PENDAHULUAN
Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau
tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang continue.
Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan,
jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya.
Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya
untuk mengisi lubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las pada perkakas mempertebal
bagian-bagian yang sudah aus dan macam-macam reparasi lainnya.
Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk
mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan cara pengelasan
harus betul-betul memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat lasdengan
kegunaan kontruksi serta kegunaan disekitarnya.
Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya di dalamnya banyak
masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya memerlukan bermacam-macam
penngetahuan.
Karena itu di dalam pengelasan, penngetahuan harus turut serta mendampingi praktek,
secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa perancangan kontruksi bangunan dan mesin
dengan sambungan las, harus direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan. Cara ini
pemeriksaan, bahan las dan jenis las yang akan digunakan, berdasarkan fungsi dari bagian-
bagian bangunan atau mesin yang dirancang.
Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari definisi
tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa
batang logam dengan menggunakan energi panas. Pada waktu ini telah dipergunakan lebih dari
40 jenis pengelasan termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan cara menekan dua logam
yang disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-atom molekul dari logam yang
disambungkan.klasifikasi dari cara-cara pengelasan ini akan diterangkan lebih lanjut.
Pada waktu ini pengelasan dan pemotongan merupakan pengelasan pengerjaan yang amat
penting dalam teknologi produksi dengan bahan baku logam. Dari pertama perkembangannya
sangat pesat telah banyak teknologi baru yang ditemukan. Sehingga boleh dikatakan hamper
tidak ada logam yang dapat dipotong dan di las dengan cara-cara yang ada pada waktu ini.
Dengan kemampuan akalnya, manusia mampu memanfaatkan logam sebagai alat bantu
kehidupannya yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin, bangunan dan lainnya dapat
tercipta dengan adanya logam. Logam tersebut menimbulkan kebutuhan akan teknologi
perakitan atau penyambungan. Salah satu teknologi penyambungan tersebut adalah dengan
pengelasan.
Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu :
1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik penyambunganlogam yang
dapat dilepas kembali.
2. Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik penyambungan logam dengan cara
mengubah struktur logam yang akan disambung dengan penambahan logam pengisi.
B. Las Listrik
Pengertian las listrik Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan
jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan
disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga
elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus
sampai habis.
Pengertian las listrik Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dimana logam
menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan, atau dapat didefinisikan sebagai akibat dari
metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Sebelum atomatom tersebut
membentuk ikatan, permukaan yang akan menjadi satu perlu bebas dari gas yang terserap atau
oksida-oksida.
Pengelasan listrik merupakan suatu teknik pengelasan dengan menggunakan arus listrik
berbentuk busur arus dan elektroda berselaput. Tipe-tipe lain dari pengelasan dengan busur arus
listrik adalah Submerged Arc Welding SAW, Gas metal arc Welding GMAW-MIG, Gas
Tungsten Arc Welding G dan plasmaarc. Didalam pengelasan listrik ini terjadi gas penyelimut
ketika elektroda terselaput itu mencair, sehingga dalam proses ini tidak diperlukan
tekanan/pressure gas inert untuk mengusir oksigen atau udara yang dapat menyebabkan korosi
atau gelembung- gelembung didalam hasil las-lasan.
Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan
mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah
kedua logam tersebut.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang
terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai
mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las.
Mesin las listrik Mesin las merupakan sumber tenaga yang memberi jenis tenaga listrik yang
diperlukan serta tegangan yang cukup untuk terus melangsungkan suatulengkung listrik las.
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan
yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang
cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat
diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Sumber tenaga mesin las dapat diperoleh dari: Motor bensin atau diesel Gardu induk
Tegangan pada mesin las listrik biasanya :
□ 110 volt
□ 220 volt
□ 380 volt
Antara jaringandengan mesin las pada bengkel terdapat saklar pemutus. Mesin las
digerakkan dengan motor, cocok dipakai untuk pekerjaan lapangan atau pada bengkel yang tidak
mempunyai jaringan listrik. Busur nyala terjadi apabila dibuat jarak tertentu antara elektroda
dengan benda kerja dan kabel massa dijepitkan ke benda kerja.
Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus,
kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi
panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C.
Penggolongan macam proses las listrik antara lain, adalah :
1. Las listrik dengan Elektroda Karbon, misalnya :
- Las listrik dengan elektroda karbon tunggal
- Las listrik dengan elektroda karbon ganda
Pada alas listrik dengan elektroda karbon, maka busur listrik yang terjadi diantara
ujung elektroda karbon dan logam atau diantara dua ujung elektroda karbon akan
memanaskan dan mencairkan logam yang akan dilas. Sebagai bahan tambah dapat
dipakai elektroda dengan fluksi atau elektroda yang berselaput fliksi.
2. Las Listrik dengan Elektroda Logam, misalnya :
- Las listrik dengan elektroda berselaput,
- Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas),
- Las listrik submerged.
3. Las listrik dengan elektroda berselaput
Las listrik ini menggunakan elektroda berelaput sebagai bahan tambahan. Busur
listrik yang terjadi di antara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung
elektroda dan sebagaian bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar akan mencair
dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elekroda kawah las, busur listrik terhadap
pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda yang membeku akan memutupi permukaan
las yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar. Perbedaan suhu
busur listrik tergantung pada tempat titik
pengukuran, missal pada ujung elektroda bersuhu 3400° C, tetapi pada benda kerja
dapat mencapai suhu 4000° C.
4. Las Listrik TIG
Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas = Tungsten Gas Mulia) menggunakan elektroda
wolfram yang bukan merupakan bahan tambah. Busur listrik yang terjadi antara ujung
elektroda wolfram dan bahan dasar merupakan sumber panas, untuk pengelasan. Titik
cair elektroda wolfram sedemikian tingginya sampai 3410° C, sehingga tidak ikut
mencair pada saat terjadi busur listrik.
Tangkai listrik dilengkapi dengan nosel keramik untuk penyembur gas pelindung
yang melindungi daerah las dari luar pada saat pengelasan.
Sebagian bahan tambah dipakai elektroda selaput yang digerakkan dan didekatkan ke
busur yang terjadi antara elektroda wolffram dengan bahan dasar.
Sebagian gas pelindung dipakai angin, helium atau campuran dari kedua gas tersebut
yang pemakaiannya tergantung dari jenis logam yang akan di las. Tangkai las TIG
biasanya didinginkan dengan air bersikulasi.
Pembakar las TIG terdiri dari penyedia arus, pengembali air pendingin, penyedia air
pendingin, penyedia gas argon, lubang gas argon ke luar, pencekam elektroda, moncong
keramik atau logam, elektroda tungsten, semburan gas pelindung.
5. Las Listrik Submerged
Las listrik submerged yang umumnya otomatis atau semi otomatis menggunakan
fluksi serbuk untuk pelindung dari pengaruh udara luar. Busur listrik di antara ujung
elektroda dan bahan dasar di dalam timnunan fluksi sehingga tidak terjadi sinar las keluar
seperti biasanya pada las listrik lainya. Operator las tidak perlu menggunakan kaca
pelindung mata (helm las).
Pada waktu pengelasan, fluksi serbuk akan mencir dan membeku dan menutup
lapian las. Sebagian fluksi serbuk yang tidak mencair dapat dipakai lagi setelah
dibersihkan dari terak- terak las. Elektroda yang merupakan kawat selaput berbentuk
gulungan (roll) digerakan maju oleh pasangan roda gigi yang diputar oleh motor listrik
dan dapat diatur kecepatannya sesuai dengan kebutuhan pengelasan.
6. Listrik MIG
Seperti halnya pad alas listrik TIG, pad alas listrik MIG juga panas ditimbulkan oleh
busur listrik antara dua electron dan bahan dasar. Elektroda merupakan gulungan kawat
yang berbentuk rol yang geraknya diatur oleh pasangan roda gigi yang digerakkan oleh
motor listrik. Gerakan dapat diatur sesuai dengan keperluan. Tangkai las dilengkapi
dengan nosel logam untuk menghubungkan gas pelindung yang dialirkan dari botol gas
melalui slang gas.
Gas yang dipakai adalah CO2 untuk pengelasan baja lunak dan baja. Argon atau
campuran argon dan helium untuk pengelasan aluminium dan baja tahan karat. Proses
pengelasan MIG ini dadpat secara semi otomatik atau otomatik. Semi otomatik
dimaksudkan pengelasan secara manual, sedangkan otomatik adalah pengelasan yang
seluruhnya dilaksanakan secara otomatik. Elektroda keluar melalui tangkai bersama-
sama dengan gas pelindung.
1. Arus Listrik
a. Arus Searah ( DC = Direct Current )
Pada arus ini, elektron-elektron bergerak sepanjang penghantar hanya dalam
satu arah. Mesin las listrik – Rectifier arus searah (DC) Mesin ini mengubah arus listrik
bolak-balik (AC) yang masuk, menjadi arus listrik searah (DC) keluar. Pada mesin AC,
kabel masa dan kabel elektroda dapat dipertukarkan tanpa mempengaruhi perubahan panas
yang timbul pada busur nyala.
Keuntungan-keuntungan mesin las DC antara lain : Busur nyala stabil Dapat
menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut Dapat menggunakan elektroda bersalut
dan tidak bersalut Dapat mengelas pelat tipis dalam hubungan DCRP Dapat dipakai untuk
mengelas pada tempat- tempat yang lembab dan sempit 3. Pengkutuban elektroda
Pengkutuban Langsung Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang Pada terminal
negatif dan . kabel massa pada terminal positif. Pengkutuban langsung sering disebut
sebegai sirkuit las listrik dengan elektroda negatif. (DC-). Pengkutuban terbalik Untuk
pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada terminal positif dan kabel massa
dipasang pada terminal negative. Pengkutuban terbalik sering disebut sirkuit las listrik
dengan elektroda positif (DC+)
b. Arus Bolak-balik ( AC = Alternating Current )
Mesin ini memerlukan sumber arus bolak-balik dengan tegangan yang lebih rendah
pada lengkung listrik.
Arah aliran arus bolak-balik merupakan gelombang sinusoide yang memotong garis nol
pada interval waktu 1/ 100 detik untuk mesin dengan frekuensi 50 hertz (Hz). Tiap siklus
gelombang terdiri dari setengah gelombang positif dan setenngah gelombang negative. Arus
bolak-balik dapat diubah menjadi arus searah dengan menggunakan pengubah arus
(rectifier/adaftor).
Keuntungan – keuntungan mesin las AC antara lain : Busur nyala kecil, sehingga
memperkecil kemungkinan timbunya keropos pada rigi-rigi las Perlengkapan dan
perawatan lebih murah
3. Pengkutuban elektroda
a. Pengkutuban Langsung
Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang Pada terminal negatif dan kabel
massa pada terminal positif. Pengkutuban langsung sering disebut sebegai sirkuit las listrik
dengan elektroda negatif. (DC-).
b. Pengkutuban terbalik
Untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada terminal positif dan kabel massa
dipasang pada terminal negative. Pengkutuban terbalik sering disebut sirkuit las listrik dengan
elektroda positif (DC+).
c. Pengaruh pengkutuban pada hasil las
Pemilihan jenis arus maupun pengkutuban pada pangelasan bergantung kepada :
□ Jenis bahan dasar yang akan dilas
□ Jenis elektroda yang dipergunakan
Pengaruh pengkutuban pada hasil las adalah pada penembusan lasnya.Pengkutuban
langsung akan menghasilkan penembusan yang dangkal sedangkan Pada pengkutuban terbalik
akan terjadi sebaliknya. Pada arus bolak-balik penembusan yang dihasilkan antara keduanya.
Pembentukan busur listrik pada proses penyulutan Pada pembentukan busur listrik elektroda
keluar dari kutub negatif (katoda) dan mengalir dengan kecepatan tinggi ke kutub positif (anoda).
Dari kutub positif mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui proses ini
ruang udara diantara anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat untuk menghantar arus
listrik (diionisasikan) dan dimungkinkan pembentukan busur listrik. Sebagai arah arus berlaku
arah gerakan ion-ion positif. Jika elektroda misalnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber
arus searah, maka arah arusnya dari benda kerja ke elektroda. Setelah arus elektroda didekatkan
pada lokasi jalur sambungan disentuhkan dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis
tengah elektroda).
Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang akan
dilas,berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik yang
kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda itu dari benda kerja
menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara elektroda dengan benda kerja, dan
dengan demikian tetap mengalir.Suhu busur cahaya yang demikian tinggi akan segera
melelehkan ujung elektroda dan lokasi pengelasan. Didalam rentetan yang cepat partikel
elektroda menetes, mengisi penuh celah sambungan las dan membentuk kepompong las. Proses
pengelasan itu sendiri terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat pelelehan
elektroda yang terus menerus menetes.
a. Pembentukan busur listrik proses penyulutan
1) Pembentukan Busur Listrik
Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda) dan
mengalir dengan kecepatan tinggi ke kutub positif (anoda). Dari kutub positif mengalir
partikel positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui proses ini ruang udara diantara
anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat untuk menghantar arus listrik
(diionisasikan) dan dimungkinkan pembentukan busur listrik. Sebagai arah arus berlaku
arah gerakan ion-ion positif. Jika elektroda misalnya dihubungkan dengan kutub negatif
sumber arus searah, maka arah arusnya dari benda kerja ke elektroda.
Setelah arus elektroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan dan
diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).
Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang akan
dilas,berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik
yang kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda itu dari benda
kerja menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara elektroda dengan
benda kerja, dengan demikian tetap mengalir.Suhu busur cahaya yang demikian tinggi
akan segera melelehkan ujung elektroda dan lokasi pengelasan.
Didalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh celah
sambungan las dan membentuk kepompong las. Proses pengelasan itu sendiri terdiri atas
hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat pelelehan elektroda yang terus
menerus menetes.
2) Proses Penyulutan
Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan
disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah
elektroda).
3) Menyalakan busur listrik
Untuk memperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arur (ampere) yang tepat
sesuai dengan type dan ukuran elektroda, Menyalahkan busurd apat dilakukan dengan 2 (dua)
cara yakni :
- Bila pesawat Ias yang dipakai pesewat Ias AC, menyalakan busur dilakukan dengan
menggoreskan elektroda pada benda kerja lihat gambar.
- Untuk menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda disentuhkan seperti pada
gambar.
Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk melanjutkan
pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali ini dilakukan pada
tempat kurang lebih 26 mm dimuka las berhenti seperti pada gambar. Jika busur berhenti di
B, busur dinyalakan lagi di A dan kembali ke B untuk melanjutkan pengelasan. Bilamana
busur sudah terjadi, elektroda diangkat sedikit dari pekerjaan hingga jaraknya ± sama dengan
diameter elektroda. Untuk elektroda diameter 3,25 mm, jarak ujung elektroda dengan
permukaan bahan dasar ± 3,25 mm.
Penyalaan busur listrik dapat dilakukan dengan menghubungkan singkat ujung elektroda
dengan logam induk (yang akan dilas) dan segera memisahkan lagi pada jarak yang pendek.
4) Memadamkan busur listrik
Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu penyambungan
maniklas. Untuk mendapatkan sambungan maniklas yang baik sebelum elektroda dijauhkan
dari logam induk sebaiknya panjang busur dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian
elektroda dijauhkan dengan arah agak miring. Pemadaman busur sebaiknya tidak dilakukan
ditengah- tengah kawah las tetapi agak berputar sedikit.
6. Posisi Pengelasan
• Posisi di bawah tangan
Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah dilakukan. Oleh
sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan sedapat meungkin di usahakan pada
posisi dibawah tangan. Kemiringan elektroda 10 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical kea
rah jalan elektroda dan 70 derajat-80 derajat terhadap benda kerja.
• Posisi tegak (vertical)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau ke bawah.
Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena bahan cair yang mengalir atau
menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15
derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-85 derajat terhadap benda kerja.
• Posisi datar (horizontal)
Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana kedudukan benda
kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat
miring sekitar 5 derajat – 10 derajat terhadap garis vertical dan 70 derajat – 80 derajat kearah benda kerja.
• Posisi di atas kepala (Overhead)
Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan dapat
mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap. Mengelas
dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5
derajat – 20 derajat terhadap garis vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja.
• Posisi datar (1G)
Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan setengah bulan
Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi dapat juga dilakukan
penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar (1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah.
Dapat diapplikasikan pada material pipa dengan jalan pipa diputar.
• Posisi horizontal (2G)
Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pipa pada posisi tegak dan
pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa. Kesulitan pengelasan posisi horizontal
adalah adanya gaya gravitasi akibatnya cairan Adapun las akan posisi selalu sudut kebawah.
Electrode pengelasan pipa 2G yaitu 90º Panjang gerakan elektrode antara 1-2 kali diameter
elektrode. Bila terlalu panjang dapat mengakibatkan kurang baiknya mutu las. Panjang busur
diusahakan sependek mungkin yaitu ½ kali diameter elektrode las. Untuk pengelasan pengisian
dilakukan dengan gerakan melingkar dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua
sisi kampuh agar tidak terjadi cacat. Gerakan seperti ini diulangi untuk pengisian berikutnya.
• Pengelasan posisi 3G
dilakukan pada material plate. Posisi 3G ini dilaksanakan elektrode pada vertikal. plate dan
Kesulitan pengelasan ini hampir sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las
akan selalu kebawah.
• Posisi horizontal pipa (5G)
Pada pengelasan posisi 5G dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Pengelasan naik
Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai dinding teal karena membutuhkan panas
yang tinggi. Pengelasan arah naik rendah kecepatannya lebih dibandingkan pengelasan
dengan arah turun, sehingga panas masukan tiap satuan luas lebih tinggi dibanding dengan
pengelasan turun. Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan
pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut. Supaya hasil pengelasan baik, maka
diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2. Mulai pengelasan pada jam
5.30 ke jam 12.00 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan dengan posisi jam 5.30 ke jam
12.00 melalui jam 3. Gerakan elektrode untuk posisi root pass (las akar) adalah berbentuk
segitiga teratur dengan jarak busur ½ kali diameter elektrode.
2) Pengelasan turun
Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas bumi. Alasan
penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat dan lebih ekonomis.
Pengelasan posisi Fillet
Pengelasan fillet juga disebut sambungan T.joint pada posisi cairan las-lasan diberikan pada
posisi menyudut. Pada sambungan ini terdapat diantara material pada posisi mendatar dan
posisi tegak. Posisi sambungan ini termasuk posisi sambungan yang relative mudah, namun
hal yang perlu diperhatikan pada sambungan ini adalah kemiringan elektroda, gerakan
ayunan tergantung pada kondisi atau kebiasaan operator las.
Kode Elektroda
Elektroda baja lunak dan baja paduan tendah untuk las busur listrik menurut klasifikasi AWS
(American Welding Society) dinyatakan dengan tanda E XXXX yang artinya :
- E, menyatakan elektroda busur listrik
- XX (dua angka setelah E menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan (lb/in2)
- X (angka ketiga) menyatakan posisi pengelasan. Dimana angka 1 untuk pengelasan segala
posisi dan angka 2 untuk pengelasan posisi datar di bawah tangan
- X (angka ke empat) menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang cocok di pakai untuk
pengelasan
Contoh : E 6013
Berarti kekuatan tarik minimum deposit las adalah 60.000 lb/in2 .
Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi.
Jenis selaput elktroda Rutil-Kalium dan pengelasan dengan arus AC atau DC
2. Elektroda berselaput
Elektroda berselaput yang dipakai pada las busur listrik mempunyai perbedaan komposisi
selaput maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi pada kawat inti dapat dengah cara destrusi,
semprot atau celup. Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 mm sampai 7 mm dengan
panjang antara 350 sampai 450 mm. Jenis- jenis selaput fluksi pada elektroda misalnya
selulosa, kalsium karbonat (Ca C03), titanium dioksida (rutil), kaolin, kalium oksida
mangan, oksida besi, serbuk besi, besi silikon, besi mangan dan sebagainya dengan
persentase yang berbeda-beda, untuk tiap jenis elektroda. Tebal selaput elektroda
berkisar antara 70% sampai 50% dari diameter elektroda tergantung dari jenis
selaput. Pada waktu pengelasan, selaput elektroda ini akan turut mencair dan
menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik dan sebagianbenda kerja
terhadap udara luar. Udara luar yang mengandung O2 dan N akandapat mempengaruhi
sifat mekanik dari logam Ias. Cairan selaput yang disebutterak akan
terapung dan membeku melapisi permukaan las yang masih panas.
1. Helm Las
Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar
las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata,Helm las
ini dilengkapi dengan kaca khusus yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra
merah tersebut.
Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu tidak boleh dilihat dangan mata langsung sampai
jarak 16 meter. Oleh karena itu pada saat mengelas harus mengunakan helm/kedok las
yang dapat menahan sinsar las dengan kaca las. Ukuran kaca Ias yang dipakai tergantung
pada pelaksanaan pengelasan. Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut:
No. 6. dipakai untuk Ias titik No. 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper. No. 6
untuk pengelasan dari 30 sampai 75
amper. No. 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper. No. 12. untuk pengelasan
dari 200 sampai 400 amper. No. 14 untuk pangelasan diatas 400 amper. Untuk
melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun dalam dilapisi dengan
kaca putih.
2. Sarung Tangan
Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang
pemegang elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu dipakai sepasang sarung tangan.
3. Apron
Apron adalan alat pelindung badan dari percikan bunga api yang dibuat dari kulit atau
dari asbes. Ada beberapa jenis/bagian apron yaitu apron lengan, apron dada, apron
lengkap
4. Sepatu Las
Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api, Bila tidak ada
sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai.
5. Masker Las
Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik, maka gunakanlah
masker las, agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun.
6. Kamar Las
Kamar Ias dibuat dari bahan tahan api. Kamar las penting agar orang yang ada
disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las. Untuk mengeluarkan gas, sebaiknya kamar
las dilengkapi dangan sistim ventilasi di dalam kamar las ditempatkan meja las. Meja
las harus bersih dari bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari
kemungkinan terjadinya kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api.
7. Jaket Las
Jaket pelindung badan+tangan yang tebuat dari kulit/asbes.
5. Proses Pengelasan
a. Atur posisi duduk kita, kedua kaki rapat dan melindungi diri kita
b. Posisikan sudut api untuk pengelasan adalah 60o terhadap garis horisontal, dan untuk filler
adalah 30 derajat terhadap garis horisontal, pegang filler dengan tangan kiri seperti pada gambar.
c. Dekatkan ujung nosel ke benda kerja dengan ketinggian sekitar 5 mm dari benda kerja hingga
benda kerja meleleh dan membentuk lelehan kawah.
d. Dekatkan filler hingga ikut memanas dan mencair bersama benda kerja.
e. Lakukan proses pengelasan untuk berbagai macam keperluan.
6. Proses Mematikan
a. Ketika kita telah selesai melakukan proses pengelasan maka jauhkan ujung nosel dari benda
kerja
b. Tutup kran gas oksigen perlahan-lahan namun jangan sampai tertutup
penuh c.
d. Setelah api menyala kuning tutup perlahan kran gas bahan bakar namun jangan sampai tertutup
penuh
1. Tutup kran gas oksigen hingga tertutup penuh
2. Tutup kran gas bahan bakar hingga tertutup penuh.
3. Tiup api kecil yang masih menyala di ujung nosel.
4. Biarkan benda kerja dan ujung nosel hingga dingin
5. Setelah dingin tutup kembali kran gas bahan bakar dan kran gas oksigen
6. Gulung kembali selang
7. Bersihkan sisa-sisa pengelasan
I. Cacat Las
Dalam setiap proses pengelasan sering kali terjadi cacat pada benda kerja. Macam-macam
cacat yang timbul pada proses pengelasan yaitu :
1. Terak yang tertimbun
Cacat seperti ini dicegah dengan cara :
□ Tiap-tiap lapisan harus benar-benar dibersihkan
□ Ayunan elektroda jangan lebar
□ Kecepatan pengelasan harus kontinyu
2. Porositas (gelembung gas)
Cacat ini dapat dicegah dengan cara :
□ Elektroda gas harus dikeringkan
□ Gunakan panjang busur yang tepat dan tetap
□ Kurangi kecepatan pengelasan
□ Gunakan tipe elektroda yang lain
3. Undercut
Dapat dicegah dengan :
□ Mengurangi kuat arus pengelasan
□ Posisi elektroda arah longitudinal dan transversal harus tepat
□ Ayunan elektroda jangan terlalu cepat
□ Usahakan benda kerja agak dingin pada tiap lapisan
4. Hot Cracking
Yaitu retakan yang biasanya timbul pada saat cairan las mulai membeku karena luas penampang
yang terlalu kecil dibandingkan dengan besar benda kerja yang akan dilas, sehingga terjadi
pendinginan. Cara mengatasi dengan menggunakan elektroda las low hidrogen yang mempunyai
sifat tegang yang relatif tinggi.
5. Cold Cracking
Cara mengatasinya dengan menggunakan elektroda las low hidrogen, disamping pemanasan
awal yang akan banyak membantu.
6. Underbread Cracking
Terjadi karena adanya hidrogen atau pun karena kuatnya konstruksi penguat sampingan. Dapat
ditanggulangi dengan menggunakan elektroda las low hidrogen atau pemanasan awal benda
kerja sampaisuhu 120 C.
7. Lack of Fussion
Adalah cacat yang antara bahan dasar dengan logam las tidak terjadi ditanggulangi dengan
menambah kuat arus, ayunan las dapat ditambah.
9. Lack of Penetratic
Cara penanggulangannya yaitu dengan memilih dan mengganti elektroda dengan diameter yang
cocok serta menambah kuat arus pengelasan.
10. Wearnig foult
Adalah timbunan las yang berlebihan diatasi dengan menjaga kontinuitas kecepatan pengelasan.
11. Qeld Spotter
Adalah percikan las yang terlalu banyak.
Cara menguji :
a. Menggunakan air sabun pada permukaan yang akan di uji
b. Menggunakan kotak Vacuum test dan buka katup yang menghubungkan kotak vacuum test
dengan mesin compressor. Tekanan yang digunakan . tuntuk proses ini paling sedikit 2 (dua) PSI
c. Jika terdapat crack atau kebocoran, maka pada sisi berlawanan dari permukaan sambungan yang
diuji akan terjadi gelembung udara
d. Jika hal tersebut tidak terjadi, ini menandai sambungan las dalam kondisi yang baik
2. Water filling test
1.1. Tahap pertama
Tanki diisi dengan air sebanyak 25% dari kapasitas penuhnya. Cek kebocorannya secara visual
didaerah pengelasan dan nozzle-nozzlenya. Bilamana tidak terjadi kebocoran, maka selanjutnya
dicek leveling (toleransi kemiringan max. H/200, dimana H=Ketinggian tanki)
1.2. Tahap kedua
Tanki diisi 50% dari kapasitas penuhnya dan dicek sesuai tahap pertama. Cek kebocoran pada
dinding-dinding pada level 50%, bila ada kebocoran maka pengisian air sementara distop dulu
untuk dilakukan perbaikan.
1.3. Tahap ketiga
Tanki diisi 75% dari kapasitas penuhnya dan dicek sesaui tahap pertama. Cek kebocoran pada
dinding-dinding pada level 75%, bila ada kebocoran maka pengisian air sementara distop dulu
untuk dilakukan perbaikan.
1.4. Tahap keempat
Tanki diisi 100% dari kapasitas penuhnya dan dicek sesuai tahap pertama. Bila tanki sudah
penuh dan sudah sesuai dengan level max. 100%, maka air didiamkan dalam tanki selama 3 x 24
jam, dan bila sudah mencapai 72 jam selanjutnya air dikeluarkan (Dewatering) dengan perlahan-
lahan dengan posisi manhole atas tetap selalu dibuka.
Bilamana terjadi kebocoran maka harus diperbaiki terlebih dahulu lalu dilanjutkanmTahap
pengisian dapat dilaksanakan 2(dua) atau 1(satu) tahap saja, tergantung dari kapasitas tanki atau
sesuai persetujuan pihak Inspector (Owner), pengecekan dilaksanakan tahap demi tahap sesuai
kebutuhan atau kapasitas tanki dan disusun laporannya.
1.5. Tahap kelima
Bila air didalam tanki sudah habis keluar semua, maka dilanjutkan dengan permerbsihan
dinding-dinding dan bottom tanki dengan air tawar agar dinding dan plat bottom tidak berkarat
dan tidak kotor. Setelah dinding & bottom sudah bersih maka dapat dilakukan inspeksi dengan
Inspector (Owner)
1.6. Tahap akhir
Pemasangan manhole pada bagian dinding bawah dengan menggunakan gasket permanen
2. Dye Penetran Test
Dye Penetran Test dilakukan pada sambungan las – lasan dari nozzle neck ke flange dan nozzle
neck ke reinforcement. Dye Penetran Test dimaksudkan untuk mengindentifikasi retak (crack)
dan kebocoran pada sambungan las tersebut.
Cairan kimia digunakan adalah sebagai berikut :
a. Cleaner (Remover)
b. Penetran (Berwarna merah)
c. Developer (Berwarna putih)
Langkah kerja :
1. Persiapan:
a. Membersihkan permukaan dengan menggunakan cleaner
b. Mengeringkan dengan lap bersih atau biarkan sampai kering
2. Pengujian
a. menggunakan cairan penetran pada permukaan yang akan diuji dan biarkan 2 (dua) sampai 30
(tiga puluh) menit sebelum dibersihkan
b. Jika terjadi crack ataupun kebocoran pada sambungan las tersebut, maka cairan penetran akan
masuk mengisinya
c. Setelah bersih dan kering, gunakan cairan developer pada permukaan yang di uji tersebut dan
akan memberi tanda-tanda berikut :
• Jika cairan penetran (merah) terlihat menembus cairan developer (putih), itu menandakan terjadi
crack atau kebocoran pada sambungan las tersebut, perbaikan harus dilakukan dan sambungan
tersebut harus diperiksa dan diuji kembali kemudian.
• Jika tidak terjadi tembusan pada cairan developer (putih), itu menandakan sambungan las dalam
kondisi yang baik.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
□ Pengelasan (welding) adalah proses penyambungan dua material
secara permanendengan cara mencairkan kedua material yang akan disambung dan diikuti oleh
material pengisi.
□ Las busur listrik atau pada umumnya disebut las listrik termasuk suatu proses penyambungan
logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jadi surnber panas pada las
listrik ditimbulkan oleh busur api arus listrik, antara elektroda las dan benda kerja.
□ Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan pencampuran 2 jenis gas sebagai
pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas. Dalam proses las gas ini, gas yang digunakan
adalah campuran dari gas Oksigen (O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas).
□ Disamping untuk pembuatan penyambungan antar logam, proses las dapat juga dipergunakan
untuk reparasi missal nya untuk mengisi lubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las pada
perkakas mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan macam-macam reparasi lainnya.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan kepada pembaca makalah ini sebagai berikut :
1. Dalam pembuatan makalah diperlukan kerja keras dalam mencari berbagai referensi agar
makalah yang dibuat lebih baik.
2. Pelajari makalah yang telah dibuat, agar dapat menambah wawasan lagi
DAFTAR PUSTAKA
Anton, Andri ; Arafic ; dkk. Makalah Listrik dan Gas. Jakarta. diakses pada tanggal 20 November
2013