Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam dunia perkapalan, banyak hal yang harus diperhatikan baik dalam segi kualitas
maupun kuantitas. Seperti dalam halnya pengelasan, perlu memperhatikan segala bentuk
faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas benda/spesimen/pelat. Pengelasan
adalah proses dimana penyambungan dua buah material menjadi satu baik vertikal maupun
horizontal tetapi mempunyai kekuatan yang baik yaitu tahan terhadap segala uji yang
dilakukan baik berupa uji bending, uji tarik maupun uji yang lain.
Pengelasan dalam perkapalan dapat dilihat dari banyak segi/ perihal sebagai contoh
yaitu pengelasan dalam bottom (lambung kapal) berupa sambungan-sambungan antar
pelat, sambungan antar gading, penghubung antara bracket dengan frame-frame lain, itu
semua merupakan contoh pengelasan dalam perkapalan. Contoh lain pengelasan dapat
dilihat pada alat perpipaan yaitu penyambungan antar pipa, pengelasan pipa dengan
dinding kapal dan masih banyak lagi.
Oleh karena itu, pengelasan sangatlah penting untuk dikuasai oleh para ahli/ tenaga
welder khususnya dalam industri perkapalan.
2 Rumusan Masalah
A) Apa yang dimaksud dengan pengelasan itu?
B) Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelasan?
C) Apa saja faktor yang mempengaruhi dalam proses pengelasan?
3 Sasaran
Pembuatan laporan ini di tujukan kepada individu, mahasiswa dan masyarakat luas di
Indonesia untuk memberi pengetahuan lebih mengenai Proses Pengelasan sehingga
individu, mahasiswa atau masyarakat sekarang ini dapat mengetahui lebih mengenai
masalah tersebut.

BAB II
1

Teori Dasar
1. Pengertian Las
Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan
atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang continue. Lingkup
penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan,
rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya.Disamping untuk
pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi lubanglubang pada coran.
2. Macam-macam Las
Cara mengelaspun dibedakan mnjadi bermacam-macam cara. Berikut adalah macammacam cara mengelas:
a.

Las Busur Listrik


Cara mengelas yang sering di pergunakan dalam praktek dan termasuk klasifikasi las

busur listrik adalah:las elektroda terbungkus,las busur dengan pelindung gas dan las busur
dengan pelindung bukan gas.

Las Elektroda Terbungkus

Panas pada proses pengelasan ini dihasilkan dari busur listrik antara ujung elektroda
dengan logam yang dilas.
Elektroda terdiri dari kawat logam sebagai penghantar arus listrik ke busur dan sekaligus
sebagai bahan pengisi (filler). Kawat ini dibungkus dengan bahan fluks. Biasanya dipakai
arus listrik yang tinggi (10-500 A) dan potensial yang rendah (10-50).
Selama pengelasan fluks mencair dan membentuk terak (slag) yang berfunugsi sebagai
lapisan pelindung logam las terhadap udara sekitarnya. Fluks juga menghasilkan gas yang
bisa melindungi butiran-butiran logam cair yang berasal dari ujung elektroda yang mencair
dan jatuh ke tempat sambungan.

Untuk mencegah
oksidasi

(reaksi

dengan

zat

asam

O2), bahan elektroda


dilindungi

dengan

selapis zat pelindung


(fluks

atau

slag)

yang sewaktu pengelasan ikut mencair. Tetapi hubungan berat jenisnya lebih ringan dari
bahan metal yang dicairkan, maka cairan fluks tersebut mengapung diatas metal tersebut,
sekaligus mengisolasi metal untuk mengoksidasi dengan udara luar dan sewaktu membeku
fluks juga ikut membeku dan tetap melindungi metal dari reaksi oksidasi.
Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda mencair dan
membentuk butiran yang terbawa oleh arus busur listrik yang terjadi. Bila digunakan arus
listrik yang besar maka butiran logam cair yang terbawa menjadi halus. Sebaliknya bila
arusnya kecil maka butirannya menjadi besar.
Apabila penggunaan arus terlalu tinggi maka akan mengakibatkan suatu lapisan yang
lebar dan datra dengan kerutan yang kasar, penetrasi yang dalam dengan jumlah percikan
yang berlabihan, keporian (gas terperangkap di dalam las), dan sebaliknya jika arus las
terlalu rendah maka akan mengakibatkan busur api sulit dikontrol, sehingga sering terjadi
ujung elektroda menempel dengan plat, lapisan las cenderung bertambah tinggi dan bentuk
bola dengan lebar tidak teratur, penetrasi yang dangkal pada pusat lapisan las sedangkan
kaki-kaki las seringkali hanya menempel ke plat.

Las Busur TIG (Tungstern Inert Gas)

Sering di kenal dengan Las GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) atau las TIG. Busur
listrik di bangkitkan di antara ujung elektroda tungsten dengan permukaan benda kerja.
Busur yang terjadi di lindungi oleh Inner gas dan logam pengisi di umpan dari luar. Dalam
proses pengelasan ini elektroda tungsten tidak mencair, hanya berfungsi untuk pembangkit
busur. Prinsip peengelasan TIG seperti pada gambar 2.30.

Dan logam pengisi (filler metal) di masukkan kedalam daerah busur secara manual
seperti sketsa pada gambar 2.31. Hingga logam pengisi mencair bersama dengan benda kerja,
larut dan membeku bersama.
Proses pembangkitan busur awal juga dengan cara penggoresan ujung elektroda
tungsten ke permukaan benda kerja atau dengan prinsip Stricking of Arc. Dimana torch atau
ujung elektroda tungsten di dekat ke permukaan benda kerja dengan jarak sekitar 2-3mm,
sehingga terjadi loncatan api hingga udara di sekitar jarak tersebut mengalami ionisasi dan
busur akan stabil. Las TIG juga dapat dilakukan secara manual atau otomatik dengan
mengotomatisasikan

pergerakan

torch

dengan

bantuan

alat.

Las Busur MIG ( Metal Inert Gas) / GMAW ( Gas Metal Arc Welding)

Dalam las logam mulia, kawat las pengisi yang juga berfungsi sebagai elektroda
diumpan secara terus menerus dengan menggunakan motor listrik, busur listrik terjadi antara
kawat pengisi dan logam induk, gas pelindung yang digunakan adalah gas argon, helium atau
campuran keduanya, untuk memantapkan busur kadang-kadang ditambahkan O2 antara 2
sampai 5% atau CO2 antara 5 sampai 20%. Proses pengelasan MIG, beroprasidengan
menggunakan arus searah (DC), biasanya menggunakan elektroda kawat positif. Pengelasan
ini menggunakan arus sekitar 50 A hingga mencapai 600 A, biasanya digunakan untuk
tegangan 15 volt hingga 32 volt.
4

Las Busur Rendam/ SAW ( Sumberged Arc Welding)

Las listrik submerged yang umumnya otamatik atau semi otomatik menggunakan
fluksi serbuk untuk pelindung dari pengaruh udara luar. Busur listrik

diantara ujung

elektroda dan bahan dasar berada didalam timbunan fluksi serbuk


sehingga tidak terjadi sinar las keluar separti biasanya pada Ias
listrik lainnya. Dalam hal ini operator Ias tidak perlu menggunakan
kaca pelindung mata (helm Ias).Pada waktu pengelasan,
fluksi serbuk akan mencair dan membeku menutup
Iapisan Ias. Sebagian fluksi serbuk yang tidak
mencair dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari
terak-terak Ias. Elektroda yang merupakan kawat
tanpa selaput berbentuk gulungan (rol) digerakkan
maju oleh pasangan roda gigi. pasangan roda gigi yang diputar oleh motor listrik dapat diatur
kecepatannya sesuai dengan kebutuhan pengelasan . Pengelasan dilakukan dengan member
alas bagian yang akan di las dengan backing ceramic. Sebagai tumpuan benda dan sebagai
penghantar panas las sehingga cairan las dapat terisi dengan baik.
b. Las Gas
Las Gas/Karbit adalah proses penyambungan logam dengan logam (pengelasan) yang
menggunakan gas asetilen (C2H2) sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan
bakar yang telah dibakar gas dengan oksigen (O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan
suhu sekitar 3.500C yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan
bakar dapat digunakan gas-gasasetilen, propana atau hidrogen. Ketiga bahan bakar ini yang
paling banyak digunakan adalah gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan
sebagai las oksi-asetelin. Karena tidak menggunakan tenaga listrik, las oksi-asetelin banyak
dipakai di lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektrode terbungkus.
Gas Asetilen diproduksi melalui reaksi antara Kalsium Karbit (CaC2) dengan air (H20).
CaC2 + 2H2O Ca(OH)2 + C2H2
Memproduksi gas Asetilen untuk keperluan pribadi dengan mencampurkan Kalsium Karbit
dengan air tidak disarankan. Gas Asetilen dapat bocor dari tabung produksi dan menyebabkan
ledakan jika tersulut api. Cara yang lebih disarankan adalah membeli gas Asetilen dalam
tabung logam.
6

BAB III
ISI
Dari hasil survey dan praktek pengelasan di galangan kapal PT Janata Marina Indah
Semarang, data-data yang didapat adalah sebagai berikut :
1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pengelasan adalah

a. Mesin Las
Mesin las ada bermacam macam, sesuai dengan kebutuhan jenis pengelasan yang akan
dilakukan. Mesin las yang umum digunakan adalah mesin las listrik. Yaitu mesin las yang
menggunakan arus AC dan DC. Untuk las jenis GMAW dan GTAW mesin las yang digunakan
berbeda, karena ada tambahan gas sebagai bahan pelindungnya.
b. Holder elektroda dan klem massa
Holder digunakan untuk menjepit elektroda yang akan digunakan. Dan klem massa
digunakan untuk member arus pada meja kerja. Untuk pengkutuban elektroda hanya dilakukan
untuk arus DC, pengkutuban ini ada 2 cara yaitu :
1. Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang Pada terminal negatif dan
kabel massa pada terminal positif. Pengkutuban langsung sering disebut sebegai
sirkuit las listrik dengan elektroda negatif. (DC-).
2. Pengkutuban Terbalik untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada
terminal positif dan kabel massa dipasang pada terminal negative. Pengkutuban
terbalik sering disebut sirkuit las listrik dengan elektroda positif (DC+)

Pengkutuban terbalik

pengkutuban langsung

c. Elektroda
Eleektroda yang digunakan untuk las
juga

berbeda

beda

jenis

dan

ukurannya,

penggunaan elektroda harus sesuai dengan benda


kerja yang akan dikerjakan. Untuk las busur
listrik menggunakan elektroda terbungkus fluks
Ukuran elektroda ini bermacam macam dari
ukuran 2,5 mm hingga 8 mm. Dan berbeda jenis
pula untuk jenis benda kerja yang lain. Ada elektroda khusus tersendiri. Elektroda yang
digunakan harus memiliki standar AWS/ASTM. Untuk elektroda yang sering digunakan
dilapangan adalah elektroda ESAB berseri AWS E6013 dan E 7016 yang berkarbon
rendah.Besar kecilnya elektroda disesuaikan dengan kampuh dan benda kerjanya.
d. Oven Elektroda
Benda ini digunakan untuk menghilangkan kelembaban
pada elektroda yang akan digunakan. Elektroda dikeringkan hingga
suhu 700C. Hal ini dilakukan sebagai pra heating elektroda agar
sesuai prosedur pengelasan dan agar hasil las dapat maksimal.
e. Palu las dan sikat kawat
Digunakan untuk membersihkan terak terak las yang
tertinggal setelah proses pengelasan. Benda ini sangat penting
karena terak las dapat menyebabkan cacat pada pengelasan,
aapabila tidak dibersihkan maka akan mengakibatkan hasil las yang
kurang baik, rugi waktu dan material.
f. Benda kerja yaitu pelat
Benda kerja yang diapaki adalah pelat jenis marine dengan kelas A dengan tebal 10
mm.

Elektroda terbuka
Elektroda ini biasa dipakai untuk pengelasan TIG, MIG dan SAW. Karena bentuk

elektroda yang berupa gulungan, elektroda ini digerakkan oleh motor listrik. Jenisnya seperti
las elektroda terbungkus.
2. Perlengkapan keselamatan kerja
9

a) Wearpack dan apron


Wearpack adalah baju kerja standar yang
berfusngsi untuk pelindung tubuh dari kotoran

dan

benda asing agar tidak terkena langsung dengan


badan. Apron digunakan untuk pelindung badan
dari percikan api las agar tidak terkena langsung
dengan badan dan wearpack.
b) Kacamata dan helm las
Kacamata dan helm las digunakan untuk melindungi wajah dan
bahaya sinar las. Karena sinar las mengandung sinar UV yang

mata

dari

sangat

berbahaya untuk kulit terutama mata.


c) Sarung tangan
Sarung tangan digunakan sebagai pelindung tangan agar tidak
terkena percikan api las dan untuk melindungi apabila holder
elektroda mengalami kebocoran.
d) Sepatu safety
Digunakan sebagai pelindung kaki dari benda kerja jika tiba
tiba jatuh,

dan untuk menghindari langsung dari

alas.

3.

Prosedur Keselamatan Kerja


Untuk menghindari kecelakaan kerja prosedur keselamatan

kerja perlu

dilaksanakan antara lain sebagai berikut ;

1. Pakailah sepatu saat pelaksanaan praktikum.


2. Gunakan topeng/helm las saat mengelas.
3. Hindari kontak/hubungan singkat antara kabel terminal mesin las dalam jangka waktu
yg cukup lama.
4. Gunakan sarung tangan/tang saat akan mengangkat atau memegang benda kerja yang
baru dilas.
5. Sewaktu busur listrik menyala jangan sekali-kali melihat dengan mata telanjang (tanpa
kaca mata las).
6. Jangan bercanda saat melakukan pengelasan.
10

7. Taati tata tertib yang berlaku

4. Langkah Kerja
Berikut langkah kerja yang harus dilakukan :
A. Sebelum Pengelasan

1. Periksa dan persiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan.


2. Pastikan material bebas dari air dan kelembaban, dan bersihkan dahulu dari kotoran
yang menempel.
3. Lakukan Pra heating pada sepesimen dengan brander las dengan suhu 700-1500C
4. Lakukan pra heating juga pada elektroda dengan memasukkannya ke dalam oven

dengan suhu 700. Dan pastikan elektroda bersih dan tidak lembab.
5. Persiapkan mesin las, dengan menjepitkan klem masa pada meja kerja, pastikan klem
6.
7.
8.
9.

terjepit tidak pada bagian yang terdapat cat atau bagian yang dapat menghambat arus.
Siapkan benda kerja, dan pastikan terhubung dengan meja kerja dengan baik.
Gunakan alat keselamatan
Jepitkan elektroda pada holder las, atur kuat arus yang akan dipakai.
Pastikan aliran listrik menyala, kemudian nyalakan mesin las.

B. Saat Pengelasan
1. Pertama nyalakan busur listrik dengan cara menggoreskan atau dengan cara

mengetukkan elektroda kepada benda kerja.

2. Setelah nyala, dekatkan elektroda dengan benda kerja pastikan jarak elektroda dengan

benda kerja tidak terlalu jauh dan terlalu dekat. Agar hasil lasan bagus dan maksimal.
Sudut elektroda dengan benda kerja kurang lebih 300.
3. Gerakkan elektroda dengan kecepatan yang konstan dan ayunan yang sama. Ayunan
elektroda dapat berbentuk lingkaran, segitiga, zig-zag dengan jarak yang sama.

11

4. Setelah selesai jauhkan Elektroda dari benda kerja dan matikan mesin las.

C. Setelah Pengelasan
1. Bersihkan terak dari hasil pengelasan dengan palu, kenudian sikat sisa-sisa terak hasil
pengelasan dengan sikat kawat.
2. Gerinda hasil lasan dengan menggunakan gerinda tangan.
3. Periksa hasil lasan ada cacat atau tidak secara visual .
4. Melakukan pengujian terhadap hasil las jika perlu.
5. Pengujian Pengelasan
Pengujian dilakukan tidak hanya untuk mengukur kualitas dan kekuatan dari las,
pengujian juga dapat berfungsi juga untuk menguji kualitas dari bahan yang digunakan.
Pengujian bersifat dua macam, yaitu yang bersifat merusak ( destruktif) dan bersifat tidak
merusak (non destruktif).
A. Pengujian bersifat merusak (destruktif)
Pengujian ini dilakukan dengan sifat yaitu merusak benda kerja yang akan diuji. Pengujian
ini teridi dari :
1. Uji Lengkung( Bending test)
Pengujian ini dilakukan dengan cara melengkungkan
benda kerja dengan pusat lengkung yaitu tengah dari
benda kerja.
2. Uji Tarik
Pengujian ini dilakukan dengan menarik benda
kerja, yang sebelumnya benda kerja dipotong

sesuai

dengan

criteria standart specimen pengujian tarik. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
kekerasan, keuletan, kekakuan dari benda kerja.

12

3. Uji kekerasan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas dari material dan kekerasan dari
material yang diuji. Pengujian ini dibagi menjadi uji tekan dan uji gores.

B. Pengujian material bersifat tidak merusak (Non destruktif)


Pengujian ini dilakukan sesuai dengan namanya, yaitu tidak merusak material benda
tersebut. Pengujian ini terdiri dari :
1. Liquid Penetrant Testing
Yaitu pengujian yang digunakan untuk melihat keretakan dan perositas dari
suatu bahan. Pengujian dengan penetrant terdiri dari 4 tahap yaitu pembersihan awal,
pemberian penetrant, pembersihan penetrant, dan pemberian developer. Pengujian ini
memiliki keuntungan yaitu murah dan cepat dilaksanakan.

13

2. Radiografi test dengan menggunakan sinar x


Pengujian ini dilakukan dengan menembakkan sinar x pada bagian yang diuji.
Sebelum dilakukan pengujian terlebih dahulu tempat yang akan diuji dilapisi dulu
dengan menggunakan film atau klise setelah itu tembakan sinar x dengan jarak 50 m.

14

3.

Ultrasonic test
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan suara ultrasonic yang

memantulkan gelombang sehingga terekam pada alat.

4. Magnetic particle testing


Pengujian yang juga biasa disebut dengan pengujian menggu-nakan partikel
magnetic ini digunakan untuk diskontinuitas yang ada dipermukaan dan dekat
permukaan. Pengujian ini dapat kita lakukan untuk melihat keretakan permukaan pada semua logam induk maupun ion,
laminasi fusi yang tidak sempurna, undercut, dan subsurface crack. Jika dibandingkan
dengan uji penetrant, pengujian ini dilakuakn untuk diskontinuitas yang lebih dalam.

15

BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dan survey yang teah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
1. Sebelum dilakukan pengelasan alangkah baiknya memperhatikan keselamatan kerja
dan kelengkapan perlengkapan las dan penggunaan alat sesuai dengan fungsinya.
16

2. Sebelum mulai mengelas, benda kerja dan elektroda harus dilakukan pemanasan awal,
dengan tujuan hasil las lebih baik dan mempermudah proses pengelasan.
3. Untuk dapat mengelas dengan hasil lasan yang baik, perlu latihan dalam jangka waktu
yang tidak singkat.
4. Penggunaan kuat arus harus sesuai dengan kawat las yang digunakan, apabila kuat arus
terlalu besar maka elektroda akan cepat mencair dan hasil lasan akan jelek, sedangkan
apabila kuat arus yang dipakai terlalu kecil elektroda akan susah mencair dan hasil
lasan akan menggumpal gumpal.
5. Dalam mengelas kecepatan menggeser elektroda sangat menentukan hasil lasan. Jika
terlalu cepat, tembusan lasnya dangkal oleh karena kurang waktu pemanasan bahan
dasar dan kurang waktu untuk cairan elektroda menembus bahan dasar. Bila terlalu
lambat akan menghasilkan alur lasan yang lebar, kasar dan kuat, hal ini dapat
menimbulkan kerusakan sisi las (pada logam induknya). Oleh karena itu kecepatan
elektroda harus tepat dan stabil.
6. Bila elektroda baru dipasang (masih panjang) maka ada kemungkinan ujung elektroda
tidak stabil saat digunakan untuk mengelas. Seperti tangan kita gemetar. Tetapi jika
elektroda sudah setengah dalam mengelas ini relatif cukup stabil.
7. Jarak ujung elektroda ke benda kerja juga sangat mempengaruhi hasil lasan. Jika
terlalu dekat elektroda bisa nempel pada benda kerja dan jika terlalu jauh lelehan
elektroda tidak akan menumpuk dan jika sangat jauh elektroda akan mati.
8. Setelah dilakukan pengelasan dapat dilakukan pengujian yaitu yang bersifat merusak
maupun tidak merusak.

2. Saran
Saran

yang

dapat

saya

sampaikan

setelah

praktikum

ini

adalah

Pengelasan merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah konstruksi sambungan, terutama
pada kapal. Pengelasan yang buruk maka akan berbahaya, jadi dalam melakukan pengelasan
harus sesuai dengan standart yang berlaku agar hasilnya baik dan tidak membahayakan.
Dalam melakukan pengelasan harus diutamakan keselamatan kerja, karena las mempunyai
radiasi dari sinar las dan asap las dapat mempengaruhi kesehatan bagi si pengelas. Maka
dalam melakukan las harus diutamakan keselamatan kerjanya.
17

18

DAFTAR PUSTAKA
http://sekolah007.blogspot.com/2013/04/macam-macam-pengujianbahan.htmladitm11.blogspot.com/2012/04/laporan-praktikum-las-listrik.html
http://www.scribd.com/doc/73716501/Laporan-Praktikum-LAS-LISTRIK
http://adenugrohod.blogspot.com/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://gurulas.wordpress.com/materi-smaw-lanjut/
http://navale-engineering.blogspot.com/2013/02/las-smaw.html

19

Anda mungkin juga menyukai