Anda di halaman 1dari 15

1

TUGAS BESAR TEKNIK PENGELASAN LOGAM

ELECTROSLAG WELDING

Diajukan untuk memenuhi Tugas Besar Teknik Pengelasan Logam yang diampu oleh
Bapak Toto Triantoro, S.T.,M.T.

Oleh:
Arie Rinaldi NIM : 2112192013
Harvizan Alfirki NIM: 2112192015
M. Daddy Mahreza
Arentio
TEKNIK MESIN S1 EKSTENSI LANJUTAN

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2020
2

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan
rahmat, karunia serta ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pada
mata kuliah Pemilihan Bahan dan Proses ini pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Toto Triantoro, ST., MT. sebagai pembimbing tugas pada mata kuliah Teknik
Pengelasan Logam di Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi,

2. Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi Cimahi Jurusan Teknik Mesin 2019,

3. Dan semua pihak yang karena keterbatasan penulis tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu.

Penulis mengharapkan saran dan kritik untuk lebih meningkatkan mutudan penyajian
pada tugas laporan mendatang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Bandung, Desember 2020


3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengertian pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu
akibat panas dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai
ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom (Daryanto, 2010).
Pengelasan merupakan penyambungan bahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip
ikatan magnetik antar atom dari kedua bahan yang disambung. Kelebihan sambungan las
adalah konstruksi ringan, dapat menahan kekuatan yang tinggi, mudah pelaksanaannya,
serta cukup ekonomis. Namun kelemahan yang paling utama adalah terjadinya
perubahan struktur mikro bahan yang dilas, sehingga terjadi perubahan sifat fisik
maupun mekanis dari bahan yang dilas, Perancangan las dan cara pengelasan harus betul-
betul memperhatikan kesesuaian antara sifatsifat las dengan kegunaan konstruksi serta
keadaan disekitarnya (Wiryosumarto, 1996).
Pada saat ini teknik penyambungan logam dengan sistim pengelasan semakin
banyak yang digunakan. Pengelasan yang dibicarakan disini adalah Shielded Metal Arc
Welding (SMAW), Gas Tungsten Arc Welding (GTAW), Gas Metal Arc Welding
(GMAW), Submerged Arc Welding (SAW), Electro Slag Welding (ESW) dan Electro
Gas Welding (EGW), Stud Welding (SW), Oxyfuel Gas Welding (OFW) dan Flux Cored
Arc Welding (FCAW). Pengelasan jenis FCAW adalah Las busur listrik yang kawat
lasnya terdapat fluks (pelindung inti tengah Electroslag welding (ESW) secara prinsip dan
aplikasi mirip dengan electrogas welding (EGW), di mana pengelasan dilakukan secara
vertikal ke atas dengan satu kali jalan (single pass). Sama halnya dengan EGW, ESW
digunakan untuk mengelas sambungan butt secara otomatis dengan bantuan mesin.
Perbedaan utama ESW dengan EGW yaitu proses ESW diawali dengan pembentukan busur
(arc) antara ujung elektroda dan bagian bawah benda kerja yang akan dilas. Setelah busur
terbentuk, flux ditambahkan dan mencair akibat panas dari busur. Setelah cairan slag
mencapai ujung dari elektroda, busur tadi menjadi padam. Selanjutnya panas secara kontinu
diproduksi oleh hambatan listrik dari cairan slag..
Kekuatan hasil lasan dipengaruhi oleh tegangan busur, besar arus, kecepatan
pengelasan, dan polaritas listrik (Suharto, 1991). Penentuan besarnya arus dalam
penyambungan logam menggunakan las busur mempengaruhi efisiensi pekerjaan dan
4

bahan las (Donnelley, 2004). Pengaturan besar kuat arus pengelasan akan sangat
mempengaruhi hasil pengelasan. Bila arus yang digunakan terlalu rendah akan
menyebabkan sukarnya busur listrik untuk mulai menyala dan busur listrik yang terjadi
menjadi tidak stabil. Dan panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan
juga bahan dasar las, sehingga hasilnya menjadi rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata
serta penembusan kurang dalam. Sebaliknya, bila arus terlalu besar maka elektroda akan
meleleh terlalu cepat dan akan menghasilkan permukaan las yang terlalu lebar dari yang
diharapkan dan penembusan yang terlalu dalam sehingga mengakibatkan kekuatan tarik
yang rendah dan bahan dasar las menjadi semakin rapuh (Arifin, 1997).
Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C),
serta unsur-unsur lain, seperti: Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun
dalam prosentase yang sangat kecil. Dan unsurunsur tersebut akan berpengaruh terhadap
mutu dari baja tersebut (Bintoto, 1999). Pada baja karbon rendah mempunyai kandungan
karbon % C < 0,3 %. 3 Sifat kekerasannya relatif rendah, lunak dan keuletannya tinggi.
Baja karbon rendah biasanya digunakan dalam bentuk pelat, profil, sekrap, ulir dan baut
(Chandra, 2007). Sifat mekanis suatu bahan adalah kemampuan bahan untuk menahan
beban-beban yang dikenakan kepadanya. Dimana beban-beban tersebut dapat berupa
beban tarik, tekan, bengkok, geser, puntir,atau beban kombinasi (Efendi, 2016).
Sedangkan menurut Radaj (1992), distorsi ialah perubahan bentuk atau penyimpangan
bentuk yang diakibatkan oleh panas, yang diantaranya adalah akibat proses pengelasan.
Distorsi las harus diusahakan sekecil mungkin atau dihindari karena dapat menimbulkan
konsentrasi tegangan dan bentuk yang tidak sesuai dengan desain yang diharapkan.
Tegangan sisa dan distorsi las dapat dikurangi dengan : meminimalkan masukan
panas dan pajang pengelasan, meminimalkan tebal pelat, penentuan urutan pengelasan
dan sebagainya. Penelitian yang sudah dilakukan Asef (2016), dengan kecepatan flame 8
mm/s, temperatur flame 200o C, jarak flame 80 mm, elektroda AWS E 71T1C dan arus
130 A, menghasilkan data sebagai berikut : distorsi 2,1 mm, kekerasan di daerah welding
281,847 Kg/mm2 , rata-rata tegangan tarik maksimum 512,5962 Mpa dan tegangan luluh
sebesar 344,2380 Mpa. Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian
tentang pengaruh variasi arus terhadap distorsi dan sifat mekanik baja karbon rendah
A36 dengan elektroda AWS E 71T-1C dan dengan variabel tersebut.
5

1.2. Perumusan Masalah


1. Bagaimana
2. Bagaimana s

1.3. Tujuan
1. Mengetahui
2. Mengetahui
1.4. Batasan Masalah

1.5. Sistematika Penulisan Laporan


Penulisan laporan tugas kelompok ini mencakup 3 bagian utama, yaitu bagian
awal, bagian utama, dan bagian akhir. Adapun sistematika penulisan tugas kelompok ini
adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penulisan laporan, batasan masalah, dan sistematika pelaporan.
Bab II Landasan Teori
Bab ini berisikan landasan teori. Isi landasan teori merupakan teori-teori dasar
yang digunakan dalam proses penulisan laporan tugas kelompok.
Bab III
Bab IV Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dicapai untuk menjawab
tujuan dari tugas kelompok ini. Saran dibuat berdasarkan pengalaman kelompok yang
ditujukan kepada para pembaca dalam bidang sejenis yang ingin menggunakan
laporan ini sebagai acuan untuk perancangan lainya yang sejenis.
6

BAB 2
DASAR TEORI

2.1 Pengertian
Electroslag welding (ESW) secara prinsip dan aplikasi mirip dengan
electrogas welding (EGW), di mana pengelasan dilakukan secara vertikal ke atas
dengan satu kali jalan (single pass). Sama halnya dengan EGW, ESW digunakan
untuk mengelas sambungan butt secara otomatis dengan bantuan mesin. Perbedaan
utama ESW dengan EGW yaitu proses ESW diawali dengan pembentukan busur
(arc) antara ujung elektroda dan bagian bawah benda kerja yang akan dilas. Setelah
busur terbentuk, flux ditambahkan dan mencair akibat panas dari busur. Setelah
cairan slag mencapai ujung dari elektroda, busur tadi menjadi padam. Selanjutnya
panas secara kontinu diproduksi oleh hambatan listrik dari cairan slag.
Electroslag welding (ESW) adalah proses pengelasan single pass yang sangat
produktif untuk material tebal (lebih dari 25 mm hingga sekitar 300 mm) dalam
posisi vertikal atau mendekati vertikal. (ESW) mirip dengan pengelasan elektrogas ,
tetapi perbedaan utamanya adalah busur dimulai di lokasi yang berbeda. Busur listrik
awalnya dipukul oleh kawat yang dimasukkan ke lokasi pengelasan yang diinginkan
dan kemudian fluks ditambahkan. Fluks tambahan ditambahkan sampai terak cair ,
mencapai ujung elektroda, memadamkan busur. Kawat kemudian secara terus
menerus diumpankan melalui tabung pemandu yang dapat dikonsumsi (dapat
berosilasi jika diinginkan) ke permukaan benda kerja logam dan logam pengisi
kemudian dilebur menggunakan hambatan listrik dari terak cair yang menyebabkan
koalesensi . Kawat dan tabung kemudian bergerak ke atas di sepanjang benda kerja
sementara sepatu penahan tembaga yang dipasang sebelum start (dapat didinginkan
dengan air jika diinginkan) digunakan untuk menjaga pengelasan di antara pelat yang
sedang dilas.
Pengelasan elektroslag digunakan terutama untuk menyambung pelat baja
karbon rendah dan / atau bagian yang sangat tebal. Ini juga dapat digunakan pada
baja struktural jika tindakan pencegahan tertentu diamati, dan untuk busbar
aluminium penampang besar. [1] Proses ini menggunakan tegangan arus searah (DC)
yang biasanya berkisar antara 600 A dan 40-50 V, arus yang lebih tinggi diperlukan
7

untuk material yang lebih tebal. Karena busur dipadamkan, ini bukanlah proses
busur.
Pada electroslag welding, busur hanya digunakan ketika awal pengelasan saja
(setelah itu padam). Karena busur yang padam, ESW pada hakikatnya bukan
merupakan proses pengelasan busur (arc welding). Gambar berikut menunjukkan
electroslag welding.
2.2 Sejarah
Proses tersebut dipatenkan oleh Robert K Hopkins di Amerika Serikat pada
bulan Februari 1940 (paten 2191481) dan dikembangkan serta disempurnakan di
Institut Paton , Kiev, Uni Soviet selama tahun 1940-an. Metode Paton dirilis ke barat
di Bruxelles Trade Fair tahun 1950. [2] Penggunaan luas pertama di AS adalah pada
tahun 1959, oleh General Motors Electromotive Division , Chicago, untuk pembuatan
rangka motor traksi. Pada tahun 1968 Hobart Brothersdari Troy, Ohio, merilis
berbagai mesin untuk digunakan dalam pembuatan kapal, konstruksi jembatan dan
industri fabrikasi struktural besar. Antara akhir 1960-an dan akhir 1980-an,
diperkirakan bahwa di California saja lebih dari satu juta pengaku dilas dengan
proses pengelasan electroslag. Dua dari gedung tertinggi di California dilas,
menggunakan proses pengelasan electroslag - Gedung Bank of America di San
Francisco, dan gedung menara kembar Security Pacific di Los Angeles. The
Northridge gempa dan gempa bumi Loma Prietamemberikan tes "dunia nyata" untuk
membandingkan semua proses pengelasan. Setelah gempa bumi Northridge,
diperlukan satu miliar dolar untuk memperbaiki retakan las yang disebarkan dalam
lasan yang dibuat dengan proses kawat berinti fluks tanpa gas, sementara tidak ada
kegagalan atau perambatan retak yang dimulai pada salah satu dari ratusan ribu
pengelasan yang dibuat pada pelat kontinuitas yang dilas dengan Proses pengelasan
Electroslag. [3] [ verifikasi gagal ]
Namun Federal Highway Administration (FHWA) memantau proses baru dan
menemukan bahwa pengelasan electroslag, karena jumlah panas terbatas yang
digunakan sangat besar, menghasilkan pengelasan berbutir kasar dan rapuh dan pada
tahun 1977 melarang penggunaan proses tersebut untuk banyak aplikasi. [4] FHWA
menugaskan penelitian dari universitas dan industri dan Narrow Gap Improved
Electro Slag Welding (NGI-ESW) dikembangkan sebagai penggantinya. Moratorium
FHWA dicabut pada tahun 2000. [5]
8

2.3 Konstruksi Electro Slag Welding

2.4 Keuntungan dan Kerugian

2.4.1 Keuntungan

a. Penetrasi cukup dalam

b. Menghemat biaya untuk material yang cukup tebal

c. Deposition Rate Cukup tinggi

d. Konsumsi Flux kecil

e. Distorsi minimal

f. Waktu pengelasan cepat

g. Menggunakan arus yang tinggi


9

2.4.2 Kekurangan

a. Hanya untuk posisi pengelasan datar

b. Membutuhkan sepatu tembaga untuk menutupi celah

c. Terbatas hanya untuk pengelasa baja karbon, baja paduan, dan beberapa
baja paduan tahan karat

d. Proses tidak dapat dihentikan sebelum selesai

e. Tidak dapat mengelas pada plat dengan ketebalan kuran dari 19 mm

f. Ukuran butir sangat besar, struktur dan sifat lasan hamper mirip hasil cor
(casting)

g. Karena penetrasi las sangat dalam maka kualitas las tergantung kondisi
pengelasan dan komposisi logam induk.
10

BAB III

PENGELASAN ELECTROSLAG CELAH SEMPIT UNTUK JEMBATAN

3.1 Tujuan

Meningkatkan keandalan dan ketangguhan las electroslag telah menjadi subjek


penelitian jangka panjang yang disponsori oleh Federal Highway Administration. Sebagai
hasil dari penelitian ini dan bersama dengan kesuksesan berkelanjutan dari demonstrasi yang
disponsori FHWA yang dilakukan di seluruh Amerika Serikat, moratorium pengelasan
electroslag dalam tegangan dan / atau beban tegangan balik pada struktur jembatan sedang
dicabut. (Moratorium diberlakukan oleh FHWA Notice N 5040.23 tanggal 16 Februari 1977.)
Praktik dan prosedur Pengelasan Elektroslag Peningkatan Celah Sempit (NGI-ESW) akan
diizinkan pada proyek bantuan Federal untuk pengelasan electroslag untuk menyambung
tegangan kritis non-fraktur dan / atau anggota pemuatan tegangan pembalikan di Zona 1 dan
2 dengan material hingga ketebalan 3 inci.

3.2. Latar Belakang

Proses pengelasan electroslag yang digunakan hingga awal tahun 1970-an tidak dapat
secara konsisten menghasilkan pengelasan bebas cacat dengan ketangguhan logam las yang
memadai. Insiden cacat yang tinggi memerlukan perbaikan besar yang selanjutnya
mempersulit pemeriksaan. (Catatan: Anggota tegangan pembawa beban utama nonredundan
pada struktur eksisting yang diketahui telah dilas dengan proses electroslag harus terus
menjalani pemeriksaan NDT (radiografi dan ultrasonik) yang ketat.))

Selanjutnya, pemeriksaan ketangguhan logam las menunjukkan Charpy sangat rendah V-


Notch (CVN) berdampak pada nilai ketangguhan. Penelitian yang disponsori oleh Federal
Highway Administration telah membahas masalah ini dan menghasilkan keandalan,
konsistensi, ketangguhan, dan kinerja kelelahan yang dapat diterima secara seragam saat
praktik dan prosedur modifikasi NGI-ESW digunakan.Praktik dan prosedur ini diwujudkan
dalam proses yang dimodifikasi yang ditetapkan sebagai NGI-ESW oleh Federal Highway
Administration. Publikasi FHWA berikut harus dirujuk untuk proses NGI-ESW:
11

a. Laporkan no. FHWA-SA-96-053
Panduan Informasi Teknis untuk Pengelasan Electroslag yang Ditingkatkan Celah
Sempit
b. Laporan No. FHWA-SA-96-052
Panduan Operasional Proses untuk Pengelasan Electroslag yang Ditingkatkan Celah
Sempit
c. Laporan No. FHWA-SA-96-051
Manual Pelatihan untuk Pengelasan Electroslag yang Ditingkatkan Celah Sempit
untuk Jembatan
d. Laporan No. FHWA-SA-96-050
D1.5 Kode Pengelasan Jembatan Revisi yang Diusulkan untuk Menyertakan
Pengelasan Electroslag yang Ditingkatkan Celah Sempit

3.3. Sinopsis: Perbaikan Besar NGI-ESW

Tiga peningkatan utama termasuk (1) pengelasan bebas cacat yang konsisten,
(2) kinerja kelelahan, dan (3) ketangguhan benturan di zona pengelasan dan yang
terpengaruh panas. Hasilnya dirangkum sebagai berikut:

1. Las Gratis Cacat yang Konsisten

Sebagai hasil dari banyak perubahan prosedural dan konsumsi, proses NGI-
ESW secara virtual menghilangkan terjadinya cacat internal las, termasuk inklusi
terak, retak vena ferit, retak panas, dan kurangnya fusi. Untuk memastikan kurangnya
kerusakan yang konsisten saat proses NGI-ESW digunakan, setidaknya satu
pengelasan dari setiap bengkel demonstrasi telah menjalani pengujian visual (VT),
radiografi (RT), dan ultrasonik (UT). Tidak ada cacat internal yang ditemukan baik
oleh inspeksi UT atau RT. Pemotongan selanjutnya untuk pengujian fisik selanjutnya
telah mengkonfirmasi kurangnya cacat.

2. Kinerja Kelelahan

Untuk mengevaluasi perilaku fatik las NGI-ESW, gelagar berskala besar


sepanjang 22 kaki yang berisi las NGI-ESW flensa tebal 2 inci dibuat dan diuji. Dari
14 fatik pengelasan NGI-ESW yang diuji, tidak ada yang memulai retak fatik.
12

Termasuk dalam pengujian ini adalah pengelasan NGI-ESW yang diuji kelelahan dan
kemudian dilakukan berbagai perbaikan pengelasan berdasarkan cacat yang
disimulasikan, menggunakan proses Pengelasan Busur Logam Terlindung (SMAW).
Karena lasan tidak mengandung cacat apapun, penggalian khas untuk cacat nyata
disiapkan. Perbaikan diselesaikan menggunakan prosedur perbaikan SMAW dan
standar AISI / AASHTO / AWS D1.5 Bridge Welding Code. Pengelasan ini
kemudian diuji kembali kelelahannya dalam beberapa kasus hingga tiga kali siklus
hidup kelelahan yang diperlukan. Tidak ada pengelasan NGI-ESW yang berisi
perbaikan las dari cacat yang disimulasikan yang menghasilkan retak
fatik.Singkatnya, dalam kondisi apapun lasan NGI-ESW tidak mengalami retak fatik.

3. Ketangguhan Dampak

Moratorium FHWA dimulai sebagian besar karena nilai CVN yang sangat
rendah yang diperoleh dari logam las NGI-ESW. Praktik dan prosedur program
penelitian telah menghasilkan perbaikan besar pada CVN logam las. Dengan secara
substansial mengurangi masukan panas dan dengan merancang kimia paduan logam
las untuk menghasilkan mikrostruktur yang kuat dan seragam, sifat CVN logam las
NGI-ESW diambil pada garis tengah las, wilayah dengan ketangguhan terendah,
melebihi nilai CVN yang diusulkan yaitu 20 ft-lb . (27 joule) pada 0 ° F (-20 ° C).

Area sekunder yang menjadi perhatian properti CVN diidentifikasi di zona


yang terpengaruh panas. Meskipun tidak disyaratkan untuk proses pengelasan lainnya,
kriteria yang diusulkan untuk pengelasan NGI-ESW pada member yang mengalami
tegangan dan / atau kondisi pembebanan terbalik adalah 15 ft-lb. pada + 40 ° F (20J
pada + 4 ° C), diuji dengan takik pada lokasi ketebalan seperempat (1 / 4t). Hasil yang
diperoleh selama fase penelitian dan selama uji coba lapangan industri menunjukkan
sifat dampak yang memadai menggunakan praktik NGI-ESW.

3.4. Ringkasan

NGI-ESW telah menghasilkan keandalan dan ketangguhan las yang lebih baik
serta hampir menghilangkan kekurangan internal, yang pada akhirnya menghilangkan
perbaikan besar. Ini juga menunjukkan ketahanan lelah, dan sangat meningkatkan
13

ketangguhan benturan. Proses NGI-ESW didokumentasikan dengan baik, baik dari


pertimbangan dasar maupun praktis, dan prosedur dapat segera diadopsi oleh perakit
komersial. Perkembangan teknologi yang dibuktikan dengan NGI-ESW berhasil
menghilangkan kondisi dan kekhawatiran yang berujung pada moratorium. Data
penelitian rinci tersedia dari laporan FHWA FHWA / RD-87/026 berjudul
"Peningkatan Ketangguhan Fraktur dan Karakteristik Kelelahan Las Elektroslag."

Untuk alasan ini, moratorium pengelasan electroslag dicabut yang


mengizinkan NGI-ESW untuk bergabung dengan anggota kritis non-fraktur yang
tunduk pada tegangan dan / atau tegangan pembalikan di Zona suhu 1 dan 2 dengan
material hingga 3 inci tebal pada proyek bantuan Federal. Semua pengelasan NGI-
ESW yang mengalami tegangan dan tegangan balik harus diperiksa 100% oleh RT
dan UT.
14

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
15

DAFTAR PUSTAKA

1.  Leroux, Bertrand (2015). "ELECTROSLAG WELDING (ESW): Pilihan Baru untuk


Pabrik Peleburan hingga Bus Aluminium Las". Logam Ringan 2015 . Masyarakat Mineral,
Logam, dan Material. hlm. 837–842.  doi : 10.1007 / 978-3-319-48248-4_141 .  ISBN   978-
3-319-48610-9.
2. ^ Pires, J Roberto; Loureiro, Altino; Bolmsjö, Gunnar (2005). Robot Pengelasan:
Teknologi, Masalah Sistem, dan Aplikasi .  New York: Springer. p. 11 . ISBN 1-85233-953-
5.
3. ^ Bong, William L. (Februari 2009). "Sejarah pengelasan electroslag untuk gedung-
gedung bertingkat dan jembatan" .  Arcmatis. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-
09  . Diakses 2009-06-16 .
4. ^ Lindberg, HA (Februari 1977). "Pemberitahuan: Electro-Slag
Welding" .  Administrasi Jalan Raya Federal . Diakses  2008-04-21 .
5. ^ Densmore, David (2000). "Pengelasan Electroslag Celah Sempit untuk
Jembatan"  . Teknologi Jembatan . Administrasi Jalan Raya Federal . Diakses 2008-04-21 .

Anda mungkin juga menyukai