Anda di halaman 1dari 13

MEMBANGUN MASYARAKAT PROFESSIONAL BERBASIS AKHLAKUL KARIMAH

DISUSUN OLEH : RAMA K P ADITYA (17) RIZKY ANDRIANTO PUTRA (18) R A FIRMANSYAH (19)

POLITEKNIK NEGERI MALANG D3 TEKNIK MESIN 2011


1

BAB I KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpah rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan makalah Membangun masyarakat professional berbasis akhlaqul karimah. Makalah ini dibuat berdasarkan tugas Agama yang diberikan. Tujuan dari makalah ini dibuat untuk mengembangkan masyarakat yang professional bermutu tinggi dengan akhlaq yang baik. Penyusunan makalah ini sudah disiapkan cukup matang, tetapi kami menyadari masih ada beberapa kekurangan dan kelemahannya. Hal ini mengingat adanya keterbatasan waktu dan kemampuan kami. Untuk itu saya mohon kritik dan saran yang kontruktif dari para pembaca makalah ini. Akhirnya, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya. Terima Kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb.

Malang,6 Oktober 2011

Kelompok VI

DAFTAR ISI
BAB I Kata Pengantar............................................................................................................2 Daftar Isi......................................................................................................................3 BAB II Pendahuluan...............................................................................................................4 Pembahasan...............................................................................................................6 Kesimpulan................................................................................................................11 BAB III Penutup......................................................................................................................12 Daftar Pustaka...........................................................................................................13

BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata akhlak (akhlaq) diartikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama. Meskipun kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak terdapat di dalam Al Qur'an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam hadis. Satu-satunya kata yang ditemukan semakna akhlak dalam al Qur'an adalah bentuk tunggal, yaitu khuluq, tercantum dalam surat al Qalam ayat 4: Wa innaka la'ala khuluqin 'adzim, yang artinya: Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung. Sedangkan hadis yang sangat populer menyebut akhlak adalah hadis riwayat Malik, Innama bu'itstu liutammima makarima al akhlagi, yang artinya:Bahwasanya aku (Muhammad) diutus menjadi Rasul tak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia. Perjalanan keilmuan selanjutnya kemudian mengenal istilah-istilah adab (tatakrama), etika, moral, karakter disamping kata akhlak itu sendiri, dan masingmasing mempunyai definisi yang berbeda. Menurut Imam Gazali, akhlak adalah keadaan yang bersifat batin dimana dari sana lahir perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan tanpa dihitung resikonya (al khuluqu haiatun rasikhotun tashduru 'anha al afal bi suhulatin wa yusrin min ghoiri hqjatin act_ fikrin wa ruwiyyatin. Sedangkan ilmu akhlak adalah ilmu yang berbicara tentang baik dan buruk dari suatu perbuatan. Dari definisi itu maka dapat difahami bahwa istilah akhlak adalah netral, artinya ada akhlak yang terpuji (al akhlaq al mah) dan ada akhlak yang tercela (al akhlaq al mazmumah). Ketika berbicara tentang nilai baik buruk maka muncullah persoalan tentang konsep baik buruk. Dari sinilah kemudian terjadi perbedaan konsep antara akhlak dengan etika. Pada prinsipnya manusia tergolong mahluk sosial, artinya manusia dalam kehidupannya selalu ada ketergantungannya terhadap orang lain karena masingmasing individu selalu memiliki kelemahan dan kelebihan sehingga timbul kondisi saling membutuhkan.
4

Demikian juga kita yang hidup dalam lingkungan masyarakat yang majemuk harus dapat melakukan interaksi sosial, bisa membawa diri kita dengan baik, bisa meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sosial sekitar kita. Hal ini sangan penting karena disamping menetapi ibadah, juga untuk mendapatkan hati (simpati) dari masyarakat sehingga semua kegiatan amar maruf nahi mungkar dapat berjalan dengan lancar (Dakwah bil hal) Yang menjadi objek aklaqul karimah adalah seluruh lapisan masyarakat baik kelembagaan maupun peorangan, pejabat maupun masyarakat biasa, keluarga maupun bukan keluarga, kalangan muslim maupun non muslim, lingkungan, alam semesta dan semua yang berinteraksi sosial dengan kita. Melakukan akhlaqul karimah tidak hanya mengikuti agama aturan agama, tapi juga menetapi aturan

perundangan dan norma etika yang berlaku dalam masyarakat. Tolak Ukur baik dalam berakhlaqul karimah adalah baik secara aturan dan sikap (cara penyampaian) menurut: 1. Agama (Allah dan Rasul). 2. Aturan Perundangan yang berlaku 3. Norma dan etika yang berlaku dalam masyarakat. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah ada maka dapat disimpulkan suatu rumusan masalah seperti berikut: 1. Apa tujuan akhlakuk karimah sebagai ajaran agama islam? 2. Apa yang dibutuhkan sumber daya manusia memiliki akhlakul karimah? 3. Apa saja penerapan akhlakul karimah? 4. Bagaimana meningkatkan akhlakul karimah pada lingkungan masyarakat? 5. Penerapan akhlakul karimah pada tataran berbangsa dan bernegara? 1.3 Tujuan Masalah Membangun masyarakati yang berakhlakul karimah Menciptkan sikap akhlakul karimah pada diri sendiri dan sesama Meningkatkan akhlakul karimah pada diri serta bangsa dan bernegara

PEMBAHASAN 2.1 Akhlakuk karimah sebagai ajaran agama islam Seiring dengan kemajuan zaman, khususnya terkait dengan globalisasi telah terjadi pergeseran nilai-nilai budi sepekerti di masyarakat. Sesuatu sikap/perbuatan yang tadinya dipandang tabu seperti berpakaian seronok(sexy), karena dampak globalisasi telah menjadi sesuatu yang biasa, yang tadinya dipandang sebagai hal yang memalukan seperti kawin di luar nikah, karena iblis pandainya mengemas godaannya sekarang telah menjadi hal yang biasa, dll. Akan tetapi kita sebagai orang iman harus memahami bahwa akhlaqul karimah, bukanlah kultur yang bisa berubah karena kondisi, waktu dan tempat. Akhlaqul karimah harus dipandang dan difahami sebagai ibadah yang menjadi perintah Allah dan Rasulullah, Saw. Firman Allah yang artinya: Sesungguhnya engkau (Muhammad) niscaya di atas budi pekerti yang agung /Akhlaqul karimah (QS: Alqolam:4) Lebih tegas lagi Nabi Muhammad, saw. diutus oleh Allah untuk

menyempurnakan budi pekerti/ akhlaq, sebagaimana yang diriwayatkan dari Rasulullah, saw yang artinya: Sesunguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan ahlaq yang mulia (HR. Albaihaqi). Bahkan seorang muslim dinilai tidaklah menjadi muslim yang sempurna jika dia tidak berahlaqul karimah. Sebagaimana dalam hadits yang artinya: Dan berbuat baiklah pada orang yang menjadi tetanggamu maka jadilah engkau orang islam yang sempurna (HR. Ibnu Majah an Abi Hurairah) Orang iman yang memiliki akhlaqul karimah mendapat kedudukan derajat yang mulia baik di kalangan manusia maupun di sisi Allah, demikian diterangkan dalam Hadits yang artinya: Sesungguhnya orang iman dengan budi pekertinya yang baik akian menyamai derajatnya orang yang ahli puasa sunah lagi ahli sholat malam (HR. Abudawaud)

2.2 Sumber daya manusia memiliki akhlakul karimah Bangsa Indonesia membutuhkan sumberdaya manusia (SDM) yang andal untuk mengolah sumberdaya alam (SDM) yang melimpah. Selain SDM yang berdasarkan akhlakul karimah juga dituntut profesionalisme tinggi. SDM berkualitas didukung akhlak mulia akan mampu mewujudkan bangsa Indonesia yang makmur, adil dan sejahtera sebagaimana cita-cita ajaran Islam, mewujudkan rahmatan lil alamin. Bangsa Indonesia sangat kaya, di dalam bumi terdapat minyak di atas bumi terdapat minyak, paparnya sambil mengemukakan kalau pengelolaan sumber kekayaan alam yang merupakan karunia Allah SWT maka dapat diwujudkan negara yang adil, makmur dan merata. Untuk itu lanjutnya masyarakat muslim hendaknya menguasai SDM yang handal dan profesional. SDM masyarakat muslim yang dilandasi akhlakul karimah akan mampu mewujudkan kesejahteraan di masyarakat. Selama ini masyarakat muslim masih dihinggapi kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan sehingga sumberdaya alam yang melimpah belum mampu mewujudkan kesejahteraan bagi penduduknya. Rasulullah Muhammad SAW. 2.3 Penerapan akhlakul karimah pada diri sendiri. Individu adalah elemen terkecil dari sebuah lingkungan sosial, dimana segala proses interaksi sosial berawal dari kepentingan individu. Dalam interaksi sosial harus ada komunikasi dan kompromi/ kesepakatan yang saling menguntungkan dan saling menerima kepentingan masing-masing sehingga tercipta sebuah kesepakatan kerjasama antar dua individu atau lebih. Proses interaksi inilah yang sering kali menimbulkan masalah sosial, ketika salah satu atau kedua individu tersebut tidak berakhlaqul karimah baik dalam ucapan, tingkah laku atau janji yang tidak ditepati sehingga menimbulkan kekecewaan salah satu pihak. Dengan dasar inilah maka praktek akhlaqul karimah harus diawali dengan memahamkan diri sendiri bahwa: Apabila kita tidak senang diperlakukan tidak baik, maka orang lain padahaekatnya juga tidak senang apbila diperlakukan tidak baik. Apabila diri kita merasa senang
7

dihormati maka orang lain juga senang hal yang serupa dengan diri kita sendiri. Tidak mungkin kita memaksakan kehendak kita agar orang lain mengikutinya sebagaimana tidak mungkinnya kehendak orang lain dipaksakan pada diri kita. Berperilaku yang baik(akhlaqul karimah) ataupun berperilaku yang jelek yang diperbuat secara individu harus difahami bahwa perilaku tersebut dapat membawa dampak pada lingkungan sosial atau kelompoknya. Penerapan akhlaqul karimah pada diri sendiri tidaklah mudah, harus dilatih terus menerus karena disitu ada pengendalian hawa nafsu. islam mengajarkann berjiwa besar Bukti-bukti bahwa Islam mengajarkan agar umatnya berpikir dan berjiwa besar sesungguhnya bisa dilihat dari berbagai aspek, baik dari doktrin yang bersumber dari ajaran Islam, yakni al QAuran, sejarah kehidupoan rasul maupun sejarah hidup para pemimpin dan umatnya, termasuk juga dari bacaan-bacaan spiritualnya. Seseorang disebut sebagai telah berjiwa dan berpikir besar manakala yang bersangkutan pada aktivitasnya tidak saja diorientasikan untuk kepentingan diri sendiri melainkan juga untuk pihak-pihak lain, dan tidak saja untuk mereka yang disini malainkan untuk yang di sana, serta bukan saja untuk mereka yang hidup sekarang, melainkan juga yang hidup pada masa yang akan datang. 2.4 Meningkatkan akhlakul karimah pada lingkungan masyarakat Kehidupan sosial di dalam masyarakat tentunya jauh lebih komplek dari pada kehidupan sosial dalam keluarga, apalagi kondisi ekonomi Negara belum sepenuhnya pulih, telah menimbulkan dampak, dimana emosi seseorang lebih mudah tersulut hanya karena masalah-masalah yang sebetulnya tidaklah signifikan (masalah sepele). Rasulullah, saw Hal ini terjadi karena masalah kesenjangan sosial.Tindakan preventif adalah dengan mengamalkan akhlaqul karimah sebagai ajaran Allah dan

Secara amaliyah kita juga harus proaktif mengikuti kegiatan-kegiatan di masyarakat baik dalam bentuk materi maupun tenaga, jangan sampai kita mengabaikan bahkan acuh terhadap kegiatan di lingkungan sekitar sehingga berakibat munculnya penilaian negative dari masyarakat. Rasulullah, saw bersabda: yang artinya: 1. i. Barang siapa yang iman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti tetangganya (HR. Bukhari) 2. ii. Orang iman yang bergaul dalam masyarakat dan sabar terhadap hal-hal yang menyakitkan dari mereka, adalah lebih utama dari pada orang iman yang tidak bergaul dalam masyarakat dan tidak sabar terhadap hal-hal yang menyakitkan dari mereka (HR.Attirmidzi) Beikut beberapa contoh akhlaqul karimah dalam masyarakat: 1. Apabila bertemu dengan tetangga menyapanya. 2. Apabila melewati sekelompok masyarakat menyapa dengan sopan dan permisi. 3. Apabila naik kendaraan di dalam kampung dengan kecepatan rendah dan tidak menggeberkan gasnya atau melepas sarangan knalpotnya. 4. Melayat warga yang meninggal dan memberikan sumbangan. 5. Membantu dan menjenguk warga yang sakit. 6. Memberikan sumbangan untuk pembangunan/ perbaikan rumah ibadah, pos kamling, jalan, jembatan dll yang bersifat kepentingan umum. 7. Ikut serta dalam kegiatan gotong royong/ kerja bakti. 8. Membantu warga yang terkena musibah. 9. Mengikuti pertemua RT dan aktif memberikan ide-ide yang baik. 10. Menjaga keamanan lingkungan misalnya ronda. 11. Minta ijin apabila tidak dapat mendatangi undangan pada acara yang sudah rutin. 12. Berusaha menjadi penengah dalam masyarakat dan tidak memihak. 13. Apabila memiliki rezki yang lebih memberikan santunan kepada tetangga yang memerlukan. 14. Menyadari kekurangan kita dan mudah memaafkan orang lain.
9

2.5 Penerapan akhlakul karimah pada tataran berbangsa dan bernegara Sebagian besar ulama Islam di Indonesia telah sama-sama sepakat bahwa bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini adalah sudah final dan tidak bisa ditawar lagi. Sikap ini bahkan telah diperkuat dalam ijtima ulama se Indonesia dalam pertemuan para ulama di bawah koordinasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Pondok Gontor, Ponorogo pada tahun 2006 yang lalu. Dengan demikian penerapan akhlaqul karimah dalam berbangsa dan bernegara dapat dicontohkan sebagai berikut: 1. Mensepakati dan mendukung sepenuhnya untuk tetap tegaknya Negara Kesatuan 2. Republik Indonesia. 3. Rela berkorban untuk tetap utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Berusaha menempatkan kepentingan Bangsa dan Negara di atas kepentingan pripadi dan golongan. 5. Komitmen terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara dan UUD 1945. 6. Menghormat, menjunjung tingi dan tidak mencela lambang-lambang kebesaran Negara. Sebagai daerah yang mendapatkan penghargaan diwilayah pendidikan dari Presiden RI, sepertinya Kota Tangerang layak menjadi daerah percontohan yang menggunakan sistem pendidikan yang berbasis multikultural, dengan ditopang kemultikulturalan masyarakatnya. Akhlakul karimah pun sepertinya harus ditafsirkan begitu Prural agar bagaimana, ketika sistem (Akhlakul Karimah) tersebut masuk pada ranah pendidikan, tidak menghilangkan atau bahkan mendeskritkan identitas-identitas minoritas, tetapi bagaimana identitas-identitas yang ada bisa saling bercumbu mesra, sebagai citacita luhur masyarakat Akhalakul Karimah yang berbangsa dan bernegara Indonesia. Wallahu Alam bi ash Showab.

10

KESIMPULAN Dalam dunia tanpa batas ini yang kita sebut dengan zaman globalisasi, sebuah negara dan masyarakatnya akan memiliki resiko yang tinggi, Apabila tatanan masyarakatnya tidak dilandasi dengan akhlaq yang mulia. Kemuliaan akhlak adalaha maklumat utama bagi ajaran Islam sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah saw tentang tujuan pengutusan beliau kemuka bumi, Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.(HR.Bukhari, Baihaqi, dan Hakim). Bedasarkan pengertiannya, maka ahlak bukanlah sesuatu yang ada dan melekat pada diri seseorang dengan sendirinya, melainkan ditanam dan dilekatkan melalui suatu usaha atau proses (pembiasaan). Apabila semua itu tercapai maka pada akhirnya kelak negara ini akan maju dan berkembang,masyarakatnya hidup bahagia dan sejahtera dengan para pemimpin yang professional dan berkualiatas baik secara mutu dan akhlak.

11

BAB III PENUTUP Hal-hal yang diceritakan di atas merupakan sebagian kecil dari cara-cara bagaimana membangun masyarakat professional berbasis akhlaqul karimah. Akhlakul karimah merupakan hal penting dalam pembangunan negara yang makmur dan sejahtera. Namun dalam implementasinya, tidaklah mudah membentuk akhlak yang mulia. Perlu adanya kesadaran individu dan berkelanjutan sehingga dampak positif dari penerapan akhlakul karimah membawa kemaslahatan di setiap sektor kehidupan. Peran individu saja tidak cukup, perlu adanya sosok pemimpin yang memberi tauladan sehingga semangat menumbuhkan akhlak meluas di seluruh masyarakat.Hal-hal seperti yang diungkapakan harapkan ada di negeri ini. diatas adalah apa yang kita

12

DAFTAR PUSTAKA http://murtadinkafirun.forumotion.net/t9801-akhlakul-karimah

13

Anda mungkin juga menyukai