Anda di halaman 1dari 60

ISMAIL AQSHA

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FT-UNM


5
2020
 PENGERTIAN PENGELASAN
 JENIS-JENIS PENGELASAN
 ALAT DAN BAHAN DALAM PENGELASAN
 KESALAHAN DAN CARA PENANGGULANGAN
DALAM PENGELASAN
PENGELASAN
Pengelasan (welding) adalah salah
salah satu teknik penyambungan
2 buah logam atau lebih dengan
pemanasan sampai logam induk
mencair dan menyatu dalam
keadaan dingin
 Bahwa benda padat tersebut dapat
mencair/lebur oleh panas.
 Bahwa antara benda-benda padat yang
disambung tersebut terdapat kesesuaian
sifat lasnya sehingga tidak melemahkan
atau menggagalkan sambungan tersebut.
 Bahwa cara penyambungan sesuai dengan
sifat benda padat dan tujuan
penyambungan.
 Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie
Normen) las adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilaksanakan
dalam keadaan lumer atau cair.
Suhu yang di hasilkan berkisar dari yang terendah hingga yang
tertinggi dari sumber-sumber panas untuk pengelasan dihasilkan dari
proses-proses di bawah ini:

 Bahan bakar minyak, yang dapat menhasilkan panas beberapa ratus


untuk pengelasan dengan titik lebur rendah.
 Canpuran zat asam dengan gas pembakar seperi acetylene, propan,
hydrogen. Panas yang dihasilkan dapat mencapai titik lebur baja sekitar
1.370 .
 Busur nyala listrik, panas yang dihasilkan dari busur listrik ini sangat
tinggi jauh diatas titik lebur baja.
 Tahanan listrik dan induksi listrik, panas yang dihasilkan cukup tinggi
sehingga dengan mudah dapat mencairkan baja.
 Busur nyala listrik dengan gas pelindung, pada pengelasan ini biasanya
peka terhadap proses oksidasi.
 Sinar infrared dan reaksi kimia eksotermis.
 Ledakan bahan mesiu (cad, explosion), yang dapat menghasilkan panas
sangat tinggi.
 Getaran ultrasonic, sinar laser dan pemboman dengan electron.
Adapun beberapa faktor persiapan yang harus dilakukan :

 Faktor manusia.
 Faktor prosedur dan cara kerja.
 Faktor bahan atau material, jenis, cara, peralatan dan bentuk
serta ukuran-ukuran.
 Faktor peralatan.
 Faktor alam dan maksud tujuan.
 Faktor resiko dan hasil perhitungan atau pengukuran.
 Las listrik dengan elektroda berselaput (SMAW)
 Las Listrik Dengan Elektroda Karbon (Arc
Welding)
 Las Listrik GMAW / MIG
 Las Listrik Submerged
Las listrik ini menggunakan elektroda berelaput sebagai
bahan tambahan. Busur listrik yang terjadi di antara
ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung
elektroda dan sebagaian bahan dasar. Selaput elektroda
yang turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas
yang melindungi ujung elekroda kawah las, busur listrik
terhadap pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda
yang membeku akan memutupi permukaan las yang juga
berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar.
Perbedaan suhu busur listrik tergantung pada tempat titik
pengukuran, missal pada ujung elektroda bersuhu 3400°
C, tetapi pada benda kerja dapat mencapai suhu 4000° C.
Busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda
karbon dan logam atau diantara dua ujung elektroda
karbon akan memanaskan dan mencairkan logam yang
akan dilas. Sebagai bahan tambah dapat dipakai
elektroda dengan fluksi atau elektroda yang berselaput
fluksi.
Las listrik GMAW / MIG adalah las busur listrik dimana
panas yang ditimbulkan oleh busur listrik antara ujung
elektroda dan bahan dasar.
Kecepatan gerakan elektroda dapat diatur sesuai dengan
keperluan. Tangkai Ias dilengkapi dengan nosal logam
untuk menyemburkan gas pelindung yang dialirkan dari
botol gas malalui selang gas. Gas yang dipakai adalah C02
untuk pengelasan baja lunak dan baja, argon atau
campuran argon dan helium untuk pengelasan Aluminium
dan baja tahan karat Proses pengelasan MIG ini dapat
secara semi otomatik atau otomatik.
Proses Ias MIG dimana elektroda keluar melalui tangkai las bersama
dengan gas pelindung.
Las listrik submerged yang umumnya otamatik atau semi
otomatik menggunakan fluksi serbuk untuk pelindung dari
pengaruh udara luar. Busur listrik diantara ujung elektroda
dan bahan dasar berada didalam timbunan fluksi serbuk
sehingga tidak terjadi sinar las keluar separti biasanya pada
Ias listrik lainnya.
Pada waktu pengelasan, fluksi serbuk akan mencair dan
membeku menutup Iapisan Ias. Sebagian fluksi serbuk yang
tidak mencair dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari terak-
terak Ias. Elektroda yang merupakan kawat tanpa selaput
berbentuk gulungan (rol) digerakkan maju oleh pasangan roda
gigi. pasangan roda gigi yang diputar oleh motor listrik dapat
diatur kecepatannya sesuai dengan kebutuhan pengelasan.
 MESIN LAS

Secara garis besar, mesin las dibagi menjadi dua jenis


yaitu mesin laas arus ssejarah (DC Welding
Machine/Direct Current) dan mesin las aarus bolak balik
( AC Welding machine /Alternating current).
Kabel primer (Primary Powe Cable) merupakan kabel yang
berfungsi untuk menghubungkan mesin las dengan sumber
tenaga. Phasa pada mesin las berbeda beda dan jumlah phasa
pada mesin las harus disesuaikan dengan jumlah kawat inti
yang terdapat pada kabel primer ditambah satu kawat yang
berfungsi sebagai penghubung mesin las dan masa tanah
(grounding).
Kabel seskunder merupakan kabel kabel yang digunakan
untuk proses pengelasan. Kabel sekunder terdiri dari dua kabel
yang masing masing dihubungkan dengan penjepit (holder)
benda kerja dan penjepit (tang) elektroda.
 TANG LAS
Tang las berfungsi untuk menjepit elektroda. Pembuatan
tang las tidak sembarang dan harus dibuat dengan
bahan yang berisolasi tahan panas serta arus listrik.
Pembuatan tang las menggunakan bahan tembaga atau
kuningan. Ebonit merupakan salah satu bahan yang
digunakan untuk membungkus tang las.
 KLEM MASSA
Klem masa/penjepit yanng digunakan untuk menghubunkan
meja kerja/benda kerja ke kabel masa. Sebaiknya bahan yang
digunakan untuk klem masa/peenjepit sama dengan bahan
yang digunakan paad tang elektraoda.
Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara
pengklasifikasian yang digunakan dalam bidang las, ini
disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam hal-hal
tersebut. Secara konvensional cara-cara pengklasifikasi
tersebut pada waktu ini dapat dibagi dua golongan, yaitu
klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan (sumber
panas) dan klasifikasi berdasarkan cara kerja.
Ditinjau berdasarkan sumber panasnya
klasifikasi pengelasan dapat dibedakan tiga:
 Mekanik
 Listrik
 Kimia
Berdasarkan cara kerjanya klasifikasi pengelasan dapat
dibagi dalam tiga kelas utama yaitu : pengelasan cair,
pengelasan tekan dan pematrian.
 Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan
dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur
listrik atau sumber api gas yang terbakar.
 Pengelasan tekan adalah pcara pengelasan dimana
sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan hingga
menjadi satu.
 Pematrian adalah cara pengelasan diman sambungan diikat
dan disatukan dengan menggunakan paduan logam yang
mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini logam induk tidak
turut mencair.
Proses pengelasan dibagi dalam dua katagori utama, yaitu
pengelasan lebur dan pengelasan padat.
Pengelasan lebur menggunakan panas untuk melebur
permukaan yang akan disambung, beberapa operasi
menggunakan logam pengisi dan yang lain tanpa logam
pengisi.
Pengelasan padat proses penyambungannya menggunakan
panas dan/atau tekanan, tetapi tidak terjadi peleburan pada
logam dasar dan tanpa penambahan logam pengisi.
 Pengelasan lebur
1. Pengelasan busur (arc welding, AW);
2. Pengelasan resistansi listrik (resistance welding, RW);
3. Pengelasan gas (oxyfuel gas welding, OFW);
4. Proses pengelasan lebur yang lain.

 Pengelasan padat
1. pengelasan tempa (forge welding);
2. pengelasan dingin (cold welding, CW);
3. pengelasan rol (roll welding, COW);
4. pengelasan ledak (explosion welding, EXW);
5. pengelasan gesek (friction welding, FRW)
6. pengelasan ultrasonik (ultrasonic welding, USW)
1. Pengelasan Busur
 Pengelasan busur
adalah pengelasan
lebur dimana
penyatuan logam
dicapai dengan
menggunakan panas
dari busur listrik,
secara umum
ditunjukkan dalam
gambar 1.1
 Busur listrik timbul karena adanya pelepasan muatan listrik melewati
celah dalam rangkaian, dan panas yang dihasilkan akan menyebabkan
gas pada celah tersebut mengalami ionisasi (disebut plasma). Untuk
menghasilkan busur dalam pengelasan busur, elektrode disentuhkan
dengan benda kerja dan secara cepat dipisahkan dalam jarak yang
pendek. Energi listrik dari busur dapat menghasilkan panas dengan
suhu 10.000 o F (5500o C) atau lebih, cukup panas untuk melebur
logam. Genangan logam cair, terdiri atas logam dasar dan logam
pengisi (bila digunakan), terbentuk di dekat ujung elektrode.
Pergerakan elektrode relatif terhadap benda kerja dapat dilakukan
secara manual atau dengan bantuan peralatan mekanik (pengelasan
mesin, pengelasan automatik, pengelasan robotik). Kelemahan bila
pengelasan busur dilakukan secara manual, kualitas las-an sangat
tergantung kepada ketrampilan pengelas.
 Untuk pengelasan manual, waktu busur biasanya sekitar 20 %. Waktu
busur bertambah sekitar 50 % untuk pengelasan mesin, automatik,
dan robotik.
 2. Pengelasan Resistasi Listrik
 Pada pengelasan ini, permukaan
lembaran logam yang akan
disambung ditekan satu sama
lain dan arus yang cukup besar
kemudian dialirkan melalui
logam sehingga menimbulkan
panas pada sambungan. Panas
tertinggi muncul di daerah yang
memiliki resistansi listrik
tertinggi, yaitu pada permukaan
kontak ke dua lembaran logam.
Komponen-komponen utama
dalam pengelasan resistansi
listrik ditunjukkan dalam
gambar 13.9 untuk operasi
pengelasan titik.
 Komponen–komponen tersebut termasuk benda kerja yang akan
dilas (biasanya lembaran logam), dua buah elektrode yang saling
berhadapan, dan sumber listrik arus bolak-balik . Hasil dari operasi
tersebut
 Dalam daerah lebur antara dua bagian benda kerja, dalam
pengelasan titik disebut manik las (weld nugget).
 Dalam pengelasan ini tidak digunakan gas pelindung, fluks, atau
logam pengisi, dan elektrode yang menghubungkan daya listrik
merupakan elektrode tak terumpan. Pengelasan risistansi listrik
diklasifikasikan sebagai pengelasan lebur karena panas yang timbul
melebur permukaan kontak ke dua lembaran logam tersebut.
Namun demikian, terdapat pengecualian, beberapa pengelasan
resistansi listrik menggunakan suhu di bawah titik lebur logam yang
disambung, jadi tidak terjadi proses peleburan.
 3. Pengelasan Gas
Dalam proses pengelasan gas, panas diperoleh dari
hasil pembakaran gas dengan oksigen sehingga
menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat
mencairkan logam dasar dan logam pengisi.
Pengelasan gas juga sering digunakan untuk proses
pemotongan logam. Gas yang lazim digunakan
adalah gas alam, asetilen, dan hidrogen. Di antara
ketiga gas ini yang paling sering dipakai adalah gas
asetilen, sehingga pengelasan gas pada umumnya
diartikan sebagai pengelasan oksi-asetilen
(oxyasetylene welding)
 4. Pengelasan oksi-asetilen
Pengelasan oksi-asetilen merupakan proses pengelasan
lebur dengan menggunakan nyala api temperatur tinggi
yang diperoleh dari hasil pembakaran gas asetilen
dengan oksigen. Nyala api diarahkan oleh ujung
pembakar (welding torch tip). Pengelasan dapat
dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi, dan
tekanan kadang-kadang digunakan untuk menyatukan
kedua permukaan benda kerja yang akan disambung.
Bila digunakan logam pengisi, maka komposisi logam
pengisi harus sama dengan komposisi logam dasar.
Logam pengisi sering dilapisi dengan fluks, untuk
membantu membersihkan permukaan dan melindungi
las-an agar tidak terjadi oksidasi.
 Dalam proses pengelasan padat tidak digunakan logam pengisi,
dan penyambungan dapat dicapai dengan :
 (1) tekanan saja, atau
 (2) panas dan tekanan.
 Bila digunakan panas dan tekanan, jumlah panas yang diberikan
dari luar pada umumnya tidak cukup untuk melebur permukaan
bendakerja. Tetapi dalam beberapa kasus baik bila
digunakan panas dan tekanan atau tekanan saja, bila energi yang
dihasilkan cukup besar, maka dapat terjadi peleburan yang
terlokalisir hanya pada permukaan kontak. Jadi dalam pengelasan
padat, ikatan metalurgi diperoleh dengan sedikit atau tanpa
peleburan logam dasar.
 Syarat-syarat agar terjadi ikatan metalurgi yang baik :
 (1) kedua permukaan kontak harus sangat bersih,
 (2) kedua permukaan kontak satu sama lain harus saling
menempel sangat rapat agar dapat terjadi ikatan atom.
1. Pengelasan tempa
pengelasan tempa merupakan teknik penyambungan
logam yang paling tua. Komponen logam yang akan
disambung dipanaskan hingga temperatur kerja kemudian
bersama-sama ditempa dengan palu atau peralatan lainnya
hingga tersambung menjadi satu.

2. Pengelasan dingin
proses penyambungan logam pada temperatur ruang di
bawah pengaruh tekanan. Akibat tekanan, permukaan benda
kerja mengalami aliran dan menghasilkan sambungan las.
Suatu contoh, kawat dan batang dijepit dalam jepitan khusus
kemudian ditekan dengan tekanan yang cukup besar
sehingga terjadi aliran plastik pada ujung sambungan.
Sebelum penyambungan permukaan dibersihkan terlebih
dahulu dengan sikat sehingga terbebas dari lapisan oksida.
Beban tekan dapat dilakukan dengan perlahan-lahan atau
dengan tumbukan (impak). Pengelasan dingin ini umumnya
diterapkan pada aluminium dan tembaga, tetapi kadang-
kadang juga diterapkan untuk penyambungan nikel, seng,
dan monel.
3. Pengelasan rol
termasuk proses pengelasan padat dimana proses
penekanannya menggunakan peralatan rol, baik dengan
pemanasan dari luar atau tidak,
Bila tanpa menggunakan panas dari luar, prosesnya
disebut pengelasan rol dingin, sedang bila menggunakan
panas dari luar prosesnya disebut pengelasan rol panas.
Pengelasan rol biasa digunakan untuk melapisi baja
karbon atau baja paduan dengan baja tahan karat agar
memiliki ketahanan terhadap korosi, atau untuk membuat
dwimetal yang digunakan untuk pengukuran temperatur.

4. Pengelasan ledak; merupakan proses pengelasan padat


dimana dua permukaan logam dijadikan satu di bawah
pengaruh impak dan tekanan
Kadang-kadang bahan pelindung seperti karet,
menylubungi panel atas untuk menjcegah kerusakan
permukaan. Keseluruhan ditempatkan di atas landasan
yang dapat menyerap energi yang terjadi sewaktu operasi
penyambungan.
5. Pengelasan gesek
penyambungan terjadi oleh panas gesek akibat
perputaran logam satu terhadap lainnya di bawah pengaruh
tekanan aksial. Kedua permukaan yang bersinggungan menjadi
panas mendekati titik cair dan bahan yang berdekatan dengan
permukaan menjadi plastis. Dalam gambar 13.22 ditunjukkan
cara pengelasan dua poros. Tahapan proses adalah sebagai
berikut :
• salah satu poros diputar tanpa bersentuhan dengan poros
yang lain,dengan memutar pemegang (rotating chuck),
• kedua poros satu sama lain disentuhkan sehingga timbul
panas akibat gesekan,
• putaran dihentikan, poros diberi gaya tekan aksial, dan
• sambungan las terbentuk.
Kerugian dari proses ini terletak pada keterbatasan
bentuk yang dapat dilas, sedang keuntungannya adalah
peralatan yang digunakan sangat sederhana, proses berjalan
sangat cepat, persiapan benda kerja sebelum pengelasan
minim, dan hemat energi. Selain itu logam tak sejenis dapat
disambung pula dan siklus pengelasan dapat diprogramkan
dengan mudah. Las gesek banyak digunakan untuk
penyambungan plastik.
6. Pengelasan ultrasonic
adalah proses penyambungan pelat untuk
logam yang sejenis maupun tak sejenis, umumnya
dengan membentuk sambungan tindih Energi getaran
berfrekuensi tinggi mengenai daerah las dalam bidang
sejajar dengan permukaan sambungan las. Gaya yang
ada menimbulkan tegangan geser osilasi pada
permukaan las, tegangan tersebut merusak dan
mengelupas lapisan oksida. Slip permukaan ini
menghasilkan kontak logam dengan logam, terjadi
pencampuran logam dan terbentuklah manik las yang
baik. Dalam proses ini tidak diperlukan pemanasan
dari luar. Proses pengelasan ultrasonik hanya dapat
diterapkan pada logam dengan ketebalan maksimal 3
mm, sedang ketebalan minimum tidak ada. Pada
sambungan las terjadi deformasi plastik setempat pada
batas permukaan dan kekuatannya lebih baik
dibandingkan proses penyambungan lainnya.
MACAM-MACAM CACAT LAS DAN
MENANGGULANGINYA

Cacat Las dibagi dua diantaranya :


Cacat las yang dapat dilihat ( Visual )
Cacat las tidak dapat dilihat ( Cacat Dalam )
•Cacat las yang dapat dilihat :
Under Cutting : Yaitu sisi sambungan termakan oleh busur api dan membentuk palit di
kanan dan kiri rigi las

Hal ini di sebabkan oleh terlalu tingginya temperatur sewaktu mengelas karena
pemakaian arus terlalu besar dan ayunan elektroda terlalu pendek.
Weaving fault : Yaitu bentuk alur bergelombang sehingga
ketebalannya tidak merata. Hal ini disebabkan karena
cara pengelasan yang terlalu digoyang.
Fault of elektroda change : Yaitu bentuk alur laur las
yang menebal pada jarak tertentu yang diakibatkan oeh
[pergantian elektroda yang gerakannya terlalu pelan
Alur-alur las terlalu tinggi : Yaitu bentuk alur las
yang sempit dan menonjol keatas yang disebabkan
pemakaian arus terlalu rendah dan elektroda terlalu
dekat dengan logam.
Alur las terlalu lebar : Yaitu bentuk alur terlalu
besar dan lebar yang disebabkan karena kecepatan
mengelas terlalu lamban.
Alur las tidak beraturan : bentuk alur las yang
tidak beraturan yang disebabkan oleh tidak
mahirnya seseorang dalam mengelas karena
tidak mengetahui apa yang harus diperhatikan.
• Alur las terlalu tipis :

Yaitu bentuk alur las yang disebabkan akibat


kecepatan mengelas terlalu tinggi.
Dasar concave : Yaitu bentuk alur las bagian
bawah benda alas terjadi pencekungan yang
disebabkan karena arus terlalu besar.
Dasar berlubang-lubang : Yaitu bentuk alur
bagian las bagian bawah benda alas terjadi
lubang-lubang yang disebabkan posisi elektroda
terlalu dalam dan arus terlalu besar.
Dasar berjanggut : Yaitu Yaitu bentuk alur bagian las
bagian bawah benda alas terjadi lelehan yang
berlebihan hal ini disebabkan karena pergerakan
elektroda yang salah dan terlalu lambat
Over laping : yaitu sisi rigi las kurang terpadu pada logam
induk atau berada kerja seolah-olah menempel.

Porosity : yaitu ada lubang-lubang udara pada permukaan


rigi-rigi las. Hal ini disebabkan elektroda basah, kampuh
kotor, terlalu lembab, gas yang berasal dari galvanisasi.
Slag inclusion : adanya terak yang
terperangkap sehingga tidak bias
keluar dari rigi-rigi las. Hal ini
disebabkan adanyab terak yang tidak
dibersikan pada proses las berikutnya.
Angular Deformation (Berubah Bentuk): Yaitu perubahan
bentuk dari sambungan las (Benda kerja). Hal ini ini
disebabkan tidak adanya alat bantu penjepit dan las pengunci
Misalingment (high-low) : Yaitu sambungan las
tidak rata sehingga akan mengurangi tebal las
logam. Hal ini disebabkan karena tidak rata
pengaturan benda las.
Cracking: Yaitu retak pada permukaan
rigi las maupun dalam rigi las.
Kurang tembus : Rigi-rigi tidak menembus sesuai
dengan yang diinginkan.
Spatter : Terdapat butiran-butiran
seperti pasir disekitar rigi-rigi las.
Cacat las yang tidak dapat dilihat

Jenis-jens kesalahan pengelasan yang tidak dapat dilihat dengan mata,


hanya dapat dideteksi dengan menggunakan radiographi dan ultrasonic.
Adapun jenis – jenis kesalahan tersebut :
Undercut
Slag lines
Internal longitudinal crack
Internal transverse crack
Incomplete penetration
Incomplete fusion
Internal porosity
Blow hole
Root concaving
Surface concaving
Fault of junction
Root high low
Aligned porosity
Ecessive penetration
Interpass cold lap
Heavy metal inclusion
Adapun cara penanggulangan kesalahan pada proses pengelasan :

Undercutting
Berikan pendinginan benda kerja.
Turunkan amper.
Ayunan elektroda harus sesuai amper.
Atur kedudukan elektroda.
Overlapping
Naikan arus las.
Jarak elektroda dengan benda kerja.
Sesuaikan kecepatan pengelasan.
Porosity
Simpan elektroda di tempat yang aman.
Bersihkan benda kerja.
Gunakan elektroda yang sesuai.
Gunakan pengaman udara yang masuk.
Slag Inclusion
Pembersihan setiap lapisan terak setelah proses pengelasan.
Angular Deformation
Atur sudut lasan yang memadai sebelum pengelasan.
Gunakan go jig.
Lakukan stress releascing setelah pengelasan.
Misaligment
Atur jarak benda yang akan disambung harus rata dan sejajar. Jarak las
cantum agar disesuaikan dengan tebal plat yang akan dilas.
Cracking
Gunakan elektroda yang sesuai.
Lakukan stress releacing setelah pengelasan.
Lakukan pemenasan pendahuluan sebelum dilas.
Rigi-rigi penembusan terlalu tinggi
Atur kecepatan pengelasan.
Lubang kunci jangan terlalu besar.
Turunkan ampere atau ganti elektroda.
Rigi-rigi tidak tembus
Naikkan arus las (amper).
Sesuaikan kecepatan pengelasan dengan cairan yang terbentuk pada waktu
pengelasan.
Usahakan selalu terbentuk lubang kunci sepangjang rigi-rigi lapisan
pengelasan.
Spatter Panjang busur listrik kira-kira sama dengan diameter elektroda.
Turunkan amper
Gunakan polaritas yang sesuai.
Ganti elektroda
Mechanical effect yaitu pengaruh yang terjadi pada logam
lasan setelah terjadi pengelasan dilihat secara mekanik.
Efek yang terjadi diantaranya:
1. Kekerasan
2. Keuletan
3. Kerapuhan
4. Kelelahan
1. Pakaian kerja
2. Helm las/topeng las
3. Kaca las
4. Apron (pelindung dada)
5. Sarung tangan
6. Sepatu kulit kapasitas 2 ton

Anda mungkin juga menyukai