Anda di halaman 1dari 9

Nama : Khaharuddin Alamsyah Bimantara 181910701008

Muhammad Dwi Ferdyanto 181910701032


Awang Dika Pratama 181910701036
Matkul : Konstruksi dan Kekuatan Kapal

Ketebalan Pelat Kapal pada Superstructure Beserta Fungsinya


dan Fungsi Ballast pada Kapal

 Ketebalan Pelat pada Superstructure


Kapal merupakan bangunan apung dengan bentuk dan konstruksi yang mampu mengapung di
atas air dengan kecepatan dan kapasitas tertentu. Sebuah kapal dapat mengapung di air karena
kapal mendapat gaya tekan ke atas oleh air sebesar gaya tekan kebawah yang ditimbulkan oleh
berat kapal persatuan luas. Hal inilah yang dapat menyebabkan kapal dapat mengapung di atas air.
Dalam proses pembuatan kapal, diperlukan sebuah system perancangan konstruksi, bentuk dan
desain yang sempurna. Hal ini disebabkan karena sebuah kapal membutuhkan keselamatan jiwa
dan barang yang yang nilainya sangat besar pada saat beroperasi. Penentuan ukuran seperti tebal
pelat dan lain-lainnya ditentukan oleh besarnya beban perencanaan PA.

1) Beban Sisi Geladak


Beban sisi geladak merupakan perhitungan yang meliputi pada sisi kapal termasuk plat sisi
bangunan atas dan juga beban alas kapal. Fungsinya untuk menentukan perhitungan tebal pelat
bangunan atas lambung, ukuran-ukuran gading dan semua ukuran profil yang turut menahan beban
sisi dan alas kapal. Beban sisi geladak dihitung menurut :
a) Beban sisi di atas garis air muat pada bangunan atas dan rumah geladak
PS = Po x Cf x (20/10+Z-T) ( kN/m2 )

Dimana :
Po1 = Untuk pelat geladak dan geladak cuaca
Po2 = Untuk stiffener, main frame, deck beam
Po3 = Untuk web stiffener, web frame, stringer
Z = Jarak tengah antara pusat beban ke base line
Cf1 = 1.0 + ( 5/cb ) x ( 0.2-( x/l) ( untuk 0 ≤ x/L ≤ 0,2 ; buritan kapal )
Cf2 = 1 (untuk 0,2 ≤ x/L ≤ 0,7 ; tengah kapal )
Cf3 = 1.0 + ( 20/cb ) x (( x/L) – 0.7 )2 ( untuk 0,7 ≤ x/L ≤ 1,0 ; haluan kapal )
i) Beban sisi garis air muat untuk Poop Deck
Untuk menghitung pelat kulit
PS = Po1 x Cf 1 x ( 20/10+Z1 – T )
Untuk menghitung main frame
PS = Po2 x Cf 1 x ( 20/10+Z1 – T )
Untuk menghitung web frame dan stringer
PS = Po3 x Cf 1 x ( 20/10+Z1 – T )

ii) Beban sisi garis air muat pada Boat Deck


Untuk menghitung pelat kulit
PS = Po1 x Cf1 x ( 20/10+Z1 – T )
Untuk menghitung main frame
PS = Po2 x Cf1 x ( 20/10+Z2 – T )
Untuk menghitung web frame dan stringer
PS = Po3 x Cf1 x ( 20/10+Z2 – T )

iii) Beban sisi garis air muat pada Bridge Deck


Untuk menghitung pelat kulit
PS = Po1 x Cf1 x ( 20/10+Z3 – T )
Untuk menghitung main frame
PS = Po2 x Cf1 x ( 20/10+Z3 – T )
Untuk menghitung web frame dan stringer
PS = Po3 x Cf1 x ( 20/10+Z3 – T )

iv) Beban sisi garis air muat pada Navigation Deck


Untuk menghitung pelat kulit
PS = Po1 x Cf1 x ( 20/10+Z4 – T )
Untuk menghitung main frame
PS = Po2 x Cf1 x ( 20/10+Z4 – T )
Untuk menghitung web frame dan stringer
PS = Po3 x Cf1 x ( 20/10+Z4 – T )

v) Beban sisi garis air muat pada geladak akil atau Forecastle Deck
Untuk menghitung pelat kulit
PS = Po1 x Cf1 x ( 20/10+Z5 – T )
Untuk menghitung main frame
PS = Po2 x Cf1 x ( 20/10+Z5 – T )
Untuk menghitung web frame dan stringer
PS = Po3 x Cf1 x ( 20/10+Z5 – T )
2) Beban Alas Kapal ( Load on the Ship Bottom )
a) Beban luar alas kapal
Beban luar alas kapal dihitung untuk menentukan konstruksi alas berdasarkan rumus yaitu:
PB = (10 × T) + (Po × CF ) (KN/m2)
( Rules BKI 2013 Volume II, Section 4.B.3 )
Dimana :
Po1 = Untuk pelat geladak dan geladak cuaca
Po2 = Untuk stiffener, main frame, deck beam
Po3 = Untuk web stiffener, web frame, stringer
Cf1 = 1.0 + ( 5/cb ) x ( 0.2-( x/l) ( untuk 0 ≤ x/L ≤ 0,2 ; buritan kapal )
Cf2 = 1 (untuk 0,2 ≤ x/L ≤ 0,7 ; tengah kapal )
Cf3 = 1.0 + ( 20/cb ) x (( x/L) – 0.7 )2 ( untuk 0,7 ≤ x/L ≤ 1,0 ; haluan kapal )

i) Untuk menghitung pelat dan geladak cuaca


Beban luar alas untuk daerah buritan kapal
PB = (10 × T) + (Po1 × Cf1 )
Beban luar alas untuk daerah midship kapal
PB = (10 × T) + (Po1 × Cf2 )
Beban luar alas untuk daerah haluan kapal
PB = (10 × T) + (Po1 × Cf3 )

ii) Untuk menghitung main frame dan deck beam


Beban luar alas untuk daerah buritan kapal
PB = (10 × T) + (Po2 × Cf1 )
Beban luar alas untuk daerah midship kapal
PB = (10 × T) + (Po2 × Cf2 )
Beban luar alas untuk daerah haluan kapal
PB = (10 × T) + (Po2 × Cf3 )

iii) Untuk menghitung web frame, stringer dan web stiffener


Beban luar alas untuk daerah buritan kapal
PB = (10 × T) + (Po3 × Cf1 )
Beban luar alas untuk daerah midship kapal
PB = (10 × T) + (Po3 × Cf2 )
Beban luar alas untuk daerah haluan kapal
PB = (10 × T) + (Po3 × Cf3 )
b) Beban Alas Dalam
Beban alas dalam kapal dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
Pi = 9,81. G/V. H. (1 + av) ( KN/m2 )
( Rules BKI 2013 Voluem II Section 4.C.2.1. )
Dimana :
G = Berat muatan bersih
h = Titik tertinggi muatan dari alas dalam
V = Volume muatan kapal
G/V = 0.70
Av = f x m
Dimana :
F = 0.11 x ( Vo / √L )
Vo = Kecepatan kapal dinas
M1 = Buritan kapal
M2 = Tengah kapal
M3 = Haluan kapal
Sehingga :
Av1 = f x m1 ( untuk daerah buritan kapal )
Av2 = f x m2 ( untuk daerah midship kapal )
Av3 = f x m3 ( untuk daerah haluan kapal )

i) Beban alas dalam untuk daerah buritan kapal


Pi1 = 9.81. G/V. H. (1 + av1)
ii) Beban alas dalam untuk daerah midship kapal
Pi2 = 9.81. G/V. H. (1 + av2)
iii) Beban alas dalam untuk daerah haluan kapal
Pi3 = 9.81. G/V. H. (1 + av3)

3) Tebal Pelat sisi bangunan atas


tS = 1,21 × a √𝑷𝒔 𝒙 𝒌+ tk ( mm )
( Rules BKI 2103 Volume II, Section 7.A 7-5/9 )
Dimana :
ps = Beban sisi bangunan atas tergantung pada jenis bangunannya
ps1 = Pada poop deck
ps2 = Pada boat deck
ps3 = Pada bridge deck
ps4 = Pada navigation deck
ps5 = Pada forecastle deck
k = Factor baja
tk = Marjin korosi
a) Tebal pelat sisi pada poop deck
Ts1 = 1,21 × a √𝑃𝑠1 𝑥 𝑘+ tk
b) Tebal pelat sisi pada boat deck
Ts2 = 1,21 × a √𝑃𝑠2 𝑥 𝑘+ tk
c) Tebal pelat sisi pada bridge deck
Ts3 = 1,21 × a √𝑃𝑠3 𝑥 𝑘+ tk
d) Tebal pelat sisi pada navigation deck
Ts4 = 1,21 × a √𝑃𝑠4 𝑥 𝑘+ tk
e) Tebal pelat sisi pada forecastle deck
Ts5 = 1,21 × a √𝑃𝑠5 𝑥 𝑘+ tk

4) Pelat lajur alas


Lebar pelat lajur alas tidak kurang dari
B = 800 + 5 x B ( mm )
( Rules BKI 2013 Volume II, Section 6, B6-2/20 )

5) Pelat Bulwark
Tebal pelat bulwark tidak boleh kurang dari :
t = 0.75 – ( L / 1000 ) x ( L0.5 ) ( mm )
( Rules BKI 2013 Vol. II, Section 6 K-6-19/20 )

t = 0.75 – ( L / 1000 ) x ( L0.5 ) ( mm )


Tinggi bulwark tidak boleh kurang dari 1 m
Maka, modulus stay bulwark adalah
w = 4.p.e.l2
dimana :
ps = 17.02 kN/m2 ( digunakan P min )
E = jarak antar stay
= 3 x Ao
L stay = 1 m
Maka
w = 4.p.e.l2

6) Freeing Ports
A = 0,07 l ( Untuk l > 20 m )
7) Konstruksi Deck
a) Pelat Geladak
Tebal pelat geladak cuaca pada kapal tidak boleh kurang dari :
tG = 1,21 × a √𝑃𝐷 𝑥 𝑘 + tk
( Rules BKI 2013 Vol. II, Section 7, A 7-5/9 )
Dimana :
PD1 = Untuk daerah buritan kapal
PD2 = Untuk daerah midship kapal
PD3 = Untuk daerah halauan kapal
k = 1 faktor untuk baja
tk = 2.5 marjin korosi

tebal pelat minimum


tG = ( 4.5 + 0.05 L ) √𝑘
i) Tebal pelat geladak pada 0.1 L pada buritan kapal tidak boleh kurang dari :
tG = 1,21 × a √𝑃𝐷1 𝑥 𝑘 + tk
ii) Tebal pelat geladak pada midship kapal tidak boleh kurang dari :
tG = 1,21 × a √𝑃𝐷2 𝑥 𝑘 + tk

iii) Tebal pelat geladak pada haluan kapal tidak boleh kurang dari :
tG = 1,21 × a √𝑃𝐷3 𝑥 𝑘 + tk
8) Konstruksi Deck House Dan Super Structure
a) Tebal pelat geladak bangunan atas
tE = 1.21 x a x (( k x PD )^0.5) + tk (mm)
( Rules BKI 2013 Vol. II, Section 7, A 7-5/9 )
Dimana :
PD = Beban geladak cuaca
k = Faktor untuk baja
tk = Marjin korosi
a = Jarak gading
PD1 = Beban geladak cuaca pada poop deck
PD2 = Beban geladak cuaca pada boat deck
PD3 = Beban geladak cuaca pada bridge deck
PD4 = Beban geladak cuaca pada navigation deck
PD5 = Beban geladak cuaca pada forecastle deck

i) Tebal pelat geladak Poop Deck


tE = 1.21 x a x √k x PD1+ tk
ii) Tebal pelat geladak Boat Deck
tE = 1.21 x a x √k x PD2+ tk
iii) Tebal pelat geladak Bridge Deck
tE = 1.21 x a x √k x PD3 + tk
iv) Tebal pelat geladak Navigation Deck
tE = 1.21 x a x √k x PD4 + tk
v) Tebal pelat geladak Forecastle Deck
tE = 1.21 x a x √k x PD5 + tk

 Fungsi Ketebalan Pelat


1) Mengukur Ketebalan Pelat
Terdapat empat metode yang sering digunakan untuk mengetahui ketebalan pelat kapal, yaitu
a) Ultrasonic Test
Selain mudah dan cepat, keuntungan dari Ultrasonic test adalah tidak menimbulkan cacat
dan tonjolan pada pelat kulit. Ultrasonic test dapat mengukur ketebalan pelat kulit hanya
dari satu sisi. Pelat yang diukur digerinda kemudian diberi vet atau lemak. SE-probe (pada
ultrasonic tester) ditempelkan pada permukaan pelat dan mengeluarkan getaran ultrasonic.
Getaran menembus ketebalan pelat sampai sisi yang lain, dan dipantulkan kembali menuju
SE-probe sebagai gema. Dengan diketahui kecepatan getaran, maka waktu getaran ultrasonic
yang diterima kembali oleh SE-probe tersebut akan menunjukkan pelat yang sedang diukur.
b) Test Hammering
Ini adalah metode yang paling sederhana untuk mengetahui ketebalan pelat kulit atau
balok konstruksi badan kapal. Palu percobaan terdiri dari dua ujung. Ujung yang runcing
digunakan untuk menghilangkan karat, kotoran, dan cat yang melekat pada pelat kulit atau
balok konstruksi. Ujung lainnya yang tumpul digunakan untuk memilih tempat yang paling
tipis akibat karat atau aus. Tinggi rendahnya nada getar yang ditimbulkan oleh pelat kulit
akibat dipukul oleh palu percobaan menunjukkan tingkat ketebalan pelat. Makin tinggi nada
getaran makin tipis pelat tersebut.
c) Test Hole
Caranya dengan melubangi permukaan pelat. Lubang percobaan atau test hole dibuat
dengan menggunakan las potong asitilene atau alat bor. Ketebalan pelat diketahui dengan
mengukur kedalaman test hole. Setelah selesai, lubang pada pelat kulit tersebut ditutup
dengan baut tap kemudian dilas. Metode ini meninggalkan cacat permukaan yang terdiri dari
tonjolan baut tap.
d) Linier Dial Gauges
Metode menggunakan socket untuk menentukan kedalaman keausan. Tumpuan dengan
baut penahan geser batang penunjuk digunakan untuk mengukur ketebalan. Penunjuk
indicator ditempatkan sesuai dengan jarum penunjuk, dan socket ditempatkan sesuai dengan
ujung atas dari indicator penunjuk sehingga titik tersebut bertepatan dengan titik penunjuk.

2) Kriteria Pelat Layak Ganti


Kriteria berkurangnya ketebalan pelat kapal yang masih diperbolehkan atau diizinkan (oleh
seluruh badan klas) didasarkan pada filosofi aturan ketebalan pelat kapal saat pengujian ketebalan
di atas dok, ketebalan pelat kapal sesuai gambar konstruksi lambung kapal dan gambar bukaan
kulit saat kapal bangunan baru diperiksa oleh badan klas. Artinya, yang menjadi acuan adalah
gambar pelat kapal yang telah memperoleh persetujuan saat awal, bukan gambar bukaan kulit hasil
uji ketebalan pelat terakhir di atas dok
Perbedaan ketebalan pelat kapal disesuaikan pada tingkat probabilitas. Kapal bangunan baru
umumnya didesain untuk mampu beroperasi dengan baik (termasuk pelat) hingga 20 tahun.
Pemilik kapal yang memesan kapal ke ship designer atau galangan, harus memastikan bahwa
desain dan spesifikasi ketebalan dan material pelat kapal minimal sampai masa 20 tahun operasi.
Semakin lama semakin bagus. Demikian juga margin korosi setiap kapal dan daerah perairan
operasinya di laut juga bervariasi, tergantung pada salinitas dan kriteria kekuatan konstruksi kapal
sesuai peraturan klas.

Secara prinsip, setiap badan klas menggunakan kriteria ketebalan pelat yang sama. Sebagai
contoh, untuk bagian konstruksi utama, kapal dengan ukuran panjang L ≥ 100 m, pengurangan
tebal pelat yang dapat diterima bisa dilihat dalam class rule dimana kapal diklaskan. Untuk kapal
dengan ukuran panjang L <100 m, secara umum pengurangan ketebalan pelat yang diijinkan
biasanya hanya sampai 20% dari ketebalan pelat awal. Sementara untuk profil-profil lain di dalam
konstruksi internal kapal, penurunan ketebalan yang dapat diterima berkisar 25% dari tebal awal.
Setiap badan klas, sesuai hasil risetnya, memiliki rumus yang berbeda-beda. Namun untuk
praktisnya, pemilik kapal dapat menggunakan rumusan Ketebalan Minumum (Tmin) di bawah ini
untuk mengetahui kondisi bocor halus pada pelat.
Untuk pelat geladak: Tmin> 0,9 (5,5 + 0,02 x L) (satuan mm).
Untuk pelat sisi lambung dan pelat dasar :Tmin > 0,9 (5.0 + 0,04 x L) (satuan mm).
Sedangkan untuk ketebalan pada bagian-bagian lain dari konstruksi internal kapal, secara rinci
dapat dilihat dalam class rule dimana kapal diklaskan.

 Fungsi Ballast pada Kapal


a. Cara Kerja
Cara kerja sistem ballast, secara umum adalah untuk mengisi tangki ballast yang berada di
double bottom, dengan air laut, yang diambil dari seachest. Melalui pompa ballast, dan saluran
pipa utama dan pipa cabang.
b. Fungsi Sistem Ballast
Sistem ballast merupakan sistem untuk dapat memposisikan kapal dalam keadaan seimbang
baik dalam keadaan trim depan maupun belakang, maupun keadaan oleng. Dalam perencanaannya
adalah dengan memasukkan air sebagai bahan ballast agar posisi kapal dapat kembali pada posisi
yang sempurna.
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/10764914/KONSTRUKSI_KAPAL_II?auto=download

https://jurnalmaritim.com/memahami-prinsip-dasar-inspeksi-ketebalan-pelat-kapal/

http://kapal-cargo.blogspot.com/2010/07/sistem-ballast-kapal.html

Anda mungkin juga menyukai