PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
1
4. Mahasiswa harus memahami bagaimana posisi yang tepat pada saat
melakukan pengelasan.
5. Mahasiswa dapat mengenal beberapa jenis sambungan las.
6. Mahasiswa dapat melakukan kerja secara efisien :
Ketepatan waktu (dikerjakan yang terlebih utama)
Ketelitian ukuran
Ketelitian dalam pengelasan
2
BAB II
LANDASAN TEORI
I. Definisi Pengelasan
3
pengelasan tempa secara praktis telah ditinggalkan dan terakhir dilakukan
oleh pandai besi.
Tahun 1901-1903 Fouche dan Picard mengembangkan tangkai las
yang dapat digunakan dengan asetilen (gas karbit), sehingga sejak itu
dimulailah zaman pengelasan dan pemotongan oksiasetilen (gas karbit
oksigen). Periode antara 1903 dan 1918 merupakan periode pemakaian las
yang terutamasebagai cara perbaikan, dan perkembangan yang paling
pesat terjadi selama Perang Dunia I (1914-1918). Teknik pengelasan
terbukti dapat diterapkan terutama untuk memperbaiki kapal yang rusak.
Winterton melaporkan bahwa pada tahun 1917 terdapat 103 kapal musuh
di Amerika yang rusak dan jumlah buruh dalam operasi pengelasan
meningkat dari 8000 sampai 33000 selama periode 1914-1918. Setelah
tahun 1919, pemakaian las sebagai teknik konstruksi dan pabrikasi mulai
berkembang dengan pertama menggunakan elektroda paduan (alloy)
tembaga-wolfram untuk pengelasan titik pada tahun 1920. Pada periode
1930-1950 terjadi banyak peningkatan dalam perkembangan mesin las.
Proses pengelasan busur nyala terbenam (submerged) yang busur
nyalanya tertutup di bawah bubuk fluks pertama dipakai secara komersial
pada tahun 1934 dan dipatenkan pada tahun 1935. Sekarang terdapat lebih
dari 50 macam proses pengelasan yang dapat digunakan untuk
menyambung berbagai logam dan paduan.
Pengelasan yang kita lihat sekarang ini jauh lebih kompleks dan
sudah sangat berkembang. Kemajuan dalam teknologi pengelasan tidak
begitu pesat sampai tahun 1877. Sebelum tahun 1877, proses pengelasan
tempa dan peyolderan telah dipakai selama 3000 tahun. Asal mula
pengelasan tahanan listrik (resistance welding) dimulai sekitar tahun 1877
ketika Prof. Elihu Thompson memulai percobaan pembalikan polaritas
pada gulungan transformator, dia mendapat hak paten pertamanya pada
tahun 1885 dan mesin las tumpul tahanan listrik (resistance butt welding)
pertama diperagakan di American Institute Fair pada tahun 1887.
Pada tahun 1889, Coffin diberi hak paten untuk pengelasan tumpul
nyala partikel (flash-butt welding) yang menjadi satu proses las tumpul
yang penting. Zerner pada tahun 1885 memperkenalkan proses las busur
nayala karbon (carbon arc welding) dengan menggunakan dua elektroda
4
karbon, dan N.G. Slavinoff pada tahun 1888 di Rusia merupakan orang
pertama yang menggunakan proses busur nyala logam dengan memakai
elektroda telanjang (tanpa lapisan). Coffin yang bekerja secara terpisah
juga menyelidiki proses busur nyala logam dan mendapat hak paten
Amerika dalam tahun 1892. Pada tahun 1889, A.P. Strohmeyer
memperkenalkan konsep elektroda logam yang dilapis untuk
menghilangkan banyak masalah yang timbul pada pemakaian elektroda
telanjang.
Thomas Fletcher pada tahun 1887 memakai pipa tiup hidrogen dan
oksigen yang terbakar, serta menunjukkan bahwa ia dapat memotong atau
mencairkan logam.
Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat
luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat,
pipa saluran dan sebagainya.
Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan
untuk reparasi misalnya untuk mengisi nlubang-lubang pada coran.
Membuat lapisan las pada perkakas mempertebal bagian-bagian yang
sudah aus, dan macam macam reparasi lainnya.
Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya
merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik.
Karena itu rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul
memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat las
dengan kegunaan kontruksi serta kegunaan disekitarnya.
5
permukaan bahan yang akan disambung. Setelah timah solder dingin maka
terjadilah sambungan. Perbedaan antara solder keras dan lunak adalah
pada suhu kerjanya dimana batas kedua proses tersebut ialah pada suhu
450 derajat Celcius. Pada pengelasan, suhu yang digunakan jauh lebih
tinggi, antara 1500 hingga 1600 derajat Celcius.
Pada saat pengelasan, kesalahan sering terjadi dan sambungan las
jarang sekali jadi. Hal yang perlu diperhatikan adalah menghindari bara
api pada bagian yang di las tanpa mengulangi las di tempat yang sama.
Kalau hal itu terjadi, hubungan akan menjadi rapuh dan terbentuk titik
awal retakan kecil. Selain itu, bagian logam yang bersebelahan dengan
bagian yang di las tidak meleleh tetapi berubah karena panas. Pemanasan
yang diikuti dengan pendinginan yang cepat bisa menghasilkan struktur
logam seperti kaca, sehingga mudah retak.
6
Gambar 2.1 (Pengelasan lebur)
2. Pengelasan Padat
7
Dalam pengelasan padat proses penyambungan logam dihasilkan
dengan :
8
1. Las Busur Listrik
9
Pada akhir abad 19 ditemukan las oxy acetylene, las ini
berhasil menggeser pemakaian las tempa dan mendominasi proses
pengelasan untuk beberapa decade sampai dikembangkan las listrik.
10
Keberhasilan pemakaian gas inti pad alas tungsten dicoba pula
pad alas elektroda gulungan pada awal tahun 1950an. Proses ini
selanjutnya disebut GMAW (Gas Metal Arc Welding) atau las MIG
(Metal Inert Gas). Karena gas argo sangat mahal maka dipakai gas
campuran argon dan oksigen atau gas CO yang cukup aktif. Las ini
biasa disebut dengan MAG (Metal Aktif Gas). Dapat pula dipakai
pelindung campuran argon dengan CO selama tidak lebih dari 20%
hasilnya cukup baik karena tidak meninggalkan terak. Perlu diketahui
bahwa gas gas pelindung lebih mahal, maka cara tersebut hanya
dipakai untuk keperluan khusus.
11
listrik, pengelasannya sangat cepat maka sangat cocok untuk produksi
masal. Daerah panas menjadi lebih sempit sehingga sangat cocok
untuk bahan yang sensitif terhadap perubahan panas. Kualitas lasan
sangat baik dan akurasi, hanya saja peralatannya sangat mahal. Cara
ini biasa disebut las electron (Electron Beam Welding).
2. Las Gesek
3. Las Plasma
4. Las Suara
12
Awal tahun 1960 ditandai dengan penemuan las yang
menggunakan suara frekuensi tinggi (Ultrasonic Welding). Las ini
juga menggunakan listrik dalam proses kerjanya, tidak ada aliran
listrik pada benda kerja, panas yang ditimbulkan semata-mata hasil
proses dan sifatnya hanya membantu dalam proses penyatuan benda
kerja.
6. Las Laser.
13
Pada tahun 1955 para ahli fisika berhasil menemukan sinar
laser, secara sederhana dapat dikatakan sinar yang diproduksi pada
panjang gelombang tertentu dan parallel, kemudian diperbesar, sinar
tersebut selanjutnya difokuskan. Panas yang dihasilkan pada titik
fokus sangat tinggi. Menjelang tahun 1970, laser mulai diterapkan pad
alas, laser sebagai sinar dapat diatur secara akurat sehingga las laser
sangat sesuai untuk peralatan-peralatan khusus.
14
Bila diadakan pengklasifikasian yang lebih terperinci lagi, maka
kedua klasifikasi tersebut diatas dibaur dan akan terbentuk kelompok-
kelompok yang banyak sekali.
15
Gambar 2.2. (Lima jenis sambungan yang biasa digunakan dalam
proses pengelasan)
1. Las-an jalur (Fillet Weld); digunakan untuk mengisi tepi pelat pada
sambungan sudut, sambungan tumpang, dan sambungan T dalam
gambar 1.3. Logam pengisi digunakan untuk menyambung sisi
melintang bagian yang membentuk segitiga siku-siku;
16
Gambar 2.3. (Beberapa bentuk las-an jalur)
3. Las-an sumbat dan las-an slot (Plug and Slot Welds); digunakan
untuk menyambung pelat datar seperti dapat dilihat dalam gambar 1.5,
dengan membuat satu lubang atau lebih atau slot pada bagian pelat
yang diletakkan paling atas, dan kemudian mengisi lubang tersebut
dengan logam pengisi sehingga kedua bagian pelat melumer menjadi
satu;
17
Gambar 2.5. (a) Las-an sumbat dan (b) las-an slot
4. Las-an titik dan las-an kampuh (Spot and Seam Welds); digunakan
untuk sambungan tumpang seperti dapat dilihat dalam gambar 1.6.
Las-an titik adalah manik las yang kecil antara permukaan lembaran
atau pelat. Las-an titik diperoleh dari hasil pengelasan resistansi listrik.
Las-an kampuh hampir sama dengan las-an titik, tetapi las-an kampuh
lebih kontinu dibandingkan dengan las-an titik.
18
IX. Ciri-ciri Penyambungan Pengelasan Lebur
19
4. Daerah Logam Dasar Tanpa Pengaruh Panas (Uneffective Base
Metal Zone)
Daerah ini tidak menagalami perubahan metalurgi, tetapi karena
dikelilingi oleh Haz maka daerah ini memiliki tegangan sisa yang
besar akibat adanya penyusutan dalam daerah lebur, sehingga
mengurangi kekuatannya. Untuk menghilangkan tegangan sisa tersebut
biasa dilakukan perlakuan panas (heat treatment) yaitu memanaskan
kembali daerah las-an tersebut hingga temperatur tertentu, kemudian
temperatur dipertahankan dalam beberapa waktu tertentu, selanjutnya
didinginkan secara perlahan.
a. Las Karbit
20
Gambar 2.9. (Las karbit asetilin)
b. Las listrik
c. Las Laser
21
Gambar 2.11. (Mesin las laser)
d. Las Gesekan
1. Kabel las
22
Inti kabel penghantar ini biasanya terbuat dari tembaga yang dipintal,
dibungkus dengan isolator, dan diberi penguat agar tidak mudah patah
atau terkelupas. Kabel ini harus lentur, tidak kaku, agar tidak
mengganggu operator saat bekerja.
2. Tang elektroda
Tang elektroda digunakan untuk menjepit elektoda las. Alat ini terdiri
atas mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus penyekat.
3. Klem Massa
23
Gambar 2.14. (Klem Massa)
24
6. Tang Penjepit
25
BAB III
JURNAL PRAKTIKUM
1. Elektroda 216
2. Palu
3. Tang
4. Sarung Tangan
6. Sikat Kawat
8. Plat Besi :
Panjang = 13 cm
26
Lebar = 3,5 cm
Tebal = 0,5 cm
4. Jepitkan kutub negatif atau massa pada benda yang akan dilas.
6. Nyalakan power pada 220 Volt dan kuat arus 100-115 ampere.
9. Hilangkan kerak untuk melihat hasil dengan palu dan sikat kawat.
10. Jika pengelasan telah selesai lepaskan sisa elektron pada kutub positif.
12. Lepaskan kabel power, rapihkan peralatan dan hasil pengelasan dan
pada tempat yang telah disediakan.
IV. KESIMPULAN
27
a. Kacamata ultraviolet
b. Gergaji besi
c. Palu
e. Tang
f. Elektroda
28
BAB IV
JAWABAN PERTANYAAN
Jawab :
Inti elektroda :
Dikenal tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks,
elektroda lapis tebal.
Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan
baja lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Elektroda fluks
dilapisi terak dan fluks digunakan pada pengelasan logam dan paduan
bukan besi.Lapisan fluks mempunyai fungsi yaitu :
- Menstabilkan busur.
29
- Meningkatkan efisiensi pengendapan.
- Menambah lapisan logam las yang berasal dari serbuk logam dalam
lapisan pelindung.
Elektroda lapis tebal adalah elektroda yang mempunyai lapisan tebal dan
kandungan serbuk logam yang tinggi cocok untuk pengelasan teknik
kontak atau belah.
Jawab :
Kampuh las merupakan dasar dan bentuk landasan bahan pengisi yang
akan merekatkan bagian satu dengan bagian yang lainnya sehingga
terbentuk satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Ada beberapa macam
kampuh las yang sering dan baik digunakan untuk penymbungan
diantaranya adalah sebgai berikut:
a. Kampuh tepi
b. Kampuh i
c. Kampuh t
d. Kampuh v
e. Kampuh k
f. Kampuh x
g. Kampuh u
30
BAB V
KESIMPULAN
31
bagian yang di las tidak meleleh tetapi berubah karena panas. Pemanasan
yang diikuti dengan pendinginan yang cepat bisa menghasilkan struktur
logam seperti kaca, sehingga mudah retak.
32
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Las
http://repository.binus.ac.id/content/D0592/D059279733
http://qtussama.wordpress.com/pengelasan/
33
LAMPIRAN
34
35