Anda di halaman 1dari 12

Laporan Tentang Las Tahanan Listrik

TEKNIK PERMESINAN DAN LAS

DISUSUN OLEH:
DANDI ANGGER SANDRO TIYAS
SYAMSUL CAMAL
WAWAN KURNIAWAN
WIDIAN GOVINDO

TEKNIK MESIN 1 B
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Las adalah penyambungan besi dengan cara membakar. Dalam referensi-referensi teknis,
terdapat beberapa definisi dari Las, yakni sebagai berikut :
Berdasarkan defenisi dari Deutsche Industrie Normen (DIN) dalam Harsono dkk(1991:1),
mendefinisikan bahwa " las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang
dilakukan dalam keadaan lumer atau cair ". Sedangkan menurut Maman Suratman (2001:1)
mengatakan tentang pengertian mengelas yaitu salah satu cara menyambung dua bagian logam
secara permanen dengan menggunakan tenaga panas. Sedangkan Sriwidartho, Las adalah suatu
cara untuk menyambung benda padat dengan dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kerja las adalah
menyambung dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas.
Untuk berhasilnya penyambungan diperlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,
yakni:
-          bahwa antara benda-benda padat yang disambungkan tersebut terdapat kesesuaian sifat lasnya
sehingga tidak melemahkan atau menggagalkan sambungan tersebut;
-          bahwa cara-cara penyambungan sesuai dengan sifat benda padat dan tujuan penyambungannya
-          bahwa benda padat tersebut dapat cair/lebur oleh panas;
.
Hingga saat ini terdapat sekitar 40 jenis pengelasan yang diciptakan oleh manusia. Dari
keseluruhan jenis tersebut hanya dua jenis yang paling populer di Indonesia, yakni pengelasan
dengan mempergunakan busur nyala listrik (shielded metal arc welding/SMAW), dan las karbit
(oxy acetylene welding/OAW). Dibebrapa kegiatan industri yang mempergunakan teknologi
canggih di Indonesia, telah pula dipakai pengelasan jenis T.I.G. (tungsten inert gas welding),
M.I.G. (metal gas welding atau CO2 welding), las tahanan listrik (electric resistance
welding/ERW), las busur terbenam (submerged arc welding/SAW), dan kemungkinan las sinar
laser untuk keperluan pengobatan.
Teknik pengelasan semakin banyak di gunakan baik untuk penyambungan kontruksi
bangunan maupun untuk proses perbaikan, kontruksi mesin-mesin pendukung aktifitas
perusahaan. Luasnya pengembangan dan penggunaan teknologi pengelasan ini di sebabkan
karena proses pengoprasiannya lebih sederhana dan murah di bandingkan dengan proses
pembuatan dengan pengecoran. Disamping untuk pembuatan, proses pengelasan dapat
digunakan untuk reparasi, misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran, membuat lapisan
keras pada perkakas, mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan macam-macam reparasi
lainnya.

1.2. Perumusan Masalah

Didalam laporan ini permasalahan di ambil pada saat praktek di bengkel dan didukung
juga dari bahan-bahan dari buku tentang cara pengelasan. Penelitian dan penganalisaan secara
umum dapat di lakukan dengan mudah dibengkel pada saat praktek dan pengamatan secara
langsung.

1.3. Tujuan dan Manfaat

  Untuk mengetahui apa yang menjadi kendala dalam proses pengelasan


  Agar mahasiswa bisa mengelas dengan baik dan benar
  Agar mahasiswa tau alat-alat keselamatan dalam proses pengelasan
  Agar mahasiswa tau alat-alat pad alas listrik
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Las Listrik

Las busur listrik umumnya disebut las listrik adalah salah satu cara menyambung
logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang
akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga
elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus
sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung
tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan
tersambunglah kedua logam tersebut.
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan
yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang
cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat
diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang
terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai
mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi
kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan
memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur
dan suhu dapat mencapai 5500 °C.
Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda
berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja
lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan
memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah
terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis
yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil
Ada dua cara proses pengelasan yang dapat dilakukan mencakup pengelasan listrik dan
pengelasan gas. Prinsip kedua proses ini pada dasarnya sama yaitu dengan prinsip pencairan
logam. Hanya saja pada las gas menggunakan panas yang di hasilkan dari nyala api hasil
pembakaran bahan bakar gas dengan zat asam atau oksigen sebagai energi nya. Sedangkan pada
las listrik pencairan logam dalam hal ini adalah elektroda dilakukan setelah pertemuan antara
terminal negative (-) dengan terminal positif (+).

2.2. Klasifikasi cara-cara pengelasan

Secara konvensional cara-cara pengklasifikasian pengelasan dapat di bagi dalam dua


golongan yaitu, klasifikasi berdasarkan cara kerja dan energi yang digunakan. Namun, yang
paling sering di gunakan adalah cara-cara pengelasan klasifikasi berdasarkan cara kerja. Jika
dilihat dari klasifikasi berdasarkan cara kerja maka, di bagi menjadi tiga kelas utama yaitu :
1.Pengelasan cair yaitu, cara pengelasan dimana sambungan di panaskan sampai mencair dengn
sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas yang terbakar.
2.Pengelasan tekan adalah cara pengelasan di mana sambungan di panaskan dan kemudian ditekan
sehingga menjadi satu.
3.Pematrian adalah cara pengelasan di mana sambungan diikat dan di satukan dengan
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Pada cara ini, logam induk tidak
turut mencair.

 2.3. Alat-alat Keselamatan (APD) Praktek Las Listrik


  Topeng Las (Welding Mask)
Pelindung mata dan wajah pada las listrik berbeda dengan pelindung mata dana wajah pada
las gas, biasanya pelindung mata dan wajah pada las listrik lebih tebal atau lebih gelap. Supaya
juru las dapat melihat busur nyala dan arah pengelasan tanpa merusak mata, maka pada tameng
dipasang kaca bewarna disebalah dalam kaca dan kaca jernih sebelah luar.

  Apron Dada dan Lengan


Digunakan pada badan dan lengan, fungsinya untuk melindungi dada dan lengan dari
panas/percikan api pada saat melakukan proses pengelasan, biasanya apron ini terbuat dari bahan
yang tidah mudah terbakar contohnya kulit, kain asbes dan sebagainya.
Pemeliharaan: Lipat dan tempatkanlah pakaian las (apron) dengan baik pada tempatnya, bila
tidak dipakai.

  Sarung Tangan (Gloves)


Digunakan pada saat pengelasan,gunanya sama dengan afron dada dan afron lengan yaitu
untuk melindungi sipengelas dari panas,dari sinar-sinar las maupun percikan-percikan logam.
Bahan sarung tangan terbuat dari kulit, terpal yang dicat dengan cairan alumunium dan
sebagainya. Sebaiknya sarung tangan bersifat fleksible(lemas), sukar terbakar, bukan pengantar
arus (besifat isolasi), dan kuat.

  Overalls

Overaals atau baju bengkel digunakan untuk melindungi seluruh bagian tubuh dari percikan atau
terak yang bisa saja terpental kearah badan.

  Safety Boots
Safety boots atau sepatu pelindung digunakan untuk melindungi kaki dari benda yang jatuh dan
juga percikan api las atau terak.

2.4. Alat-alat pengelasan las listrik dan alat bantunya


  Mesin las listrik

Mesin las listrik berbeda-beda bentuknya, besar kecilnya mesin tergantung dari tegangan
yang akan kita perlukan. Mesin las listrik ini ada yang langsung menggunakan listrik tetapi ada
juga yang menggunakan mesin diesel contohnya adalah mesin las listrik untuk membangun
jembatan biasanya menggunakan mesin diesel dan dynamo untuk mendapatkan listrik. Tetapi di
bengkel kita menggunakan mesin las, yang listriknya langsung kita ambil dari rumah listrik pada
dinding bengkel.

  Meja Las
Meja las digunakan untuk menaruh benda kerja pada saat akan dilakukan pengerjaan. Meja
las berperan untuk dialiri listrik positif dari mesin las, sehingga pada saat terjadi kontak antara
elektroda dan benda, maka akan terjadi pemanasan dan menimbulkan api dari kontak listrik
positif dan negatif.

  Alat penjepit (Tang)


Digunakan pada saat memindahkan atau untuk merubah posisi benda kerja pada saat
pengelasan agar terhindar dari panas atau memudahkan proses pemindahan benda kerja.

  Elektroda
Elektroda untuk pengelasan las listrik memiliki ukuran yang berbeda-beda. Elektroda harus
di simpan pada suhu kamar yang pas agar tidak lembab, pada saat pengelasan pililah elektroda
yang sesuai dengan benda kerja yang akan kita las.

  Tabung/wadah elektroda
Digunakan untuk meletakan elektroda pada saat melakukan pengelasa, tabung elektroda
tidak boleh di gunakan untuk menyimpan tetapi hanya untuk meletakan elektroda pada saat
pengelasan.

  Sikat Kawat
Sikat kawat digunakan untuk membersihkan sisa terak dan bekas las yang masih menempel
pada benda kerja.

2.5. Keselamatan Pada Diri

  Pakailah pelindung mata pada saat melakukan pengelasan


  Gunakanlah apron dada, apron lengan dan sarung tangan agar terhindar dari panas.
  Hidupkanlah kipas fentilasi udara pada saat pengelasan agar udara bisa bersikulasi,dan asap-asap
pengelasan cepat keluar.
  Gunakanlah sepatu keselamatan (safety shoes).
  Ikatlah rambut jika rambut anda panjang atau memakai penutup kepala.
  Gunakanlah penutup hidung agar racun asap tidak terhirup.
  Cucilah tangan sesudah atau setelah bekerja.

2.6. Keselamatan Pada Alat-alat Dan Bengkel Las

  Lipatlah apron dan sarung tangan dan susun di atas lemari peralatan.
  Letakan dan susunlah alat-alat kerja di lemari peralatan.
  Matikanlah mesin las jika tidak sedang di gunakan.
  Bersihkan alat-alat batu dan mesin las sesudah digunakan.

PENUTUP
4.1. Kesimpulan

  Pada saat pengelasan pililah plat yang sesuai dengan kebutuhan


  Aturlah tegangan arus listrik agar benda kerja tidak rusak
  Keselamatan serta keahlian operator pengelasan yang merupakan bagian yang paling penting.

4.2. Saran

 Sebelum kita mengelas, kita harus mengetahui bahan-bahan apa saja yang akan di las,
ataukah sama atau berbeda. Kontruksi dimaksudkan untuk menahan beban, tekanan, punter,
basah, serangan karat dan lain sebagainya.
Dari hal-hal tersebut di atas dapat di tentukan sebagai berikut:                         
1.      Prosedur pengelasan yang tepat.
2.      Cara pengelasan yang benar, efisien dan selamat.
3.      Ukuran dan bahan pokok atau tambahan yang memenuhi syarat dan ekonomis.

Anda mungkin juga menyukai