Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

RISIKO PENYAKIT PEKERJAAN HOME INDUSTRY


PADA BENGKEL LAS
BLOK XXII

Dosen Pengampu: dr. Armaidi Darmawan, M. Epid


KELOMPOK 1
Rahmawati Risna G1A108043
Erwin Kamaruddin G1A108045
Siti Hardianty G1A108052
Ahmad Satria Praja G1A108054
Ditto Rezkiawan G1A108065
Dewi Paramita G1A108068
Reni Susianti G1A108081
Oktavia Sulistiana G1A108082
Nur Azizah El Aminy G1A108090

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam sejarah ilmu kedokteran modern, disiplin ilmu kesehatan kerja

merupakan perkembangan yang relatif baru. Ilmu kesehatan kerja adalah bidang

studi yang mempelajari cara pengukuran, evaluasi, dan penanggulangan bahaya di

tempat kerja. Menurut International Labour Organization (ILO) dan World Health

Organization (WHO) pada tahun 1950 kesehatan kerja merupakan promosi dan

pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial pekerja pada jabatan apapun

dengan sebaik-baiknya.
Kesehatan kerja merupakan aplikasi kesehatan masyarakat dalam suatu

tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dan sebagainya). Hakikat kesehatan kerja

mencakup dua hal, yaitu : Pertama, sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan

tenaga kerja yang setinggi-tingginya. Tenaga kerja yang dimaksud adalah buruh

atau karyawan, petani, nelayan, pekerja-pekerja sektor non-formal, pegawai negeri

dan sebagainya. Kedua, sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang

berlandaskan kepada meningkatnya efisiensi dan produktivitas.


Untuk bekerja produktif, pekerjaan harus dilakukan dengan cara kerja dan

pada lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan. Apabila persyaratan

tersebut tidak dipenuhi, maka terjadi gangguan pada kesehatan dan daya kerja

tenaga kerja yang pada akhirnya berpengaruh buruk terhadap produktivitas kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas antara lain adalah kapasitas kerja,

beban kerja, beban tambahan akibat lingkungan kerja. Sedangkan gangguan

kesehatan dan daya kerja juga dikarenakan oleh berbagai faktor yang bersifat fisik,

kimiawi, biologis, fisiologis dan atau mental psikologis yang terdapat dalam

lingkungan kerja.

2
Bengkel Safir Merupakan usaha mandiri yang bergerak di bidang

pengelasan / welding. Pekerjaan yang dilakukannya yaitu merubah bahan baku

berupa besi sehingga menjadi bahan yang bisa di pakai dalam kehidupan sehari-hari

(pagar, teralis, dsb) . secara spesifik para pekerja melakukan pekerjaanya sehari-hari

berupa memotong, memanaskan, menggerinda, mengelas untuk menciptakan bahan

baku besi tadi menjadi bahan jadi. Maka banyak terdapat risiko, penyakit ataupun

kecelakaan kerja yang akan terjadi akibat dari pekerjaan sebagai tukang las seperti

gangguan kulit, gangguan musculoskeletal, tertimpa benda, memar dan luka. Oleh

karena itu tim berinisiatif untuk melakukan home industry observation ke lokasi

tersebut untuk menilai manajemen, proses produksi, analisa risiko atau penyakit dan

menyimpulakn solusi pencegahannya agar terwujud usaha yang aman (safe

business).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3
Definisi las adalah suatu proses penyambungan plat atau logam menjadi

satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan. Yaitu dengan cara logam yang

akan disambung dipanaskan terlebih dahulu hinga meleleh, kemudian baru

disambung dengan bantuan perekat ( filler ). Selain itu las juga bisa

didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang timbul akibat adanya gaya tarik antara

atom.
Bedasarkan pelaksanaannya las dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Pengelasan Cair
Dimana logam induk dan bahan tambahan dipanaskan hingga

mencair, kemudian membiarkan keduanya membeku sehingga

membentuk sambungan.
2. Pengelasan Tekan
yaitu dimana kedua logam yang disambung, dipanaskan hingga

meleleh, lalu keduanya ditekan hingga menyambung Adapun

pengelasan tekan itu sendiri dibagi menjadi :


a. Pengelasan tempa
Merupakan proses pengelasan yang diawali dengan proses

pemanasan pada logm yang diteruskan dengan penempaan

(tekan) sehingga terjadi penyambungan logam. Jenis logam

yang cocok pada proses ini adalah baja karbon rendah dan

besi, karena memiliki daerah suhu pengelasan yang besar.

b. Pengelasan tahanan
Proses ini meliputi :
1. Las proyeksi
Merupakan proses pengelasan yang hasil

pengelasannya sangat dipengaruhi oleh distribusi

arus dan tekanan yang tepat. Prosesnya yaitu

4
pelat yang akan disambung dijepit dengan

elektroda dari paduan tembaga, kemudian dialiri

arus yang besar.


2. Las titik
prosesnya hampir sama dengan las proyeksi, yaitu

pelat yang akan disambung dijepit dahulu dengan

elektroda dari paduan tembaga, kemudian dialiri

arus listrik yang besar, dan waktunya dapat diatur

sesuai dengan ketebalan pelat yang akan dilas.


3. Las Kampuh
Merupakan proses pengelasan yang menghasilkan

sambungan las yang kontinyu pada dua lembr

logam yang tertumpuh. Ada tiga jenis las

kampuh, yaitu las kampuh sudut, las kampuh

tumpang sederhana dan las kampuh penyelesaian.

3. Pematrian
adalah seperti pengelasan cair, akan tetapi bedanya adalah

penggunaan bahan tambahan/ filler yang mempunyai titik leleh

dibawah titik leleh logam induk. Pengelasan fusion dapat dibedakan

menjadi :
a. Pengelasan Laser
Merupakan pengelasan yang lambat dan hanya diterapkan pada

las yang kecil, khususnya dalam industri elektronika.


b. Pengelasan Listrik berkas elektron
Pengelasan jenis ini digunakan untuk pengelasan pada logam

biasa, logam tahan api, logam yang mudah teroksidasi dan

beberapa jenis paduan super yang tak mungkin dilas.


c. Pengelasan thermit

5
Merupakan satu-satunya pengelasan yang menggunakan

reaksi kimia eksotermis sebagai sumber panas. Thermit

merupakan campuran serbuk Al dan Oksida besi dengan

perbandingan 1 : 3

Las cair dan pematrian termasuk ke dalam las fusion. Salah satu las

fusion adalah las termik. Pada las termik ini, panas yang dihasilkan

berasal dari reaksi eksotermis. Las termik adalah satu-satunya las

yang menggunakan reaksi kimia sebagai berikut :

Pada reaksi ini besi yang dihasilkan mencapai suhu /temperatur

25000 C, hingga ujung benda kerja yang dituangi besi itu akan

meleleh dan embentuk sambungan. Pada las tekan, benda kerja

dipanaskan hingga meleleh/ membara.

Kemudian ditempa hingga membentuk sambungan. Hal ini sering

dilakukan oleh pandai besi. Sedangkan pada praktikum kami

menggunakan las gas ( oksiasitelin ) dan las busur listrik. Sedangkan

pada pengelssan tangkai kayuh, kami menggunakan las busur listrik

dalam praktikum pembuatan alat pemarut kelapa.

4. LAS LISTRIK
Pada pengelasan dengan las listrik, panas yang dihasikan berasal dari

busur listrik yang timbul dari menempelnya benda kerja dengan

elektroda. Elekttroda pengisian dipanaskan mencapai titik cair dan

diendapkan pada sambungan, hingga terbentuk sambungan las. Panas

yang dihasilkan oleh busur listrik mencapai 55000C.

6
Pada saat pengelasan menggunakan las listrik, dilepaskan energi

dalam jumlah yang sangat besar dalam bentuk panas dan cahaya

ultraviolet. Agar mata kita terlindungi dari sinar ultra violet ini,

kita harus menggunakan kacamata pelindung yang mampu,

menangkal cahaya tersebut demi keselamatan kerja.


Las listrik dapat digolongkan menjadi :
a. Las listrik dengan elektroda logam, misalnya :
Las listrik submarged
Las listrik dengan elektroda berselaput
Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas) atau MIG

b. Las listrik dengan elektroda karbon, misalnya :


Penjelasan :
Las listrik dengn elektroda berselaput.
Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda

dan bahan dasar(plat) akan mencairkan ujung

elektroda dan sebagian dasar selaput elektroda yang

turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang

melindungi ujung elektroda kawat las, dan daerah las

disekitar busur listrik terhadap daerah udara luar.


Las listrik TIG
Pada las TIG ini menggunakan elektroda wolfram.

Busur yang terjadi antara elektroda dan bahan dasar

merupakan sumber panas bentuk pengelasan. Untuk

melindungi hasil pengelasan digunakan gas

pelindung, seperti argon, helium atau campuran gas

tersebut.

Las Listrik MIG

7
Menggunakan elektroda gulungan kawat yang

berbentuk rol yang gerakannya diatur oleh sepasang

roda gigi yang digerakan oleh motor listrik.

Gambar. Las listrik MIG

Las listrik Submerged


Busur elektroda (listrik) diantara ujung elektroda dan

bahan dasar berada didalm timbunan fluksi serbuk

yang digunakan sebagai pelindung dari pengaruh luar

(udara bebas) sehingga tidak terjadi sinar las keluar

seperti pada las listrik lainnya. Las ini umumnya

otomatis atau semi otomatis.

Las busur listrik mempunyai 2 jenis yaitu :


1. Las listrik AC ( menggunakan arus searah sebagai

sumber listrik )
2. Las listrik DC ( menggunakan arus listrik

bolak-balik sebagai sumber listrik )

BAB III
PEMBAHASAN
8
Keberadaan sektor informal di Kota Jambi ini sangat banyak dan sebagian besar
kurang memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerjanya sehingga dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja bagi para pekerjanya yang dapat berakibat fatal. Usaha
perbengkelan sudah menjadi kebutuhan utama oleh masyarakat hal ini dikarenakan
hampir seluruh masyarakat membutuhkan jasa perbengkelan. Oleh karena itu, di Kota
Jambi ini terdapat sangat banyak bengkel. Salah satu di antaranya adalah bengkel las
Safir yang beralamat di Jerambah Bolong, Paal Merah, Kec. Jambi Selatan, Kota Jambi.
Pengambilan data ini dilakukan dengan metode observasi dan wawancara pada
pemilik dan para pekerja di bengkel tersebut. Dari hasil observasi dan wawancara
diketahui bahwa hasil produksi dari bengkel tersebut kebanyakan merupakan barang
jadi yang telah diolah sebelumnya dengan metoda pengelasan. Pabrik memiliki 11
orang karyawan laki-laki yang rata-rata usianya 19-30 tahun. Penempatan pekerjaan
karyawan semua hampir homogen sama. Informasi lain yang didapatkan bahwa pabrik
ini mempunyai hari kerja, yaitu setiap hari dengan lama kerja 6 jam kerja, mulai dari
pukul 08.00 sampai pukul 15.00 dengan jam istirahat selama 1 jam.

A. Alat dan Bahan yang Digunakan


1. Pembangkit arus listrik
Sebagi alat yang memasok atau yang mengatur arus yang bekerja.

9
Gambar. Pembangkit Arus Listrik

2. Holder / Pemegang electrode


Berfungsi untuk pemegang elektroda pada saat proses pengelasan.

Gambar. Holder / Pemegang Elektroda

3. Klem Massa
Dipasang pada meja kerja las pada saat proses pengelasan.

Gambar. Klem Massa

4. Meja Las
Digunakan untuk menaruh benda kerja pada saat proses pengelasan.

10
Gambar. Meja Las

5. Elektrode
Sebagai perekat atau bahan tambah pada proses pengelasan yang

dipasang atau dijepit pada holder / pemegang elektroda.

Gambar. Elektroda

6. Tang Penjepit
Berfungsi untuk menjepit atau memegang benda kerja yang telah dilas,

karena panas maka tidak dimungkinkan untuk dipegang dengan tangan

terbuka.

Gambar. Tang Penjepit

7. Palu Las
Untuk membersihkan kotoran atau kerak pada hasil las-lasan pada

sambungan.

11
Gambar. Palu Las
8. Sikat Baja
Untuk membersihkan benda kerja dari kotoran pada hasil las-lasan

Gambar. Sikat Baja

9. Kipas Blower
Berfungsi sebagai penyedot asap pada saat proses pengelasan agar asap

dari pengelasan tidak terhirup ke kita.

Gambar. Kipas Blower

12
B. Proses Kerja
Langkah-langkah Proses Pengelasan :

1. Pastikan peralatan dan perlengkapan pengelasan sudah siap semua.


2. Nyalakan generator las, dan atur amperenya sesuai dengan bahan yang akan di

las.
3. Taruh benda yang akan di las di atas meja kerja las.
4. Posisikan badan yang benar untuk siap melakukan pengelasan, dilanjutkan dengan

pengelasan titik terlebih dahulu untuk mengikat awal agar tidak terjadi

deformasi pada saat proses pengelasan berlangsung.


5. Setelah di las titik, benda kerja dibersihkan terlebih dahulu dari kerak agar saat

proses pengelasan nanti tidak terjadi cacat.


6. Kalau benda kerja sudah dipastikan bersih dari kerak, maka selanjutnya

lakukan proses pengelasan sampai selesai.


7. Kemudian celupkan benda kerja yang habis di las tersebut ke dalam air agar

mempercepat proses pendinginan.


8. Bersihkan kerak yang menempel pada hasil pengelasan tersebut dengan palu

las.
9. Agar hasil pengelasan lebih kelihatan bersih, maka bersihkan dengan sikat baja.
10. Proses pengelasan selesai, tinggal melihat hasilnya.
11. Serta jangan lupa, bersihkan peralatan dan tata rapi lagi perlengkapan

pengelasan agar penggunaan berikutnya mudah.

C.

FAKTOR RISIKO PENYAKIT / KECELAKAAN KERJA

Bahaya pengelasan dapat terjadi dalam berbagai situasi yang mungkin berbeda.

Menurut CAN/ CSA W 117.2-M87 Safety in Welding, Cutting, and Allied

13
Processes bahaya secara umum dapat dibedakan berdasarkan proses pengelasannya.

Namun secara umum bahaya dapat dibedakan menjadi bahaya karena sifat

pekerjaannya seperti operasi mesin, shok karena listrik, api/ panas (terbakar), radiasi

busur las, fume, bising juga karena kendaraan/ alat angkat serta gerakan material.

Disamping itu masih terdapat bahaya yang bersifat laten (tersembunyi), yang secara

umum kurang menjadi perhatian juru las walaupun sebenarnya merupakan bahaya yang

cukup potensial, sebagai contoh :

Bekerja dengan menggunakan alat yang tidak biasa dipergunakan atau bukan

menjadi tanggung jawabnya.

Bekerja pada lingkungan yang terbatas (ruang tertutup, tangki, dll)

Koneksi listrik atau gas yang kurang baik,

Logam panas tanpa tanda, dll

Bahaya Listrik

Listrik yang mengalir dalam suatu sirkuit disebut arus listrik (I) dan diukur

dengan satuan ampere (A). Sedangkan tegangan yang menyebabkan adanya aliran

dalam suatu sirkuit diukur dengan volt (V). tubuh manusia dapat dikatakan sebagai

bahan yang konduktif. Sehingga apabila tegangan listrik terkena bagian badan, arus

dapat mengalir dan dapat menimbulkan kejut, terbakar, kelumpuhan atau kematian.

Tegangan listrik yang tidak terlalu tinggi pun dapat menyebabkan kasus tersebut di atas,

namun akibat dari padanya tergantung pada banyak faktor seperti halnya; dibagian

mana arus listrik mengenai bagian tubuh ataupun seberapa efektif kontak dengan

tegangan listrik tersebut. Tegangan listrik (voltage) induk yang masuk ke peralatan

listrik pada bengkel biasanya sebesar 480 volt untuk 3 phase dan 240 atau 120 volt

14
untuk single phase. Tegangan ini sering disebut sebagai tegangan primair. Pada

beberapa peralatan tegangan listrik ini diturunkan dengan mempergunakan transformer

untuk memperoleh tegangan sekundair yang lebih rendah. Teganan yang dibutuhkan

pada terminal output alat las biasanya sekitar 80 volt bila tidak ada arus (OCV, open

circuit voltage), dan tegangan akan menjadi 20 30 volt bila arus mengalir dan nyala

busur las di bentuk.

Perbedaan teganan listrik bagian primair dan sekundair ini sangat penting untuk

diketahui. Tegangan tinggi pada sisi primair dari mesin las sangat berbahaya, namun

tegangan pada sisi sekundair pun tidak boleh diabaikan karena dapat pula menyebabkan

kejut (shock) yang seruis. Beberapa type mesin las seperti halnya plasma

welding mempunyai tegangan sekundair cukup tinggi. Bahaya ikutan yang dapat terjadi

akibat shok yang sebenarnya hanya mengejutkan dapat menjadi fatal karena posisi kerja

juru las, misalnya juru las berada ditempat yang tinggi dapat terjatuh dan lain

sebagainya.

Apabila terjadi kecelakaan karena listrik, beberapa langkah yang harus diambil antara

lain adalah:

1. Jangan mencoba menarik korban dari kontak (kecuali tidak ada alternative lain).

Bila terpaksa penolong harus menarij korban dari kontak, ia harus mempergunakan

insulasi bagi dirinya missal sarung tangan atau proteksi lain yang sejenis.

2. Putus aliran dan matikan sumber dahulu baru kemudian pindahkan korban dari

kontak.

3. Bila korban tidak bernafas berikan CPR (cardiopulmonary resuscitation/

rangsangan jantung dan paru-paru).

15
4. Letakkan korban pada posisi horizontal dan usahakan tetap hangat.

5. Minta segera bantuan dokter terdekat.

Untuk menghindari terjadinya bahaya akibat listrik yang mungkin terjadi disarankan

agar :

1. Tidak mengerjakan pekerjaan yang bukan menjadi bidang kerjanya atau karena

tidak berkualifikasi dalam bidangnya. Misalnya untuk pekerjaan penyambungan

instalasi haruslah dikerjakan oleh ahli listrik yang berkualifikasi.

2. Kabel tegangan tinggi harus selalu dijaga dan diusahakan sependek mungkin serta

setiap saat mendapat perlindungan yang cukup. Misalnya dengan melindungi diri

dari kemungkinan tertimpa logam/ baja atau terinjak kendaraan.

3. Sebelum memasang atau melepaskan koneksi (Steker) arus listrik harus dimatikan

terlebih dahulu.

4. Bila menghidupkan tombol (switch) harus dari sisi yang sama.

5. Yakinkanlah bahwa koneksi kabel mesin las dalam kondisi yang baik.

Dalam proses pengelasan salah satu kabel dari mesin las dihubungkan dengan

pegangan elektroda (electrode holder) dan arus dari sumber listrik akan mengalir

melewati kabel ini untuk diloncatkan sehingga terjadi busur las yang kemudian

melewati material dan kembali ke mesin las. Material kerja hendaknya dapat diletakkan

pada meja baja atau yang sejenis agar dapat dilewati arus balik ke mesin las.

Untuk mendapat hasil pengelasan yang baik, yang perlu mendapat perhatian

adalah kabel kerja harus mempunyai hubungan yang baik dengan material kerja. Pada

pengelasan saluran pipa, arus listrik dapat melewati struktur yang di las. Pekerjaan

16
seperti ini harus mendapat perhatian khusus terutama apabila di dalam pipa terdapat

cairan mudah terbakar atau gas.

Rangka mesin las atau sumber arus listrik, panel control, material kerja dan lain-

lain harus di hubungkan dengan grounding. Grounding material kerja harus terpisah

tetapi dapat pula dihubungkan degan grounding mesin las. Besar diameter kabel

grounding harus disesuaikan dengan besarnya arus.

Penggunaan kabel yang lebih kecil dari yang telah direkomendasikan akan dapat

membawa akibat panas yang berlebihan pada kabel (over heating) dan menyala yang

pada akhirnya akan terbakar.

Penggunaan kabel yang panjang harus dengan ukuran lebih besar disbanding

kabel pendek. Penggunaan kabel yang terlalu panjang hendaknya dihindari dan agar

praktis gunakan kabel sependek mungkin.

Radiasi

Radiasi pada pengelasan dapat dikategorikan radiasi non ionizing. Radiasi yang

ditimbulkan oleh busur las ini mempunyai sifat dapat dilihat, ultra violet dan infra

merah. Bahaya radiasi non ionizing pada proses pengelasan dapat menimbulkan luka

terbakar, kerusakan kulit dan mata. Kerusakan mata karena radiasi sinar ultra violet ini

disebut arc-eye,welders eye atau arc flash. Efek tidak dapat hilang dalam beberapa jam

setelah terekspose, oleh sebab itu mata harus dilindungi dengan kaca gelap yang sesuai.

Pengelasan juga merupakan sumber bahaya bagi pekerja lain yang berada di

dekat pekerjaan las sebagaimana juru las itu sendiri. Pekerja tersebut dapat juga

terpapar sinar yang dipantulkan dari dinding atau permukaan lain.

17
Pantulan atau radiasi sinar ultra violet yang besar ini biasanya dari pengelasan

dengan prosesgas tungsten atau gas metal arc welding yang dipergunakan untuk

pengelasan aluminium atau baja stainless. Agar tidak membahayakan lingkungan setiap

aktivitas pengelasan yang berada di dekat lokasi kerja yang lain agar mempergunakan

partisi yang dibuat dari bahan tahan api dan harus dibuat sedemikian rupa sehingga

dapat mengurangi pantulan atau refleksi ataupun melindungi spatter keluar dari

ruangan.

Efek dari sinar las terhadap pekerja yaitu merusak retina mata dan muncul

kebutaan akibat efek termis dari sinar pada retina. Disamping itu dapat mengakibatkan

konjunctivitis fotoelektrica yang disebabkan sinar ultraviolet yang berasal dari

pengelassan dan dapat juga terjadi katarak.

Fume (debu/ asap las)

Fume biasanya terlihat pada setiap operasi pengelasan. Fume ini terdiri dari

komponen yang dihasilkan dari elektroda, loga, dasar dan flux pada saat operasi.

Elektroda merupakan penghasil fume yang paling utama. Diameter debu dalam asap

las (fume) berkisar antara 0,2 mikrometer s/d 3 mikrometer. Butiran debu dengan

ukuran > 0,5 mikrometer bila terhisap akan tertahan oleh bulu hidung dan bulu pada

pipa pernapasan, sedangkan yang lebih halus akan terbawa masuk ke dalam paru-paru.

Sebagian akan dihembuskan kembali, sedangkan sebagian lain akan tertinggal dan

melekat pada kantong udara dalam paru-paru (alveoli) sehingga bila sudah terakumulasi

akan dapat menimbulkan berbagai penyakit pernapasan. Komposisi kimia fume

tergantung dari proses pengelasan dan elektrodanya. Misalnya pada pengelasan dengan

18
menggunakan elektroda jenis law hydrogen maka di dalam asap las akan terdapat fluor

(F) dan oksida kalium dan sebagainya.

Fume dapat juga di hasilkan dari pelapisan residu pada logam. Sebagai contoh

logam yang di galvanis (pelapisan seng) akan menghasilkan asap pada saat di las.

Berbagai gas berbahaya terkandung dalam fume yang terjadi pada pekerjaan pengelasan

antara lain adalah karbon monoksida, karbon dioksida, ozon, dan nitrogen dioksida,

disamping gas-gas lain yang terbentuk dari penguraian bahan pelapis, karat dan lain-

lain.

Usaha untuk mengurangi pengaruh fume ini secara praktis adalah apabila fume

masih dapat terlihat bernafaslah di luar kepulan fume tersebut. Hal ini akan sangat

menguntungkan bagi juru las, namun usaha ini sangatlah sulit untuk dilaksanakan

terutama pada pengelasan ditempat yang tertutup/ kurang ventilasi. Untuk itu haruslah

diingat pada saat pengelasan di dalam ruangan tertutup atau tida cukup sirkulasi

udaranya, diperlukan adanya ventilasi mekanik.

Sebagai gambaran kasar kebutuhan udara segar tiap juru las adalah 2000 cuft per menit.

Kecepatan udara yang ditiupkan atau disedot kira-kira 0,5 meter per detik atau 100 feet

per menit.

GAS

Terdapat 2 (dua) tipe gas yang perlu mendapat perhatian, yaitu :

1. Gas yang dipergunakan untuk keperluan pengelasan, pemotongan, antara

lain oksigen, karbon monoksida, acetylene, gas alam, hydrogen, propan, butan

dan gas untuk pelindung seperti argon, helium, carbon dioksida dan nitrogen.

19
2. Gas yang ditimbulkan selama proses pengelasan, antara lain ozon,

nitrogen dioksida, carbon monoksida, karbon dioksida, hydrogen chloride dan

phosgene.

Pengaruh gas-gas tersebut diatas terhadap tubuh manusia adalah sebagai berikut :

1. Gas karbon monoksida. Gas karbon dioksida diubah menjadi karbon monoksida

dengan konsentrasi yang menurun pada jarak semakin jauh dari tempat

pengelasan. Gas karbon monoksida mempunyai sifat afinitas yang tinggi terhadap

hemoglobin yang dengan sendirinya akan mengurangi daya penyerapan oksigen.

2. Gas karbon dioksida. Di dalam udara sudah terdapat gas ini dengan konsentrasi

sebesar 300 ppm. Gas karbon dioksida ini sebenarnya tidak berbahaya bagi tubuh

manusia bila konsentrasinya tidak terlalu tinggi.

3. Gas ozon. Gas ozon ini terjadi karena reaksi foto kimia dari sinar ultra violet. Bila

seseorang bernafas dalam udara yang mengandung 0,5 ppm ozon selama 3 jam

akan merasa sesak nafas. Pada konsentrasi 1 2 ppm dalam waktu 2 jam orang

akan merasakan pusing, sakit dada dan kekeringan pada saluran nafas.

4. Gas nitrogen monoksida. Gas ini bila masuk ke dalam saluran pernapasan tidak

merangsang tetapi akan bereaksi dengan haemoglobin seperti halnya gas carbon

monoksida. Tetapi ikatan gas nitrogen monoksida dengan Hb jauh lebih kuat dan

tidak mudah terlepas bahkan akan mengikat oksigen yang dibawa oleh Hb. Hal ini

akan dapat menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah yang membahayakan

system syaraf.

5. Gas nitrogen dioksida. Gas ini dapat memberikan rangsangan yang kuat terhadap

mata dan pernapasan

20
Udara mengandung kurang lebih 21 % oksigen dan campuran kurang lebih 79%

nitrogen dengan sejumlah kecil gas-gas lain. Untuk dapat bernafas dengan baik

diperlukan minimum 18 % oksigen. Sedangkan kalau kurang dari persentase tersebut

akan dapat mengakibatkan pusing-pusing, pingsan atau bahkan kematian. Namun

kandungan oksigen besar dari 21 % juga sangat berbahaya karena akan dapat

meningkatkan bahaya kebakaran atau peledakan. Beberapa peraturan di Negara maju

mempersyaratkan kandungan oksigen dalam udara yang baik adalah 19,5 %.

Gas pelindung seperti halnya karbon dioksida, helium atau argon akan bercampur

dengan udara bebas setelah dipergunakan dalam proses pengelasan. Apabila gas-gas ini

berada dalam jumlah yang sangat besar akan sangat berpengaruh pada udara yaitu

dengan berkurangnya kadar oksigen dalam udara.

Untuk mengantisipasi hal tersebut di dalam pekerjaan pengelasan perlu diperhatikan

hal-hal sebagai berikut :

1. Gas argon lebih berat dari pada udara sehingga cenderung akan berada di bagian

bawah lantai kerja atau akan terakumulasi di dalam suatu cekungan.

2. Gas helium lebih ringan dari pada udara sehingga mempunyai tendensi akan

terkumpul di bagian atas ruang kerja.

3. Silinder gas pelindung jangan ditempatkan di ruangan terbatas

4. Sebelum memulai suatu pekerjaan yakinkanlah bahwa di tempat tersebut cukup

mempunyai ventilasi.

21
Ozon dapat timbul sebagai interaksi sinar ultraviolet yang dipancarkan dari busur las

dengan oksigen di udara. Ozon ini mempunyai bau yang sangat menyengat dan dapat

menimbulkan iritasi saluran pernafasan. Ozon akan menjadi probem utama dalam

pengelasan. GMAW alluminium, terutama alluminium silicon filler alloy 4043. namun

pada pengelasan otomatik, busur las sebaiknya ditutup dengan kaca atau plastic yang

dapat mengabsobsi radiasi sinar ultra violet. Gas berbahaya lain yang ditimbulkan

dalam proses pengelasan antara lain adalah gas dari pelapis logam dan pelarut

Pada beberapa kasus pengelasan tanpa menghilangkan pelapis logam tidak

diijinkan karena disamping menghasilkan hasil yang kurang baik juga pelapis logam

dapat menimbulkan gas-gas beracun.

Uap dari solven yang menimbulkan dipergunakan untuk membersihkan cat, atau

campuran cat sendiri dapat menghasilkan phosgene dan hydrogen chloride yang sangat

berbahaya bila terkena sinar ultraviolet. Untuk menghindari hal ini sebelum melakukan

pengelasan jangan membersihkan logam dengan solven, jangan mengelas di dekat

pekerjaan pengecatan yang menggunakan solven dan jauhkanlah kaleng-kalen

penyimpanan solven dari daerah pengelasan.

Bunyi / Suara

Tingkat bising yang tinggi dalam pekerjaan pengelasan dapat mempengaruhi

kesehatan seseorang. Guna mengurangi pengaruh bahaya terhadap juru las atau orang

yang bekerja di dekat pekerjaan pengelasan disarankan penggunaan pelindung telinga.

Tingkat kebisingan yang dihasilkan dalam pekerjaan pengalasan adalah sebagai

berikut :

- Pengelasan dengan GTAW 50 60 dB

22
- Pengelasan dengan SMAW 62 82 dB

- Pengelasan dengan FCAW 50 86 dB

- Pengelasan dengan GMAW 70 82 dB

- Pengelasan dengan Oxyfuel < 70 dB

- Air carbon arc 96 116 dB

Pelindung telinga harus dipergunakan pada waktu mengerjakan arc

gauging atau pekerjaan lain yang menimbulkan tingkat kebisingan (dB) yang cukup

tinggi.

Bahaya Lain

Bahaya lain yang dapat terjadi misalnya :

- Material panas akibat proses pengelasan,

- Spark atau spatter yaitu titik kecil material cair yang memercik dari daerah

pengelasan dan menyebar cukup jauh. Spatter ini akan menimbulkan bahaya

terbakar bila terkena kulit yang tak terlindungi atau menimbulkan bahaya api

bila kontak dengan material yang mudah terbakar.

Guna mengurangi akibat bahaya karena material panas juru las harus dilengkapi

dengan baju dan sarung tangan pelindung dan baju pelindung yang sesuai. Disarankan

tidak memakai cincin pada waktu bekerja (mengelas). Untuk sebelum melakukan

pengelasan harus diyakinkan tidak ada material yang mudah terbakar di sekeliling

tempat kerja termasuk korek api gas. Pada pengelasan di tempat tinggi perlu

diperhatikan bahwa spatter kemungkinan jatuh ditempat yang cukup jauh.

Harus selalu diingat bahwa di dalam pekerjaan pengelasan api sewaktu-waktu

dapat timbul di sekeliling lokasi sehingga APAR harus selalu tersedia dan pekerja harus

23
diberi tahu cara penggunaannya. Setelah pekerjaan pengelasan selesai periksa apakah di

daerah tersebut tidak ada api atau material panas yang ditinggalkan.

Seorang welder harus memperhatikan keselamatan kesehatan kerja dengan baik

dan benar agar saat melakuka n proses pengelasan las listrik dapat berjalan dengan

aman dan benar, apabila dalam melakukan proses pengelasan las listrik seorang welder

tidak memperhati kan keselamatan kesehatan kerja baik bagi dirinya sendiri, alat-alat

serta mesin-mesin yang digunakan maupun bagi orang-orang disekelilingnya akan

berdam pak buruk bagi pekerjaan dalam proses produksinya, itulah yang menyebabkan

begitu pentingnya keselamatan kesehatan kerja bagi seorang welder pada proses

pengelasan las listrik.

Ada beberapa tahapan dalam menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja, yaitu;

Sub Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja


Mempersiapkan 1. Obat-obatan & peralatan PPPK disiapkan
2. Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja bagi diri sendiri
tempat kerja
disiapkan.
3. Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja pribadi disiapkan agar

tidak mengganggu keselamatan dan kesehatan kerja diri sendiri

dan orang lain.


4. Alat pemadam kebakaran sederhana, peralatan perawatan

kecelakaan elektris, mekanis dan kimiawi disiapkan


5. Bahan kimia, bahan bakar dan bahan yang mudah terbakar

dimasukkan dalam tempat yang aman, agar tidak berpotensi

terjadinya kebakaran.
6. Semua pekerjaan yang berpotensi sebagai sumber kecelakaan

kerja, seperti las, alat listrik, tali crane, dll dipastikan beroperasi

secara aman
7. Ruang kerja disiapkan agar cukup sinar, cukup aliran udara, bersih

dari segala pencemaran dan tingkat kebisingan rendah.

24
8. Kendaraan mobil atau kendaraan lain disiapkan untuk membawa

korban emergency ke dokter atau rumah sakit terdekat.


9. Sistem pengamanaan alat listrik diperiksa dan dipastikan bekerja

dengan baik.
10. Pencabangan listrik dengan stop kontak secara bertingkat harus

dihindari.
Memakai 1. Semua peralatan kerja yang dipakai disesuaikan dengan

peralatan kerja prosedur SOP dan pemakaian yang aman.


2. Kelengkapan peralatan kerja yang berhubungan dengan K3

diperiksa terlebih dahulu.


3. Semua hubungan peralatan listrik harus dilakukan secara aman

terhadap bahaya kebakaran dan hubung pendek.


4. Semua peralatan kerja yang dipakai harus tidak mencemari

lingkungan sekitar.
5. Peralatan kerja yang dipakai tidak boleh mengganggu

keselamatan dan kesehatan kerja orang lain.


Melaksanakan 1. Pelaksanaan pekerjaan sesuai prosedur SOP yang ditentukan..
2. Selama melaksanakan pekerjaan, harus dihindari dari
pekerjaan
timbulnya kecelakaan dan penurunan kesehatan kerja
3. Setiap timbul kecelakaan kerja, segera dilakukan Perto-longan

Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) , pengobatan di lingkungan

kerja dan tindak lanjut yang diperlukan.


4. Setiap adanya kesulitan pelaksanan K-3 korban harus segera

dibawa ke dokter atau Rumah sakit terdekat


Mengevaluasi 1. Semua kecelakaan yang terjadi dan obat yang diberikan

dan memeriksa didiagnosis dan dicatat sesuai dengan ketentuan kesehatan.


2. Kebutuhan obat-obatan untuk kecelakaan kerja yang sering
hasil perawatan
terjadi diidentifikasi dan diurutkan dari frekuensi terbanyak.
3. Segala kejadian yang berhubungan dengan K-3 dicatat dan

dievaluasi .
4. Semua kejadian yang berhubungan dengan K-3 dilaporkan

dalam buku laporan secara bulanan sampai selesainya

25
pekerjaan.

Keselamatan kesehatan kerja bagi seorang welder pada proses pengelasan las listrik

sangat diperlukan karena dalam proses produksi suatu pekerjaan dibutuhkan welder

yang produktivitasnya tinggi tanpa merugikan semua pihak yang terkait didalamnya,

baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Pada proses pengelasan la s listrik banyak

sekali hal-hal yang membahayakan dan perlu diperhatikan baik bagi welder, mesin las

listrik,dan orang-orang disekitarnya, hal-hal tersebut diantaranya adalah sebagai

berikut:

Percikan bunga api yang dapat membahayakan welder maupun mesin las listrik

yang dapat mengenai kulit, mata welder dan masuk kedalam perangkat-

perangkat dalam mesin las listrik, yang semua itu akan mengganggu berjalannya

proses produksi.
Asap las listrik dan debu beracun, dapat membahayakan welder dan orang-

orang disekelilingnya, asap tersebut dapat mengganggu proses pernafasan

welder.
Efek radiasi sinar ultra violet dan ultra merah las listrik yang dapat

membahayakan kesehatan mata dan organ dalam tubuh welder maupun orang-

orang disekelilingnya.

Oleh karena itu dalam melakukan proses pengelasan las listrik setiap welder harus

memperhatikan keselamatan kesehatan kerja yang sesuai.

Dalam melakukan proses pengela san las lirtrik harus mematuhi prosedur yang

benar terutama pada keselamatan kesehatan kerjanya, tapi dibalik semua itu tidak

menutup kemungkinan terjadi kecelakaan yang tidak disengaja meskipun telah

mematuhi tentang prosedur keselamatan kesehatan kerja yang benar dan sesuai,

26
apabila terjadi kecel akaan baik pada welder dan sesuatu apapun yang ada

disekelilingnya harus melakukan pertolongan pertama agar kecelakan itu tidak

berakibat fatal bagi korbannya, dan kemudian diserahkan kepada ahlinya, agar

mendapat perawatan sesuai prosedurnya dan dapat digunakan kembali sesuai

dengan fungsinya.

Pada proses pengelasan las listrik terdapat hal-hal yang perlu di perhatikan seorang

welder dan semua pihak yang terkait didalamnya terutama dalam keselamatan

kesehatan kerjanya , hal-hal tersebut diantaranya:

Memakai apron yang berbahan dasar kulit hewan/kain yang tebal yang

berlapis atau baju dan ce lana panjang yang berbahan dasar kain levis untuk

melindingi tubuhnya dari percikan bunga api dan efek radiasi sinar ultra

violet dan ultra merah yang dapat membahayakan keselamatan kesehatan

kerjanya.
Menggunakan sarung tangan dan sarung lengan tangan, kedua alat ini

berfungsi hampir sama dengan apron yaitu melindungi dari percikan bunga

api dan efek radiasi sinar ultra violet dan ultra merah yang ditimbulkan oleh

las listrik dan untuk memudahkan pemegangan elektroda.


Helm las listrik, helm ini dilingkapi dengan dua kaca hitam dan putih atau

satu kaca hitam yang berfungsi untuk melindungi kulit muka dan mata dari

efek radiasi sinar ultra violet da n ultra merah yang dapat merusak kulit

maupun mata, dimana sinar yang ditimbulkan oleh las listrik tidak boleh

dilihat langsung dengan mata telanjang sampai dengan jarak minimal 16

meter.
Memakai sepatu las, untuk melindungi kaki dari percikan bunga api, hal ini

tidak terlalu penting apabila weld er telah menggunakan celana panjang

yang berbahan dasar kain tebal seperti kain levis serta memakai sepatu

27
safety yang standart untuk pengelasan, tetapi tidak ada salahnya jika

digunakan.
Respirator (alat bantu pernafasan), untuk menjaga pernafasan agar tetap

stabil pada saat melakukan proses penge lasan las listrik dari asap las, dan

untuk melindungi asap dan debu yang ber acun masuk ke paru-paru, hal ini

boleh tidak dilakukan apabila kamar las telah mempunyai sister pembuangan

asap dan debu-debu beracun (blower) yang baik, tetapi tidak ada salahnya

jika diguna kan, karena pernafasan sangat penting dalam proses metabolisme

manusia.
Hal yang perlu lainnya seperti kamar las, agar welder dapat bekerja tanpa

gangguan apapun yang mengelilinginya dan dapat berkonsentreasi dengan

maksimal, kamar las juga berfungsi agar orang-orang disekelilingnya tidak

terganggu oleh yang diakibat kan oleh las listrik.

Dalam hal lain welder juga harus memperhatikan mesin las yang dipakai agar dapat

terus digunakan sesuai dengan fungsinya, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain

adalah:

Percikan bunga api sebaiknya ti dak mengenai mesin las listrik.


Mesin las listrik sebaiknya dimatikan apabila telah selesai digunakan.
Kawat elektroda yang masih aktif dijauhkan atau sebaiknya dihindarkan dari

mesin las listrik.


Tidak menaruh benda apapun diatas atau didekat sekitar mesin las listrik.
Mesin las listrik dibersihkan dari kotoran dan debu setelah selesai digunakan

agar kotoran dan bebu tidak mengendap didalam mesin las listrik.
Melakukan perawatan khusus (shut down) secara berkala agar mesin dapat

berfungsi standart.
Sebaiknya tidak melakukan penggerindaan disekitar mesin las listrik, karena hal

tersebut akan menyebabkan serbuk-serbuk besi masuk kedalam mesin las listrik.

28
Kebisingan juga mempengaruhi baik buruknya suatu proses produksi dalam pengelasan

las listrik, karena Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki , misalnya

yang merintangi terd engarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang

menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.

Menurut peraturan perundang-un dangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja

sebagai berikut :

Mencegah dan mengurangi kecelakaan


Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau

kejadian-kejadian lain yang berbahaya


Memberi pertolongan pada kecelakaan
Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban,

debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara

dan getaran
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik phisik

maupun psychis, keracunan, infeksi dan penularan


Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
Memeliharan kebersihan, kesehatan dan ketertiban
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan

proses kerjanya
Mngamankan dan memperlancar pengangkitan orang, binatang, tanaman atau

barang
Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
Mengamankan dan memperlancar peke rjaan bongkar muat, perlakuan dan

penyimpanan barang
Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

29
Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

D. Upaya dan Saran Pencegahan terhadap Risiko Potensial


1. Upaya Pencegahan
a. Keselamatan kesehatan kerja sangat penting dalam proses pengelasan las

listrik.
b. Pada proses pengelasan las listrik ha rus selalu memperhatikan prosedur

yang benar tentang keselama tan kesehatan kerjanya.


c. Pada proses pengelasan las listrik selalu mengutamakan keselamatan

kesehatan kerjanya.
d. Setiap welder harus mengerti bahaya-bahaya yang diakibatkan las listrik

dan mengerti bagaimana menanggulanginya.


e. Selalu memperhatikan keadaan diseke lilingnya agar tidak terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan dalam setiap proses pengelasan las listrik.


f. Setiap welder harus selalu waspada terhadap sesuatu yang akan

mengganggu keselamatan kesehatan kerjanya.


g. Setiap welder harus bisa merefresh atau menyegarkan diri baik secara

jasmani maupun rohani agar tidak mengganggu dalam proses pengelasan

las listrik.
h. Setiap welder harus mam pu menjaga keselamatan ke sehatan kerja, baik

bagi dirinya sendiri maupun orang lain dan sesuatu apapun yang ada

disekitarnya.
i. Pada proses pengelasan las listrik setiap orang ha rus saling

mengingatkan tentang pentingnya keselamatan kesehatan kerja.

30
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hendaknya dalam setiap melakukan proses pengelasan las listrik selalu

memperhatikan dan mengutamakan keselamatan kesehatan kerja baik bagi

welder itu sendiri maupun orang lain yang ada disekitarnya karena hal tersebut

sangat berpengaruh terhadap suatu proses produksi. Apabila terdapat oknum-

oknum tertentu yang dengan sengaja melakukan tindakan melanggar tentang

keselamatan kesehatan kerja yang dapat membahayakan dirinya sendiri atau

orang lain supaya dikenakan sanksi yang berlaku.

B. Saran
Semoga dengan ditulisnya laporan ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya, terutama bagi penulis dan pemilik pabrik. Dengan demikian kita bisa
bersama-sama untuk membangun dan melestarikan budaya kesehatan dan
keselamatan dalam bekerja, terutama di bidang industri.

31
Lampiran

32
33

Anda mungkin juga menyukai