Anda di halaman 1dari 30

STRUKTUR BAJA 2

METODE LAS

Disusun Oleh

Joan Arnold Fredrik

( 051.0017.00054 )

Dosen Pembimbing :

Ade Okvianti Irlan, ST, M.Eng

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

2020
Pengertian Las
Las adalah sebuah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan
energi panas baik sumbernya dari panas aliran listrik maupun api dari pembakara gas.
Pengelasan semakin banyak dengan adanya kemajuan teknologi, baik proses pengelasan yang
menggunakan bahan tambah atau filler maupun yang tanpa bahan tambah.

Klasifikasi Pengelasan Berdasarkan Cara Kerja :

1. Pengelasan Cair :
Pengelasan cair adalah sebuah proses pengelasan yang dilakukan dengan cara
memanaskan bagian yang akan disambung hingga mencair dengan sumber
panas dari energi listrik atau api dari pembakaran gas baik menggunakan
bahan tambahan atau tanpa bahan tambahan. Berikut ini contoh las cair :

 Las Busur Listrik :


Dalam pengelasan busur listrik ini terdapat 2 jenis pembagian yaitu
pengelasan elektroda tak terumpan ( non consumable electroda ) dan
elektroda terumpan ( consume electroda ).
Arti Elektroda tak terumpan adalah elektroda atau kawat las tersebut tidak
ikut mencair selama proses pengelasan berlangsung, hanya sebagian
sumber busur listrik, bukan sebagai bahan pengisi. Contoh pengelasan
elektroda tak terumpan adalah Gas Tungsten Arc Wedding ( GTAW ) atau
biasa dikenal dengan las Argon.
Elektroda Terumpan adalah kawat las ikut mencair dalam proses
pengelasan, sehingga selain sebagai sumber busur elektroda juga sebagai
logam pengisi yang nantinya ikut mencair dan menjadi weld metal. Contoh
pengelasan ini adalah Las SMAW, Las GMAW, Las SAW.

 Las Gas :
Proses pengelasan dengan menggunakan gas asetelin ( C2H2 ) sebagai
bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar yang telah dibakar
gas dengan oksigen (O2 ) sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu
sebesar 3.500 C yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi.

 Las Termit :
Pengelasan dengan menggunakan termit ( besioksida dengan bubuk
alumunium ). Metode ini dilaksanan dengan bahan yang sederhana dan
menghasilkan sambungan yang baik. reaksinya sebagai berikut.
Fe2O3 + 2 Al 2 Fe + Al2O3 + 850 kJ

2. Pengelasan Tekan :
 Pengelasan tekan adalah sebuah proses pengelasan yang dilakukan dengan
cara material dipanaskan kemudian ditekan hingga material tersambung
menjadi satu, berikut ini contoh las tekan :
1. Las Ledakan.
2. Las Gesek.
3. Las Tempa.
4. Las Tekan Gas.

3. Pematrian :
 Sebuah cara menyambung dua logam dengan sumber panas dengan
menggunakan bahan tambah yang mempunyai titik cair lebih rendah, pada
proses pematrian ini logam induk tidak ikut mencair. Perbedaan antara
pengelasan dan pematrian adalah jika pada pengelasan logam induk dan
elektroda ( logam pengisi ) keduanya ikut mencair atau melting, sedangkan
pada pematrian yang mencair hanya bahan tambah atau filler metalnya
sedangkan logam induk tidak karena mempunyai temperatur leleh yang
lebih tinggi, berikut ini contoh Pematrian :
1. Soldering.
2. Brasing.
Proses Pengelasan Berdasarkan Sumber Energi :
1. Energi Listrik.
Sumbernya berasal dari busur listrik yang terjadi saat elektroda atau kawat las
menyentuh benda kerja karena adanya pertukaran ion.
Contoh : Las SMAW, Las GMAW, Las SAW.

2. Energi Kimia.
Proses pengelasan yang sumber panasnya dihasilkan dari bahan bakar gas dengan
udara yang sifatnya eksotemik.
Contoh : Explosion Welding (EXW) dan Las Termit.

3. Energi Mekanik.
Sumber panas pengelasan ini dihasilkan dari adanya gesekan dan tekanan.
Contoh : Friction Stir Welding (FSW).

Jenis-Jenis Pengelasan :
1. Shielded Metal Arc Welding ( SMAW ).

SMAW adalah salah satu jenis pengelasan yang menggunakan loncatan electron
( busur listrik ) sebagai sumber panas untuk pencairan logam. Suhu busur dapat
mencapai 3300 º C , jauh diatas titik lebur baja , sehingga dapat mencairkan baja
secara serta merta/cepat ( instant ).

SMAW dapat menggunakan arus listik bolak balik ( AC = alternating current )


maupun arus searah ( DC = direct current ) . Jika arus bolak balik yang digunakan
tidak ada kutup kutup, sebaliknya apabila arus searah yang digunakan maka
digunakan kutup kutup + dan – . Kondisi ini disebut polaritas .

Terdapat dua jenis polaritas untuk pengelasan, yakni straight  polarity / polaritas lurus,
dimana elektroda bermuatan ( – ) dan bahan induk bermuatan (+), dan polaritas
terbalik, dimana elektroda bermuatan + dan bahan induk bermuatan – .
Elektroda dibuat dengan karakter khusus, ada elektroda yang hanya menggunakan
pada mesin las AC, ada yang menggunakan DC Polaritas lurus atau lazim disebut
DCSP ( Direct Current Straight Polarity ) atau juga disebut DCEN (Direct Current
Electrode Negative), ada yang menggunakan DC Polaritas terbalik atau DCRP (Direct
Current Reverse Polarity) atau juga disebut DCEP (Direct Current Electrode
Positive). 

Adapun secara skematis SMAW dapat digambarkan sebagai berikut.

Mesin las dapat digerakkan oleh mesin diesel atau oleh transformer (inverter) .Pada
umumnya cakupan arus mesin las antara 20 hingga 500 Amper CC.DC (constant
current), dengan tegangan antara 14 hingga 40 V , CV DC (constant voltage).
Pendingin mesin dapat berupa minyak atau udara. Transformer menggunakan arus
masuk bolak balik bertegangan 220,380 atau 415 Volt untuk kemudian dirubah
menjadi arus searah bertegangan 14 hingga 40 V.

Sebelum digunakan mesin las harus diperiksa dengan teliti untuk meyakinkan bahwa
semua poolnya dalam keadaan baik . Kemudian sewaktu digunakan harus dikalibrasi
untuk mengetahui konsistensi besarnya arus dengan penunjukan yang ada  pada 
pengendali digital dengan menggunakan tang amper pada kabel yang menghubungkan
elektroda.

SMAW menggunakan electrode batang (stick electrode) yang bersalut. Untuk


mengetahui sifat mekanis bahan las maka oleh AWS (American Welding Society)
dibuat sistim identifikasi yang tertulis pada coating

2. Gas Metal Arc Welding ( GMAW/MIG ).


Dalam pengelasan ini terdapat 2 macam jenis yaitu MIG ( Metal Inert Gas ) dan MAG
( Metal Active Gas ). Perbedaan keduanya adalah pada gas yang digunakan dalam
proses pengelasan. Proses MIG memakai gas mulia saja : Argon, Helium, sedangkan
MAG menggunakan gas CO2 atau campuran dengan argon.

Pengelasan GMAW biasanya digunakan pada pengelasan steel structure material CS


menggunakan CO2 atau campurannya. Sangat menguntungkan untuk tonase yang
besar karena kecepatannya sangat tinggi ( tanpa harus berhenti mengganti kawat las ).
Contoh filler dalam AWS : ER 70 S-6

Dalam proses ini gas pelindung yang berupa gas akan melindungi las dari udara luar
hingga terbentuk suatu sambungan yang tetap. Proses pengelasan GMAW
menggunakan arus searah (DC) dengan posisi elektroda pada kutub positif, hal ini
sering disebut sebagai polaritas terbalik. Polaritas searah jarang digunakan dalam
proses pengelasan dikarenakan dalam proses ini transfer logam tidak terjadi secara
sempurna.

3. Gas Tungsten Arc Welding ( GTAW ).

Gas tungsten arc welding (GTAW) adalah proses las busur yang menggunakan busur
antara tungsten elektroda (non konsumsi) dan titik pengelasan. Proses ini digunakan
dengan perlindungan gas dan  tanpa penerapan tekanan. Proses ini dapat digunakan
dengan atau tanpa penambahan filler metal. GTAW telah menjadi sangat diperlukan
sebagai alat bagi banyak industri karena hasil las berkualitas tinggi dan biaya
peralatan yang rendah.

Prinsip : Panas dari busur terjadi diantara elektrode tungsten dan logam induk akan
meleburkan logam pengisi ke logam induk di mana busurnya dilindungi oleh gas
mulia (Ar atau He).

Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas = Tungsten Gas Mulia) menggunakan elektroda
wolfram yang bukan merupakan bahan tambah. Busur listrik yang terjadi antara ujung
elektroda wolfram dan bahan dasar merupakan sumber panas, untuk pengelasan. Titik
cair elektroda wolfram sedemikian tingginya sampai 3410° C, sehingga tidak ikut
mencair pada saat terjadi busur listrik.

Tangkai listrik dilengkapi dengan nosel keramik untuk penyembur gas pelindung
yang melindungi daerah las dari luar pada saat pengelasan.

Sebagian bahan tambah dipakai elektroda tanpa selaput yang digerakkan dan
didekatkan ke busur yang terjadi antara elektroda wolfram dengan bahan dasar.
Sebagai gas pelindung dipakai gas inert seperti argon, helium atau campuran dari
kedua gas tersebut yang pemakainnya tergantung dari jenis logam yang akan dilas.
Pembakar las TIG terdiri dari :

1) Penyedia arus
2) Pengembali air pendingi,
3) Penyedia air pendingin,
4) Penyedia gas argon,
5) Lubang gas argon ke luar,
6) Pencekam elektroda,
7)Moncong keramik atau logam,
8) Elektroda tungsten,
9) Semburan gas pelindung.

4. Submerged Arc Welding ( SAW ).


SAW adalah salah satu jenis las listrik dengan proses memadukan material yang dilas
dengan cara memanaskan dan mencairkan metal induk dan elektroda oleh busur listrik
yang terletak diantara metal induk dan elektroda. Arus dan busur lelehan metal
diselimuti (ditimbun) dengan butiran flux di atas daerah yang dilas.

SAW tidak membutuhkan tekanan dan bahan pengisi (filler metal) dipasok secara
mekanis terus ke dalam busur lsitrik yang terbentuk diantara ujung filler elektroda dan
metal induk yang ditimbun oleh fluks. Elektroda pada proses SAW terbuat dari metal
padat (solid). Prinsip pada pengelasan ini hampir sama dengan pengelasan pada
SMAW. Bedanya dengan SMAW adalah pada SAW flux tidak di bungkus ke
elektroda, menggunakan elektroda kontinu, arus lebih tinggi sehingga dapat
digunakan untuk mengelas benda yang lebih tebal hanya dengan langkah yang sedikit.

5. Flux-Cored Arc Welding.

Flux cored arc welding atau las busur berinti flux mirip dengan proses las GMAW,
yaitu menggunakan elektroda solid dan tubular yang diumpankan secara kontinyu dari
sebuah gulungan. Elektroda diumpankan melalui gun atau torch sambil menjaga
busur yang terbentuk diantara ujung elektroda dengan base metal. FCAW
menggunakan elektroda dimana terdapat serbuk flux di dalam batangnya. Butiran-
butiran dalam inti kawat ini menghasilkan sebagian atau semua shielding gas yang
diperlukan. Jadi berlawanan dengan GMAW, dimana seluruh gas pelindung berasal
dari sumber luar. FCAW bisa juga menggunakan gas pelindung tambahan, tergantung
dari jenis elektroda, logam yang dilas, dan sifat dari pengelasan yang dikerjakan.

Ada dua jenis variasi FCAW yang memiliki kegunaan berbeda-beda tergantung dari
metode gas pelindung.

 Gas Shielded (FCAW-G).


 Self-shielded (FCAW-SS).

Jenis - Jenis Sambungan Las.

1. Butt Joint.

Sambungan butt joint adalah jenis sambungan tumpul, dalam aplikasinya jenis
sambungan ini terdapat berbagai macam jenis kampuh atau groove yaitu V groove
(kampuh V), single bevel, J groove, U Groove, Square Groove.

2. Tee Joint ( Sambungan T ).


T Joint adalah jenis sambungan yang berbentuk seperti huruf T, tipe sambungan ini
banyak diaplikasikan untuk pembutan kontruksi atap, konveyor dan jenis konstruksi
lainnya. Untuk tipe groove juga terkadang digunakan untuk sambungan fillet adalah
double bevel, namun hal tersebut sangat jarang kecuali pelat atau materialnya sangat
tebal.

Sambungan Tee ini banyak yang menyebutnya dengan sambungan fillet, padahal
dalam pengelasan fillet merupakan jenis pengelasan. Yang termasuk pengelasan fillet
atau fillet weld adalah sambungan Tee, Lap dan Corner.

3. Corner Joint.

Corner Joint mempunyai desain sambungan yang hampir sama dengan T Joint, namun
yang membedakannya adalah letak dari materialnya. Pada sambungan ini materialnya
yang disambung adalah bagian ujung dengan ujung. Ada dua jenis corner joint, yaitu
close dan open.

Sambungan Close corner adalah jika material 1 ditumpuk pada atas material 2,
sedangan open corner adalah sambunga plat yang saling bertemu pada bagian ujung.
4. Lap Joint ( Sambungan Tumpang ).

Tipe sambungan las yang sering digunakan untuk pengelasan spot atau seam. Karena
materialnya ini ditumpuk atau disusun sehingga sering digunakan untuk aplikasi pada
bagian body kereta dan cenderung untuk plat plat tipis. Jika menggunakan proses las
SMAW, GMAW atau FCAW pengelasannya sama dengan pengelasan fillet.

5. Edge Joint.

Edge joint diaplikasikan dengan cara menggabungkan 2 buah objek / benda las yang
dibentuk secara parallel. Kedua bagian tersebut juga dapat dibuat sejajar atau
memiliki flensing edge.

RUMUS SAMBUNGAN LAS

PERHITUNGAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS.


Bila sambungan las ini menerima gaya luar ( gambar diatas ), maka sambungan tersebut akan
putus tertarik, sehingga tegangan yang terjadi pada bahan las :

σ‫= ݐ‬

Luas penampang yang akan putus :


A = L. t

Dimana : L = lebar yang dilas.


T = tebal plat yang dilas.

Sambungan las sudut.


Untuk sambungan las sudut ini, kemungkinan akan putus akibat gaya luar maka untuk
menentukan las penampang yang akan putus pada sambungan sudut ini pada luas penampang
yang paling kecil, untuk ni dicari jarak yang terpendek dari segitiga ABC ( lihat gambar ).
Perhatikan gambar :
AC = AB = leher las = t
Dari gambar terlihat jarak yang terpendek adalah : AD < AC dan AB
AD = AC sin 45⁰
AD = 0,707 AC

==Î AD = 0,707 t = t
Maka luas penampang yang mungkin putus :

A = L X Ad = L t

===Î σ ‫=ݐ‬ = = F = σ‫ݐ‬

Ada beberapa macam sistim pengelasan sudut yaitu :


a. Las sudut melintang tunggal.
Untuk sistim sambungan sudut ini, gaya yang mampu ditahan :

F= σ‫ݐ‬

b. Las sudut melintang ganda.


Untuk sistim sambungan ini, dikarenakan ada dua penampang las ( diatas dan dibawah )
yang akan putus maka gaya yang mampu ditahan :

F=2 σ‫ݐ‬

c. Las sudut sisi paralel


untuk sistim penyambungan dengan las sisi paralel ini, apabila sambungan lasnya tidak
mampu menahan gaya luar yang diberikan, maka akan putus tergeser. Besar tegangan
geser yang terjadi pada sambungan las tersebut.

ૌg = ૌg =

Dimana : F = gaya luar yang bekerja.


A = luas penampang las yang akan putus.

A=2
Maka besar gaya yang mampu ditahan :

F=2 ૌg

d. Las sudut melintang dan las sudut sisi paralel.


Sambungan jenis ini, sambungan lasnya mendapat pembebanan tarik untuk las
melintang dan mendapat pembebanan geser untuk las sisi paralel, maka besar tegangan yang
terjadi terdiri dari tegangan tarik dan geser. Untuk menentukan besar gaya yang mampu
ditahan, yaitu dengan menggabungkan ( menjumlahkan ) gaya dari keduanya :
Untuk las sudut melintang.

F₁ = σ‫‐‐‐ ݐ‬Æ Bila yang dilas hanya bagian atasnya saja.

F₂ = σ‫‐‐‐ ݐ‬Æ Untuk bagian atas dan bawah dilas melintang.

Untuk las sisi paralel :

F₂ = ૌg ‐‐‐‐Æ Untuk kedua sisi yang dilas.

Maka besar gaya yang mampu ditahan pada sistim sambungan sudut dan sisi paralel :

F = F 1 + F2

=> F = σ‫ݐ‬+ ૌg ‐‐‐‐Æ Bila las melintangnya bagian atasnya saja.

F= σ‫ ݐ‬+ ૌg ‐‐‐‐Æ Bila yang dilas melintang diatas dan dibawahnya.

Las sudut untuk propil.


Bila sudut konstruksi akan disambung suatu propil seperti gambar, maka panjang sisi yang
dilas paralel untuk bagian atas dan bawah tidak sama. Ini disebabkan titik kerja gaya yang
bkerja melalui pusat berat dari propil tersebut. Untuk mendapatkan distribusi gaya yang
ditahan oleh kedua sisi tersebut sama, maka caranya sebagai berikut :
Mula‐mula dicari dulu letak titik berat dari propil yang akan dilas tersebut yaitu :

Xs= dan Y s =
Setelah titik berat diperoleh, tentukan jarak dari total gaya yang bekerja kesisi yang akan
dilas ( e dan e ).
Menentukan panjang La dan Lb yang akan dilakukan pengelasan :
Panjang total (L) yang akan dilas dapat dicari berdasarkan gaya total yang harus ditahan oleh
seluruh las tersebut.

F= ૌg ===Î L =

Dimana panjang total pengelasan sama dengan jumlah panjang yang akan dilas sisi bagian
atas ditambah sisi bagian bawah.

L = La + lb ‐‐‐‐Æ Lb = L – La
Agar terjadi kesetimbangan, maka besar momen yang diakibatkan gaya yang mampu ditahan
oleh hasil pengelasan sepanjang La terhadap letak titik pusat gaya harus sama dengan besar
momen yang terjadi yang diakibatkan oleh hasil pengelasan sepanjang Lb terhadap titik pusat
gaya. Besar momen yang terjadi untuk hasil pengelasan sepanjang La :

M1 = F1 σ1 dimana F1 =
M1 = σ1

Untuk momen hasil pengelasan sepanjang Lb :

M2 = F2 e2 dimana F2 =

M2 = e2
Agar supaya terjadi keseimbangan maka : M1 = M2

===Î e1 = e2
La e1 = Lb e2 dimana Lb = L – La
La e1 = ( L – La ) e2
La e1 = L e2 – La e2

La e2 + La e2 = Le2 ‐‐‐‐Æ La =

Sambungan las sudut dengan pembebanan Eksentrik.

Bila direncanakan hasil pengelasan tersebut, pembebanan yang diberikan adalah


pembebanan eksentrik. Akibat pembebanan eksentrik yang diberikan, akan timbul dua
tegangan yang bekerja bersama‐sama yaitu :
- Tegangan geser
- Tegangan lengkung
Untuk menentukan besar tegangan yang bekerja pada bahan hasil pengelasan tersebut
yaitu tegangan kombinasi :

Σ‫ ( ݐ‬mak ) = ±½

ૌg ( mak ) = ½
Bila hasil pengelasan tersebut, dihitung terhadap tegangan geser yang terjadi maka :

ૌg = Dimana : A = luas penampang yang putus tergeser.

A= 2 = = Lt

ૌg = ………………………………………… 1 )

Tinjau hasil pengelasan, akibat momen lengkung :

= = ‐‐‐Æ σb = M dimana Z =

σb = Y=½
h

L=
b h³

Catatan :
Untuk harga ... ini diperhitungkan 2 kali., karena yang dilas pada kedua sisi ( bagian atas dan
bawah ), maka besar tahan momennya (Z) juga diperhitungkan dua kali.

====Î Z = 2= 2 = bh²
Dimana harga (b) dan (h) adalah lebar dan panjang penampang yang akan putus.

B= AD = t ‐‐‐‐‐Æ Z = tL²
H=L
Besar momen yang terjadi : M = F.e
Maka besar tegangan lengkung yang terjadi :
=

Σb = Î σb = . 2 )

Dari persamaan 1 & 2, masukkan kerumus tegangan kombinasi :

Σb ( mak ) = ± ૌg ( mak ) =

Selanjutnya dihitung sesuai dengan harga masing‐masing. Untuk menentukan besar tegangan
yang akan diperlukan, pilihlah harga yang terbesar dari kedua tegangan maksimum tersebut
diatas.

Sambungan las sisi sudut sisi paralel dengan pembebanan eksentrik.

Untuk menghitung kekuatan dari sambungan las sudut sisi paralel yang mendapat
pembebanan eksentrik ini, yaitu dengan meninjau 2 macam tegangan yang akan terjadi :
a. Tegangan geser akibat pembebanan langsung.
b. Tegangan geser akibat momen lengkung.

Tegangan geser akibat pembebanan langsung :

ૌg = dimana :

A1 = luas penampang sisi bagian atas. =

A2 = luas penampang sisi bagian bawah. =


Maka luas seluruh :

A = A1 + + =2 A2 = Î ૌg1

Tegangan geser akibat momen lengkung.

Untuk langkah penyelesaiannya sbb :


 Mula‐mula dicari dulu letak titik berat dari luas bagian yang dilas tersebut :

Xs= dan Y s =

 Ambil sebagian kecil luas ( dA), lalu tarik garis dari (dA) keletak titik berat yang
telah diperoleh tadi, maka didapatlah jarak (r) untuk luas yang kecil tersebut
terhadap titik beratnya.
 Hitung gaya geser untuk luas yang kecil tersebut :

Df = ૌg dA

Besar momen yang terjadi yang diakibatkan gaya (dF) terhadap titik beratnya adalah : Jadi
besar momen yang harus dilawan untuk seluruh luas pengelasan yaitu :

dM = dF r = ૌg dA r

dimana : = = konstan ‐‐‐‐Æ ૌg = r

===Î dm = r dA r =
Jadi besar Momen yang harus dilawan untuk seluruh luas pengelasan yaitu :

M=Fe=

Dimana : Ic = Ip = ۜdA r2 (Momen kelembaman Polar)

= Ix + A x²
Oleh karena terdiri dari dua bagian yaitu bagian atas dan bawah maka momen kelembaman
polarnya :

Ip = 2 (Fx + A x²) Dimana Ix = b h² =

= 2()

= 2A ( )

Untuk luas penampang las yang kemungkinan putus :


A= x = jarak garis tegak diantara dua sumbu paralel ).

===Î M = F e = Ip ‐‐‐‐Æ ૌg2 =

Untuk menentukan besar resultan tegangan di A adalah :

ૌgA = + +2 Cos 0

Dimana : Cos 0
Sambungan las sudut melintang dan sisi sudut paralel dengan pembebanan eksentrik.

Untuk menghitung kekuatan dari sambungan las sudut melintang dan las sudut las sisi paralel
yang mendapat pembebanan eksentrik ini, yaitu dengan meninjau 2 macam tegangan yang
akan terjadi :
a. Tegangan geser akibat pembebanan langsung.
b. Tegangan geser akibat momen lengkung.
Tegangan geser akibat pembebanan langsung :

ૌg1 = dimana :
A1 = luas penampang sisi bagian atas.

=
A2 = luas penampang sisi bagian
bawah.

=
A3 = luas penampang las
melintang.

Maka luas seluruh :

A = A1 + A2 + A3 =

==Î ૌg1 =

Tegangan geser akibat momen lengkung.


Untuk langkah penyelesaiannya sbb :
 Mula‐mula dicari dulu letak titik berat dari luas bagian yang dilas tersebut :

Xs= dan Y s =

 Ambil sebagian kecil luas ( dA), lalu tarik garis dari (dA) keletak titik berat yang
telah diperoleh tadi, maka didapatlah jarak (r) untuk luas yang kecil tersebut
terhadap titik beratnya.
 Hitung gaya geser untuk luas yang kecil tersebut :

dF = ૌg dA

Besar momen yang terjadi yang diakibatkan gaya (dF) terhadap titik beratnya adalah : Jadi
besar momen yang harus dilawan untuk seluruh luas pengelasan yaitu :

dM = dF r = ૌg dA r
Dimana : = = konstan ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ > ૌg = r

= = = = => dM = r dA r = dA r2
Jadi besar momen yang harus dilawan untuk seluruh luas pengelasan yaitu :

M=Fe= dA r2 = dA r2

Dimana ۜdA r2 (Momen inersia terhadap titik berat )

Ig = Ixx + Iyy
Ixx = Ix + A y²
Iyy = Iy + Ax²
Momen inersia terhadap sumbu X :

Ixx = Ix + Xy² = b² + A₁ + A₂
Momen inersia terhadap sumbu Y :

Iyy = A₁ L² + A₂ L² + A₁ + A₂ +A
Dimana : A1 = luas bagian yang akan putus pada sisi paralel bagian atas.

=
A2 = luas bagian yang akan putus pada sisi paralel bagian atas.

=
Pada kondisi ini dimana : A₁ = A₂ dan X₁ = X₂

A3 = luas bagian yang akan putus pada las melintang.

x1 = x2 = jarak dari bagian yang dilas sisi paralel atas dan bawah ke pusat titik
berat ( sumbu Y ).
x3 = jarak dari bagian yang dilas melintang kepusat titik berat ( sumbu Y ).
Catatan : Biasanya untuk mempermudah perhitungan, luasnya diambil yaitu :

A₁ = t l ; A₂ = t l dan A₃ = t b

===Î M = f e Ig ‐‐‐‐‐Æ ૌg₂ =

Untuk menentukan besar resultan tegangan di A adalah :

ૌgA = ‐ + +2 Cos 0

Dimana : Cos 0 =
Dalam tabel dibawah ini, diberikan macam‐macam jenis pembebanan serta besar tegangan
dalam las tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://docplayer.info/33695841-Sambungan-las-6-1-perhitungan-kekuatan-
sambungan-las-sambungan-tumpu-butt-joint.html

2. https://www.slideshare.net/rumahbelajar/bab-09-kekuatan-sambungan-las

3. https://www.scribd.com/document/366014082/Rumus-Sambungan-Las

4. https://www.pengelasan.net/sambungan-las/

5. https://www.pengelasan.net/pengelasan-adalah/

6. https://murakabi.co.id/blog/2019/10/15/jenis-pengelasan/

Anda mungkin juga menyukai