuran elektroda disesuaikan
4. Root concavity
Root concavity adalah kondisi dimana logam lasan tidak sepenuhnya mengisi joint sehingga logam lasan
yang terlihat pada root akan berbentuk cekungan, seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Root concavity


Penyebab :
 Jarak antar root yang terlalu lebar
 Excessive grinding
Solusi :
 Lebar celah pada root disesesuaikan 2-4 mm
5. Root undercut
Root undercut merupakan defect yang dapat dicek secara jelas dengan menggunakan senter. Sebuah
defect dikatan root undercut apabila saat kita menyenter dari tepi root  maka akan terlihat bayangan.
Perbedaan antara root undercut dan incomplete root fusion adalah pada root undercut parent metal
atau base metal pada samping root terdapat lubang yang tidak beraturan, seperti Gambar 5, sedangkan
pada incomplete root fusion parent metal tepi root masih dalam kondisi lurus/ tidak berubah bentuk
sama sekali.
Gambar 5. Root undercut
Penyebab :
 Root face sangat kecil atau sama sekali tidak ada root face
 Arus yang digunakan terlalu besar
 Kecepatan dalam pengelasan terlalu besar
Solusi :
 Ukuran root face harus disesuaikan
 Besar arus yang digunakan harus sesuai dengan WPS
 Travel speed harus sesuai dengan WPS
Defect pada weld face
1. Cap undercut
Cap undercut merupakan defect yang hampir sama dengan root undercut , namun yang membedakan
yaitu letak pada cap undercut yang terdapat pada toe weld face, seperti pada Gambar 6.

Gambar 6. Cap undercut


Penyebab :
 Arus yang digunakan dalam pengelasan berlebih
 Kecepatan dalam pengelasan cukup tinggi
 Ukuran dari elektroda yang terlalu besar
 Serta sudut dari elektroda yang tidak benar
Solusi :
 Arus yang digunakan harus sesuai dengan standart
 Ukuran dari elektroda yang disesuaikan
 Besar arus yang digunakan harus sesuai dengan WPS
 Travel speed harus sesuai dengan WPS
2. Inter run incompletely fillet groove atau lack on inter-run fusion
Sebuah defect dikatakan sebagai lack on inter-run fusion apabila terdapat celah antara dua run weld
dalam pengelasan, seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. lack on inter-run fusion


Penyebab :
 Teknik pengelasan yang tidak benar
Solusi :
 Teknik pengelasan harus disesuaikan dengan standart
3. Incomplete filled groove
Apabila weld face lebih rendah daripada parent metal maka defect tersebut merupakan jenis defect
Incomplete filled groove, seperti pada Gambar 8. Penyebab dari timbulnnya jenis defect ini sama
dengan penyebab pada defect Inter run incompletely fillet groove atau lack on inter-run fusion.

Gambar 8. Incomplete filled groove

4. Gas pores atau porosity


Defect jenis ini ditandai dengan lubang-lubang yang berukuran kecil. Apabila berjumlah satu maka
dinamakan gas pores atau porosity sedangakan apabila jumlahnya banyak atau lebih dari dua maka
dinamakan sebagai cluster porosity, seperti pada Gambar 9.

Gambar 9. Porosity
Penyebab :
 Arus yang digunakan terlalu rendah
 Elektroda yang lembab
 Busur las terlalu panjang
 Flux elektroda yang rusak
 Hilangnya gas pelindung
Solusi :
 Arus yang digunakan harus sesuai dengan WPS
 Kondisi elektroda harus di cek terlebih dahulu sebelum melakukan pengelasan
 Panjang busur las harus disesuaikan
 Prosedur sebelum pengelasan harus dijalankan dengan benar
5. Slag inclusion
Seperti halnya dengan porosity, jenis defect ini juga memiliki bentuk lubang-lubang. Namun yang
membedakan yaitu pada defect jenis ini terletak pada weld face dan akan terlihat berwarna hitam akibat
partikel kontaminasi yang terperangkap pada weld face, seperti pada Gambar 10.

Gambar 10. Slag inclusion


Penyebab :
 Busur las yang terlalu jauh
 Sudut pengelasan salah
 Ampere yang digunakan rendah
Solusi :
 Busur las, sudut pengelasan, dan ampere yang digunakan harus disesuaikan dengan standart
6. Burn through
Burn through dapat didefinisikan sebagai lubang yang biasanya berukuran cukup besar dengan lelehan
logam disekitar lubang tersebut, seperti pada Gambar 11.

Gambar 11. Burn through


Penyebab :
 Ampere yang digunakan berlebihan
 Sudut gerak yang tidak tepat
 Kecepatan gerak
 Teknik pengelasan yang tidak tepat.
Defect pada parent metal
1. Spatter
Spatter adalah defect dengan ciri-ciri benjolan atau  bintik-bintik kecil yang jumlahnya banyak  berasal
dari tetesan bahan logam ataupun non logam selama pengelasan, seperti pada Gambar 12. Penyebab
dari timbulnya defect jenis ini adalah potongan-potongan kecil dari bahan panas saat proses pengelasan
yang terbang ke parent metal ataupun weld face. Selain itu, penyebab lain yaitu panjang busur dan arus
pada busur yang berlebih.
Gambar 12. Spatter
2. Arc strikes
Defect jenis ini terlihat seperti lelehan logam yang memanjang ataupun berbentuk lingkaran dengan
dengan jumlah yang lebih dari satu, seperti pada Gambar 13. Penyebab dari defect jenis ini adalah
elektroda yang terkena parent metal, pegangan elektro dengan isolasi yang buruk, dan grounding pada
alat pengelasan yang buruk.

Gambar 13. Arc Strikes


3. Mechanical damage
Cacat pada parent metal yang dinamakan dengan mechanical damage yaitu chisel marks yaitu sayatan
pada parent metal, kemudian pitting corrosion yaitu lubang yang disebabkan karena korosi, serta
cekungan akibat penggunaan gerinda, seperti contoh pada Gambar 14.

Gambar 14. Mechanical damage


4. Linier Misalignment
Linier misaligment merupakan defect dimana ketinggian antara plat atau parent metal yang di joint tidak
sama, seperti pada Gambar 15. Penyebab dari timbulnya defect ini yaitu karena persiapan yang
dilakukan dalam pengelasan kurang.

Gambar 15. Linear Misalignment


5. Angular distortion
Welding defect angular distortion merupakan defect dimana parent metal memiliki ketinggian yang
sama tetapi salah satu parent metal atau plate miring dengan besaran tertentu, seperti pada Gambar
16. Penyebab dari timbulnya cacat las ini adalah penyusutan yang terjadi didaerah zona fusi.

Gambar 16. Angular distortion


6. Crack
Crack atau retak pada pengelasan baik pada base metal, weld face ataupun root face. Crack dibagi
menjadi dua yaitu hot crack dan cold crack. Hot crack terjadi apabila suhu diatas 400 o F., sedangkan cold
crack terjadi setelah pengelasan selesai dilakukan.

Gambar 17. Hot crack


Penyebab timbulnya hot crack :
 Material yang digunakan tidak tepat
 Bentuk pengelasan yang tidak sesuai
 Metode yang digunakan tidak tepat
 Filler metal yang digunakan tidak sesuai dengan WPS
Penyebab timbulnya cold crack :
 Tidak melakukan preheat-Cooling rate terlalu cepat
 Arus pengelasan terlalu rendah

Latihan Soal.
1. Arus searah karena arah arusnyabergerak sepanjang penghantar hanya dalam satu arah adalah?
a. Arus AC
b. Arus DC
c. Arus AC dan DC
d. Arus Searah
e. Arus Bolak Balik
2. Menyambung dua bagian logam atau lebih dengan jalan pelelehan dengan busur nyala listrik
adalah?
a. Las busur
b. Las TIG
c. Las Asetilen
d. Las Karbon
e. Las Elektrik
3. Dibawah ini merupakan kepanjnagan dari las TIG?
a. Tungsten inter gas
b. Tungsten inset gas
c. Tungsten gas
d. Tungsten inert gas
e. Tungsten inert

4. LAS Elektroda terbungkus disebut juga dengan?

a. Shield Metal Ampere Welding


b. Steel Metal Ampere Welding
c. Sheet Metal Arc Welding
d. Shield Metal Arc Welding
e. Seal Metal Ampere Welding
5. Nama alat safety pada nomor 1 adalah?

a. Welding Google
b. Welding Glass
c. Welding Eyeglasses
d. Welding Helmet
e. Welding Cover

6. Elektroda pada pengelasan SMAW biasanya menggunakan standar dari AWS, AWS
merupakan Kepanjangan dari?

a. American Welding Society


b. American Welding System
c. American Welding Structure
d. American Welding Spesification
e. American Welding Selection

7. Proses pengelasan dimana busur nyala listrik di timbulkan oleh elektroda tungsten ( elektroda tak
terumpan) dengan benda kerja logam di sebut?
a. GMAW
b. GTAW
c. FCAW
d. OAV
e. GTOW

8. Pada pengelasan GMAW, Pengelasan Jenis MIG (Metal Inert Gas) biasanya menggunakan gas?
a. argon, helium, and a mixture of argon and helium
b. argon, CO2, and a mixture of argon and helium
c. CO2, helium, and a mixture of argon and helium
d. CO2, helium, and a mixture of CO2 and helium
e. CO2, Argon, and a mixture of CO2 and Argon

9. Gambar dibawah ini yang menunjukkan pengelasan akibat arus yang tinggi adalah ?
a. A
b. B
c. C
d. D

10. Cacat yang diakibatkan oleh temperature panas disebut


a. Hot Crack
b. Cold Crack
c. Temper Crack
d. Normal Crack
e. Steam Crack

Essay :

1. Pada proses pengelasan menggunakan listrik, terdapat 3 jenis mesin las, sebutkan jenis-jenis
mesin las tersebut, serta jelaskan keutungan dan kerugian dari mesin las tersebut?

2. Dari beberapa teknik pengelasan yang diketahui, sebutkan beberapa keuntungan dan
kelemahan dari teknik-teknik pengelasan tersebut?
Kunci Jawaban

1. B
2. E
3. D
4. D
5. D
6. A
7. B
8. E
9. B
10. A

Rangkuman
Pengelasan adalah suatu proses menyatukan 2 buah logam atau lebih menjadi suatu bentuk sambungan
dengan menggunakan proses panas. Panas tersebut diperlukan untuk mencairkan bagian logam yang
akan disambung dengan elektroda sebagai bahan tambah atau filler Elektroda yang berfungsi sebagai
bahan pengisi mencair bersama dengan benda kerja dan setelah dingin akan menjadi satu kesatuan
yang sukar dipisahkan dan membentuk paduan logam las atau weld metal Sambungan las adalah ikatan
dua buah logam atau lebih yang terjadi karena adanya proses difusi dari logam tersebut. Proses difusi
dalam sambungan las dapat dilakukan dengan kondisi padat maupun cair. Dalam terminologi las, kondisi
padat disebut Solid state welding (SSW) atau Presure welding dan kondisi cair disebut Liquid state
welding (LSW) atau Fusion welding. Proses SSW biasanya dilakukan dengan tekanan sehingga proses ini
disebut juga Presure welding Presure welding. Proses SSW memiliki beberapa kelebihan, diantaranya
adalah dapat menyambung dua buah material atau lebih yang tidak sama, proses cepat, presisi, dan
hampir tidak memiliki daerah terpengaruh panas (heat affected zone / HAZ). Pada pengelasan cair
merupakan pengelasan yang paling umum digunakan yang mana sambungan dipanaskan hingga
mencair dengan sumber panas dari sumber listrik ataupun sumber api yang terbakar. Mesin las yang
merupakan sumber tenaga pembangkit atau dikenal dengan istilah power source. Mesin las memegang
peranan penting dalam pekerjaan pengelasan. Ini dapat dibuktikan bilamana mesin las sering mengalami
gangguan (trouble) pasti proses pengelasan akan terganggu. Mesin las yang baik akan menghasilkan
arus yang stabil baik untuk bekerja pada ampere rendah ataupun ampere tinggi, sehingga memudahkan
pengaturan arus. Selain itu , mesin las yang baik juga akan tahan jika digunakan untuk bekerja dengan
waktu lama. Cacat las atau defect merupakan kondisi dimana pengelasan yang dilakukan tidak sesuai
dengan standart yang telah ditetapkan baik berdasarkan standart ANSI, ASME, ASTM, AWS, ISO, dan lain
sebagainya. Sehingga seorang inspektor sebelum melakukan inspeksi dalam proses pengelasan perlu
mengetahui dan menentukan standart yang berlaku sehingga dapat dilakukan analisis pada defect
pengelasan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi reject atau accept suatu pengelasan
(identifikasi dan klasifikasi diskontinyu). Pengelasan dikatakan accept apabila defect yang terdapat pada
pengelasan tersebut berada dalam range standart yang berlaku, sedangkan pengelasan dikatakan reject
apabila melebihi atau kurang dari range pada standart yang berlaku. Penyebab dari munculnya cacat las
atau defect ini dikarenakan prosedur  pengelasan yang tidak memadai ataupun tidak akurat atau bahkan
tidak menggunakan prosedur sama sekali. Prosedur dalam pengelasan ini harus diterapkan baik sebelum
pengelasan, saat pengelasan, ataupun setelah pengelasan

Daftar Pustaka

1. Kearns, W.H. (1978). Welding Handbook. Miami: Ameican Welding Society.

2. Riswan Dwi Djatmiko, (2015) Modul Teori Las. Yogyakarta: FT UNY

3. Surdia, T., Shinroku, S., 1987, Pengetahuan Bahan Teknik, PT. Pradya Paramita, Jakarta

4. Vlack, V., 1981, Ilmu Teknologi Bahan, terj. Sriati Djapri, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.

5. Wiryosumarto, H., dan Okumura, T., Teknologi Pengelasan logam, edisi 8, Pradnya Paramita, Jakarta.

6. Messler, R.W., 1999, Principle of Welding, John Wiley Sons Inc, New York, USA.

7. Smallman, R.E., 1991, Metallurgi Fisik Modern, edisi 4, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

8. Suharno, 2018, Teknologi Pengelasan Logam: Aplikasi & Metalurginya, UNS Press, Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai