Anda di halaman 1dari 27

BAB1

LATAR BELAKANG

Pengelasan merupakan suatu proses penting di dalam dunia industri dan merupakan bagian yang

tak terpisahkan dari pertumbuhan industri,karena memegang peranan utama dalam rekayasa dan reparasi

produksi logam. Pengelasan adalah proses penyambungan setempat antara dua bagian logam atau lebih

dengan memanfaatkan energi panas.

Pengelasan merupakan teknik penyambungan logam yang dipergunakan secara luas,seperti pada

kontruksi bangunan baja dan kontruksi mesin.Luasnya penggunaan teknologi pengelasan dikarenakan

dalam proses pembuatan suatu kontruksi bangunan atau mesin akan menjadi lebih ringan dan lebih

sederhana,sehingga biaya produksi menjadi lebih murah dan lebih efisien.Perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang begitu pesat menuntut berkembangnya sumber daya manusia. Banyak orang yang

berusaha mengembangkan dalam mencari efisiensi-efisiensi yang lebih baik di bidang teknik

pengelasan.Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam bidang konstruksi sangat luas,meliputi

perkapalan,jembatan,rangka batang berupa baja atau aluminium, pipa saluran dan lain sebagainya. Karena

itu rancangan las harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu kekuatan dari

sambungan dan memperhatikan sambungan yang akan dilas,sehingga hasil dari pengelasan sesuai

dengan yang diharapkan.FSW(Friction Stir Welding) merupakan sebuah metode pengelasan yang telah

diketemukan dan dikembangkan oleh Wayne Thomas untuk benda kerja alumunium dan alumunium alloy

pada tahun 1991 di TWI(The Welding Institute)Amerika Serikat.Prinsip kerja FSW adalah memanfaatkan

gesekan dari benda kerja yang berputar dengan benda kerja lain yang diam sehingga mampu melelehkan

benda kerja yang diam tersebut dan akhirnya tersambung menjadi satu. Beberapa contoh pengelasan jenis

ini adalah pembuatan bodi mobil,sayap ataupun bodi pesawat terbang serta peralatan memasak.Penelitian

Friction Stir Welding masih


BAB1

LATAR BELAKANG

Pengelasan merupakan suatu proses penting di dalam dunia industri dan merupakan bagian yang

tak terpisahkan dari pertumbuhan industri,karena memegang peranan utama dalam rekayasa dan reparasi

produksi logam. Pengelasan adalah proses penyambungan setempat antara dua bagian logam atau lebih

dengan memanfaatkan energi panas.

Pengelasan merupakan teknik penyambungan logam yang dipergunakan secara luas,seperti pada

kontruksi bangunan baja dan kontruksi mesin.Luasnya penggunaan teknologi pengelasan dikarenakan

dalam proses pembuatan suatu kontruksi bangunan atau mesin akan menjadi lebih ringan dan lebih

sederhana,sehingga biaya produksi menjadi lebih murah dan lebih efisien.Perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang begitu pesat menuntut berkembangnya sumber daya manusia. Banyak orang yang

berusaha mengembangkan dalam mencari efisiensi-efisiensi yang lebih baik di bidang teknik

pengelasan.Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam bidang konstruksi sangat luas,meliputi

perkapalan,jembatan,rangka batang berupa baja atau aluminium, pipa saluran dan lain sebagainya. Karena

itu rancangan las harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu kekuatan dari

sambungan dan memperhatikan sambungan yang akan dilas,sehingga hasil dari pengelasan sesuai

dengan yang diharapkan.FSW(Friction Stir Welding) merupakan sebuah metode pengelasan yang telah

diketemukan dan dikembangkan oleh Wayne Thomas untuk benda kerja alumunium dan alumunium alloy

pada tahun 1991 di TWI(The Welding Institute)Amerika Serikat.Prinsip kerja FSW adalah memanfaatkan

gesekan dari benda kerja yang berputar dengan benda kerja lain yang diam sehingga mampu melelehkan

benda kerja yang diam tersebut dan akhirnya tersambung menjadi satu. Beberapa contoh pengelasan jenis

ini adalah pembuatan bodi mobil,sayap ataupun bodi pesawat terbang serta peralatan memasak.Penelitian

Friction Stir Welding masih


dikembangkan,seperti variasi desain tool,perbaikan teknik pengelasan dan perbaikan material
tool baru untuk dapat memperpanjang umur pakai tool. Metode ini menghasilkan daerah
TMAZ(Thermomechanically Affected Zone) yang lebih kecil dibandingkan dengan pengelasan
busur nyala, Pengelasan ini berhasil menekan biaya proses pengelasan menjadi lebih murah
karena pengelasan hanya membutuhkan input energi yang rendah dan tidak menggunakan filler
metal.Kualitas hasil pengelasan Friction Stir Welding memiliki permukaan yang lebih halus dan
rata dari hasil pengelasun tradisional lain dan tidak ada pori-pori yang timbul. Proses ini ramah
terhadap lingkungan karena tidak ada uap atau percikan dan tidak ada silauan busur nyala pada
fusion.Hasil dari pengelasan dengan menggunakan busur nyala atau gas terutama pengelasan
dissimilar metal terdapat beberapa kerugian seperti retakdan cacat pengelasan,juga hasil
penyambungan yang kurang sempurna. Friction Stir Welding adalah suatu metode pengelasan
baru yang dapat menjadi solusi untuk masalah tersebut.(Jarot Wijayanto,2010).

P.Biswas dan N.R. Mandal (2011),meneliti secara tiga dimensi dengan metode elemen hingga dan

secara eksperimental. Analisa dilakukan dengan parameter tool dan proses yang berbeda.Sumber panas

diasumsikan murni akibat gesekan antara tool dan permukaan benda kerja. Pada FSW ini tool yang

digunakan terbuat dari SS 310 dan material yang akan dilas adalah AA 1100.Tool dengan geometri

shoulder cekung dan pin berbentuk kerucut menghasilkan lasan yang lebih baik untuk AA 1100.

Berdasarkan uraian pada paragrap sebelumnya,penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pengelasan dengan menggunakan metode friction stir welding untuk menyambung plat

aluminium.Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan diketahui kekuatan sambungan las pada plat

aluminium.
BAB2
TEORI DASAR

A.Pengertian Pengelasan

Pengelasan merupakan penyambungan dua bahan atau lebih yang didasarkan pada prinsip-prinsip proses difusi,sehingga terjadi

penyatuan bagian bahan yang disambung.Kelebihan sambungan las adalah konstruksi ringan, dapat menahan kekuatan yang tinggi, mudah

pelaksanaannya,serta cukup ekonomis.Namun kelemahan yang paling utama adalah terjadinya perubahan struktur mikro bahan yang

dilas,sehingga terjadi perubahan sifat fisik maupun mekanis dari bahan yang dilas.

Perkembangan teknologi pengelasan logam memberikan kemudahan umat manusia dalam menjalankan kehidupannya. Saat ini

kemajuan ilmu pengethuan di bidang elektronik melalui penelitian yang melihat karakteristik atom,mempunyai kontribusi yang sangat besar

terhadap penemuan material baru dan sekaligus bagaimanakah menyambungnya.

Jauh sebelumnya.penyambungan logam dilakukan dengan memanasi dua buah logam dan menyatukannya secara bersama. Logam yang

menyatu tersebut dikenal dengan istilah fusion. Las listrik merupakan salah satu yang menggunakan prinsip tersebut.

Pada zaman sekarang pemanasan logam yang akan disambung berasal dari pembakaran gas atau arus listrik.Beberapa gas dapat

digunakan,tetapi yang sangat popular adalah gas Acetylene yang lebih dikenal dengan gas Karbit. Selama pengelasan,gas Acetylene dicampur

dengan gas Oksigen mumi.Kombinasi campuran gas tersebut memproduksi panas yang paling tinggi diantara campuran gas lain.

Cara lain yang paling utama digunakan untuk memanasi logam yang dilas adalah arus listrik.Arus listrik dibangkitkan oleh generator dan

dialirkan melalui kabel ke sebuah alat yang menjepit elektroda diujungnya,yaitu suatu logam batangan yang dapat menghantarkan listrik dengan

baik. Ketika arus listrik dialirkan,elektroda


disentuhkan ke benda kerja dan kemudian ditarik ke belakang sedikit,arus listrik tetap
mengalir melalui celah sempit antara ujung elektroda dengan benda kerja.Arus yang
mengalir ini dinamakan busur (are) yang dapat mencairkan logam.
Terkadang dua logam yang disambung dapat menyatu secara langsung,namun terkadang masih
diperlukan bahan tambahan lain agar deposit logam lasan terbentuk dengan baik,bahan tersebut disebut
bahan tambah(filler metal).Filler metal biasanya berbentuk batangan,sehingga biasa dinamakan welding rod
(Elektroda las).Pada proses las,welding rod dibenamkan ke dalam cairan logam yang tertampung dalam
suatu cekungan yang disebut welding pool dan secara bersama-sama membentuk deposit logam lasan,cara
seperti ini dinamakan Las Listrik atau SMAW (Shielded metal Arch welding),lihat gambar 1.

Gambar 1.Prinsip Kerja Las Listrik

Sebagian besar logam akan berkarat (korosi) ketika bersentuan dengan udara atau uap air,sebagai
contoh adalah logam besi mempunyai karat,dan alumunium mempunyai lapisan putih di
permukaannya.Pemanasan dapat mempercepat proses korosi tersebut.Jika karat,kotoran,atau material lain
ikut tercampur ke dalam cairan logam lasan dapat menyebabkan kekroposan deposit logam lasan yang
terbentuk sehingga menyebabkan cacat pada sambungan las.
Sambungan las adalah ikatan dua buah logam atau lebih yang terjadi karena adanya proses difusi dari logam tersebut.P'roses difusi dalam

sambungan las dapat dilakukan dengan kondisi padat maupun cair. Dalam terminologi las,kondisi padat disebut Solid state welding(SSW)atau

Presure welding dan kondisi cair disebut Liquid state welding(LSW)atau Fusion welding.Proses SSW biasanya dilakukan dengan tekanan sehingga

proses ini disebut juga Presure welding Presure welding.Proses SSW memiliki beberapa kelebihan,diantaranya adalah dapat menyambung dua

buah material atau lebih yang tidak sama,proses cepat,presisi,dan hampir tidak memiliki daerah terpengaruh panas(heat affected zone/HAZ).Namun

demikian SSW juga mempunyai kelemahan yaitu persiapan sambungan dan prosesnya rumit,sehingga dibutuhkan ketelitihan sangat tinggi.

LSW merupakan proses las yang sangat populer di kalangan masyarakat kita. sambungan las terjadi karena adanya pencairan ujung
kedua material yang disambung. Energi panas yang digunakan untuk mencairkan material berasal dari busur listrik. tahanan
listrik,pembakaran gas,dan juga beberapa cara lain diantaranya adalah sinar laser,sinar electron,dan busur plasma.Penyambungan
material dengan cara ini mempunyai persyaratan material harus sama,karena untuk mendapatkan sambungan yang sempurna suhu
material harus sama,jika tidak proses penyambungan tidak akan terjadi.Kelebihan metode pengelasan ini adalah proses dan
persiapan sambungan tidak rumit,beaya murah,pelaksanaannya mudah. Kelemahannya adalah memerlukan juru las yang
terampil,terjadinya HAZ yang menyebabkan perubahan sifat bahan,dan ada potensi kecelakaan dan terganggunya kesehatan juru
las.

Tabel 1 menunjukan berbagai macam proses las yang ditinjau dari kelompok SSW dan LSW.disamping itu juga dilihut dari

jenissumber panas yang digunakan beserta kode proses las berdasarkan standar ISO.
B.Klasifikasi Proses Las

Sambungan las adalah ikatan dua buah logam atau lebih yang terjadi karena adanya proses difusi

dari logam tersebut.Proses difusi dalam sambungan las dapat dilakukan dengan kondisi padat maupun

cair. Dalam terminologi las,kondisi padat disebut Solid state welding(SSW)atau Presure welding dan

kondisi cair disebut Liquid state welding (LSW) atau Fusion welding.Proses SSW biasanya dilakukan

dengan tekanan sehingga proses ini disebut juga Presure welding Presure welding.Proses SSW memiliki

beberapa kelebihan,diantaranya adalah dapat menyambung dua buah material atau lebih yang tidak

sama,proses cepat,presisi,dan hampir tidak memiliki daerah terpengaruh panas(heat affected

zone/HAZ).Namun demikian SSW juga mempunyai kelemahan yaitu persiapan sambungan dan prosesnya

rumit,sehingga dibutuhkan ketelitihan sangat tinggi.

LSW merupakan proses las yang sangat populer di kalangan masyarakat kita. sambungan las
terjadi karena adanya pencairan ujung kedua material yang disambung. Energi panas yang
digunakan untuk mencairkan material berasal dari busur listrik. tahanan listrik,pembakaran
gas.dan juga beberapa cara lain diantaranya adalah sinar laser,sinar electron,dan busur
plasma.Penyambungan material dengan cara ini mempunyai persyaratan material harus
sama,karena untuk mendapatkan sambungan yang sempurna suhu material harus sama,jika
tidak proses penyambungan tidak akan terjadi.Kelebihan metode pengelasan ini adalah proses
dan persiapan sambungan tidak rumit,beaya murah,pelaksanaannya mudah. Kelemahannya
adalah memerlukan juru las yang terampil,terjadinya HAZ yang menyebabkan perubahan sifat
bahan,dan ada potensi kecelakaan dan terganggunya kesehatan juru las.

Tabel I menunjukan berbagai macam proses las yang ditinjau dari kelompok SSW dan

LSW.disamping itu juga dilihat dari jenis sumber panas yang digunakan beserta kode proses las

berdasarkan standar ISO.


C.Reaksi Kimia Selama Proses Las

Dalam proses LSW bagian dari logam yang dilas harus dipanasi sampai mencair. Pemanasan logam dengan temperature yang sangat tinggi

ini dapat megakibatkan terjadinya reaksi kimia antara logam tersebut dengan Oksigen dan Nitrogen yang ada dalam udara.Jika selama proses las

cairan logam las (welding pool) tdak dilindungi dari pengaruh udara,maka logam akan bereaksi dengan Oksigen dan Nitrogen membentuk Oxides

dan Nitrides yang dapat menyebabkan logam tersebut menjadi getas dan keropos karena adanya kotoran(slag inclutions),sedangkan kandungan

unsur Karbon dalam logam akan membentuk gas CO yang dapat mengakibatkan adanya rongga dalam logam las(caviety).

Reaksi kimia lainnyapun bisa terjadi dalam cairan logam las (welding pool). Gas Hydrogen dan uap air juga dapat menyebabkan cacat

las(welding defect). Hydrogen yang bereaksi dengan Oxides yang ada dalam logam dasar dapat menyebabkan terjadinya uap yang

mengakibatkan terjadnya porositas pada logam lasan.


Tabel 1.Klasifikasi Proses Pengelasan Logam

Tabel 1.Klasifikasi Proses Pengelasan Logam

Jenis Kode
Proses Las ISO

Stad Weding 781


Flash Butt Prajection
Yeldng

Shelded Metal
Aro WMding 111
(SMAW)
Metal Inet Gas
131
Consumati Welding (MIG)
S
N eElechode Metal Acive Gas
O 135
T Weiding (MAG)
E Fla Cored Aic
N 114
I Weldieg (FCAW)
N
E Tungaten Inert
S S 141
E O Non Gas(TIG)
I o
N
n
Consumati Plasma Ac
S
H eEledhr56 Welding(PAW)
15
C
O 0
I
Spet Weiding
S Resistance Welding
N
O Seam WWelding
I
E Gas Welsing 3
Thermal Welding
Later Weiding

Friction Welding 42
DH Expl
N 441
EE Weiding
N
BI Cald Welding
NL Unraronic
S 41
OI Widing
OS
Forge Weiding 43

Diffusion Welding 45

D.Melindungi Cairan Logam Las dari Pengaruh Udara Luar

Type energi panas yang digunkan untuk pencairan logam dan teknik pelindungan cairan logam las sangat berpengaruh terhadap
perubahan komposisi
kimawi dalam deposit logam lasan. Ketika nyala oksidasi dalam las Karbit (Oxy-acetylene welding/OAW) akan merubah
besi menjadi Oxides sehingga deposit las keropos karena Oxides tersebut tereampur di dalamnya. Untuk mengelas baja
karbon akan lebih baik bila digunakan nyala Netral.Pengelasan logam dengan OAW,cairan logam dilindungi dari udara
luar oleh reduksi gas hasil pembakaran gas Acetylene.

Dalam teknik pengelasan SMAW.proses pelindungan logam lasan dilakukan dua tahap.Ketika logam las dalam kondisi cair dilindungi oleh

bermacam-macam gas hasil pembakaran elektroda las dan ketika sedang membeku cairan ini dilindungi olch lapisan terak yang terbentu dari fluks

yang membeku.

Pelindungan deposit logam las dalam pengelasan Metal inert gas(MIG)dan Tungsten inert gas(TIG),terjadi karena sifat inert gas yang tidak

dapat mengikat clemen lain dalam udara sehingga tidak akan terjadi reaksi kimia.Jika las MIG menggunakan gas pelindung CO2,akan terjadi proses

deoksidasi CO2 ketika terbakar dengan busur listrik,gas ini terpecah menjadi Karbon monoksida (CO) dan Oksigen (O2).Oksigen yang lepas tidak

bersentuhan dengan logam lasan,sedangkan deoxidisers bereaksi dengan Oksigen membentuk lapisan slag yang sangat tipis di atas permukaan

deposit logam lasan.

Dalam las OAW deposit logam lasan dapat dilindungi dari oksidasi dan pengaruh reaksi kimia lainnya dengan menggunakan Flux.Flux

merupakan gabungan berbagai elemen yang berfungsi meminimalkan terjadinya oksidasi. Komposisi kimia flux bervariasi tergantung jenis logam

yang akan dilas.

E.Perubahan Sifat Logam Setelah Proses Las


Pencairan logam saat pengelasan menyebabkan adanya perubahan fasa logam dari padat hingga mencair. Ketika logam cair mulai

membeku akibat pendinginan cepat,maka akan terjadi perubahan struktur mikro dalam deposit logam las dan logam dasar yang terkena pengaruh

panas(Heat affected zone/HAZ).Struktur mikro dalam logam lasan biasanya berbentuk columnar,sedangkan pada daerah HAZ terdapat perubahan

yang sangat bervariasi.Sebagai contoh,pengelasan baja karbon tinggi


sebelumnya berbentuk pearlite,maka seelah pengelasan struktur mikronya tidak hanya pearlite,tetapi juga terdapat bainite dan martensite (lihat
Gambar 4).Perubahan ini mengakibatkan perubahan pula sifat-sifat logam dari sebelumnya.Struktur mikro pearlite memiliki sifat liat dan tidak
keras,sebaliknya martensite mempunyai sifat keras dang etas.Biasanya keretakan sambungan las bearsal dari struktur mikro ini.

Gambar 2 mendeskripsikan distribusi temperatur pada logam dasar yang sangat bervariasi telah menyebabkan berbagai macam perlakuan

panas terhadap daerah HAZ logam tersebut.Logam lasan mengalami pemanasan hingga termperatur 1500o C dan daerah HAZ bervariasi mulai

200° C hingga 1100° C (lihat Gambar 3).Temperatur 1500° C pada logam lasan menyebabkan pencairan dan ketika membeku membentk struktur

mikro columnar.Temperatur 200° C hingga 1100°C menyebabkan perubahan struktur mikro pada logam dasar baik ukuran maupun bentuknya.

Gambar 2.Distribusi Temperatur Saat Pengelasan

Transforation

Over Heating 1500℃ 900℃

Gambar 3.Perlakuan Panas Logam Los


F.Distorsi Sambungan Las Akibat Panas

Setiap logam yang dipanaskan mengalami pemuaian dan ketika pendinginan akan mengalami penyusutan.Fenomena ini menyebabkan
adanya ekspansi dan konstraksi pada logam yang dilas.Ekspansi dan konstraksi pada logam yang dilas ini menurut istilah metalurgi dinamakan
distorsi.

Gambar 4.Struktur Makre Sambungan Las

Martensite Pearlite

Gambar 5 Struktur Mikro Baja Karbon


Distorsi dikategorikan menjadi tiga macam,yaitu:I)distorsi longitudinal,2) distorsi transfersal,dan 3)distorsi angular.Distorsi

longitudinal terjadi akibat adanya ekspansi dan konstraksi deposit logam las di sepanjang jalur las yang menyebabkan tarikan dan

dorongan pada logam dasar yang dilas.Distorsi transfersal terjadi tegak lurus terhadap jalur las yang dapat mengakibatkan tarikan ke arah

sumbu tegak jalur Ias.Distorsi angular menyebabkan efek gerakan sayap burung yang biasanya terjadi karena pengelasan di satu sisi

logam dasar(lihat Gambar 6).

G.Ruang Lingkup Pekerjaan Las

Industri manufaktur tidak dapat terlepas dari penyambungan logam. Penyambungan logam dilakukan dengan berbagai

tujuan,diantaranya adalah untuk membuat suatu barang yang tidak mungkin dilakukan dengan teknik lain,memudahkan pekerjaan,serta

dapat menekan biaya produksi.

Proses penyambungan logam yang banyak digunakan dalam industri manufaktur adalah las.Pengelasan logam merupakan
pilihan yang cukup tepat. Pengelasan tidak membutuhkan waktu lama,konstruksi ringan,kekuatan sambungan cukup baik,serta biaya
relatif murah.Penerapan sambungan las sangat luas. Sambungan las banyak digunakan pada konstruksi jembatan,gedung,industri
otomotif,industri peralatan rumah tangga,bahkan industri barang dengan bahan plastikpun banyak menggunakan proses las tersebut,lihat
gambar 7.

Cambar 6.Macam macam Dirteral


H.Pengaruh Posisi Proses Las Terhadap Keterampilan Juru Las

Sebagaian besar pekerjaan las dilakukan dengan proses LSW(Liquid state welding) atau proses las dalam kondisi
cair.Proses las yang dilakukan dengan kondisi cair ini, posisi saat pengelasan berlangsung sangat berpengaruh terhadap
bentuk deposit logam las yang terbentuk.Tidak semua juru las mahir di semua posisi,posisi di bawah tangan (down hand)
merupakan posisi yang paling mudah untuk dilakukan,namun ketika mengelas pipa logam dengan posisi miring akan
sangat sulit dilakukan. Juru las yang dapat melakukan pengelasan ini adalah juru las kelas satu yang dilengkapi dengan
sertifikat standar internasional.

Gambar 7.Sambungan Las pada Pipa

Dalam dunia industri posisi las dberi kode tertentu agar pada saat pengelasan dilakukan tidak terjadi kekeliruan menentukan

juru las dan prosedur pengelasan. Ada dua sistim pengkodean yang banyak dikenal, yaitu sistim yang ditetapkan olch American Welding

Society(AWS)dan sistim InternationalStandard Organisation (ISO).


Berdasarkan kode yang ditetapkan oleh AWS,posisi las dikaitkan pada jenis teknik sambungan las,jika sambungan berkampuh (groove)

maka kode posisinya dengan huruf G,untuk posisi down-hand IG,horisontal 2G,vertikal 3G,over-head 4G,pipa dengan sumbu horisontal 5G,dan pipa

miring 45° 6G.Jika sambungan las tidak berkampuh/tumpul (fillet)maka kodenya adalah F,untuk posisi down-hand 1F. horisontal 2F,vertikal 3F,dan

over-head 4F.

Sistim kode posisi las yang ditetapkan ISO berbeda dengan AWS.Kode posisi las menurut ISO didasarkan pada posisi
elektroda saat pengelasan dilakukan,untuk pengelasan plat diberi kode PA,PB.PC,PD,dan PE,sedangkan pengelasan
pipa naik PF dan pipa turun PG,lihat Gambar 8 dan 9.

Gambar 8.Kode ISO Posisi Las Flat


I. Klasifikasi Bentuk Sambungan Las

Ada beberapa bentuk dasar sambungan las yang biasa dilakukan dalam penyambungan logam,bentuk tersebut adalah butt joint,fillet
joint,lap joint edge joint,dan out-side comer joint.Berbagai bentuk dasar sambungan ini dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 9.Kode ISO Posisi Las Pipa

Lap joi Corer joat Fillet joi

Butt jeit

Gambar 10.Berbagai Beatuk Sambungan Las

J.Beberapa Variabel yang Berkaitan dengan Pekerjaan Las.

Penyambungan logam dengan proses pengelasan tidak dapat dilakukan sembarangan,banyak variabel yang harus diperhatikan agar

kualitas sambungan sesuai standar yang dipersyaratkan oleh suatu lembaga internasional yang berkaitan dengan pekerjaan las.Variabel terscbut

adalah bahan, proses,metode,kesclamatan dan


kesehatan kerja,peralatan,sumber daya manusia,lingkungan,serta pemeriksaan kualitas sambungan
las.Lihat Gambar 11.

Dalam proses pengelasan logam,bahan yang akan disambung harus diidentifikasi dengan baik.Dengan dikenalinya

bahan yang akan dilas,dapat ditentukan prosedur pengelasan yang benar, pemilihan juru las yang sesuai,serta pemilihan

mesin dan alat yang tepat

Gambar 11.Variabel yang Berpengaruh pada Pengelasan

Logam

Metode pengelasan logam yang meliputi prosedur pengelasan,prosedur perlakuan panas,desain sambungan,serta
teknik pengelasan disesuaikan dengan jenis bahan,peralatan,serta posisi pengelasan saat sambungan las dibuat.

Aspek efektifitas,efisiensi proses,dan pertimbangan ekonomis berkaitan erat dengan pemilihan peralatan

las.Pengelasan logam stainless steel akan berkualitas bagus jika menggunakan las TIG,namun akan lebih murah bila ddilas

dengan las listrik,sehingga pemilihan mesin dan peralatan las sebaiknya disesuaikan dengan tujuan pengelasan serta biaya

operasionalnya.

Dalam pelaksanaan pekerjaan las dibutuhkan Sumber daya manusia yang memenuhi kualifikasi sesuai standar yang

ada. Kualifikasi harus mengikuti standar-standar internasional seperti International Institut of Welding (HIW),American Welding
Society(AWS).dan masih banyak lembaga-lembaga international di bidang
pengelasan logam yang lain.Berdasarkan standar International Institut of Welding

(IIW).profesi las terdiri dari Welding Engineer(WE),Welding Technologist(WT).

Welding Practitioneer(WP),serta Welder(W).

Profesi Welding Engineer mempunyai tugas untuk menentukan prosedur pengelasan dan

prosedur pengujian.Seorang Welding Technologist bertugas untuk menterjemahkan prosedur-

prosedur tersebut kepada profesi las yang mempunyai level di bawahnya, Untuk melatih juru las

(Welder) dibutuhkan seorang Welding Practititoneer dan yang melakukan pengelasan adalah

Welder(juru las).

Lingkungan pada waktu pengelasan dilakukan merupakan faktor yang mempengaruhi

kualitas las. Pengelasan yang dilaksanakan pada kondisi lingkungan sangat ekstrim,diperlukan

prosedur khusus agar kualitas sambungan terjamin dengan baik.Pengelasan kapal yang terpaksa

dilakukan di dalam air memerlukan mesin las yang dilengkapi dengan satu unit peralatan yang

dapat melindungi elektroda dari sentuhan air.Disamping itu juga dibutuhkan Welder yang sesuai

dengan pekerjaan tersebut,pengelasan dalam air cukup sulit dilakukan karena adanya tekanan gas

pelindung terhadap dinding kapal.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) juga perlu dipertimbangkandalam

melaksanakanpengelasan.Seorang juru las tidak dapat bekerja dengan baik jika dia tidak

menggunakan pakaian dan peralatan keamanan kerja yang pada gilirannya sambungan las yang

dihasilkan akan berkualitas tidak baik. Disamping itu jika peralatan K3 kurang memadahi apabila

terjadi kecelakaan tidak dapat diantisipasi secara tepat dan cepat.

Sambungan las yang telahdibuat harus diperiksa agar dapat diketahui

kualitasnya.Sambungan las harus dibongkar jika terjadi cacat-cacat yang melampaui batas yang

dipersyaratkan.Pemeriksaan diakukan olch seorang Welding Inspector (WI).Pemeriksaan las

menggunakan uji visual,sinar-X,Ultrasonic,serta masih banyak metode lainnya.


BAB3
PEMBAHASAN

JURNAL 1

ANALISA PENGARUH ARUS PENGELASANSMAW PADA MATERIAL


BAJA KARBONRENDAH TERHADAP KEKUATAN MATERIALHASIL

JUDUL
SAMBUNGAN

PENULIS ABDUL HAMID

KATA KUNCI Interpolasi,SMAW.E7018-1,Vickers,Charpys

VOLUME VOL.7 NO.1 JANUARI 2016

1.Untuk mengetahui ada atau tidaknya


pengaruharus pengelasan terhadap kualitas
tenaga patahbaja karbon rendah S355JO hasil
pengelasanSMAW dengan elektroda E7018-1
perubahankekuatan pada uji impak setelah
diberikan panasyang berbeda.
TUJUAN
PENELITIAN
2.Untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruharus pengelasan terhadap kualitas
kekerasan bajakarbon rendah S355JO hasil
pengelasan SMAWdengan elektroda E7018-1
perubahan kekuatanpada uji kekerasan setelah
diberikan panas yangberbeda.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
METODE yaitudengan cara Uji Coba(eksperimen),material
PENELITIAN
yangdigunakan dalam penelitian ini yaitu material

bajarendah S355JO

1.Nilai kekuatan impak kelompok arus pengelasan


80 amper paling tinggi dibandingkan dengan

kelompok variasi 70 Amper dan 75 Amper serta


logam induk (mill CertifikatHN4422607).
Nilainya mengalami kenaikan 46.42 joule dari
logam induk

2.Nilai kekerasan setelah di konversikan ke tensile


strength melalui persamaan interpolasi didapatkan

arus pengelasan 70 amper lebih tinggi sebesar


17,36 N/mm2 dibandingan arus pengelasan 75
Amper dan 80 Amper.
HASIL
3. Mengacu pada standar EN 10025:1990+A1:1993
PENELITIAN
material S355JO kekuatan impak minimal 27 Joule
dan nilai tensile strength sebesar 490630 N/mm2,
di lihat dari pengujian yang telah dilaksanakan arus
pengalasan 75 Amper dan 80 Amper bisa dipakai
untuk pengerjaan pengelasan pada proses produksi
dan berdasarkan penelitian ini di anjurkan
memakai arus 77,5 A±2.5 A.

JURNAL 2
PENGARUH KUAT ARUS LISTRIK DAN SUDUT
JUDUL KAMPUH V TERHADAP KEKUATAN TARIK
DAN TEKUK ALUMINIUM 5083 PENGELASANGTAW

AHMAD NAUFAL,SARJITO JOKOSISWORO.


PENULIS SAMUEL

Aluminium 5083,Pengelasan Gtaw,Sudut Kampuh,


KATA KUNCI
Kuat Arus,Metode Elemen Hingga

VOLUME VOL.4, NO.1 JANUARI 2016

1. Memperoleh perbandingan kekuatan tarik


alumunium dengan variasi arus listrik 130A,

150A,170A dan 200A dengan sudut kampuh 60°


dan 80°

2.Memperoleh perbandingan kekuatan tekuk


TUJUAN alumunium dengan variasi arus listrik 130A,
PENELITIAN
150A,170A dan 200A dengan sudut kampuh 60°
dan 80
3.Memperoleh variasi arus listrik dan sudut kampuh
V yang optimal.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini


METODE yaitudengan cara Uji Coba (eksperimen),dan
PENELITIAN
logamaluminium yang digunakan dalam penelitian ini

yaitualuminium 5083 adalah AWS 4043

1.Hasil pengujian kekuatan tarik aluminium 5083


hasil pengelasan GTAW dengan variasi sudut

HASIL kampuh 60° dan 80° dengan menggunakan kuat


PENELITIAN arus 130 amp. 150 amp, 170 amp.dan 200 amp
menghasilkan kekuatan tarik yang berbeda.

Kekuatan tarik tertinggi dihasilkan pada arus 130


Amp sudut kampuh 80° sebesar 150,4 N/mm2.
Sedangkan,kekuatan tarik terendah sebesar 63,36

N/mm2 pada arus 200 Amp dengan sudut kampuh

60°.Untuk regangan rata-rata pada arus 130 Amp


dengan sudut kampuh 80° adalah regangan yang
terbesar senilai 0.7%.Dan regangan rata-rata

terkecil dihasilkan pada arus 200 Amp dan sudut


kampuh 60° sebesar 0.567%
2.Hasil pengujian kekuatan tekuk tertinggi
dihasilkan pada arus 130 Amp sudut kampuh 80°
sebesar 591.38 N/mm2.Sedangkan,kekuatan

tekuk terendah sebesar 321.78 N/mm2 pada arus


200 Amp dengan sudut kampuh 60°.

3.Berdasarkan hasil pengujian tarik dan tekuk pada

aluminium 5083 dengan variasi arus listrik dan


sudut kampuh maka didapat variasi sudut terbaik
pada penelitian ini adalah kuat arus 130 A dengan
variasi sudut kampuh 80°.

2.Hasil pengujian kekuatan tekuk tertinggi dihasilkan pada arus 130 Amp sudut kampuh 80°
sebesar 591.38 N/mm2.Sedangkan,kekuatan tekuk terendah sebesar 321.78 N/mm2 pada arus
200 Amp dengan sudut kampuh 60°.
3.Berdasarkan hasil pengujian tarik dan tekuk pada aluminium 5083 dengan variasi arus listrik
dan sudut kampuh maka didapat variasi sudut terbaik pada penelitian ini adalah kuat arus 130 A
dengan variasi sudut kampuh 80°.

JURNAL 3

PENGARUH POSISI PENGELASAN DANGERAKAN

ELEKTRODA TERHADAPKEKERASAN HASIL LAS BAJA JIS


JUDUL
SSC 41
I GUSTI NGURAH NITYA SANTHIARSA DAN I
PENULIS
NYOMAN BUDIARSA

Posisi pengelasan,gerakan elektroda,heat affected


KATA KUNCI
zone,kekerasan
VOLUME VOL.2 NO.2,DESEMBER 2008

1.Mengetahui pengaruh posisi pengelasan


terhadapkekerasan hasil las Baja JIS SSC 41
2.Mengetahui pengaruh gerakan elektroda terhadap
TUJUAN
kekerasan hasil las Baja JIS SSC 41
PENELITIAN
3.Mengetahui nilai kekerasan Vikers tertinggi dan

terendah yang terdapat pada posisi pengelasan atas


kepala dan pada variable gerakan elektroda pola C

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitudengan

cara Uji Coba(eksperimen),Material yangdigunakan dalam


METODE penelitian ini adalah baja karbonrendah(JIS SSC
PENELITIAN
41),dengan komposisi kimia adalahkarbon (C)0.25%,

(P)0.050%.(S)0.050%(Wiryosumarto.2004).

LPosisi pengelasan Posisi pengelasan memberikan

pengaruh yang nyata terhadap nilai kekerasan pada


daerah pengaruh panas(HAZ),dimana posisi
pengelasan atas kepala memberikan nilai
kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
posisi pengelasan datar dan posisi vertikal.
2.Gerakan Elektroda Gerakan Elektroda
memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai
kekerasan pada daerah pengaruh panas(HAZ).
HASIL dimana gerakan elektroda pola C memberikan
PENELITIAN nilai kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan gerakan elektroda Zig-zag dan melingkar.3.

Nilai kekerasan Vikers tertinggi rata-rata 513.891

Kg/mm2 terdapat pada posisi pengelasan atas


kepala danpada variabel gerakan elektroda pola C.
sedangkan nilai kekerasan Vikers terendah rata-
rata 441.348 kg/mm2 terdapat pada posisi

pengelasan datar dan pada gerakan elektroda pola


zig-zag.
BAB4
KESIMPULAN

Dari ketiga jurnal tersebut peneliti menggunakan material yang berbeda-beda, adapun hasil-hasil yang
didapatkan dari setiap jurnalnya yaitu.

Jurnal 1:
1. Nilai kekuatan impak kelompok arus pengelasan 80 amper paling tinggi dibandingkan dengan kelompok
variasi 70 Amper dan 75 Amper serta logam induk(mill CertifikatHN4422607),Nilainya mengalami kenaikan
46,42 joule dari logam induk
2.Nilai kekerasan setelah di konversikan ke tensile strength melalui persamaan interpolasi didapatkan arus
pengelasan 70 amper lebih tinggi sebesar 17.36 N/mm2 dibandingan arus pengelasan 75 Amper dan 80
Amper.
3. Mengacu pada standar EN 10025:1990+A1:1993 material S355J0 kekuatan impak minimal 27 Joule dan
nilai tensile strength sebesar 490630 N/mm2,di lihat dari pengujian yang telah dilaksanakan arus pengalasan
75 Amper dan 80 Amper bisa dipakai untuk pengerjaan pengelasan pada proses produksi dan berdasarkan
penelitian ini di anjurkan memakai arus 77.5 A±2.5A.

Jurnal 2:
1. Hasil pengujian kekuatan tarik aluminium 5083 hasil pengelasan GTAW dengan variasi sudut kampuh 60°
dan 80° dengan menggunakan kuat arus 130 amp. 150 amp.170 amp.dan 200 amp menghasilkan kekuatan
tarik yang berbeda.Kekuatan tarik tertinggi dihasilkan pada arus 130 Amp sudut kampuh 80° sebesar 150.4
N/mm2.Sedangkan,kekuatan tarik terendah sebesar 63,36 N/mm2 pada arus 200 Amp dengan sudut kampuh
60°.Untuk regangan rata-rata pada arus 130 Amp dengan sudut kampuh 80° adalah
regangan yang terbesar senilai 0.7%.Dan regangan rata-rata terkecil dihasilkan pada arus 200 Amp
dan sudut kampuh 60° sebesar 0.567%
2.Hasil pengujian kekuatan tekuk tertinggi dihasilkan pada arus 130 Amp sudut kampuh 80° sebesar
591.38 N/mm2.Sedangkan,kekuatan tekuk terendah sebesar 321.78 N/mm2 pada arus 200 Amp
dengan sudut kampuh 60
3.Berdasarkan hasil pengujian tarik dan tekuk pada aluminium 5083 dengan variasi arus listrik dan
sudut kampuh maka didapat variasi sudut terbaik pada penelitian ini adalah kuat arus 130 A dengan
variasi sudut kampuh 80

Jurnal 3:

1.Posisi pengelasan Posisi pengelasan memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kekerasan
pada daerah pengaruh panas(HAZ),dimana posisi pengelasan atas kepala memberikan nilai
kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan posisi pengelasan datar dan posisi vertikal.
2. Gerakan Elektroda Gerakan Elektroda memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kekerasan
pada dacrah pengaruh panas(HAZ), dimana gerakan elektroda pola C memberikan nilai kekerasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan gerakan elektroda Zig-zag dan melingkar.
3. Nilai kekerasan Vikers tertinggi rata-rata 513,891 Kg/mm2 terdapat pada posisi pengelasan atas
kepala dan pada variabel gerakan elektroda pola C. sedangkan nilai kekerasan Vikers terendah rata-
rata 441,348 kg/mm2 terdapat pada posisi pengelasan datar dan pada gerakan elektroda pola zig-zag.

Anda mungkin juga menyukai