BAB I
PENDAHULUAN
mesin yang dibuat menjadi lebih ringan dan proses pembuatannya juga lebih sederhana
sehingga biaya produksi lebih murah. Pengelasan (welding ) merupakan salah satu dasar-
dasar penyambungan.
Dalam praktikum ini, praktikan akan menggunakan las busur nyala listrik
terlindung sebagai metode yang akan dianalisa. Dipilihnya teknik mengelas dengan
metode ini karena metode atau jenis las ini sudah umum digunakan dan termasuk jenis las
yang sudah dilakukan untuk praktikum dalam skala laboratorium.
Las busur nyala listrik terlindung memiliki mekanisme yang dapat dipakai
sebagai acuan untuk metoda las yang lain. Karena dalam jenis las ini semua teknik
penyambungan telah dapat diwakilkan mekanismenya. Las ini menggunakan elektroda
yang terbungkus fluks. Fluks disini berfungsi sebagai pelindung hasil lasan dari udara
sekitar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
4
Pada waktu ini teknik las telah dipergunakan secara luas dalam
penyambungan batang – batang pada konstruksi bangunan baja dan konstruksi
mesin. Luasnya penggunaan teknologi ini disebabkan bangunan dan mesin yang
dibuat dengan teknik penyambungan menjadi lebih ringan dan proses
pembuatannya lebih sederhana, sehingga biaya yang dikeluarkan menjadi lebih
murah. Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya
banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya memerlukan
bermacam–macam pengetahuan.
Berdasarkan definisi dari DIN pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan
logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair, dan
menggunakan energi panas. Teknologi pengelasan selalu dimanfaatkan untuk
pemotongan dan reparasi. Teknologi pengelasan merupakan salah satu bagian yang tidak
dapat dipisahkan dalam dunia konstruksi dan produksi. Pengelasan adalah suatu ikatan
metalurgi pada sambungan logam atau paduan yang dilaksanakan pada saat logam dalam
keadaan cair. Proses pengelasan dapat dibedakan menjadi beberapa proses.
Misalnya TIG, SMAW, GMAW, SAW, dan lain-lain. Untuk beberapa keperluan
kadang digunakan pengelasan gabungan guna menyambung bahan yang lebih spesifik.
Misalkan digunakan untuk menyambung pipa dengan diameter besar. Las yang
diperlukan misalkan SMAW-SAW dan lain-lain. Las gabungan tersebut biasanya
digunakan pada pengelasan pipa diameter besar dengan ketebalan minimal 10 mm.
Contohnya pada pengelasan pipa kilang minyak, drum boiler bagian atas atau bawah,
pipa api dan lain-lain. Dari kedua macam proses pengerjaan logam diatas diharapkan
dapat diketahui perbandingan kualitas hasil pengelasan dengan menggunakan uji
kekerasan dan kekuatan tarik. Selain itu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat
digunakan proses perlakuan panas jenis Stress Relieving Annealing (perlakuan panas
pasca las). Proses perlakuan panas jenis ini digunakan untuk mengurangi tegangan sisa
yang terjadi akibat proses pengelasan. Pada penelitian ini kami menggunakan pengelasan
SMAW-SAW untuk dibandingkan kekuatannya. Selain itu kami mengunakan bahan uji
4
pelat baja SB 46, dikarenakan bahan uji pipa relatif lebih mahal.
4
(Wiryosumarto Harsono, Teknologi Pengelasan Logam)
Dalam proses pengelasan sangat dibutuhkan suatu sumber panas, itu sangat
berperan dalam hal pencairan material logam, adapun sumber–sumber panas untuk
pengelasan, dapat dihasilkan dari proses-proses di bawah ini:
5
1. SMAW (Shielded Metal Arc Welding), las busaur nyala listrik terlindung,
adalah pengelasan dengan mempergunakan busurnyala listik sebagai
sumber panas pencair logam.
2. SAW (Submerged arc Welding), las busur terbenam, adalah pengelasan
dengan busur nyala listrik
3. ESW (Electroslag Welding), las listrik terak, adalah pengelasan dimana
panas las dibangkitkan dalam genangan terak cairan
4. STUD Welding, las baut pendasi, gunanya untuk menyambung bagian
suatu konstruksi baja dengan bagian yang terdapat di dalam beton.
5. ERW (Electrik Resistance Welding), las tahanan listrik, dengan tahanan
yang besar, panas yang dihasilkan oleh listrik menjadi tinggi sehingga
mencairkan logam yang akan di las.
6. EBW (Electron Beam Welding) las pemboman elektron, adalah suatu
pengelasan yang pencairannya disebabkan oleh panas yang dihasilkan dari
suatu berkas loncatan elektron yang dikonsentrasikan atau dimampatkan
dan diarahkan pada benda yang di las.
(Lincoln. HandBook of Welding)
4
mencakup penggunaan yang luas, maka elektroda yang dibungkus dengan
fluks jenis ini dianggap sebagai elektroda serba guna.
3. Jenis Oksida Titan : Jenis ini juga disebut rutil atau titania dan
berisi banyak TiO2 di dalamnya. Busur yang dihasilkan oleh elektroda
yang dibungkus dengan fluks jenis ini tidak terlalu kuat, penetrasi atau
penembusan cairan logamnya dangkal dan menghasilkan manik las yang
halus. Karena itu jenis ini baik sekali untuk pengelasan pelat-pelat baja
tipis atau untuk pengelasan terakhir pada pengelasan pelat tebal.
BAB III
METODE PENELITIAN
Data percobaan
Literatur
Pembahasan
Kesimpulan
8. Neraca teknis
9. Thermocouple
3.2.2 Bahan yang Digunakan
1. Elektroda las 3 batang
2. Pelat dengan ukuran 15 x 10 x 0,3 (cm)
G G G α G G G
αp
P H0 H1 H p p0 p1 p
(g/
elat ( ( ( ( ( ( (
A det)
g) g) g) g/A det) g) g) g)
5 5 8 0 1 1 0,0
I 6
73,5 82,2 ,7 ,0035 7,5 1,5 0242
I 5 5 0 0 1 8 2 0,0
I 82,2 83 ,8 ,000592 1,5 ,8 ,7 02
I 5 5 5 0 8 3 5 0,0
II 83 88,5 ,5 ,00275 ,8 ,7 ,1 0255
1
189
I 8 2 0 54. 1 9 1
0 20 ,325 153,85 68 2 ,83
I 9 2 0 30. 1 3 3
I 0 20 ,66 000 25 8 ,29
I 9 2 0 45. 1 1 1
II 5 20 ,46 434,78 97 24 ,59
1 I
.
2 II
.
3 III
.
4.2 Pembahasan
Proses pengelasan mempunyai beberapa parameter-parameter diantaranya
sebagai berikut :
Daerah HAZ
Daerah yang dipengaruhi panas yang dalam bahasa inggrisnya adalah
Heat Affected Zone dan disingkat HAZ merupakan logam dasar yang bersebelahan
dengan logam las yang selama proses pengelasan mengalami siklus termal
pemanasan dan pendinginan cepat, sehingga terjadi perubahan struktur akibat
19
manik. Sedangkan kecepatan yang tinggi akan menurunkan lebar manik dan
menyebabkan terjadinya bentuk manik yang cekung dan takik.
[http://lareosing.org/archive/index.php/t-1317.html, Jumat 26-11-2010 jam 06.00]
Dari grafik terlihat untuk heat input pada pelat I bernilai 54.153,85 J/cm,
pelat II bernilai 30.000 J/cm dan pelat III bernilai 45.434 J/cm. Heat input ini
berbanding lurus dengan arus dan tegangan yang digunakan serta berbanding
terbalik dengan kecepatan pengelasan. Bila menggunakan heat input yang rendah,
22
Heat input juga mempengaruhi THAZ. Semakin tinggi heat input maka
semakin tinggi pula THAZ nya. Sehingga pada percobaan pertama nilai THAZ adalah
1680C, pada percobaan kedua nilai THAZ adalah 1250C dan pada percobaan ketiga
nilai THAZ adalah 1970C.
Untuk Cooling Rate yang dihasilkan pada percobaan pertama bernilai
1,83, percobaan kedua 3,29 dan percobaan ketiga 1,59. Cooling Rate ini
dipengaruhi oleh THAZ dan tcooling
BAB V
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
24
24
http://www.scribd.com/doc/29405905/Las-Listrik
http://lareosing.org/archive/index.php/t-1317.html
25
25
LAMPIRAN
Pelat II : GH1-GH0=∆GH
583-582,2=0,8
Pelat III : GH1-GH0=∆GH
585,5-583=5,5
2. Menghitung selisih elektroda yang digunakan :
Gp0-Gp1=∆Gp
Pelat I : Gp0-Gp1=∆Gp
17,5-11,5=6
Pelat II : Gp0-Gp1=∆Gp
11,5-8,8=2,7
Pelat III : Gp0-Gp1=∆Gp
8,8-3,7=5,1
3. Menghitung koefisien penambahan metal las :
∝P=∆GHI.t
Pelat I : ∝P=∆GHI.t=8,780.31=0,0035
Pelat II : ∝P=∆GHI.t=0,890.15=0,000592
Pelat III : ∝P=∆GHI.t=5,595.21=0,00275
4. Menghitung koefisien pencairan elektroda :
∝p=∆GpI.t
Pelat I : ∝p=∆GpI.t=680.31=0,00242
Pelat II : ∝p=∆GpI.t=2,790.15=0,002
Pelat III : ∝p=∆GpI.t=5,195.21=0,00255
5. Menghitung kecepatan las (S) :
S=Lt
Pelat I : S=Lt=10,07531=0,325
Pelat II : S=Lt=9,9215=0,66
Pelat III : S=Lt=9,7521=0,46
6. Menghitung laju lelehan elektroda :
∆Gpt
Pelat I : ∆Gpt=631=0,19
Pelat II : ∆Gpt=2,715=0,18
Pelat III : ∆Gpt=5,121=0,24
27
dengan bahan fluks yang digunakan, yaitu basa ataupun asam. Basicity
Indeks adalah harga kebasaan fluks.
basicityIndeks( B ) =
∑ Oksidabasa
∑ Oksidaasam
Harga B berkisar 0,5 – 3. B yang terlalu tinggi mengakibatkan Inklusi
lebih tinggi pada logam lasan dan ketangguhan menurun.
Gambar 9. Tang
31