Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH CAIRAN PENDINGIN DAN VARIASI ARUS

PADA PENGELASAN SMAW DENGAN MATERIAL ST 42


TERHADAP KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN LAS

Proposal Skripsi
Program Studi Teknik Mesin

diajukan oleh
Moch. Arif Wibowo
2210641056

kepada
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JEMBER

2023
Proposal Skripsi
PENGARUH CAIRAN PENDINGIN DAN VARIASI ARUS
PADA PENGELASAN SMAW DENGAN MATERIAL ST 42
TERHADAP KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN LAS

diajukan oleh
Moch. Arif Wibowo
2210641056

telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Nely Ana Mufarida, S.T., M.T.


NIDN. 0022047701

Pembimbing II

Kosjoko, S.T., M.T.


NIDN. 0715126901
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam bidang konstruksi yang semakin maju dan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi yang modern seperti saat ini tidak dapat
dipisahkan dari suatu pengelasan karena mempunyai peranan penting dalam
rekayasa dan reparasi logam, pengelasan pada saat ini banyak sekali
digunakan untuk proses penyambungan logam yang sejenis atau
penyambungan logam tak sejenis , karena sambungan las relatif lebih cepat
dan kuat. Pembangunan konstruksi dengan logam pada masa sekarang ini
banyak melibatkan unsur pengelasan khususnya bidang rancang bangun
karena sambungan las merupakan salah satu sambungan yang secara teknis
memerlukan ketrampilan yang tinggi bagi pengelasnya agar diperoleh
sambungan dengan kualitas baik. Lingkup penggunaan teknik pengelasan
dalam konstruksi sangat luas meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja,
bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran, kendaraan rel, dan lain sebagainya
(Wiryosumarto,2000).
Pengelasan adalah proses penyambungan dari dua bahan atau lebih yang
didasarkan pada prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan bahan
yang disambung. Sambungan las memiliki kelebihan diantaranya kontruksi
menjadi ringan, dapat menahan kekuatan yang cukup tinggi, dapat
dilaksanakan dengan mudah, serta terbilang cukup ekonomis. Namun
memiliki kelemahan, yakni terjadinya perubahan struktur mikro bahan yang
dilas, sehingga terjadi perubahan sifat fisik maupun mekanis dari bahan
yang dilas. (Djamiko, 2008).
Salah satu cara untuk memperbaiki sifat mekanis bahan setelah
dilakukan pengelasan tersebut yaitu dengan melalui proses pendinginan.
Proses pendinginan ini dilakukan pada saat material dalam keadaan panas.
Setelah proses pengelasan tersebut, baja langsung dicelupkan pada cairan
pendingin berupa air radiator, bromus, dan oli SAE 40. Macam-macam
media pendingin tersebut diharapkan dapat memberikan data dan informasi
sehingga didapatkan hasil perbandingan kekuatan tarik dari baja yang telah
dilakukan pendinginan pasca pengelasan. (Maulana Yassyir, 2016).
Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan cairan pendingin pada
Pengelasan SMAW terhadap kekuatan tarik sambungan las dengan
menggunakan 3 macam cairan pendingin yang berbeda. Pengujian ini di
harapkan dapat menghasilkan nilai uji tarik dari variasi arus serta pemberian
cairan pendingin dapat menghasilkan penelitian yang lebih meningkat dari
penelitian sebelumnya.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penilitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh cairan pendingin pada pengelasan SMAW dengan
material ST 42 terhadap tampak fisik sambungan las?
2. Bagaimana pengaruh cairan pendingin pada pengelasan SMAW dengan
material ST 42 terhadap kekuatan tarik sambungan las?
3. Bagaimana pengaruh cairan pendingin dan variasi arus pada pengelasan
SMAW dengan material ST 42 terhadap kekuatan tarik sambungan las?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh cairan pendingin pada pengelasan SMAW
dengan material ST 42 terhadap tampak fisik sambungan las.
2. Menganalisis pengaruh cairan pendingin pada pengelasan SMAW
dengan material ST 42 terhadap kekuatan tarik sambungan las.
3. Menganalisis pengaruh cairan pendingin dan variasi arus pada
pengelasan SMAW dengan material ST 42 terhadap kekuatan tarik
sambungan las.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi terkait proses pengelasan SMAW.
2. Memberikan wawasan terkait pegaruh pemberian cairan pendingin
terhadap sambungan las SMAW pada material ST 42.
3. Memberikan acuan penelitian untuk proses penelitian selanjutnya dalam
konteks yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pengelasan


Pengelasan adalah Teknik dimana penyambungan dua jenis logam
dengan cara mancairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan
atau tanpa logam penambah dan menghasilkan logam kontinyu (Siswanto,
2011). Pengelasan sendiri banyak di gunakan untuk kontruksi bangunan
baja dan pada konstruksi mesin. Metode ini banyak di gunakan untuk
pembangunan hingga perbaikan dengan contoh menyambung dua bagian
kontruksi mesin atau mempertebal permukaan mesin yang sudah tipis dan
rawan patah.
2.2. Pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
Las SMAW (shielded metal arc welding) adalah Proses Pengelasan yang
penyambungan dua material dengan cara mencairkan material dasar dengan
menggunakan panas dari listrik dan bahan tambah yaitu elektroda. Las
SMAW yang biasa di gunakan ialah las listrik model inverter dengan
menggunakan arus listrik bolak balik. Memiliki beberapa kelebihan yaitu
pengerjaannya lebih mudah dan biaya yang di perlukan tidak terlalu tinggi
tetapi juga memiliki beberapa kekurangan yaitu berubahnya struktur mikro
pada logam pada saat melakukan pengelasan. Elektroda yang di pakai ialah
kawat yang di bungkus pelindung semacam fluks yang di mana elektroda ini
selama pengelasan mengalami pencairan bersama dengan mencairnya logam
induk. (Jalil,et al.,2017).
2.3. Elektroda
Sebagian besar Elektroda pada pengelasan SMAW di lapisi oleh Flux,
Flux sendiri berfungsi untuk membentuk gas yang berfungsi untuk
melindungi cairan logam dari kontaminasi udara sekeliling. Selain itu flux
juga memiliki kegunaan untuk membentuk terak las yang berfungsi juga
untuk melindungi cairan las dari udara terbuka. Bedasarkan American
Welding Society (AWS), Spesifikasi kawat yang terbungkus Mild Steel
diatur dalam AWS A5.1 dimana angka dijit pertama menunjukkan kekuatan
tariknya dalam kilo pound square inch (Ksi).
2.4. Tipe Elektroda E 7018
Jenis Elektroda E 7018 adalah jenis hidrogen rendah, dapat dipakai
mengelas dalam semua posisi dan mengandung 25-40% serbuk besi yang
dapat dipakai pada mesin las AC dan DC polarity las ini mempunyai sifat
baik. Untuk mengelas pada jenis-jenis yang sukar dilas seperti Baja belerang
tinggi, Baja karbon tinggi dan baja paduan rendah. Pada umumnya kawat las
ini jenis low hidrogen rendah pengelasan harus dikendalikan pada jarak
busur yang pendek dan las sudut dibawah tangan akan menghasilkan bentuk
sedikit cembung dengan rigi-rigi halus gelombang yang bagus. Kawat las
jenis E 7018 sebagai kawat las yang halus, busur nyala terang, penembusan
dangkal, sangat sedikit menimbulkan percikan dan dapat dipakai dengan
kecepatan gerak tinggi. Bahan salutan kawat las ini termasuk jenis kapur
(line ferritic) mengandung serbuk besi, setelas di las terak mudah
dibersihkan, kawat salutan dibuat lebih tebal dibandingkan kawat las
lainnya. Dan kawat las AWS E 7018 harus dioven bila dipakai mengelas
dengan kadar air yang banyak untuk menghindari cacat pengelasan.
2.5. Material Baja St 42
Baja ST 42 banyak digunakan untuk kontruksi umum karena mempunyai
sifat mampu las dan kepekaan terhadap retak las. Baja ST 42 adalah berarti
baja yang mempunyai kekuatan tarik 41 - 49 kg/mm2 atau sekitar 410/490
N/mm2. Baja ST 42 dijelaskan secara umum merupakan baja karbon
rendah, disebut juga baja lunak, banyak sekali digunakan untuk pembuatan
baja batangan, tangki, perkapalan, jembatan, menara, pesawat angkat dan
dalam permesinan.
2.6. Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik ialah tegangan maksimum yang bisa di tahan oleh sebuah
benda ketika benda tersebut di tarik atau diberi beban. Beberapa bahan yang
patah begitu saja tanpa mengalami deformasi yang berarti sifat benda
tersebut rapuh atau getas (Brittle). Pengujian tarik pada benda yang di uji di
beri gaya tarik secara terus menerus, bersama di lakukan pengamatan
perpanjangan yang dialami benda uji tersebut (Salindeho, 2013).

Rumus kekuatan tarik:

σ=

Keterangan:
σ = Tegangan tarik (Mpa)
F = Gaya Tarik (N)
Ao = Luas penampang awal benda uji (mm)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metodologi Penelitian


Penelitian eksperimen (Experimental Research) merupakan suatu
penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap
variabel lainnya dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Penelitian
eksperimen adalah metode sistematis guna membangun hubungan fenomena
sebab akibat.
Penelitian eksperimen adalah metode inti dari model penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada metode eksperimen, peneliti harus
melakukan tiga persyaratan yaitu, kegiata mengontrol, manipulasi, dan
observasi.
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat Penelitian
1. Mesin las SMAW
2. Mesin uji tarik
3. Sikat baja
4. Gerinda tangan
5. Sarung tangan
6. Tang
7. Baskom
3.2.2 Bahan Penelitian
1. Elektroda
2. Plat St 42
3. Air radiator
4. Bromus
5. Oli SAE 40
3.3. Prosedur Penelitian
Langkah proses penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini:

Mulai

Persiapan alat dan


bahan

Pemotongan material

Pengelasan SMAW
dengan 3 variabel arus

Tidak
Baik

Ya

Pemberian cairan
pendingin

Pengujian tarik sambungan las

Pengambilan data

Analisis data

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian


Penjelasan diagram alir dari penelitian yang berjudul “Pengaruh Cairan
Pendingin Dan Variasi Arus Pada Pengelasan Smaw Dengan Material St 42
Terhadap Kekuatan Tarik Sambungan Las” dirinci sebagai berikut:
1. Mulai
Tahap awal yang dilakukan guna mempelajari langkah-langkah
melakukan penelitian mulai awal hingga akhir.
2. Persiapan alat dan bahan
Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
melakukan penelitian.
3. Pemotongan material
Langkah memotong material menjadi beberapa bagian.
4. Pengelasan SMAW
Melakukan pengelasan SMAW dengan menggunakan tiga arus yang
berbeda.
5. Pemberian cairan pendingin
Memberikan cairan pendingin dengan cara memasukkan hasil
pengelasan ke dalam wadah yang berisi cairan pendingin.
6. Pengujian tarik sambungan las
Menguji kekuatan tarik sambungan las yang telah diberi cairan
pendingin.
7. Pengambilan data
Mencatat hasil pengujian tarik sambungan las yang telah diberi cairan
pendingin.
8. Analisis data
Data pengujian yang telah diperoleh dari masing-masing variabel
dilakukan analisis untuk membuktikan hipotesis penelitian.
9. Kesimpulan dan saran
Pengambilan kesimpulan dan saran dilakukan setelah semua prosedur
sebelumnya terlaksana.
10. Selesai
Langkah akhir dari seluruh rangkaian proses penelitian.
3.4. Variabel Penelitian
Penilitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu variabel bebas, variabel
terkontrol, dan variabel terikat.
1. Variabel bebas
Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah arus pengelasan
dan jenis cairan pendingin.
2. Variabel kontrol
Variabel kontrol yang digunakan pada penelitian ini adalah material St 42,
jenis elektroda dan posisi pengelasan.
3. Variabel terikat
Variabel terikat pada penelitian ini yakni hasil dari pengujian tarik
sambungan las.
3.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
1. Hipotesis nul (H0)
a. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pemberian cairan
pendingin pada pengelasan SMAW dengan material St 42 terhadap
tampak fisik sambungan las.
b. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pemberian cairan
pendingin pada pengelasan SMAW dengan material St 42 terhadap
kekuatan tarik sambungan las.
c. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pemberian cairan
pendingin dan variasi arus pada pengelasan SMAW dengan material
St 42 terhadap kekuatan tarik sambungan las.
2. Hipotesis alternatif (HI)
a. Ada pengaruh yang signifikan antara pemberian cairan pendingin
pada pengelasan SMAW dengan material St 42 terhadap tampak fisik
sambungan las.
b. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pemberian cairan
pendingin pada pengelasan SMAW dengan material St 42 terhadap
kekuatan tarik sambungan las.
c. Ada pengaruh yang signifikan antara pemberian cairan pendingin dan
variasi arus pada pengelasan SMAW dengan material St 42 terhadap
kekuatan tarik sambungan las.
3.6. Analisis Penelitian
Tabel 3.1. Rancangan Pengambilan Data Uji Tarik
No. Arus Cairan Pendingin Hasil uji tarik
70 Air radiator
1. 70 Dromus
70 Oli SAE 40
90 Air radiator
2. 90 Dromus
90 Oli SAE 40
120 Air radiator
3. 120 Dromus
120 Oli SAE 40

3.7. Analisis Data


Metode pengolahan data pada penelitian ini menggunakan laptop dengan
Software Minitab 18. Hasil data uji tarik sambungan las pada material
stainless steel dimasukkan pada Minitab 18 untuk diolah menjadi sebuah
grafik tegangan regangan. Sehingga dari data grafik tersebut dapat ditarik
sebuah kesimpulan hasil kekuatan tarik sambungan las yang paling baik.
DAFTAR PUSTAKA

Djamiko R. D. (2008). Teori Pengelasan Logam. Yogyakarta: Universitas Negeri


Yogyakarta.
Maulana Yassyir. (2016). Analisis Kekuatan Tarik Baja ST37 Pasca Pengelasan
Dengan Variasi Media Pendingin Menggunakan SMAW. Jurnal Teknik
Mesin UNISKA, 2(1), pp. 1–8.
Susetyo, F. B., Amirudin, J., & Yudianto, V. (2013). Studi Karakteristik
Pengelasan SMAW pada Baja Karbon Rendah St 42 dengan Elektroda E
7018. Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur UNJ, 71.
Wiryosumarto, Harsono & Okumura, Toshie. (2000). Teknologi pengelasan
logam. Cet. 8.- Jakarta: Pradnya Paramita.

Anda mungkin juga menyukai