Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan semakin berkembangnya teknologi industry saat ini, tidak bisa
mengesampingkan pentingnya penggunaan logam sebagai komponen utama produksi
suatu barang, mulai dari kebutuhan yang paling sederhana seperti alat-alat rumah tangga
hingga konstruksi bangunan dan konstruksi permesinan dan konstruksi bangunan laut
khususnya bidang perkapalan. Hal ini menyebabkan pemakaian bahan-bahan logam
seperti besi cor, baja, aluminium dan lainnya menjadi semakin meningkat. Sehingga
dapat dikatakan tanpa pemanfaatan logam, kemajuan peradaban manuasia tidak mungkin
terjadi. Dengan kemampuan akalnya, manusia mampu memanfaatkan logam sebagai alat
bantu kehidupannya yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin, bangunan dan
lainnya dapat tercipta dengan adanya logam. Logam tersebut menimbulkan kebutuhan
akan teknologi perakitan atau penyambungan. Salah satu teknologi penyambungan
tersebut adalah dengan pengelasan. Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi
dalam dua kelompok besar, yaitu :
1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik penyambunganlogam yang
dapat dilepas kembali. 2. Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik
penyambungan logam dengan cara mengubah struktur logam yang akan disambung
dengan penambahan logam pengisi. Termasuk dalam kelompok ini adalah solder,
brazing dan pengelasan. Dari teknik tersebut dijadikan sebagai dasar dibentuknya benda-
benda logam seperti yang dimaksud pada uraian diatas. Dalam hal ini proses pengelasan
terdiri dari las listrik.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan dibuatnya laporan ini merupakan tugas utama dalam mengisi nilai
akademik pelajaran teori inspeksi las yakni las listrik. Selain itu, sesuai sasaran yang
dikemukakan diatas, sebagian besar tujuan dibuatnya laporan ini ialah membagi pengetahuan
serta membantu rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi Akademi Teknik perkpalan yang
menawar mata kuliah inspeksi las memahami mengenai las listrik, dimana diharapkan
dengan itu mahasiswa dapat menguasai teori pengelasan sehingga nantinya dapat
diaplikasikan dalam proses praktik dan inspeksi di lapangan

1
BAB II
A. LAS LISTRIK

Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dimana logam menjadi satu
akibat panas dengan atau tanpa tekanan, atau dapat didefinisikan sebagai akibat dari
metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Sebelum atom atom
tersebut membentuk ikatan, permukaan yang akan menjadi satu perlu bebas dari gas yang
terserap atau oksida-oksida.
Las listrik juga biasa disebut las busur listrik, yaitu proses penyambungan logam
dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jadi sumber panas pada las listrik
ditimbulkan oleh busur api arus listrik, antara elektroda las dan benda kerja. Pada bagian
yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang
menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis.
Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan
mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan
tersambunglah kedua logam tersebut. Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik
cukup besar tetapi dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang
terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan
logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan
memperhatikan ukuran dan type elektrodanya. Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas
yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda
atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga
terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga
terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik
diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C. Ada tiga jenis
elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal.
Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak.
Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan
memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan
mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis
merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil.

2
Las listrik dapat digolongkan menjadi :
a. Las listrik dengan elektroda logam, misalnya :
• Las listrik submarged
• Las listrik dengan elektroda berselaput
• Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas) atau MI

b. Las listrik dengan elektroda karbon, misalnya :


• Las listrik derngan elektroda karbon tunggal
• Las listrik dengan elektroda karbon ganda.

NB : Dan las listrik yang digunakan pada saat praktek las adalah las listrik dengan elektroda
karbon tunggal.

B. PERALATAN LAS LISTRIK


1. Pembangkit arus listrik
Sebagai alat yang memasok atau yang mengatur arus yang bekerja

Gbr.2.1 mesin las listrik

2. ELEKTRODA (filler atau bahan isi)

Sebagai perekat atau bahan tambah pada proses pengelasan yang dipasang atau dijepit
pada holder / pemegang elektroda

3
Gbr.2.2 elektroda
3. Kabel Las

gbr.2.3 kabel las

Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dangan karet isolasi
Yang disebut kabel las ada tiga macam yaitu :
kabel elektroda

kabel massa

kabel tenaga

4. Pemegang Elektroda

Gbr.2.4 pemegang elektroda

4
Ujung yang tidak berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda. Pemegang
elektroda terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus oleh bahan penyekat.
Pada waktu berhenti atau selesai mengelas, bagian pegangan yang tidak berhubungan dengan
kabel digantungkan pada gantungan dari bahan fiber atau kayu.
5. Palu Las

Gbr. 2.5 palu las


Palu Ias digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur Ias dengan jalan
memukulkan atau menggoreskan pada daerah las. Berhati-hatilah membersihkan terak Ias
dengan palu Ias karena kemungkinan akan memercik ke mata atau ke bagian badan lainnya.

7. Sikat Kawat

Gbr.2.6 sikat kawat


Dipergunakan untuk :
Membersihkan benda kerja yang akan dilas

Membersihkan terak Ias yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.

5
8. Klem Massa

Gbr.2.7 klen massa


Klem massa edalah suatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja. Biasanya
klem massa dibuat dari bahan dengan penghantar listrik yang baik seperti Tembaga agar arus
listrik dapat mengalir dengan baik, klem massa ini dilengkapi dengan pegas yang kuat. Yang
dapat menjepit benda kerja dengan baik . Walaupun demikian permukaan benda kerja yang
akan dijepit dengan klem massa harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran
seperti karat, cat, minyak.

9. Tang (penjepit)

Gbr.2.8 tang (penjepit)

Penjepit (tang) digunakan untuk memegang atau memindahkan benda kerja yang masih
panas

6
10. Meja kerja las

gbr. 2.9 meja kerja las

Digunakan untuk menaruh benda kerja pada saat proses pengelasan


D. prinsip kerja las listrik

Gbr.2.10 prinsip kerja las listrik

E. Perlengkapan keselamatan kerja las listrik


1. Helm Las

Gbr. 2.11 helm las

7
Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar las
(sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata,Helm las ini
dilengkapi dengan kaca khusus yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah
tersebut.
Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu tidak boleh dilihat dangan mata langsung sampai jarak
16 meter. Oleh karena itu pada saat mengelas harus mengunakan helm/kedok las yang dapat
menahan sinsar las dengan kaca las.

2. Sarung Tangan

Gbr. 2.12 sarung tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang pemegang
elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu dipakai sepasang sarung tangan.

3. Apron
Apron adalan alat pelindung badan dari percikan bunga api yang dibuat dari kulit atau dari
asbes.
Ada beberapa jenis/bagian apron :

8
 apron lengan

Gbr. 2.13 apron lengan

 apron dada

Gbr. 2.13 apron dada

apron lengkap :

Gbr.2.14 apron lengkap

9
4. Sepatu Las
Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api, Bila tidak ada sepatu
las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai.

Gbr. 2.15 sepatu las

5. Masker Las
Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik, maka gunakanlah
masker las, agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun.

Gbr.2.16 masker las

10
6. Gurinda Pemotong
Digunakan untuk memotong bahan material las agar proses pemotongan lebih cepat
dan tepat.

.
Gbr. 2.17 gurinda potong
7. Jaket las
Jaket pelindung badan+tangan yang tebuat dari kulit/asbes

Gbr.2.18 jaket las

11
Penggunaan keselutruhan dari perlengkapan keselamatan kerja

gbr.2.19 perlengkapan keselamatan kerja

F. praktek las dan inspeksi hasil las

Beberapa lagkah yang dilakukan pada saat melakukan praktek las yaitu sebagai berikut:

 Dosen yang memngajar mata kuliah inspeksi las membagi kelompok las 1 team 5
orang
 mahasiswa menunggu giliran praktek las sesuai jadwal yang ditentukan oleh dosen
 setelah jadwal praktek tiba mahasiswa masuk ke bengkel las untuk praktek dengan
perlengkapan las yang sesuai dengan prosedur/aturan inspeksi
 sebelum melakukan praktek pengelasan pertama mahasiswa di beri instrupsi oleh
dosen pembimbing lab las (keselamatan kerja)
 memulai pemilihan bahan serta pemotongan dengan ukuran yang telah ditentukan
 menyalakan mesin las dan persiapan las lainya dipandu oleh dosen pembimbing lab
las
 memulai pengelasan dilakukan 2x untuk 2 bahan yang berbeda unruk penyambungan
2 pelat yaitu las melingkar dan zig-zag (uji
pertama ) dan dilanjutkan pengelasan material yang ke 2 dengan cara yang sama.
 setiap anggota kelompok di beri tugas masing-masing seperti:
inspeksi,dokumentasi,pengelas,dll.

12
1.proses praktek pengelasan bahan pertama

a.bahan material yang digunakan

Gbr.2.20 bahan material

b.pengukuran material sebelum di potong

Gbr. 2.21 mengukur material jadi 4 bagian

c. pemotongan bahan material

Gbr.2.22 pemotongan bhan material

13
Pemotongan pelat dilakukan dengan menggunakan gurinda pemotong dibutuhkan 4 pelat
dengan ukuran yang sama dilakukan secara bergantian setiap anggota kelompok .

d.bahan setelah dipotong

Gbr. 2.23 bahan setelah dipotong

Dari empat material pada gambar di atas 2 digunakan untuk pengelasan pertama dan 2
selanjutnya digunakan untuk pengelasan yang kedua .

e. proses praktek pengelasan pertama (zig-zag)

Pengelasan pertama dilakukan dengan cara meletakkan kedua material sejajar di atas
meja las diberi jarak sekitar 2 mm agar pada saat melakukan pengelasan ada ruang untuk
penetrasi bahan material .

Gbr.2.24 bahan sebelum pengelasan (zig-zag)

14
Di bawah ini adalah foto pengelasan zig-zag pengelasan dilakukan dengan cara
menggerakkan elektroda kekiri dan kekanan (secara zig-zag).

Gbr .2.25 proses pengelasan praktek 1 (zig-zag)

Dibawah ini adalah hasil pengelasan pertama zig-zag di bersihkan dengan cara di pukul
dengan martil membuang terak las dan disikat dengan sikat kawat agar hasil las dapat terlihat
dengan jelas.

Gbr.2.26 hasil las zig-zag praktek pertama

15
f.praktek pengelasan pertama las melingkar

 dibawah ini adalah bahan material yang di balik setelah permukaan bahan yang
satunya di las dengan pengelasan zig-zag ,

Gbr. 2.27 bahan sebelum pengelasan melingkar

 Dibawah ini adalah proses pengelasan melingkar praktek pengelasan pertama


dilakukan dengan cara menggerakkan elektroda membentuk sebuah lingkaran sampai
seluruh material tersambung.

Gbr.2.28 proses pengelasan melingkar bahan pertama

16
 Dibawah ini adalah hasil pengelasan melingkar

gbr. 2. 29 hasil pengelasan melingkar

2. praktek pengelasan bahan kedua (zig-zag dan melingkar)


a. bahan material yang digunakan
dibawah ini adalah foto bahan matterial untuk pengelasan yang kedua

Gbr.2.30 Bahan material

17
b.pengukuran bahan
dibawah ini adalah proses pengukuran bahan sebelum dipotong

Gbr. 2.31 pengukuran bahan


C. pemotongan bahan
Dibawah ini adalah proses pemotongan bahan untuk praktek kedua.

gbr. 2.32 Foto proses pemotongan pelat /bahan


d. bahan setelah dipotong

Gbr.2.33 Foto bahan setelah dipotong

18
e. proses praktek pengelasan kedua (zig-zag)

Pengelasan kedua dilakukan dengan cara meletakkan satu material sebagai alas
kemudian bahan yang satunya diletaktan tepat di atas material alas di bagian tengah sehingga
ke dua bahan tersebut membentuk profil T seperti pada gambar di bawah ini

Gbr.2.34 Foto sebelum las (zig-zag)

Di bawah ini adalah proses pengelasan zig-zag pengelasan dilakukan dengan cara
menggerakkan elektroda kekiri dan kekanan (secara zig-zag).

Gbr .2.35 foto pada saat melakukan pengelasan praktek ke 2

Dibawah ini adalah hasil pengelasan kedua zig-zag di bersihkan dengan cara di pukul
dengan martil, membuang terak las dan disikat dengan sikat kawat agar hasil las dapat
terlihat dengan jelas.

19
Gbr. 2.36 hasil las zig-zag praktek ke 2

f.praktek pengelasan kedua las melingkar

 dibawah ini adalah bahan material yang di balik setelah permukaan bahan yang
satunya di las dengan pengelasan zig-zag ,

Gbr. 2.37 Foto sebelum pengelasan melingkar

 Dibawah ini adalah proses pengelasan melingkar praktek pengelasan pertama


dilakukan dengan cara menggerakkan elektroda membentuk sebuah lingkaran sampai
seluruh material tersambung.

20
Gbr.2.38 proses pengelasan melingkar bahan pratek kedua

 Dibawah ini adalah hasil pengelasan melingkar

gbr. 2.39 foto hasil pengelasan melingkar

1. Inspeksi Sebelum Pengelasan


Inspeksi Pengelasan

NO ASPEK YANG DIINSPEKSI INDIKATOR/SPESIFIK HASIL


ASI
1 JENIS BAHAN / MATERIAL Baja
2 UNSUR / KANDUNGAN KIMIA 0.8 C
3 KEKUATAN TARIK 35 kg/m4
4 PANJANG 15 cm
5 LEBAR 8 cm
6 TINGGI / TEBAL 0.8 cm

21
Inspeksi Elektroda
NO ASPEK YANG DIPERIKSA SPESIFIKASI HASIL
1 KLASIFIKASI ELEKTRODA JIS : z3211E4916
2 TYPE ELEKTRODA AWS: A.51 E7016
3 LAPISAN FLUKS ELEKTRODA High Titania
4 JENIS BAHAN UNTUK PENGELASN Plat ST – 37 ( 8 x 23 cm)
5 DIAMETER ELEKTRODA 4 mm
6 PANJANG ELEKTRODA 400 mm
7 POSISI LAS DATAR
8 ARUS LAS 45 – 95 AMPER
9 POLARITAS ELEKTRODA AC ATAU DC ±
Inspeksi Peralatan Dan Perlengkapan Keselatan Kerja

NO ASPEK YANG DIINSPEKSI SPESIFIKSASI HASIL


INSPEKSI MESIN LAS
 TYPE MESIN ESAB LHF 400
 INPUT VOLTAGE ( 400 – 500 V
V ) 60 – 125 A
 CURENT RANGE AMPER ( 74 % Ada
Amp ) 340 KVA

 RATED DUTY CYCLE ( 4 MM


% ) 195 KG
1
 INPUT CAPACITY ( 1310 / 765
KVA)
 ELEKTRODA (
mm )
 WEIG (
kg )
 DIMENSION (
mm )
INSTALASI LAS
2  UKURAN KABEL ARDE ( 7000 MM / 7 M
mm ) 7000 MM / 7 M Ada

22
 UKURAN KABEL LAS (
mm )
 STANG LAS (
mm )
 KLEM ARDE (
mm)

PERLENGKAPAN LAS
 TANG JEPIT
3 HUMMER Ada
 PALU LAS
BRUSS LORRE STEEL
 SIKAT BAJA
LOS

Inspeksi Gambar Desain


NO ASPEK YANG DI INSPEKSI HASIL
1 GAMBAR DESAIN

UKURAN PANJANG ( P ) 15 CM

23
2 UKURAN LEBAR ( B ) 8 CM
UKURAN TEBAL ( T ) 0.8 cm
KAMPUH LAS (I)
Celah Las (C ) 0.5 mm
3 TANDA LAS Ada
TOTAL NILAI INSPEKSI SEBELUM PENGELASAN ada

2. Inspeksi Pada Saat Pengelasan


Proses Dan Parameter Las

NO ASPEK YANG DIINSPEKSI SPESIFIKASI HASIL


1 PROSES LAS LAS LISTRIK ELEKTRODA
TERBUNGKUS / SMAW
2 PARAMETER LAS :
1. TEGANGAN BUSUR 20 - - 30 volt 25 volt
2. ARUS LAS 85 A

3. KECEPATAN LAS Berbanding lurus dengan arus 23.9


las, V = I/t , cm/det cm/deti
k
4. POLARITAS LISTRIK AC ATAU DC ± AC
5. PANJANG BUSUR 3,2
6. AYUNAN ELEKTRODA SIG SAG , LINGKAR, Lingkar
,zig-zag
7. SUDUT ELEKTRODA 70 - 80 75
8. ARAH LASAN LURUS Lurus

24
Pemakaian Perlengkapan Keselamatan Kerja Dan Peralatan Kerja Las

NO ASPEK YANG DIINSPEKSI SPESIFIKASI HASIL

Selalu memakai alat keselamatan 10


kerja 10
1 Terindikasi tidak memakai
PEMAKAIAN PERLENGKAPAN 1 8
KESELAMATAN KERJA Terindikasi tidak memakai
2 6
Terindikasi tidak memakai
3 4
Terindikasi tidak memak
1
Sesuai instruksi atau prosedur 10
2 MEMAKAI PERAATAN KERJA 10
LAS Terindikasi tidak sesuai prosedur
1 8
Terindikasi tidak sesuai prosedur
2 6
Terindikasi tidak sesuai prosedur
3 4
Terindikasi tidak sesuai prosedur
1
TOTAL NILAI INSPEKSI DAN WAKTU PENGELASAN 20

25
2. Inspeksi Sesudah Pengelasan
Inspeksi Ukuran Hasil Las

NO ASPEK YANG DIINSPEKSI INDIKATO/SPESIFIKASIR HASIL

1 TINGGI LAS MUKA 1,5 mm


 IDEAL 1,5 mm 10
 STANDARD 0 – 3 mm Masuk Standard
 Hasil 1mm 7 7
0 < tinggi >
1
2 KELURUSAN PELAT Lurus Atau 180
 IDEAL 180 10
 DEVIASI MAX 2.5
 Hasil 180 Dalam Toleransi 10
7

DEVIASI > 2.5


1
3 LEBAR LAS MUKA < 3 Elektroda
 IDEAL 0 – 12 mm 10 10
 STANDARD 5 - 14 mm Masuk Standard
 Hasil 0.8 mm 7
5 < Lebar > 14
1
Masuk Standard
7
6 mm< Lebar >14 mm
1
Masuk Standard
7

7 SUDUT KAPUH LAS Sudut 35

26
 IDEAL 35 10
 STANDARD 35 Masuk Standard ( 70 7

 I 90 7
35
1
8 CELAH LAS (GAP)
 IDEAL 2 – 3 mm Masuk Standard
 STANDARD 2 - 4 mm 7 1
 HASIL 5 mm 2 mm < GAP > 4 mm
1

Inspeksi Cacat Las

NO ASPEK YANG DIINSPEKSI INDIKATO/SPESIFIKASIR HASIL

1 CACAT LAS AKAR No Difect


- Keropos 10
Discontinuity 1 – 3 Point 7
7
Discontinuity 1 – 4 Point
4
Difect
1
3 CACAT LAS MUKA No Difect
- Percikan las (spatters) 10
- Surface undercut Discontinuity 1 – 3 Point 7
- Salah penggantian elektroda 7
Discontinuity 1 – 4 Point
4
Difect
1

27
Inspeksi Tampilan Las

NO ASPEK YANG DIINSPEKSI INDIKATO/SPESIFIKASIR HASIL

1 KESERAGAMAN TINGGI LAS Tinggi las muka 80 – 100


MUKA sama 10 4
- 90 Tinggi las muka 60 – 79
- 60 / 3 = 45 sama 7
- Tinggi las muka 40 – 59
sama 4
Tinggi las muka 40
sama 1
2 KESERAGAMAN LEBAR LAS Lebar las muka 80 – 100
MUKA sama 10 7
- 85 Lebar las muka 60 – 79
- 60 / 3 = 60 sama 7
- 35 Lebar las muka 40 – 59
sama 4
Lebar las muka 40
sama 1

TOTAL NILAI INSPEKSI SESUDAH PENGELASAN 60

28
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengertian Inspeksi Las
nspeksi adalah suatu ilmu untuk menentukan kondisi atau keadaan suatu benda,
proses fabrikasi atau pengolahan, serta lingkungan. Inspeksi merupakan gabungan antara
ilmu Engineering (ilmu ke-teknik-an), management, process dan craftmenship (keahlian
kejuruan) yang hanya dapat dilaksanakan setelah melalui beberapa tahap yaitu tahap
persiapan, pelaksanaan fisik, pelaporan, sertifikasi dan recording atau pendataan.

2. Inspeksi Sebelum Penelasan


 Tempat Kerja Yang Bersih Sebuah ruang kerja yang bersih sangat penting untuk
keselamatan pengelasan. Untuk menghindari kecelakaan pada bagian dari tukang
las atau individu dekat tukang las, lantai ruang kerja harus dibersihkan dari
semua benda dan zat untuk memastikan pijakan yang tepat dari setiap orang di
sekitar busur las. Selain itu, proyek pengelasan harus jelas dari bahan asing atau
non-esensial. Untuk mencegah awal kebakaran, tukang las juga harus
membersihkan setiap masalah yang mudah terbakar terhadap benda asing yang
berserakan pada area kerja.

 Perlindungan Mata
Proses hasil pengelasan dalam penciptaan sinar ultraviolet, yang bisa sangat
merusak mata manusia. Paparan sinar ultraviolet dapat menyebabkan peradangan
pada kornea. Hal ini juga dapat menyebabkan pembakaran dari retina, yang
dapat mengakibatkan kebutaan. Karena itu, sangat penting bahwa langkah-
langkah harus diambil untuk melindungi mata dari tukang las dan mata orang-
orang dekat atau di sekitar lokasi pekerjaan

 Waspada Terhadap Panas


Pekerjaan Welding (pangelasan) melibatkan logam yang mencair, yang
membutuhkan temperatur yang sangat tinggi. Selain itu, pekerjaan las yang
paling menghasilkan bunga api suhu tinggi yang dapat membakar kulit.

 Persiapkan perlengkapan las selengkapnya dan menyediakan bahan-bahan las.

29
Memepersiapkan semua perlengkapanya dengan benar dan menggunakanya
sebelum melakukan proses pengelasan agar terhindar dari bahaya yang akan
terjadi atau mengutamakan K3 (Keselamatan Dan Kesehatan Kerja).

Mempersiapkan bahan- bahan yang akan digunakan dalam propes pengelasan


(kebutuhan job) sebelum mengawali pengelasan.

Mesin Las

Secara garis besar, mesin las dibagi menjadi 2 jenis yaitu mesin las
arus searah (DC Welding Machine / Direct Current) dan mesin las
arus bolak-balik (AC Welding Machine / Alternating Current).

Kabel Las

Ada 2 kabel yang digunakan pada mesin las yaitu kabel primer dan
kabel sekunder atau biasa disebut kabel las. Kabel primer (Primary
Powe Cable) merupakan kabel yang berfungsi untuk menghubungkan
mesin las dengan sumber tenaga. Phasa pada mesin las berbeda-beda
dan jumlah phasa pada mesin las harus disesuaikan dengan jumlah
kawat inti yang terdapat pada kabel primer ditambah satu kawat yang
berfungsi sebagai penghubung mesin las dan masa tanah (grounding).

Tang Las

Tang las berfungsi untuk menjepit elektroda. Pembuatan tang las


tidak sembarangan dan harus dibuat dengan bahan yang berisolasi
tahan panas serta arus listrik. Pembuatan tang las menggunakan
bahan tembaga atau kuningan. Ebonit merupakan salah satu bahan
yang digunakan untuk membungkus tang las.

Klem Masa

30
Klem masa/penjepit digunakan untuk menghubungkan meja
kerja/benda kerja ke kabel masa. Sebaiknya bahan yang digunakan
untuk klem masa/penjepit sama dengan bahan yang digunakan pada
tang elektroda

3. Inspeksi Pada Saat Penelasan


Yang dimaksud teknik Inspeksi dalam hal ini adalah suatu cara atau metode
melakukan pemeriksanaan kondisi teknis peralatan kerja agar alat kerja tersebut
dapat dioperasikan secaraefisien dan aman (tidak membahayakan).Masalah inspeksi
dalam pelaksanaannya akan menyangkut berbagai aspek, di mana aspek yang satu
sama lain saling berkaitan. Aspek-aspek tersebut antara lain :

1. Alat (equipment) apa yang akan diinspeksi


2. Mengapa alat tersebut diinspeksi
3. Oleh siapa alat itu diinspeksi
4. Dengan alat apa alat itu diinspeksi
5. Fasilitas apa yang diperlukan dalam pelaksanaan inspeksi
sesuai dengan bidangnya.Dengan cara ini tentu saja akan mengurangi terjadinya
kekurangsempurnaan konstruksi.Pada proses pembuatan, inspektor harus
memberikan pengarahan yang positif agar dihasilkankonstruksi yang memenuhi
syarat teknis dan ekonomis.

4. Inspeksi Sesudah Pengelasan


Sebagai realisasi dari pre inspection meeting dan persetujuan atas panduan
inspeksi (inspection manual) dan perencanaan (plan) dari pihak fabricator, di
bawah ini adalah kegiatan inspeksi dan tes yang dilaksanakan oleh pihak
fabricator , pihak pemesan/pemilik dan pihak pemerintah dari Negara pemesan
serta pihak ASME sebagai pemegang otorisasi sertifikasi atas desain dan
fabrikasi bejana tekan yang dianut oleh pihak fabricator.

1. Inspeksi pihak Fabrikator


2. Panduan Inspeksi
3. Panduan inspeksi pihak fabricator adalah buku panduan tentang

31
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pengelasan listrik dengan menggunakan elektroda RB-26
2. Saat mengelas sebaiknya menggunakan alat pelindung seperti : kacamata,baju
pelindung,sarung tangan agar tidak terjadi hal yabg tidak diinginkan.
3. Tebal benda kerja las 4mm
4. Untuk las SMAW generator diatur 70-80 A pada plat atau benda kerja
5. Usahakan jangan sampai lengket dan jangan terlalu cepat pada las SMAW

B. Saran
1. Penambahan pada elektroda dan kawat las yang disediakan agar proses
pemberlajaran las akan lebih maksimal.
2. Perlunya tambahan asisten atau staf laboratorium las untuk mendampingi proses
pengelasan.
3. Perlunya penambahan kelengkapan alat-alat las. Agar mahasiswa tidak saling
menunggu untuk menggunakan alat tersebut.
4. Pengarahan untuk setiap proses dari asisten lab agar pengelasan bisa sempurna
sesuai yang diharapkan
5. Pada saat proses pengelasan janganlah terlalu terburu buru, agar pengelasan tidak
menimbulkan cacat yang berlebihan

32
DAFTAR PUSTAKA

- http://laskarbit.blogspot.com/2009/03/pengelasan-dengan-oksi-asetilin.html
[Diakses tanggal 27 November]
- https://www.academia.edu/8717102/las_listrik[Diakses tanggal 27 November]
- Dokumentasi Data Pribadi [Diakses tanggal 12 desember 2016]-Institut Teknologi
Nasional Malang 2
- http://lasmarkazuna.blogspot.com/2012/07/makalah-las-listrik-las-gas.html
- http://teknikmes.blogspot.com/2012/11/pengertian-las-listrik.html
- http://yohan46.blogspot.com/2012/03/pengertian-las-listrik.html
- http://idincvt.wordpress.com/2011/10/22/artikel-tentang-peralatan-las-listrik/

33
LAMPIRAN

Lamp.1.1

Lap.1.2

Lamp.1.3

34
Lamp.1.3

Lap.1.4

Lap.1.5

35
lamp.1.6

Lamp.1.7

Lamp.1.8

36
Lamp.1.9

Lamp.1.10

lamp.1.11

37

Anda mungkin juga menyukai